BAB I PENDAHULUAN. yang mendasar, karena hampir sebagian besar aktivitas dari kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penting, karena tanah mempunyai nilai ekonomi, ekologi dan nilai sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan akan tanah sebagai sumber kehidupan sehingga dapat dicermati

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan Rijksblad Kasultanan Nomor 16 Tahun 1918 juncto Nomor 23. Tahun 1925 adalah tanah Sri Sultan sebagai penguasa Kasultanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pencatatan secara sistematis atas setiap bidang tanah baik

rakyat yang makin beragam dan meningkat. 2 Kebutuhan tanah yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Kebutuhan akan tanah semakin hari semakin meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

ini menjadikan kebutuhan akan tanah bertambah besar. Tanah mempunyai kemakmuran, dan kehidupan. Hal ini memberikan pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, pertama-tama memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai atau dimiliki oleh orang perorangan, kelompok orang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

I. PENDAHULUAN. kegiatannya manusia selalu berhubungan dengan tanah. Sehubungan dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini karena hampir sebagian besar aktivitas dan kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dalam mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat secara adil dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dengan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. mendapatkan kepastian hukum atas tanah yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan UUPA adalah untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Tujuan pembangunan itu dapat tercapai, bila sarana-sarana dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan dan sebagai sarana peran serta

BAB I PENDAHULUAN. dengan obyek benda tetap berupa tanah dengan atau tanpa benda-benda yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

BAB I PENDAHULUAN. (pendukung mata pencaharian) di berbagai bidang seperti pertanian, perkeb unan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, oleh karena itu perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. besar. Oleh karena itu untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. bagi kemakmuran dan kesejahteraan, bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup umat manusia. 1. nafkah sehari-hari berupa lahan pertanian atau perladangan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Buku Pintar, Yogyakarta, 2012, hlm. 4 3 Elza Syarief, Menuntaskan Sengketa Tanah melalui Pengadilan Khusus Pertanahan, ctk.

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Madar Maju, Badung, 1998, hlm.6

PENDAFTARAN TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB I PENDAHULUAN. pejabat berwenang, yang isinya menerangkan tentang pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan capital

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lainnya, pengaturan mengenai Notarisdiatur dalamundangundang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya tanah bagi manusia, menyebabkan tanah mempunyai nilai tinggi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pokok permasalahan utama. Instruksi Gubernur tersebut pada

BAB I PENDAHULAN. digunakan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan dasar manusia seperti untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun akan menimbulkan berbagai macam problema. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah persoalan hak atas tanah. Banyaknya permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebut tanah, selain memberikan manfaat namun juga melahirkan masalah lintas sektoral

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu harta yang mempunyai sifat permanent dan dapat. dicadangkan untuk kehidupan pada masa datang.

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN; A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana kita ketahui bersama, tanah merupakan kebutuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah permukaan bumi yang dalam penggunaannya meliputi juga

PEROLEHAN TANAH DALAM PENGADAAN TANAH BERSKALA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. maka semakin banyak manusia menginginkan dan memperoleh sebidang tanah untuk

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN TERHADAP HAK ATAS TANAH SEBAGAI OBYEK JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Sebagai warga negara Indonesia di dalam sebuah negara hukum,

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menentukan bahwa: Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan peraturan dasar bagi pembentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

I. PENDAHULUAN. memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan tanah, lebih dari itu tanah juga

BAB III PENUTUP. Dusun Tengan Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah ada

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan

BAB I PENDAHULUAN. menguasai dari Negara maka menjadi kewajiban bagi pemerintah. menurut Undang-Undang Pokok Agraria yang individualistic komunalistik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kedudukan akan tanah dalam kehidupan manusia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah memiliki posisi yang sangat strategis dan sebagai kebutuhan yang mendasar, karena hampir sebagian besar aktivitas dari kehidupan manusia bersentuhan dengan tanah. Tanah dijadikan tempat tinggal manusia, sehingga manusia dan tanah berhubungan yang sangat erat, dengan kata lain kehidupan manusia di dunia tidak dapat dipisahkan dengan tanah, dengan kata lain manusia sulit untuk hidup tanpa adanya tanah, sekalipun unsur kehidupan manusia di dunia juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain seperti air, udara, flora, fauna maupun benda-benda yang lain. Tanah merupakan faktor terpenting dalam kelangsungan hidup setiap manusia di dunia dan suatu bangsa. 5 Secara teoritis dan alami, keberadaan manusia akan tumbuh dan berkembang selalu berkaitan dengan tanah artinya manusia akan mengembangkan keturunannya secara kuantitatif berada di muka bumi (tanah) 6. Perkembangan dan pertambahan penduduk tersebut membawa konsekuensi logis terhadap tuntutan kebutuhan manusia akan tanah untuk tempat tinggalnya, akan tetapi di sisi lain keadaan tanah pada dasarnya statis tidak bertambah, bahkan dimungkinkan terjadi pengurangan atas proses alam antara lain abrasi. Kondisi yang demikian menimbulkan permasalahan sendiri bagi manusia. Meningkatnya kebutuhan akan tanah menyebabkan meningkat pula kebutuhan akan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan. Pemberian 5 I Nyoman Budi Jaya, 1989, Tinjauan Tentang Redistribusi Tanah Pertanian Dalam Rangka Pelaksanaan Landreform, Liberty, Yogyakarta, hlm. 1. 6 J Andi Hartanto, 2009, Jual Beli Tanah Belum Bersertipikat, Lasbang Mediatama, Yogyakarta, hlm. hlm.8.

jaminan kepastian hukum tersebut diperlukan perangkat hukum tertulis yang lengkap dan jelas serta dilaksanakan secara konsisten dan memberi kemudahan kepada para pemegang hak atas tanah. Tersedianya perangkat hukum yang tertulis, siapapun yang berkepentingan akan mengetahui kemungkinan apa yang tersedia baginya untuk menguasai dan menggunakan tanah yang diperlukannya, cara perolehannya, hak-hak, kewajiban serta larangan-larangan yang ada di dalam menguasai tanah dengan hak-hak tertentu, sanksi yang dihadapinya jika diabaikan ketentuan-ketentuan yang bersangkutan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan penguasaan dan penggunaan tanah yang dipunyainya. Dasar hukum pemberian jaminan kepastian hukum tentang pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 19 UUPA yang menyatakan bahwa: (1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. (2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) Pasal ini meliputi: a. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah; b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut; c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. (3) Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan negara dan masyarakat, keperluan lalu-lintas sosial ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria. (4) Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan pendaftaran termaksud dalam ayat (1) diatas, dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut. Pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud Pasal 19 UUPA ditujukan kepada pemerintah agar melaksanakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia yang bertujuan untuk menjamin kepastian hukum yang bersifat

Recht Kadaster (kepastian hak-hak atas tanah). Pendaftaran tanah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yang lebih lanjut diatur dalam Peraturan Kepala BPN-RI Nomor 3 Tahun 1997. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dikeluarkan bertujuan untuk mengurangi kesulitankesulitan, maupun hambatan atau ketidakpastian dalam pendaftaran tanah, sehingga dilakukan pendaftaran tanah yang seragam di seluruh Indonesia. Dengan diselenggarakannya pendaftaran tanah, maka pihak-pihak yang bersangkutan dengan mudah dapat mengetahui status hukum dari tanah tertentu yang dihadapinya, letak, luas dan batas-batasnya, siapa yang empunya dan beban-beban apa yang melekat di atas tanah tersebut. Kegiatan pendaftaran tanah dijabarkan lebih lanjut yaitu kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali (Opzet atau Initial Registration) dan kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah (Bijhouding atau Maintenance). Pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap objek pendaftaran tanah yang belum didaftar berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 atau Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertipikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian (Pasal 1 angka 12 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997). Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan pada data fisik atau data yuridis obyek pendaftaran tanah yang

telah terdaftar. Perubahan data yuridis salah satunya berupa peralihan hak karena jual beli, yakni berpindahnya hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun dari pemegang (subjek) haknya kepada pihak lain karena suatu perbuatan hukum yang sengaja dilakukan dengan tujuan agar pihak lain tersebut memperoleh hak tersebut. Perbuatan hukum dalam hal ini dituangkan dalam akta Jual Beli yang dibuat Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Selanjutnya didaftar selambatlambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal ditandatanganinya akta tersebut oleh para pihak yang bersangkutan, dan PPAT wajib menyampaikan akta yang dibuatnya berikut dokumen-dokumen yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan setempat. Dalam melaksanakan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang tercatat di Kantor Pertanahan harus selalu sesuai dengan keadaan atau status sebenarnya mengenai bidang tanah yang bersangkutan. Pemegang hak yang bersangkutan wajib mendaftarkan perubahan data yuridis tersebut kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota setempat untuk dicatat dalam buku tanah. Pendaftaran tanah ini diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional yang diatur dalam Pasal 5 dan Pasal 6 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah yan berbunyi : Pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional. Pasal 6 berbunyi: (1) Dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah sebagaiman dimaksud dalam Pasal 5 tugas pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan, kecuali kegiatan-kegiatan

tertentu yang oleh Peraturan Pemerintah ini atau perundang-undangan yang bersangkutan ditugaskan kepada pejabat lain (2) Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh PPAT dan Pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Tugas pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota yaitu memberikan pelayanan di bidang pertanahan kepada masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan perhatian terhadap upaya-upaya untuk lebih meningkatkan pelayanan pertanahan tersebut. Upaya peningkatan pelayanan tersebut mempunyai aspek yang sangat luas dari tingkat kebijakan termasuk penerbitan ketentuan peraturan yang diperlukan sampai tingkat pelaksanaannya. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang disebut pelayanan publik ini harus dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Sejak berlakunya Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Perwakilan Kantor Pertanahan Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur jo Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Pemekaran Kantor Pertanahan Kota Surabaya Di Provinsi Jawa Timur jo Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Pemekaran Kantor Pertanahan Kota Surabaya Di Provinsi Jawa Timur bahwa terjadi pemekaran Kantor Pertanahan di Kota Surabaya yang terbagi menjadi 2 (dua) yaitu Kantor Pertanahan Kota Surabaya I dan Kantor Pertanahan Kota Surabaya II, hal ini diharapkan dapat

meningkatkan efektifitas dan kualitas pelayanan di bidang pertanahan di Kota Surabaya yang disebabkan volume pekerjaan pada Kantor Pertanahan Kota Surabaya mengalami peningkatan yang sangat cepat sehingga kapasitas Kantor Pertanahan Kota Surabaya tidak memadai lagi. Pemekaran Kantor Pertanahan Kota Surabaya diharapkan akan membawa dampak terhadap pelaksanaan pendaftaran peralihan hak milik atas tanah karena jual beli yang berpengaruh terhadap kualitas pelayanan pendaftaran hak atas tanah. Hal ini menarik untuk diteliti. B. Rumusan Masalah Berdasarkan telaah umum di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pendaftaran peralihan hak milik atas tanah karena jual beli dikaitkan dengan jangka waktu penyelesaian setelah pemekaran Kantor Pertanahan Kota Surabaya? 2. Permasalahan-permasalahan apa saja yang dihadapi dalam penyelesaian peralihan hak milik atas tanah karena jual beli setelah pemekaran Kantor Pertanahan Kota Surabaya? 3. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam penyelesaian peralihan hak milik atas tanah karena jual beli setelah pemekaran Kantor Pertanahan Kota Surabaya?

C. Keaslian Penelitian Setelah menelusuri kepustakaan, diketahui oleh penulis bahwa belum ada penelitian yang mengangkat dan membahas tentang PELAKSANAAN PENDAFTARAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH KARENA JUAL BELI SETELAH PEMEKARAN KANTOR PERTANAHAN KOTA SURABAYA BERDASARKAN PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2010. Penulis telah melakukan penelitian kepustakaan terhadap tulisan-tulisan sebelumnya sebagai referensi keaslian terhadap penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu: Karya tulis dalam bentuk Tesis yang disusun oleh ALI SADIKIN dengan judul tesis TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMEKARAN KANTOR PERTANAHAN KOTA SURABAYA 7. Persamaan dengan tesis yang penulis susun adalah menjelaskan dampak dari pemekaran Kantor Pertanahan Kota Surabaya. Perbedaan dengan tesis yang penulis susun adalah, karya tulis tersebut menitikberatkan pada dampak pemekaran Kantor Pertanahan terhadap tugas dan wewenang PPAT, sedangkan dalam tesis yang penulis susun lebih menekankan pada dampak pemekaran Kantor Pertanahan terhadap pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah karena jual beli dan jangka waktu penyelesaiannya. Karya tulis dalam bentuk tesis yang disusun oleh DITA RAHMASARI dengan judul PELAYANAN KANTOR PERTANAHAN KOTA PANGKAL 7 Ali Sadikin, Tinjauan Yuridis Terhadap Pemekaran Kantor Pertanahan Kota Surabaya, Tesis, Program Magister Kenotariatan Universitas Indonesia Jakarta, 2012.

PINANG DALAM PENDAFTARAN TANAH 8 Dalam tesis ini perbedaannya dengan tesis yang penulis susun adalah pelayanan kantor pertanahan dalam kegiatan pendaftaran tanah seluruhnya dengan lokasi penelitian yang berbeda sedangkan yang penulis fokuskan pada pelayanan Kantor Pertanahan pada pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah khususnya peralihan hak karena jual beli setelah adanya pembagian wilayah kerja Kantor Pertanahan. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Ilmu pengetahuan : diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi ilmu pengetahuan dan pembangunan hukum, terutama dalam bidang hukum kenotariatan yang pada umumnya akan bermanfaat bagi masyarakat dan para akademisi serta para praktisi hukum pada khususnya. 2. Pembangunan : diharapkan memberikan masukan bagi Pemerintah khususnya Badan Pertanahan Nasional dalam hal penyusunan kebijakan tentang bidang pertanahan. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 8 Dita Rahmasari, Pelayanan Kantor Pertanahan Kota Pangkal Pinang Dalam Pendaftaran Tanah, Tesis, Program Magister Kenotariatan Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 2008.

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendaftaran peralihan hak milik atas tanah karena jual beli dikaitkan dengan jangka waktu penyelesaian setelah pemekaran Kantor Pertanahan Kota Surabaya. 2. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam penyelesaian peralihan hak milik atas tanah karena jual beli setelah pemekaran Kantor Pertanahan Kota Surabaya. 3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam penyelesaian peralihan hak milik atas tanah karena jual beli setelah pemekaran Kantor Pertanahan Kota Surabaya.