PERANAN PRAKTIKUM DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES DAN KERJA LABORATORIUM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Annisa Setya Rini, 2013

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BUKU MINI RISET MIKROBIOLOGI TERAPAN PADA HASIL BELAJAR PRAKTIKUM DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains terdiri atas

KETERAMPILAN ESENSIAL DAN KOMPETENSI MOTORIK LABORATORIUM MAHASIWA CALON GURU BIOLOGI DALAM KEGIATAN PRAKTIKUM EKOLOGI. Djohar Maknun ABSTRAK

KETERAMPILAN ESENSIAL DAN KOMPETENSI MOTORIK LABORATORIUM MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI DALAM KEGIATAN PRAKTIKUM EKOLOGI.

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM ABSTRAK

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS BAGI MAHASISWA SETELAH MENGIKUTI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I PADA TOPIK PRINSIP ARCHIMEDES

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMU KELAS II PADA PEMBELAJARAN KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI METODE PRAKTIKUM ABSTRAK

Profil Analisis Kebutuhan Pembelajaran Fisika Berbasis Lifeskill Bagi Siswa SMA Kota Semarang

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP

BAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

Jurnal Biology Science & Education 2015 ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan keterampilan

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011):

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

KETERAMPILAN DASAR KINERJA ILMIAH PADA MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak boleh ditinggalkan yaitu pengetahuan (cognitive, intelectual), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: e-issn: Vol. 2, No 8 Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

PF-63: PERBEDAAN EFEKTIVITAS PRAKTIKUM FISIKA SMA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBASIS VIDEO DAN LKS DITINJAU DARI SIKAP SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif Dalam pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA

Gamaliel Septian Airlanda Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGELOLAAN LABORATORIUM SEKOLAH (Kasus Laboratorium SMA Unggul Del Tapanuli Utara)

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

PENERAPAN PERTANYAAN PRODUKTIF DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA ILMIAH DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERORIENTASI KETERAMPILAN PROSES

PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM BERVISI SETS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN LABORATORIUM DAN PENGUASAAN KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu mengenai cara mencari tahu

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN ) Volume 1 No 4, Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. IPA merupakan mata pelajaran yang sering dianggap sulit oleh para

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

KAJIAN PENILAIAN ASPEK NON-KOGNITIF SISWA DI PESANTREN AS-SUNNAHDALAM KEGIATAN PRAKTIKUM IPA POKOK BAHASAN SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan. pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi,

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

ISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017

POTRET PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS EMPAT PILAR PENDIDIKAN DI SMA. Ahmad Fauzi, Supurwoko, Edy Wiyono 1) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Murni Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

BIOLOGY EDUCATION FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION UNIVERSITY OF RIAU

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2), dan Asim 3) Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

Meningkatkan Pemahaman Konsep Mata Pelajaran Biologi melalui Performance Assessment

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan literasi kuantitatif dan kurikulum. Apakah merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

Penerapan Problem-Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X-1 Sma Islam I Surakarta Tahun Ajaran 2013/ 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK MENGUKUR KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA di SMA DENGAN MODEL CTL

PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERORIENTASI PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION AND EXPLANATION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL INQUIRY-DISCOVERY LEARNING (IDL) TERBIMBING

BAB II PEMBELAJARAN INQUIRY DAN SCIENTIFIC INQUIRY LITERACY. atau pengetahuan. Secara alami, sebenarnya manusia telah sering melakukan

Pembelajaran IPA Terpadu Melalui Keterampilan Kerja Ilmiah Untuk Mengembangkan Nilai Karakter. Henry Januar Saputra

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA

Jurnal Sainmatika Vol 7 No ISSN

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat dekat dengan manusia.

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

2015 PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN PROSES SISWA SMA KELAS XI POKOK BAHASAN TITRASI ASAM BASA

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL INKUIRI PADA MATERI KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita sendiri.

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

KONTRIBUSI LABORATORIUM TERHADAP PEMBELAJARAN KIMIA SMA

LAPORAN PRAKTIKUM PENDIDIKAN IPA PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN IPA DI TINGKAT SMP. Disusun Oleh : Sani Wirayati Kelas A

Transkripsi:

PERANAN PRAKTIKUM DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES DAN KERJA LABORATORIUM Oleh: Dra. Oom Romlah (Guru Biologi SMA Negeri 2 Tarogong, Garut) Disampaikan pada pertemuan MGMP Biologi Kabupaten Garut Tanggal 3 Februari 2009 A. Pendahuluan Sains berdasarkan hakekatnya tidak hanya menyangkut isi atau kontennya saja tetapi juga prosesnya yang jauh lebih penting. Selain itu juga, sains memiliki nilainilai yang dikandungnya, sikap dan keterkaitan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (salingtemas). Pembelajaran sains yang efektif harus memperhatikan dua hal, yaitu hakekat bagaimana siswa belajar dan hakekat materi yang diajarkan. Hakekat sains yang meliputi sains sebagai konten, proses, sikap, nilai, dan salingtemas harus tercakup dalam proses pembelajaran. Kenyataan yang ada di lapangan, pembelajaran sains (Fisika, Kimia, dan Biologi) banyak menekankan kepada konten yang berupa konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan hukum-hukum di dalam sains. Guru melakukan hal ini karena mengejar materi untuk Ujian Nasional yang hanya berupa konsep tanpa ada proses sains yang diujikan, padahal proses sains jauh lebih penting. Proses sains sebaiknya diajarkan melalui praktikum, tetapi hal inipun jarang dilakukan oleh para guru karena beberapa alasan, diantaranya tidak ada waktu khusus untuk praktikum, tidak memadai alatalat dan bahan praktikum, dan sebagian lagi tidak menguasai cara kerja di laboratorium. Padahal praktikum memegang peran penting di dalam pembelajaran sains. Menurut definisi, sains adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematik, terorganisir, didapatkan melalui observasi dan eksperimentasi serta bermanfaat bagi manusia. Mengacu kepada pengertian ini, jelas bahwa sains harus diawali dengan melakukan observasi dan eksperimentasi. Kemajuan ilmu dan teknologi saat ini sangatlah pesat sehingga tidak mungkin terkejar dengan cara mengajarkan konsepnya saja tetapi lebih penting menekankan kepada cara mendapatkan konsep BIO-UPI 1

yaitu proses sains. Proses sains akan lebih tepat kalau diajarkan melalui kegiatan laboratorium. B. Belajar sains dan keterampilan proses melalui praktikum Menurut Hodson (1996: 115; 1992: 65), di dalam belajar sains, terdapat tiga aspek yang harus tercakup dalam pendidikan sains, yaitu: 1. Belajar sains (learning science), menyangkut pemerolehan konsep-konsep ilmiah sehingga menjadi akrab dengan teori ilmiah. 2. Belajar tentang sains (learning about science), pemahaman tentang hakekat sains dan praktik ilmiah dengan apresiasi terhadap hubungan yang kompleks antara sains, teknologi, dan masyarakat. 3. Mengerjakan sains (doing science), meliputi pemerolehan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan agar terpatri inkuiri ilmiah serta mampu menggunakan keahlian tersebut untuk melakukan inkuiri yang sebenarnya, baik melalui arahan secara langsung dibawah bimbingan guru. Berdasarkan hal yang dikemukakan Hodson jelas bahwa belajar sains bukan hanya belajar konsep tetapi mencakup hakekat sains, praktik ilmiah, inkuiri ilmiah dan hubungan sains, teknologi, dan masyarakat. Praktik dan inkuiri ilmiah mencakup didalamnya keterampilan proses sains yang akan menjadi modal dasar untuk mampu melakukan penelitian sebenarnya di laboratorium dan di lapangan kelak di kemudian hari. Oleh karena itu selama proses pembelajaran, keterampilan proses sains perlu dilatihkan bahkan juga keterampilan dasar laboratorium lainnya.. Seorang guru biologi harus mampu melakukan penelitian di laboratorium dan di lapangan secara cermat, dan teliti. Kecermatan dan ketelitian tidaklah akan didapatkan tanpa latihan yang tepat dan terarah selama pendidikannya. Kegiatan praktikum merupakan suatu sarana yang dapat digunakan untuk melatih siswa dalam melakukan keterampilan kerja laboratorium. BIO-UPI 2

Hal apa saja yang terlibat dalam belajar biologi? Menurut Haigh (1996:7) menuliskan bahwa seorang guru harus mampu melibatkan konsep-konsep siswa, mengembangkan keterampilan esensial (komunikasi, manipulasi, dan berpikir secara bebas, dan kemampuan kerja sama0, seperangkat proses ilmiah, dan identifikasi, relevansi dan penerapan konsep-konsep. Selain itu juga perlu melibatkan ranah afektif yang perlu dikembangkan, mencakup minat, keterlibatan, dan aplikasi. Berdasarkan pernyataan Haigh tersirat bahwa keterampilan kerja yang mencakup keterampilan esensial dan proses ilmiah memegang peranan penting dalam belajar biologi. Hal ini dapat dilaksanakan dan dikembangkan dalam praktikum. Pentingnya keterampilan laboratorium ditekankan oleh Watson, Prieto, dan Dillon (1995:498) bahwa pwndekatan keterampilan laboratorium memberikan pengalaman langsung, pengalaman pertama kepada siswa, sehingga mampu mengubah persepsi siswa tentang hal-hal penting. Beberapa jenis keterampilan laboratorium yang dapat dilatihkan kepada siswa adalah, diantaranya: mencuci, membilas, dan mengeringkan alat gelas; mengambil dan menuangkan bahan dan bahan cair; membaui suatu bahan; melarutkan, mengocok, menyaring; melakukan pengukuran massa dan volume; melakukan titrasi; menyediakan atau membuat preparat dan menggunakan mikroskop; menggunakan berbagai peralatan seperti, higrometer, evaporimeter, salinometer, dan banyak lagi. Gagne (1965) mengidentifikasi 11 keterampilan proses sains yang dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar meliputi: observasi, pengukuran, membuat inferensi, membuat prediksi, mengelompokkan, mengumpulkan data, dan mencatat data; keterampilan terintegrasi meliputi: menafsirkan data, mengendalikan variabel, membuat definisi operasional, dan merumuskan hipotesis. BIO-UPI 3

Menurut Hodson (1996: 122) pendekatan yang berorientasi proses memiliki sejumlah asumsi dasar, yaitu: 1. Inkuiri ilmiah merupakan seperangkat proses diskrit. 2. Proses tersebut bersifat generik, tidak tergantung konteks sehingga dapat ditransfer. 3. Proses tersebut menghasilkan pengetahuan ilmiah. 4. Keterampilan yang ditampilkan dapat segera diamati dan dapat secara tepat dan reliabel dapat diukur. 5. Melalui praktikum dan pengembangan keterampilan ini, siswa mendapatkan kemampuan untuk melakukan inkuiri ilmiah. Mengacu kepada pengelompokan keterampilan proses yang dikemukakan Gagne (1965) dan asumsi yang dikemukakan Hodson (1996), jelas bahwa keterampilan proses dapat dikelompokkan dan dapat dilatihkan melalui kegiatan praktikum sehingga siswa akan mendapatkan kemampuan melakukan inkuiri ilmiah yang diperlukannya kelak dalam menjalani pekerjaan dan hidupnya. Keterkaitan antar komponen keterampilan proses dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok (Galton & Harlen, 1990). Pertama, kelompok keterampilan awal (start up) yang dapat dilihat keterkaitannya pada gambar 1. Kelompok kedua yaitu kelompok perencanaan dan mengerjakan dapat dilihat pada gambar 2, dan ketiga kelompok menginterpretasikan dapat dilihat pada gambar 3. OBSERVASI HIPOTESIS PERENCANAAN PENGUKURAN MEMUNCULKAN PERTANYAAN Gambar 1. Kelompok keterampilan awal (start up) BIO-UPI 4

Kelompok keterampilan proses ini mengawali atau mendahului eksperimen (melakukan, mengerjakan sains) sehingga kelompok pada gambar 1 disebut kelompok start up.pada gambar 1 jelas bahwa langkah pertama dari keterampilan proses adalah observasi baik di lapangan maupun di laboratorium. Selama observasi dapat saja melakukan pengukuran. Berdasarkan observasi dapat dibuat hipotesis atau beberapa buah hipotesis dan memunculkan pertanyaan atau permasalahan. Pertanyaanpertanyaan ini dalam bentuk pertanyaan yang dapat diteliti. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan atau pertanyaan yang muncul dari observasi perlu dibuat perencanaan. Perencanaan ini untuk membuat eksperimen (mengerjakan sains) agar mampu membuktikan hipotesis atau menjawab pertanyaan. PERENCANAAN REFLEKSI KRITIS MENGERJAKAN PENGUKURAN MANIPULASI VARIABEL OBSERVASI PENCATATAN Gambar 2. Kelompok keterampilan Merencanakan dan mengerjakan Dimanakah letaknya pengukuran? Pengukuran kemungkinan terlihat pada saat observasi, tetapi yang lebih memungkinkan adalah pada saat melakukan eksperimen seperti terlihat pada gambar 2. Pada gambar 2 menunjukkan hubungan kelompok merencanakan dan mengerjakan (planning and doing science). Diawali dengan merencanakan untuk membuktikan hipotesis atau menjawab pertanyaan.. Selama melakukan eksperimen tentu ada kegiatan pengukuran dan pengamatan. Selama melakukan juga dapat dilakukan manipulasi variabel. Hasil pengukuran dan observasi BIO-UPI 5

semua dicatat dalam proses pencatatan data. Selama observasi kadangkala dilakukan pengukuran untuk menyusun suatu hipotesis. Selama eksperimen sudah tentu tidak akan terlepas dari pengukuran-pengukuran atau keterampilan kerja lainnya seperti keterampilan untuk mengoperasikan suatu alat Minat dan ketertarikan siswa dapat terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan atau bentuk hipotesis yang dirumuskan. Hal ini sudah tentu memerlukan perencanaan untuk dapat melakukan penelitian atau eksperimen. Selama perencanaan, mungkin saja membuat keputusan untuk mengubah variabel. Siswa harus mampu mempertimbangkan variable mana yang akan diteliti dengan berubahnya variabel lain (variabel bebas) sedangkan variabel lainnya terkendali; variabel mana yang akan diukur dan alat apa yang diperlukan untuk melakukan pengukuran. Hal lain yang mungkin terjadi selama merencanakan dan melakukan eksperimen adalah refleksi kritis terhadap perencanaan dan pelaksanaan. Refleksi ini mungkin dipacu oleh kelompoknya atau didorong oleh pertanyaan yang diajukan guru, seperti: coba ceriterakan apa yang terjadi? Atau dapatkah kamu pikirkan cara lain?. Dalam melakukan eksperimen, melibatkan manipulasi variabel dan melakukan observasi dan pengukuran yang dapat berbeda dengan yang dilakukan pada perencanaan. Pencatatan data observasi berlangsung selama atau setelah eksperimen. MANIPULASI VARIABEL PENCATATAN MANIPULASI VARIABEL MENAFSIRKAN REFLEKSI KRITIS MENGOMUNIKASIKAN Gambar 3. Keterampilan proses kelompok interpretasi BIO-UPI 6

Setelah pengumpulan data dan pencatatan, data harus disimpulkan. Hal ini berarti data diinterpretasikan sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Hal ini dapat dilakukan dalam kelompok kecil sebelum dikomunikasikan kepada seluruh kelas. melahirkan penyelidikan baru. Demikian juga Pada saat menginterpretasikan dan mengomunikasikan dapat dilakukan refleksi yang kritis, mengapa sesuatu dilakukan. Pada saat menginterpretasikan dapat saja memunculkan hipotesis baru yang.akan merupakan suatu siklus penyelidikan (gambar 3). C. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Pembelajaran sains harus meliputi konsep, proses, apresiasi terhadap hubungan sains, teknologi, dan masyarakat. 2. Pembelajaran sains juga meliputi inkuiri ilmiah yang melibatkan keterampilan proses sains dan keterampilan laboratorium 3. Kegiatan praktikum merupakan cara yang sesuai untuk memenuhi tuntutan belajar sains berdasarkan hakekat sains dan melatihkan keterampilan proses sains dan inkuiri ilmiah. Daftar referensi Haigh, M., 1996. Investigating Investigatorrs: Implications for Teachesrs of the Introduction of Open Investigations Into Form 6 (Year 12) Biology Practical Work. Paper accompanying presentation to 27 th annual conference of The Australian Science Education Research Association, Canberra. Hodson, D., 1992. Redefining and reorienting practical work in school science, School Science Review, 73 (264)., 1996. Laboratory work as Scientific Method: Three Decades of Confusion and Distortion, J. Curriculum Studies, Vol 28, No. 2, 115-135 Russell, T. and Harlen, W., 1990. Assessing Science in the Primary Classroom, London: Paul Chapman Publ. Ltd. P.116 Watson, R., Prieto, T., Dillon, S.J., 1995. The Effect of Practical Work on Students Understanding of Combustion. J. Research in Science Teaching. Vol 32, No. 5. 487-502. BIO-UPI 7