55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitiian ini menggunakan sifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller (1986:9), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan yang dilakukan kepada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. 53 Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci dengan melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlangsung. Dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan dan Taylor, 1975:5). 54 Menurut Lofland dan Lofland, sumber utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen 53 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, I PT. Remaja Rosdakarya. Bandung, 1989 hal 3 (dikutip dalam skripsi Peranan Lembaga Ombudsman dalam Menilai Karya Foto Jurnalistik pada Kasus Foto Jurnalistik pada kasus majalh Aceh vs Tabloid Modus. 54 Ibid 55
56 dan lain-lain. Selain itu, titik penelitian kualitatif diarahkan pada latar dan induvidu secara holistic (utuh). Karenanya, penelitian ini tidak memperbolehkan adanya hipotesis ataupun variabel, melainkan pengisolasian individu atau organisasi harus dipandang sebagai bagian dari suatu keutuhan. 55 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi semiotika (simbolik). Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tandatanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia, semiotika, atau dalam istilah Barthes, Semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampur adukan dengan mengkomunikasikan (to comunicate). Memaknai brarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes, 1998:179; Kurniawan, 2001:53). Interaksionisme simbolik termasuk ke dalam salah satu dari sejumlah tradisi penelitian kualitatif yang berasumsi bahwa penelitian sistematik harus dilakukan dalam suatu lingkungan yang alamiah alih-alih lingkungan yang artifisial seperti eksperimen. Muhadjir menyebutkan, sejumlah istilah yang digunakan dalam penelitian kualitatif atau fenomenologis adalah graunded 55 Lopland, John, Lyn Lofland, Nalyzing Social Setting : A Guideto to Qualitative (Bervaton and Analisis), Belmont, California : Wadsworth Publishing Company, 1984, hal. 47
57 research, etnometodologi, paradigma naturalistik, interaksi simbolik, semiotik, heuristik, hermeneutik, atau holistik. 56 Mengemukakan tujuh prisnsip metodologis berdasarkan teori interaksi simbolik, yaitu : 57 1. Simbol dan interaksi harus dipadukan sebelum penelitian tuntas. 2. Penelitian harus mengambil perspektif atau peran orang lain yang bertindak (the acting other) dan memandang dunia dari sudut pandang subjek namun dalam berbuat demikian peneliti membedakan antara konsepsi realitas kehidupan sehari-hari dengan konsepsi demikian. 3. Peneliti harus mengaitkan simbol dan definisi subjek dengan hubungan sosial dan kelompok-kelompok yang memberikan konsepsi demikian 4. Setting prilakudalam interaksi tersebut dan pengamatan ilmiah harus dicatat. 5. Metode penelitian harus mampu mencerminkan proses atau perubahan, juga bentuk prilaku yang statis. 6. Pelaksanaan penelitian paling baik dipandang sebagai suatu tindakan interaksi simbolik. 7. Penggunan konsep-konsep yang layak adalah pertama-tama mengarahkan (sensitizing) dan kemudian oprasional; teori yang layak menjadi teori formal, bukan teori agung (grand theory) atau teori menengah (middle- 56 DR.deddy mulyana, M.A. Metodologi penelitian kualitatif. PT remaja rosdakarya bandung. Hal 149 57 ibid
58 range theory); dan proposisi yang di bangun menjadi interaksional dan universal. Pada berlangsungnya proses tersebut diolah dan dianalisa secara mendalam sesuai dengan pokok permasalahan. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu data yang terbentuk berupa uraian kata-kata atau lampiran untuk dikumpulkan dan kemudian dilakukan anlisa secara deskriptif. 3.3 Unit Analisis Data Setiap unit yang akan di analisa, di gambarkan atau di jelaskan dengan pernyataan-pernyataan deskriptif yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah tanda- tanda verbal maupun non verbal yang ada pada film Sang Pencerah. Penelitian ini di fokuskan pada makna masing-masing tanda baik berupa ikon, indeks, maupun simbol yang ada pada Sang Pencerah. Karena itu unit analisis penelitian ini adalah tanda-tanda verbal dan non verbal yang ada pada adegan-adegan dalam film Sang Pencerah.
59 3.4 Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dan memudahkan peneliti melakukan penggolongan jenis data maka terdiri data tersebut pada dua bagian, yaitu data visual dan data sekunder. 3.4.1 Data Visual Data visual adalah data yang diperoleh dengan cara melihat, mengamati, dan menggambarkan bagaimana audio dan video dalam film Sang Pencerah tersebut menampikan sisi pahlawan sosok ahmad dahlan. 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang dapat dijadikan pelengkap guna memperlancar proses penelitian. Data sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan untuk mendapatkan informasi dari literatur-literatur yang berhubungan dengan tema penelitian. Literatur yang dapat digunakan tersebut antara lain buku pedoman, surat kabar, majalah, artikel, jurnal, internet, atau dokumen lainnya. 3.5 Definisi konsep Definisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Adapun definisi konsepnya sebagai berikut : 1) Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga
60 atau berguna bagi kehidupan manusia.adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka. 2) Film Sang Pencerah adalah film drama tahun 2010 yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo berdasarkan kisah nyata tentang pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan. Film ini dibintangi oleh Lukman Sardi sebagai Ahmad Dahlan, Ihsan Idol sebagai Ahmad Dahlan Muda, dan Zaskia Adya Mecca sebagai Nyai Ahmad Dahlan. Film ini menjadikan sejarah sebagai pelajaran di masa kini tentang toleransi, koeksistensi (bekerjasama dengan yang berbeda keyakinan), kekerasan berbalut agama, dan semangat perubahan yang kurang. Sang Pencerah mengungkapkan sosok pahlawan nasional itu dari sisi yang tidak banyak diketahui publik. Selain mendirikan organisasi Islam Muhammadiyah, lelaki tegas pendirian itu juga dimunculkan sebagai pembaharu Islam di Indonesia. Ia memperkenalkan wajah Islam yang modern, terbuka, serta rasional. 3) Sosok Pahlawan Adalah pahlawan yang dengan gagah berani mengorbankan harta dan jiwa mereka demi sebuah harapan kebebasan dan kedaulatan. Itulah sosok pahlawan yang dengan gagah berani berjuang untuk menegakkan kebenaran, tanpa mengharapkan suatu apapun dari usahanya. Pahlawan bukan sekedar gelar yang dicatat dalam sebuah monumen atas jasa mereka terhadap negaranya, namun pahlawan adalah sosok pribadi yang berani dan jujur dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran. Pahlawan tidak hanya orang yang berjuang di medan juang
61 tetapi juga sosok yang berjuang di arena keagamaan serta berpikir untuk membentuk tatanan kehidupan bagi Indonesia. 3.6 Teknik analisa data Data yang diperoleh dari dokumen dan melalui gambar/audio diolah atau dianalisa dengan pendekatan deskripsi kualitatif. Data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif adalah data yang berbentuk video adegan-adegan. Setelah dilakukan analisa video menggunakan alat pemutar film, data yang diperoleh kemudian di catat ke dalam suatu catatan atau transkip. Analisa deskriptif ini memaparkan dan menjelaskan secara rinci mengenai penggambaran nilai-nilai kepahlawanan terhadap film sang pencerah. Dan teknik anaisis ini menggunakan teori Roland Barthes, dan Barthes menciptakan sebuah peta yaitu sebagai berikut : 4. Signifier (penanda) 5. Signified (petanda) 6. Denotative sign (tanda denotative) 7. CONNOTATIVE SIGNIFER (PENANDA KONOTATIF) 8. CONNOTATIVE SIGNIFIED 9. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF) Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif
62 adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika yang mengenal tanda singa, berulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin (Cobley dan Jansz, 1999:51). Mengacu kepada nilai kepahlawanan diatas, sudah banyak film-film indonesia yang menyajikan film-film yang tidak mengacu terhadap nilai nasionalisme indonesia, banyak film-film di indonesia yang tidak terlalu mendidik, dan teori yang pantas di gunakan dalamp analisis ini ada teori semiotika.semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia, semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (thingks).