Hubungi pemasok, lakukan negosiasi termasuk harga, pembayaran, jumlah, kualitas dll.

dokumen-dokumen yang mirip
16 PENGENDALIAN KEUANGAN

Kalau kita membicarakan upaya pemberdayakan ekonomi rakyat, maka

PENGEMBANGAN KOPERASI AGRIBISNIS PETERNAKAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

26 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

MENINGKATKAN DAYA SAING PERUNGGASAN NASIONAL DENGAN MENGEMBANGKAN KEMITRAAN MELALUI INTEGRASI VERTIKAL

REKONSILIASI PELAKU PERUNGGASAN DEMI MEMBANGUN AGRIBISNIS PERUNGGASAN YANG BERDAYA SAING

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

Sektor Sektor Pertanian

I. PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, pembangunan. (on farm) mengalami pergeseran ke arah yang lebih terintegrasi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

M Mufti Mubarok dalam Manajemen Praktis Kewirausahaan, halaman 94

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

Terdapat berbagai jenis Program OPD tahun Dinas Pertanian perkebunan dan kehutanan. Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan

1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Indonesia dengan populasi mencapai lebih dari 110 juta ekor (Data Direktorat

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

INTEGRASI BISNIS PERUNGGASAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk dan merek dagang yang berbeda, khususnya ayam olahan di pasaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN MENGHADAPI ERA PERDAGANGAN BEBAS

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan peradaban dan pola berpikir manusia,

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

Konsep Usahatani Terpadu : Tanaman Pangan dan Ternak FAKULTAS PETERNAKAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. industri-industri dan bertumbuhnya (growth) industri-industri dan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

BAB. X. JARINGAN USAHA KOPERASI. OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh pelaku industri karena merupakan salah satu bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang cukup baik untuk

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

PROPOSAL PENAWARAN INVESTASI BISNIS SPEKTAKULER

INVESTOR PRESENTATION FY Jakarta, 14 April 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

ANALISIS SWOT: KONSEP & APLIKASI BAGI KOPERASI TERNAK. Bimbingan Teknis Koperasi Ternak Jombang November 2014

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN YANG TERINTEGRASI DE-NGAN PEMBANGUNAN WILAYAH (KASUS JAWA BARAT)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

Jakarta, 5 April 2017

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan di Indonesia. Hal ini diperkuat dengan munculnya Undang-Undang

KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

I.PENDAHULUAN. dikembangkan, baik dalam usaha kecil maupun dalam skala besar. Hal ini terlihat

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

[Perencanaan Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

Krisis ekonomi yang diawali krisis moneter dan berujung pada krisis. multidimensi yang masih melanda Indonesia, telah menyadarkan

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai bagian akhir dalam penyusunan skripsi tentang "Implementasi

PETERNAKAN RAKYAT AYAM RAS PERLU DI DORONG MENGUASAI UNIT AGRIBISNIS DARI HULU HINGGA HILIR

Transkripsi:

36 MEMULAI DARI 0 36.1 Untuk bisa memulai BUMM, harus dimulai oleh kita sendiri dengan mencoba memasuki dan merebut pasar di sekitar sebuah masjid. Pilihlah barang yang berdasarkan analisa pasar, pasokan dll paling menguntungkan dalam risiko yang masih bisa diterima. 36.2 Lakukan pendaftaran siapa saja yang bersedia menjadi konsumen. 36.3 Hubungi pemasok, lakukan negosiasi termasuk harga, pembayaran, jumlah, kualitas dll. 36.4 Lakukan analisa risiko, menyiapkan what-if dan plan B misal busuk, tidak laku dll. 36.5 Buru investor. Bahas skema akadnya untuk hal ini termasuk tempo, skenario pengembalian modal. 36.6 Lakukan pembelian ke pemasok, dapatkan barang, cek kualitas. Perhatikan status pembayaran ke pemasok. 36.7 Distribusikan ke warga 36.8 Lakukan penagihan. 36.9 1. Lihatlah pengusaha yang menjual barang yang sama dengan Anda? Berapa besar pasarnya?

2. Bagaimana harga jualnya? 3. Bagaimana pasokannya? 36.10 1. Bandingkan bisnismu dengan pengusaha tsb, dari sisi pangsa pasarnya 2. Bandingkan dari sisi harga jual 3. Bandingkan dari sisi pasokan

37 REVIEW 37.1 Review atas langkah pertama, setelah 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu bertujuan mengambil keputusan tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya : - penambahan modal - peningkatan kapasitas - kerjasama dengan lembaga lain - penambahan volume - penggantian produk yang dijual - penambahan produk yang dijual 37.2 Apakah produk laku sesuai rencana? Jika tidak, apa plan B untuk mengurangi nilai kerugian? 37.3 Apakah kualitas produk sesuai rencana? 37.4 Apakah harga beli dan biaya-biaya sesuai rencana? 37.5 Peluang menambah jumlah pasar, jumlah produk? 37.6 Apakah membutuhkan investasi tambahan? 37.7 Perlu berganti produk? 37.8 Terdapat peluang produk lain ditemukan?

37.9 1. Perhatikan pedagang yang menjual barang yang sama dengan Anda, tanyakan apakah dia pernah mengalami kerugian? 2. Apakah dia pernah berganti pemasok barang yang ini? 3. Apa yang dia lakukan sehingga berhasil berkembang? 37.10 1. Perhatikan barang yang Anda jual, apakah Anda bisa menjual dengan lebih mahal? 2. Apakah Anda bisa memperluas pasar? 3. Apakah Anda bisa mendapat pasokan lebih murah?

38 38.1 Dengan stage awal dari sebuah BUMM bisa berjalan dengan berhasil memasok warga masyarakat, dan memberi keuntungan yang disetorkan ke kas masjid, selanjutnya bisa diupayakan kajian ekonomi, bisnis dan keuangan ke DKM. 38.2 Langkah selanjutnya dari BUMM mendorong pemahaman DKM dan nilai strategis perlunya keberadaan Unit Ekonomi di dalam DKM. 38.3 Keuntungan keberadaan Unit Ekonomi di masjid 1. memahami masalah yang dihadapi warga sekitar masjid terkait pasokan sembako dll 2. memahami peluang yang tersedia untuk merebut pasar di sekitar masjid 3. mendorong kepedulian Muslim sekitar masjid untuk bekerjasama 38.4 Gagasan pengembangan Unit Ekonomi bisa jadi membutuhkan waktu panjang untuk menjelaskan, membina dan mendampingi 1. Masjid mempunyai fungsi tempat ibadah dan pendidikan 2. Larangan berjual beli di masjid 3. Persaingan dengan warung milik warga di sekitar masjid 38.5 Pelatihan bisa dikembangkan secara sistematis ke satu per satu masjid, satu per satu desa agar lebih banyak yang memahami ekonomi syariah. Agent of change ditumbuhkan di ribuan desa di Indonesia untuk mendorong kemunculan BUMM. 38.6 Agent Of Change bisa kemudian mendorong terbangunnya Collective Buying melalui BUMM di berbagai lokasi di perkotaan, dan membuka peluang-peluang proyek bisnis di sekitar masjid. 38.7 Penguatan kapasitas setiap masjid untuk mempunyai Unit Ekonomi bisa dilakukan oleh Agent Of Change dengan bekerjasama dengan DKM.

38.8 Lebih banyak investor, entrepreneur dan strategic partner yang bisa terlibat dalam ekosistem BUMM. 38.9 1. Temuilah sebuah lembaga Islam besar tingkat kecamatan, tanyakan apa mereka memperhatikan masalah ekonomi ummat? 2. Di luar bantuan berupa zakat, infaq dan shodaqoh, apakah mereka memperhatikan isu pasokan bahan makanan halal ke masyarakat? 3. Apakah mereka memperhatikan kesejahteraan produsen di tingkat kecamatan? 38.10 1. Apakah Anda bisa meyakinkan DKM tentang kebutuhan Economic Unit?

39 FULFILLMENT CENTRE 39.1 Pada stage dimana ekosistem telah tumbuh cukup, sejumlah BUMM yang berada di kawasan yang berdekatan bisa bersama-sama membangun Fulfillment Center di tingkat desa atau kecamatan. 39.2 Tantangan yang harus dipecahkan oleh Fulfillment Centre adalah menyusun rencana bersama dengan semua BUMM di kawasan yang sama terkait dengan rencana kebutuhan barang. 39.3 Perencanaan bersama dengan BUMM perlu menyepakati bagaimana Bai As Salaam bisa digunakan untuk pembelian stok. 39.4 Fulfillment Centre kemudian perlu memantau keluar masuk barang dari pemasok ke pasar BUMM. 39.5 Fulfillment Centre menjadi titik yang juga harus memastikan kualitas barang 39.6 Terdapat risiko terjadinya konflik terkait kualitas barang. Sebagai contoh jika ada telur ayam yang busuk sampai ke konsumen akhir, siapakah yang bertanggung jawab BUMM, Fulfillment Centre atau pemasok di desa? 39.7 Tantangan dalam manajemen gudang di Fulfillment Centre adalah bagaimana mencegah pencurian. 39.8 Sebuah kawasan bisa mempunyai sejumlah Fulfillment Centre untuk setiap kategori barang. Sebagai contoh ada FC untuk beras, ada FC untuk daging ayam organik dst.

Tampak sebuah gudang telur ayam. Sumber http://www.kaskus.co.id/thread/5619c303c0cb1705278b4569/bagaimana-memulai-bisnis-me njadi-distributor-telur/ 39.9 39.10

40 INTEGRASI DESA - KOTA 40.1 Rakyat di desa-desa kita bukan rakyat yang malas, tetapi sistem ekonomilah yang membuat mereka tidak mendapatkan kesejahteraan. Kapitalisme, mafia dan riba membuat desa-desa kita kehilangan SDM, dan alamnya tereksploitasi. Sumber : https://www.flickr.com/photos/62883013@n00/3762437446 40.2 Lembaga-lembaga di daerah bisa mengambil peran terkait dengan KAFALAH, yaitu penjaminan yang bisa dilakukan sebagai strategic enabler bagi kerjasama ekonomi desa dan kota. Penjaminan bisa dilakukan di sisi investasi. Investor dari perkotaan melakukan investasi untuk pembelian alat-alat produksi di desa. Keberadaan KAFALAH memungkinkan terjadinya kepercayaan antara investor dan penerima investasi di desa.

Penjaminan bisa dilakukan di sisi produksi. 40.3 Untuk bisa melakukan KAFALAH, lembaga-lembaga tsb harus memetakan potensi di sebuah desa dan keadaannya. Sebagai contoh 1. Potensi Sumber Daya Alam 2. Potensi Pertanian 3. Kehutanan 4. Peternakan 5. Perikanan 6. Bahan Galian 7. Sumber Daya Air 8. Kualitas Udara 9. Potensi wisata 10. Potensi SDM 11. Mata Pencaharian 12. Potensi Kelembagaan 13. Lembaga Ekonomi 14. Lembaga Pendidikan 15. Potensi prasarana dan sarana 16. Prasarana air bersih 40.4 Lembaga penyedia KAFALAH kemudian menghasilkan suatu SCORE yang menunjukan seberapa sebuah desa itu bisa dipercaya untuk mendapatkan investasi ataupun untuk memproduksi barang/jasa yang berkualitas. 40.5 Investor melakukan investasi untuk berbagai kegiatan produksi di desa ke petani, peternak atau nelayan. Investor bisa ditawarkan untuk bergabung meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produk. Lembaga penyedia KAFALAH wajib memantau transaksi-transaksi investasi yang terjadi. 40.6 BUMM di perkotaan juga bisa terlibat melakukan akad Bai As Salaam. BUMM mempunyai celah membantu rakyat, jika bisa menggantikan jaringan kapitalisme saat ini dengan menghubungkan peternak dan konsumen. Lembaga penyedia KAFALAH wajib memantau transaksi-transaksi jual-beli yang terjadi.

Bungaran Saragih, halaman 154 usaha ayam ras yang dikelola oleh perusahaan peternakan telah menjadi suatu industri peternakan yang terintegrasi secara vertikal. Artinya, industri pembibitan ayam ras, industri pakan, budidaya, industri pemotongan ayam, bahkan sampai industri layanan makanan, berada pada atau dimiliki oleh suatu grup perusahaan. Sedangkan usaha ayam ras yang dikelola oleh peternak rakyat hanyalah budidaya ayam ras (on farm) Bungaran Saragih, halaman 157 Posisi peternak rakyat yang berada pada kegiatan yang memberikan nilai tambah kecil, diperparah pula oleh posisinya yang terjepit karena harus menghadapi kekuatan monopolistis di padar input dan kekuatan monopolistis di pasar output usaha tani. Perlu ada organisasi bisnis peternak rakyat. kegiatan yang dikoperasikan bukan kegiatan budidaya, karena tidak efisien. Dengan adanya koperasi agribisnis peternakan milik peternak rakyat ini, maka koperasi ini akan mengembangkan unit-unit usaha pada agribisnis hulu (misal industri pakan ternak) dan unit-unit usaha pada agribisnis hilir (misalnya pemotongan ternak atau perdagangan hasil ternak). Bungaran Saragih, halaman 158 Bila kondisi yang demikian dapat dicapai, maka nilai tambah yang ada pada agribisnis hulu dan hilir akan dapat direbut oleh peternak rakyat melalui koperasinya. maka harga-harga produk-produk akhir peternakan yang dibayar konsumen (hasil mekanisme pasar) secara langsung dapat dinikmati oleh peternak rakyat) 40.7 Setiap desa harus mempersiapkan diri dengan setidaknya satu MARKETER. Marketer berperan memasarkan barang/jasa yang bisa disediakan oleh desa ke pasar nasional atau bahkan internasional. 40.8 Marketer bekerjasama dengan pemerintahan lokal, organisasi lokal dan LSM yang beroperasi di desa untuk meningkatkan kualitas produk yang ada. Penciptaan lapangan pekerjaan bisa didorong jika produk-produk tersebut diserap pasar. 40.9 1. Datangilah ke sebuah desa, lihatlah apa yang diproduksi di desa tsb? 2. Apa saja yang bisa dijual di kawasan tempat tinggal Anda? 3. Berapa daya serap per bulan?

40.10 1. Lihatlah rencana bisnis Anda, di desa mana barang yang Anda jual diproduksi? 2. Berapa selisih harga jual di tingkat produsen dengan harga di pasar sekitar tempat tinggal Anda? 3. Hitunglah opsi untuk membeli barang tsb langsung ke desa?