BAB I PENDAHULUAN. dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur

PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2012

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2011

SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan desa secara hukum diakui dalam Undang-Undang Nomor 32

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 11 Tahun 2007 Seri E Nomor 11 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 3 TAHUN 2007 SERI E NOMOR 02

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG DANA ALOKASI UMUM DESA

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN ALOKASI DANA DESA SERTA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG DANA BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH BAGI DESA DAN ALOKASI DANA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN 2008

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2017

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PAKPAK BHARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Berdasarkan ketentuan ini

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 5 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NASKAH RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA ( RKP DESA ) TAHUN ANGGARAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 1 Tahun : 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 6 TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG SUMBER SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 1 Tahun : 2015

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2014

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2010

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem sentralisasi ke desentralisasi menjadi salah satu wujud pemberian tanggungjawab

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Tahun 2005 Tentang Desa, alokasi dana desa merupakan bagian dari dana. pembagiannya untuk desa secara proporsional 1.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KEPADA DESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan RKP-Des RKP Desa RKP Desa

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU,

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan mereka (Putra dkk., 2013). Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa semakin memperlihatkan

REALISASI PENGGUNAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) OLEH PEMERINTAH DESA DI DESA KARANGSARI KECAMATAN PADAHERANG KABUPATEN PANGANDARAN TAHUN 2015

BAB I INTRODUKSI. Bab I berisi mengenai introduksi riset tentang evaluasi sistem perencanaan

BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 26

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk meningkatkan aspek demokrasi, partisipasi rakyat, keadilan, dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang berisi tentang kesejahteraan rakyat dan otonomi daerah kepada desa. Pemerintah Desa sebagai unit organisasi pemerintah yang langsung berhadapan dengan masyarakat, perlu diberikan kewenangan yang memadai untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri menuju terwujudnya kemandirian desa. Kemandirian dalam pembangunan pedesaan bukan hanya dilihat dari aspek kemauan dan kemampuan rakyat pedesaan untuk menggali dana dan potensinya sendiri dalam membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan yang dibutuhkan oleh masyarakat desa sendiri tetapi bagaimana suatu desa tersebut bisa mencapai tujuan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Agar dapat melaksanakan perannya dalam mengatur dan mengurus komunitasnya, desa berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005, diberikan kewenangan yang mencakup: 1. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa; 2. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa; 3. tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota; dan 1

4. urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa. Sumber pendapatan desa berdasarkan pasal 212 ayat (3) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 terdiri dari : a. Pendapatan Asli Desa, meliputi : - hasil usaha desa; - hasil kekayaan desa; - hasil swadaya dan partisipasi; - hasil gotong royong; - lain-lain pendapatan asli desa yang sah. b. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota; c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota; d. Bantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah kabupaten/kota; e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga. Lebih lanjut pasal 68 Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 menyebutkan bahwa sumber pendapatan desa terdiri atas: 1. pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah; 2. bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa; 2

3. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), yang pembagiannya untuk setiap Desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa; 4. bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan; 5. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. Ketentuan pasal tersebut mengamanatkan kepada Pemerintah Kabupaten untuk mengalokasikan dana perimbangan yang diterima Kabupaten kepada desa-desa dengan memperhatikan prinsip keadilan dan menjamin adanya pemerataan. Dalam kaitannya dengan pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Karangwuni, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul telah memberikan petunjuk teknis melalui Peraturan Bupati Gunungkidul No.24 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa perihal Petunjuk Teknis Alokasi Dana Desa/Kelurahan (ADD) dijelaskan bahwa Alokasi Dana Desa yang biasa disebut ADD merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri, berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Bantuan langsung ADD adalah dana bantuan langsung yang dialokasikan kepada Pemerintah Desa digunakan untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat, kelembagaan dan prasarana desa yang diperlukan serta diprioritaskan oleh masyarakat, yang pemanfaatan dan administrasi pengelolaannya dilakukan dan dipertanggungjawabkan oleh Kepala Desa. 3

Maksud pemberian Bantuan Langsung ADD adalah sebagai bantuan stimulan atau dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai program Pemerintah Desa yang ditunjang dengan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkn Peraturan Bupati Gunungkidul No.24 Tahun 2008 bab XI pasal 36, ADD diberikan kepada Desa dengan tujuan : a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan; b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat; c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan; d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial; e. Meningkatkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat; f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat; g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat; h. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa. Desa Karangwuni merupakan salah satu dari beberapa desa di Kabupaten Gunungkidul yang merencanakan dan melaksanakan kebijakan ADD khususnya pada tahun 2013 sebagai dua tahun terakhir sebelum diadakannya peraturan pemerintah yang baru mengenai keuangan desa. 4

Di dalam pelaksanaan bantuan Alokasi Dana Desa tahun 2013 di Desa Karangwuni Kecamatan Rongkop Kabupaten Gunungkidul masih terdapat beberapa permasalahan. Sebagai contoh adalah masih rendahnya Alokasi Dana Desa dibandingkan dengan Pendapatan Asli Desa yang diterima. Berdasarkan Tabel 1.1 di bawah ini menunjukkan bahwa Alokasi Dana Desa di Desa Karangwuni memberikan kontribusi sebesar Rp62.048.000,- (dicairkan dalam tiga tahap dalam satu tahun) atau 10,40 % dari jumlah pendapatan desa, yaitu Rp596.716.975,-. Sedangkan Pendapatan asli desa memberikan kontribusi sebesar Rp234.189.675,- atau 39,25 %. Tabel 1.1 Data Sumber Pendapatan Desa Karangwuni Tahun 2013 No. Sumber Pendapatan Nominal Presentase (%) 1. Pendapatan Asli Desa (PAD) Rp234.189.675,- 39,25% 2. Bagi Hasil Pajak Rp14.288.600,- 2,39% 3. Bagi Hasil Retribusi Rp11.575.400,- 1,94% 4. Alokasi Dana Desa (ADD) Rp62.048.000,- 10,40% 5. Hibah Rp274.615.300,- 46,02% Total Rp596.716.975,- 100,00% Sumber : Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDES) tahun 2013 diolah Hal tersebut menunjukkan bahwa Alokasi Dana Desa (ADD) sangat berkontribusi dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Desa Karangwuni pada tahun 2013. Permasalahan dalam pelaksanaan ADD terdapat pada kemampuan pengelola ADD baik dari unsur Pemerintah Desa karangwuni itu sendiri maupun lembaga kemasyarakatan yang ada dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban kegiatan yang kurang baik. Diantaranya adalah kurangnya kontribusi dan kesadaran komponen masyarakat dalam musyawarah penggunaan ADD yang seharusnya secara makimal melibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), 5

Perangkat Desa, pengurus LPMD, pengurus PKK Desa, Ketua RW, dan ketua RT, dan Karangtaruna. Namun dalam kenyataannya keikutsertaan pihak-pihak terkait kurang maksimal karena kurangnya koordinasi dan komunikasi, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya beberapa masyarakat tertentu seperti halnya pejabat RT, wakil karangtaruna yang tidak hadir dalam kegiatan Musrenbang padahal sudah diberikan undangan resmi maupun komunikasi secara langsung. Mereka beralasan bahwa sudah percaya dan yakin pejabat desa atau yang sering dikenal dengan pamong desa yang bertugas mengayomi masyarakat sudah memberikan keputusan terbaik untuk masyarakatnya sehingga mereka manut begitu saja. Selain itu kekompakan masyarakat antar dusun di Desa Karangwuni berbeda sehingga kesadaran diri untuk berpartisipasi berbeda pula. Ketika kesadaran salah satu pihak itu tinggi akan tetapi ada pihak lain yang kurang akan kesadaran partisipasinya maka mereka akan terpengaruh pula. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan desa yang dibiayai dari ADD juga menunjukkan kurangnya komunikasi dari organisasi pengelola ADD dengan masyarakat Desa Karangwuni. Hal ini sesuai pendapat dari Kepala Desa Karangwuni pada periode tahun yang bersangkutan Bp. Mugi Basuki yang menyatakan Dalam menyusun kegiatan ADD telah dilakukan Musrenbang akan tetapi perwakilan yang hadir tersebut tidak pernah menginformasikan kepada masyarakat. Dengan kondisi tersebut masyarakat menjadi tidak tahu besarnya ADD yang diterima desanya, tidak dapat menyalurkan aspirasinya dan tidak mengetahui 6

penggunaan dana ADD. Sehingga masyarakat menjadi sulit untuk diajak berpartisipasi dalam kegiatan ADD. Hal tersebut menjadikan dana ADD tidak bisa direalisasikan secara maksimal seperti yang direncanakan pada saat Musrenbang sebelum tahun berjalan anggaran yang bersangkutan. Tabel 1.2 Data Penggunaan ADD Desa Karangwuni Tahun 2013 PENCAIRAN NOMINAL REALISASI SALDO Termin 1 Rp18.614.400,- Rp18.014.200,- Rp600.200,- Termin 2 Rp24.819.200,- Rp16.658.050,- Rp8.161.150,- Termin 3 Rp18.614.400,- Rp20.955.240,- (Rp2.340.840,-) SALDO Rp6.420.510,- Sumber : SPJ ADD Desa Karangwuni tahun 2013 termin 1-3 diolah Berdasarkan Tabel 1.2 tersebut masih ada dana Rp6.420.510,- atau 10,34% dana ADD yang belum terealisasi dan masih berada di desa sehingga semua dana ADD tidak bisa diimplementasikan secara maksimal seperti contohnya dari pihak karangtaruna pada tahun yang bersangkutan tidak menyelenggarakan kegiatan seperti yang direncanakan sehingga tidak ada proposal pencairan dana ADD yang menyebabkan dana tersebut masih berada di desa dan masuk pada anggaran tahun berikutnya. Selain itu menurut pendapat Kepala Bagian Keuangan Pemerintah Desa Karangwuni, Bapak Supriyantoyo bahwa penggunaan dan pelaporan ADD tahun 2013 tidak maksimal karena anggaran tidak bisa digunakan secara maksimal serta ada beberapa lembaga yang tidak membuat Surat Pertanggungjawaban sehingga pihak Perangkat Desa kelabakan membuat Surat Pertanggungjawaban untuk dilaporkan kepada pusat. Penggunaan dana ADD seharusnya bisa semaksimal mungkin agar tidak ada anggaran sisa yang dapat mempengaruhi anggaran tahun berikutnya. Walaupun dana ADD terserap hampir 90% dari anggaran 7

keseluruhan tetapi tidak hanya dilihat dari itu saja, tetapi juga cara pertanggungjawabannya dan peran masyarakat juga. Pada kenyataannya pelaporan tidak sesuai yang diharapkan dan kontribusi masyarakat kurang. Penggunaan data penelitian di ambil pada tahun 2013 karena ketersediaan data terbaru yang bisa di ambil dari narasumber Pemerintah Desa Karangwuni. Sebelumnya rencana penulisan awal menggunakan data terbaru tahun 2014 akan tetapi dari pihak narasumber tidak mengijinkan karena belum selesainya pertanggungjawaban tahun 2014 dan belum di periksa oleh pusat secara keseluruhan. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian-uraian dalam latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi masalah dalam implementasi kebijakan Alokasi Dana Desa di Desa Karangwuni Kecamatan Rongkop Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2013, yaitu : 1. Cukup besarnya prosentase ADD di Desa Karangwuni tahun 2013 sebagai salah satu sumber pendapatan desa. 2. Kurang maksimalnya kontribusi lembaga-lembaga kemasyaratan desa baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun dalam pertanggungjawaban. 3. Rendahnya kontribusi dan kesadaran masyarakat dalam pembangunan desa. 4. Kurang terkontrolnya administrasi kegiatan yang dibiayai dari ADD tahun 2013. 8

Dengan uraian permasalahan tersebut dapat diasumsikan bahwa kurang maksimalnya implementasi Alokasi Dana Desa di Desa Karangwuni tahun 2013 karena kurangnya koordinasi, komunikasi, dan sikap pelaksana. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dalam efektivitas Alokasi Dana Desa tahun 2013 di Desa Karangwuni, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunungkidul tersebut dapat memberikan suatu rumusan masalah yaitu Mengapa implementasi Alokasi Dana Desa di Desa Karangwuni Kecamatan Rongkop Kabupaten Gunungkidul tahun 2013 kurang maksimal? 1.4. Tujuan Penelitian Memberikan gambaran pelaksanaan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kurang maksimalnya implementasi Alokasi Dana Desa di Desa Karangwuni Kecamatan Rongkop Kabupaten Gunungkidul tahun 2013. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Dapat memberikan masukan pada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengambil keputusan dalam permasalahan Alokasi Dana Desa di Desa Karangwuni, sebagai bahan kajian bagi pihak yang terkait dengan kebijakan ini sehingga dapat mengoptimalkan keberhasilan kebijakan di masa mendatang. 2. Memberikan rekomendasi bagi Pemerintah Desa Karangwuni dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa di masa mendatang. 9

1.6. Kerangka Penulisan Bab I : Pendahuluan Memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta kerangka penulisan. Bab II : Gambaran Umum Penulisan Memuat deskripsi topik penulisan, tinjauan pustaka atau tulisan ilmiah yang terkait dengan topik penulisan, metodologi atau cara yang digunakan untuk menganalisis topik penulisan, serta jenis dan/atau sumber data yang merinci data yang digunakan dalam penulisan. Bab III : Kondisi Umum Memuat kondisi umum lokasi penelitan. Bab IV : Analisis dan Pembahasan Memuat hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V : Kesimpulan dan Saran Merangkum hal yang mejadi pokok bahasan dan rekomendasi yang bisa diberikan oleh penulis. 10