2015 INTERAKSI SOSIAL KELUARGA YANG SELURUH ANGGOTANYA TUNARUNGU

dokumen-dokumen yang mirip
2015 METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN INTERKASI SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLBN-A CITEUREUP

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tersebut menurun drastis menjadi hanya 18% waktu mereka berusia 16

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan

Oleh Dra. Rahayu Ginintasasi, M.Si

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

2015 PERSEPSI SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP KEMAMPUAN TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

KEHIDUPAN PSIKOLOSOSIAL BUDAYA TAWURAN. Oleh : Ibnu Fat Khan PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB 1 SIKAP (ATTITUDE)

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KONFLIK INTERPERSONAL DAN STRES KERJA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dampak globalisasi yang bersifat multidimensional dapat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT GADING CEMPAKA GRAHA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan Sepanjang Hayat

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

Penyesuaian Diri LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki sifat dan ciri-ciri yang

PERKEMBANGAN AFEKTIF

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Dukungan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan mana saja baik di sekolah maupun di luar

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB 1 PENDAHULUAN. agar manusia tidak terjerumus dalam kehidupan yang negatif. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk

BAB I PENDAHULUAN. UUD 1945, yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

2014 APLIKASI MEDIA ANIMASI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA GAMBAR PROYEKSI PADA PEMBELAJARAN GAMBAR TEKNIK DI SMKN 2 GARUT

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

KUESIONER PERSEPSI TENTANG PERILAKU KEPEMIMPINAN ATASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. Persada,2007), p.1 2 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern, pendekatan praktis (Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya, 2011), p.1.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Beberapa individu dilahirkan dengan keterbatasan, baik fisik maupun psikis, salah satunya ialah individu yang dilahirkan dengan ketunarunguan. Salah satu dampak ketunarunguan yakni hambatan komunikasi karena kurang atau tidak adanya input informasi secara auditif untuk dapat diimitasi dalam perkembangan bahasanya, sehingga individu tunarungu memiliki hambatan dalam mendapatkan pemahaman layaknya individu mendengar sebagai modal utama berkomunikasi. Auxter, Rifer, dan Hueting (Jernice, Nonis, dan Yi, 2011) mengemukakan bahwa mendengar adalah kemampuan sensorik penting dalam pengembangan psikomotor individu karena membentuk dasar komunikasi untuk perkembangan kognitif, afektif, dan perilaku, serta pembelajaran yang berlangsung. Selain itu, Arthur Borthroyd (Sadjaah, 2005, hlm. 1) menjelaskan hal yang sama, bahwa berbagai dampak timbul sebagai akibat ketunarunguan yang akan mempengaruhi individu dalam hal perspektif auditif, bahasa dan komunikasi, emosi, bahkan masalah vokasional. Pada dasarnya individu tunarungu sama dengan manusia yang lainnya, individu tunarungu tidak sanggup hidup seorang diri tanpa lingkungan, oleh karena itu individu tunarungu juga merupakan makhluk sosial yang memerlukan hubungan dengan individu lain. Hubungan sosial menurut Alisyahbana (Saragih, 2013) adalah cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang disekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya. Soerjono dan Soekanto (Ginintasasi, 2012) menjelaskan bahwa sebuah hubungan interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi; kontak sosial merupakan penyampaian dari terjadinya hubungan sosial, dan komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan. Dalam komunikasi terdapat kemungkinan terjadinya berbagai

2 macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain (Ginintasasi, 2012), sedangkan pada individu tunarungu hal tersebut diperparah oleh salah satu dampak ketunarunguan yakni dalam hal perspektif auditif dan emosi. Melalui komunikasi individu dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat untuk mencapai tujuan bersama (Mulyana, 2012, hlm. 6). Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial memiliki dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang, maka salah satu sarananya adalah komunikasi, yang merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia (Widjaja, 2010, hlm. 4-5), termasuk individu tunarungu yang juga memerlukan hubungan sosial dalam mencapai perkembangan dan tujuannya. Bagi individu tunarungu, memahami komunikasi secara oral dalam interaksi sosialnya dengan individu mendengar sulit untuk dilakukan, maka individu tunarungu akan lebih mengandalkan visual dalam mempersepsikan segala sesuatu, sehingga tidak jarang terjadi perbedaan makna yang dipersepsi dalam komunikasi. Sedangkan komunikasi adalah inti semua hubungan sosial (Widjaja, 2010, hlm. 4), dan komunikasi merupakan dasar bagi terjadinya interaksi dengan individu lain (Hernawati, 2007, hlm. 12). Bila perbedaan makna yang persepsi dalam komunikasi terjadi terus menerus, maka hal tersebut akan menimbulkan dampak lain dalam interaksi sosial individu tunarungu. Soerjono dan Soekanto (Ginintasasi, 2012) juga menyebutkan bahwa kontak sosial memiliki dua sifat, yakni kontak sosial yang positif, adalah kontak sosial yang mengarah pada suatu kerjasama, dan kontak sosial negatif, mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan kontak sosial. Selain itu, menurut penelitian Solikhatun (2013), individu tunarungu cenderung memiliki rasa kurang percaya diri, minder, tidak mudah dekat dengan orang lain khususnya individu mendengar, kecenderungan bersosialisasi dengan sesama tunarungu, tingkat emosional yang tidak stabil, dan pola komunikasi yang sulit dimengerti oleh lingkungan membuat individu tunarungu terhambat dalam penyesuaian sosial. Hal tersebut dikarenakan individu tunarungu memiliki perspektif yang negatif mengenai orang-orang di

3 lingkungannya, sehingga ia menarik diri secara sosial. Apabila hal tersebut terus berlanjut maka perspektif individu tunarungu tentang orang-orang di sekitarnya akan berbeda dengan realita, sedangkan dalam interaksi sosial, perspektif atau prasangka merupakan hal penting untuk individu dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan sosialnya. Namun sebaliknya, apabila perspektif individu tunarungu mengenai orang-orang disekitarnya adalah positif maka mereka akan memiliki rasa diterima di lingkungan sosialnya. Manusia mempunyai kebutuhan dasar seperti keinginan untuk memperoleh rasa aman lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan (Mulyana, 2012, hlm. 16-17). Perspektif positif dan rasa diterima yang dimiliki individu tunarungu akan menjadikan individu tunarungu tersebut lebih produktif dengan respon yang positif dari lingkungan. Bila hal tersebut tidak terjadi maka individu tunarungu akan merasa terisolasi dari lingkungan sosialnya. Sependapat dengan penelitian Gusti (2014) bahwa salah satu hambatan dalam penyesuaian sosial individu tunarungu adalah komunikasi yang notabene terhambat karena ketunarunguannya, sedangkan faktor yang paling berpengaruh terhadap penyesuaian sosial adalah faktor lingkungan. Dukungan dari orang lain di lingkungan individu tunarungu akan membangun rasa kepercayaan dan memberikan kesempatan untuk bersosial dengan baik di lingkungannya sebagai warga masyarakat pada umumnya. Namun apabila dukungan yang diberikan tidak dapat dipersepsikan positif oleh individu tunarungu, maka individu tunarungu akan semakin menarik diri dari lingkungannya, serta pada akhirnya tidak akan berfungsi sosial dengan baik sebagai warga dalam lingkungannya. Henderson dan Hendershott (Jackson dan Turnbull, 2004) mengungkapkan bahwa individu tunarungu mungkin tidak merasakan isolasi sosial oleh masyarakat mendengar sebagai sebuah masalah ketika mereka merasa puas dengan dukungan dan penerimaan budaya (bahasa) tunarungu dari masyarakat. Tekanan emosi yang berat dan terus menerus seperti di lingkungan tempat tinggal maupun di lingkungan kerja akan mengganggu individu serta

4 menyebabkan ketidakseimbangan fisik dan psikologis; secara fisik akan mempengaruhi kegiatannya dan secara psikis akan mengakibatkan individu menjadi malas, kurang bersemangat, dan kurang bereaksi dengan individu lain (Saragih, 2013). Apabila interaksi sosialnya di dalam kelompok-kelompok karena beberapa sebab tidak lancar atau tidak wajar, kemungkinan besar bahwa interaksi sosialnya dengan masyarakat pada umumnya juga berlangsung dengan tidak wajar (Gerungan, 2009, hlm. 195). Kondisi tersebut memberikan kontribusi pada penyesuaian individu dalam interaksi sosialnya. Berbagai interaksi dan komunikasi dalam kehidupan sosial di lingkungan individu tunarungu pun menghasilkan beragam perspektif sosial tentang orangorang di lingkungannya. Jika perspektif yang muncul adalah negatif, maka hal ini juga akan memberikan dampak negatif pada penyesuaian sosial tunarungu, menimbulkan jarak dengan lingkungan sosialnya, serta menghambat perkembangan sosial individu tunarungu muda, oleh karena itu keluarga merupakan sarana yang baik dalam memperbaiki perspektif negatif yang terjadi. Dalam keluarga, anak-anak belajar bahasa, keterampilan, nilai moral dan sosial serta budaya mereka (Berk, 2012, hlm. 75). Namun apa jadinya jika seluruh anggota keluarga merupakan individu tunarungu. Peneliti menemukan sebuah kasus dalam sebuah keluarga yang seluruh anggotanya merupakan individu tunarungu, terdiri dari nenek, kakek, ibu, dan anak. Bagaimana interaksi sosial yang terjadi jika seluruh anggota keluarga mengalami ketunarunguan, sedangkan seperti yang diketahui di atas bahwa ketunarunguan mengakibatkan individu secara mayoritas mempersepsikan segala sesuatu melalui visual. Bila anggota keluarga tunarungu dewasa memiliki perspektif negatif maka bagaimana dengan perspektif anggota keluarga tunarungu muda, atau sebaliknya. Tentu hal itu akan menimbulkan dampak dalam interaksi sosial mereka. Maka berdasarkan kasus dan argumen di atas, peneliti akan berusaha mendeskripsikan hasil di lapangan untuk mengungkapkan interaksi sosial keluarga yang seluruh anggotanya tunarungu, dalam hal ini lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekolah atau tempat kerja. Hal tersebut diharapkan

5 menjadi dasar pemahaman dan pengetahuan bagi semua masyarakat di lingkungan yang terdapat individu tunarungu untuk menciptakan interaksi dan komunikasi serta kesan yang positif dalam lingkungan sosialnya. B. Fokus Penelitian Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka fokus penelitian ini adalah pendeskripsian secara mendalam tentang interaksi sosial keluarga yang seluruh anggotanya tunarungu di lingkungan terdekatnya, yakni di lingkungan tempat tinggal serta lingkungan sekolah dan tempat kerja. Terkait dengan fokus penelitian ini, terdapat hal-hal yang akan peneliti deskripsikan secara mendalam yakni, kondisi objektif interaksi sosial keluarga tunarungu, perspektif keluarga tunarungu tentang hubungan sosial mereka, emosi yang dirasakan keluarga tunarungu ketika melakukan interaksi sosial, serta penyesuaian sosial keluarga tunarungu dalam hubungan sosialnya. C. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana interaksi sosial keluarga yang seluruh anggotanya tunarungu? Terkait pertanyaan utama dan fokus penelitian, berikut rumusan sub pertanyaan penelitian. 1. Bagaimana perspektif keluarga tunarungu terhadap interaksi sosialnya? a. Bagaimana interaksi sosial keluarga tunarungu dengan warga di lingkungan tempat tinggal? b. Bagaimana interaksi sosial keluarga tunarungu dengan rekan di lingkungan sekolah atau tempat kerja? c. Bagaimana sikap individu di lingkungan keluarga tunarungu? d. Bagaimana sifat individu di lingkungan keluarga tunarungu? 2. Bagaimana kondisi emosi keluarga tunarungu atas interaksi sosialnya? a. Bagaimana emosi positif keluarga tunarungu? b. Bagaimana emosi negatif keluarga tunarungu? 3. Bagaimana penyesuaian sosial keluarga tunarungu ketika melakukan interaksi sosial?

6 a. Bagaimana respon positif keluarga tunarungu? b. Bagaimana respon negatif keluarga tunarungu? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memahami interaksi sosial keluarga yang seluruh anggotanya tunarungu dalam lingkungan sosialnya, yakni di lingkungan tempat tinggal dan di lingkungan sekolah atau tempat kerja. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan teori tentang perkembangan sosial tunarungu. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pemahaman bagi semua masyarakat di lingkungan yang terdapat individu tunarungu untuk menciptakan interaksi sosial yang positif agar individu yang mengalami ketunarunguan juga mendapat kesempatan untuk menyesuaikan diri secara efektif dalam hubungan sosialnya.