BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia setiap tahun meningkat. World Health Organization (WHO) besar pada tahun-tahun mendatang (Gustaviani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adanya waktu untuk berolahraga ringan sekalipun merupakan kebiasaankebiasaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit masyarakat serta andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan


BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

berkembang akibat peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan perkapita dan perkembangan gaya hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki visi menciptakan masyarakat yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur dari pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan tersebut belum mampu dicapai dengan baik hingga saat ini. Hal tersebut dibuktikan dengan tingginya angka berbagai kejadian penyakit dan kematian yang diakibatkan oleh gangguan kesehatan. Indeks pembangunan manusia (human development index) di Indonesia masih menempati urutan 102 dari 106 Negara. Tingkat pendidikan, pendapatan, serta kesehatan penduduk Indonesia belum berada dalam taraf memuaskan. Visi Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yaitu masyarakat, bangsa, dan Negara yang ditandai oleh kehidupan dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, baik sehat jasmani, rohani, serta sosial dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan (Martono, 2006). Data kesehatan dari World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena penyakit tidak menular. Dalam hal ini, diabetes melitus menduduki peringkat ke-6 sebagai

2 penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun. Pada Tahun 2030 diperkirakan diabetes melitus menempati urutan ke-7 penyebab kematian dunia (Depkes RI, 2010). Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF, 2006) menyebutkan bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes melitus di seluruh dunia. Angka ini terus bertambah hingga 3% atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah penderita diabetes melitus diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun 2025, diantaranya 80% penderita terpusat di negara yang penghasilannya kecil dan menengah. Dari angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (Yulianti, dkk, 2010). Menurut World Health Organization (WHO) 2008, jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia jumlahnya sangat besar. Pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes melitus telah mencapai 8,4 juta jiwa, pada tahun 2003 jumlah penderita 13.797.470 jiwa sedangkan pada tahun 2005 jumlahnya telah mencapai sekitar 24 juta orang. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi nasional kejadian diabetes melitus tahun 2007 pada penduduk yang berusia lebih dari lima belas tahun adalah sebesar 5,7%. Melihat pola pertambahan penduduk saat ini, diperkirakan pada tahun 2030 nanti sebesar 21,3 juta penduduk di Indonesia menderita diabetes melitus (Triastuti 2010).

3 Peningkatan angka penderita diabetes berdampak signifikan bagi kesehatan secara keseluruhan. Sebab penyakit diabetes merupakan penyakit kronis yang bersifat progresif. Diabetes dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada berbagai organ vital dan terkait dengan penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi), hiperkoagulasi (pembekuan darah pada seluruh pembuluh darah), dislipidemia (gangguan pada jumlah lipid pada darah) dan disfungsi renal (disfungsi ginjal). Setengah dari jumlah kasus diabetes melitus tidak terdiagnosis karena pada umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai terjadinya komplikasi (Rini, 2008). Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah (Soegondo, 2009). Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita diabetes berupa gangguan mikropati dan makropati. Pada mikropati, gangguan berupa kaki diabetik yang terjadi karena kendali kadar gula yang tidak dilakukan dengan baik dan berlangsung terus-menerus selama bertahun-tahun. Penyebab utamanya adalah kerusakan syaraf (neuropati diabetik) dan gangguan pembuluh darah. Syaraf yang telah rusak membuat pasien diabetes tidak dapat merasakan sakit, panas, atau dingin pada tangan dan kaki. Ketidakmampuan syaraf merespon rangsangan

4 di luar tubuh membuat kaki mudah terluka dan luka menjadi lebih buruk karena penderita diabetes tidak menyadari adanya luka tersebut. Neuropati diabetik menyerang lebih dari 50% penderita diabetes. Gejala umum yang terjadi adalah rasa kebas (baal) serta kelemahan pada kaki dan tangan. Tersumbatnya aliran darah juga menyebabkan gangguan kaki diabetik. Aliran darah yang tidak cukup ke kaki akan menimbulkan luka dan infeksi yang sulit untuk disembuhkan. (Sarwono 2011). Luka diabetes yang disebut ulkus diabetikum khususnya pada daerah kaki yang awalnya kecil, jika tidak segera ditangani akan menimbulkan infeksi yang cepat menyebar. Masyarakat perlu menyadari bahwa kadar gula dalam darah yang tinggi merupakan makanan bagi kuman untuk berkembang biak dan mengakibatkan infeksi bertambah buruk. Infeksi yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan gangren. Pada gangren, kulit dan jaringan di sekitar luka akan mati (nekrotik) dan mengalami pembusukan, sehingga daerah di sekitar luka berwarna kehitaman dan menimbulkan bau. Kasus ulkus dan gangren diabetik merupakan kasus yang paling banyak dirawat di rumah sakit. Angka kematian akibat ulkus dan gangren berkisar 17-23%, sedangkan angka amputasi berkisar 15-30%. Sementara angka kematian 1 tahun pasca amputasi sebesar 14,8% (Em Yunir, 2011). Masalah ulkus kaki diabetik atau ulkus diabetikum merupakan suatu permasalahan yang besar. Resiko terjadinya ulkus kaki pada penderita diabetes

5 adalah sekitar 25% dan diperkirakan setiap tahunnya satu juta orang dengan diabetes menjalani suatu amputasi ekstremitas bawah dan diperkirakan sekitar 85% amputasi ekstremitas yang terjadi diawali oleh adanya ulserasi kaki atau adanya ulkus diabetikum (Norman, 2008). Komplikasi yang diakibatkan penyakit diabetes melitus tidak hanya berdampak pada fisik namun juga mempengaruhi psikologis, sosial maupun ekonomi. Dampak psikologis berupa stres ataupun cemas terhadap penyakit diabetes melitus tidak hanya dirasakan oleh penderita diabetes melitus tetapi keluarga pun juga ikut merasakan dampak psikologis ini. Selain itu, pasien diabetes melitus juga akan merasakan adanya gangguan interaksi sosial, hubungan interpersonal, atau mengalami gangguan harga diri yang diakibatkan rasa putus asa yang dirasakan oleh pasien diabetes melitus. Penderita diabetes melitus yang telah mengalami komplikasi diabetes seperti nefropati dan ulkus diabetikum akan membutuhkan perawatan yang lama sehingga akan memerlukan biaya yang besar dalam perawatannya. (Price & Wilson dalam Kusniawati, 2011). Penelitian yang dilakukan Andriana 2008, pada 50 orang pasien di Rumah Sakit Daerah Surakarta dengan ulkus diabetikum mengenai kecemasan yang terjadi pada penderita ulkus diabetikum menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada penderita ulkus diabetikum yaitu usia, pendidikan, dukungan keluarga, lingkungan, dan status ekonomi (Adriana, 2008). Pada penderita diabetes melitus, perubahan kondisi fisik seperti adanya luka yang sukar sembuh, kondisi luka yang berbau bahkan terjadinya kehilangan anggota

6 tubuh akan mempengaruhi persepsi diri sendiri dan orang lain yang melihatnya. Hal tersebut akan membuat penderita mengalami ketidakpercayaan diri sehingga dapat menimbulkan perasaan bersalah atau menyalahkan, perilaku menyendiri, atau menghindar dari orang lain yang menyebabkan gangguan persepsi terhadap harga diri yang dimiliki (Dewi, 2012). Harga diri didefinisikan sebagai suatu dimensi evaluatif global mengenai diri sendiri. Individu mendapatkan nilai harga dirinya melalui persepsi yang diperoleh dari persepsi diri sendiri dan orang lain. Penilaian tinggi terhadap diri sendiri adalah penilaian terhadap kondisi diri dengan menghargai kelebihan, memahami potensi diri, dan menerima kekurangan yang ada dalam dirinya. Sedangkan, penilaian rendah terhadap diri sendiri adalah penilaian tidak suka atau tidak puas dengan kondisi diri sendiri, tidak menghargai kelebihan diri, dan selalu melihat dirinya sebagai sesuatu yang selalu kurang (Santrock, 2007). Dalam perwujudan tingkat harga diri seseorang tidak terlepas dari latar belakang keluarga yang dimiliki. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga memiliki peran penting dalam pemberian rasa nyaman dan ketenangan bagi setiap anggota keluarga (Suparjito, 2004). Pada jurnal Determinan ketidakpatuhan diet penderita diabetes melitus tipe 2 (2011) menyebutkan bahwa salah satu yang menjadi penyebab penderita

7 diabetes melitus tidak patuh dalam melakukan perilaku self-management (pengaturan pola makan) yaitu kurangnya dukungan keluarga dalam memberikan motivasi kepada penderita diabetes melitus. Keluarga merupakan sumber eksternal yang paling dekat dengan penderita yang dapat memberikan bantuan salah satunya adalah memotivasi penderita dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan derajat kesehatan. Penelitian yang dilakukan Goz et al dalam Yusra (2010) mengenai pengaruh dukungan keluarga yang diberikan terhadap perilaku diit penderita diabetes melitus menyebutkan bahwa penderita diabetes melitus memerlukan tindakan pengontrolan kadar glukosa darah untuk meminimalisir komplikasi dengan menerapkan perilaku self-management. Hal tersebut akan lebih mudah dicapai jika adanya dukungan yang positif dari keluarga. Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk perwujudan dari sikap perhatian dan kasih sayang dapat diberikan baik fisik maupun psikis. Dalam hal ini, keluarga memiliki andil yang cukup besar dalam menentukan status kesehatan individu yang mengalami sakit atau kesakitan. Dukungan keluarga merupakan bantuan yang diberikan setiap anggota keluarga sehingga mampu membuat individu merasa nyaman baik secara fisik maupun psikis. Perbedaan dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga yang sehat terhadap yang sakit akan memunculkan persepsi harga diri yang berbeda. (Mulyanti, 2010).

8 Hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa penderita diabetes dengan ulkus yang sedang melakukan pemeriksaan di Puskesmas Grogol Petamburan Jakarta Barat, sebagian besar klien merasa malu terhadap penyakit dan efek yang ditimbulkan seperti adanya luka dikaki dikarenakan luka tersebut terkadang menimbulkan bau dan tidak enak dipandang, sehingga membuat penderita enggan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan merasa bahwa dirinya tidak berharga lagi di lingkungan. Menurut petugas kesehatan setempat kemunculan komplikasi berupa luka ulkus pada penderita diabetes terjadi pada 80% klien yang mengalami diabetes melitus dan hal tersebut akan membuat klien mengalami gangguan psikologis seperti perasaan malu, bersalah, marah, bahkan mengalami depresi. Data Puskesmas Grogol Petamburan sepanjang tahun 2013 terdapat 50 penderita baru diabetes dengan ulkus diabetikum dan pada tahun 2014 khususnya bulan januari, februari, dan maret terdapat 43 penderita baru diabetes dengan ulkus diabetikum yang menjalani rawat jalan di Puskesmas Grogol Petamburan. Sebagian besar penderita diabetes yang menjadi klien rawat jalan di Puskesmas Grogol Petamburan memiliki komplikasi berupa munculnya luka pada daerah sekitar kaki seperti luka lecet dan kemudian luka akan tampak seperti basah, terdapat nanah, dan tidak kunjung sembuh. Besarnya jumlah 43 penderita baru penderita ulkus diabetikum di Puskesmas Grogol Petamburan tentunya akan memunculkan berbagai masalah kesehatan pada klien seperti masalah fisik dan psikologis. Untuk mencegah terjadinya

9 komplikasi dari permasalahan ulkus diabetikum khususnya masalah psikologis, tentunya petugas kesehatan perlu memperhatikan apakah klien di Puskesmas Grogol Petamburan sudah mendapatkan dukungan dari keluarga dengan baik. Melihat kenyataan ini penulis melakukan penelitian mengenai Hubungan dukungan keluarga terhadap harga diri klien ulkus diabetikum di Puskesmas Grogol Petamburan Jakarta Barat. B. Rumusan Masalah Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin. Komplikasi yang ditimbulkan akibat penyakit diabetes melitus dapat berupa gangguan fisik dan psikologis. Pada gangguan fisik yang dapat terjadi seperti adanya luka yang sulit sembuh dan menimbulkan bau, pada gangguan psikologis klien diabetes melitus dapat mengalami gangguan persepsi harga diri yang dimilikinya. Pada klien diabetes dengan luka ulkus akan muncul stressor-stressor akibat penyakit yang dialami. Dalam hal ini dukungan keluarga yang diberikan akan menentukan persepsi individu mengenai harga diri yang dimiliki. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui adakah hubungan dukungan keluarga terhadap harga diri klien ulkus diabetikum di Puskesmas Grogol Petamburan Jakarta Barat?.

10 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga terhadap harga diri klien ulkus diabetikum di Puskesmas Grogol Petamburan Jakarta Barat. 2. Tujuan Khusus a. Teridentifikasinya karakteristik dari klien ulkus diabetikum di Puskesmas Grogol Petamburan Jakarta Barat. b. Teridentifikasinya dukungan keluarga pada klien ulkus diabetikum di Puskesmas Grogol Petamburan Jakarta Barat. c. Teridentifikasinya harga diri pada klien ulkus diabetikum di Puskesmas Grogol Petamburan Jakarta Barat. d. Menganalisis hubungan dukungan keluarga terhadap harga diri klien ulkus diabetikum di Puskesmas Grogol Petamburan Jakarta Barat. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Pusat Kesehatan Masyarakat dengan upaya melibatkan keluarga dalam proses perawatan individu yang menderita penyakit diabetes agar dukungan emosional, instrumental, informatif, dan penghargaan yang diberikan anggota keluarga terhadap klien ulkus diabetikum dapat menimbulkan persepsi harga diri yang tinggi pada klien sehingga tetap memiliki produktifitas dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

11 2. Bagi Klien dan Keluarga Diharapkan klien ulkus diabetikum dapat memahami mengenai dukungan yang diberikan keluarga berupa dukungan emosional, instrumental, informatif, dan penghargaan merupakan salah satu bentuk dukungan yang dapat meningkatkan kesehatan sehingga memiliki persepsi harga diri tinggi agar tetap memunculkan perilaku produktif dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan diharapkan dapat memberikan masukan pada keluarga, bahwa perhatian dan bantuan dalam bentuk fisik, maupun mental dapat membantu anggota keluarga yang sakit dalam menghadapi penyakitnya. 3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya dalam menganalisis kondisi klien diabetes melitus berkaitan dengan proses penanganan penyakit diabetes melitus serta komplikasi yang timbul agar penderita diabetes melitus terutama dengan ulkus dapat tetap produktif dalam menjalani kehidupannya.