JUAL-BELI TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) (STUDI KASUS DI DESA PEKRAMAN PENESTANAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR)

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRACT The Position Switch Religion of Krama Villager who Staying In the Village area at Katung Village Territory, Kintamani, Bangli

PENGARUH EKSISTENSI MASYARAKAT HUKUM ADAT TERHADAP PENGUASAAN TANAH PRABUMIAN BERDASARKAN KONSEPSI KOMUNALISTIK RELIGIUS DI BALI

PENYELESAIAN WANPRESTASI DARI PEMBAYARAN KREDIT DI LPD DESA PAKRAMAN LEBIH GIANYAR

KOORDINASI ANTARA DESA DINAS DAN DESA PAKRAMAN DALAM DINAMIKA PENANGANAN TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI BALI

Oleh: I Nyoman Adi Susila I Ketut Wirta Griadhi A.A. Gde Oka Parwata. Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana

PENGARUH PARIWISATA TERHADAP PERALIHAN FUNGSI TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) (STUDI DI DESAPAKRAMAN PADANGTEGAL, UBUD, GIANYAR)

PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA

EKSISTENSI OTONOMI DESA PAKRAMAN PADA MASYARAKAT ADAT DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hubungan yang bersifat abadi, karena tanah merupakan tumpuan

KEDUDUKAN AHLI WARIS BERPINDAH AGAMA TERHADAP HAK ATAS TANAH WARIS DI DESA KESIMAN

EKSISTENSI LEMBAGA PERKREDITAN DESA SETELAH DIKELUARKANNYA UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PENYELESAIAN PERKARA DI LUAR PENGADILAN DI DALAM KONDISI DUALISME PEMERINTAHAN DESA Oleh : Luh Putu Yandi Utami. Wayan P. Windia Ketut Sudantra

SENGKETA TANAH SETRA DAN PENYELESAIANNYA (STUDI KASUS SENGKETA BANJAR ADAT AMBENGAN DENGAN BANJAR ADAT SEMANA UBUD KABUPATEN GIANYAR)

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

KEDUDUKAN DAN TUGAS KEPALA DESA SEBAGAI HAKIM PERDAMAIAN DESA DI DESA PAKRAMAN TAMAN-TANDA KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

September2016. Oleh : Ni Made Lidia Lestari Karlina Dewi 2. Key words: role, pakraman, conflict, perarem

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK

JAMINAN TANAH WARIS DI LUAR DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN

SKRIPSI PENGATURAN PENDUDUK PENDATANG DAN PENGUSAHA PARIWISATA DALAM AWIG-AWIG DI DESA PAKRAMAN ABANGAN, TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR

PERJANIAN SEWA MENYEWA TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH PROPINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG DESA PAKRAMAN

SANKSI TINDAK PIDANA BAGI PELAKU PERJUDIAN ADU JANGKRIK. : Wayan Memo Arsana NPM : Pembimbing II : I Ketut Sukadana, SH., MH.

PENYELESAIAN SENGKETA JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN OLEH AHLI WARIS YANG PEWARISNYA MASIH HIDUP (STUDI KASUS DI LBH-HPP-PETA)

AKIBAT HUKUM PEMBERIAN WARISAN SAAT PEWARIS MASIH HIDUP BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN KERAMAS DAN KESADARAN HUKUM. undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PELAKSANAAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT DI DENPASAR

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa merupakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan, di samping unsur yang

BAB II TINJAUAN UMUM DESA PAKRAMAN ABANGAN. Desa Pakraman Abangan termasuk dalam wilayah Desa dinas Tegallalang,

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA

EKSISTENSI AWIG-AWIG TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI DESA PAKRAMAN TEGALLALANG. Oleh :

PELAYANAN KONSULTASI ADAT/BUDAYA BALI BALI SHANTI UNIVERSITAS UDAYANA Astariyani 1 N. L. G., I K. Sardiana 2 dan W. P.

DESA PAKRAMAN UBUNG KECAMATAN DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR Alamat : Jl. Cokroaminoto, No. 125 Denpasar, Telp. (0361)

AKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN TANAH DI BALI OLEH ORANG ASING DENGAN PERJANJIAN NOMINEE

MASYARAKAT DAN TANAH ADAT DI BALI (Studi Kasus Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali) S. Hendriatiningsih, A. Budiartha, Andri Hernandi*

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

KATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nya skripsi yang berjudul Peranan Awig-Awig Sebagai

KEDUDUKAN KRAMA DESA BERALIH AGAMA YANG MENEMPATI TANAH KARANG DESA DI DESA PAKRAMAN KATUNG,KINTAMANI,BANGLI

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN

Seetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli

oleh I Nyoman Triambara Saputra Desak Dewi Kasih Bagian Hukum Bisnis Fakultas HukumUniversitas Udayana

IDA BAGUS SUDARMA PUTRA

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESA PAK- RAMAN SEBAGAI KESATUAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DI BALI DALAM PENGUASAAN DAN PERALIHAN TANAH ADAT 1

SANKSI KASEPEKANG DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DESA PAKRAMAN TUKADMUNGGA, KECAMATAN BULELENG, KABUPATEN BULELENG

Bandung, hlm Moh. Yasin, Rozy Munir, Dkk, 2000, Dasar-Dasar Demografi, Lembaga Demografi UI, Jakarta,

PERALIHAN STATUS KEPEMILIKAN TANAH WARISAN MENJADI TANAH PELABA PURA DALAM MASYARAKAT HUKUM ADAT BALI (STUDI KASUS DI DESA ADAT CANGGU)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era sekarang ini tanah merupakan kekayaan dan modal dasar dalam

Oleh : I Made Hengki Permadi Dewa Gde Rudy I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata, Universitas Udayana

KEDUDUKAN AHLI WARIS PEREMPUAN BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM WARIS DI INDONESIA

SISTEM PEWARISAN PADA MASYARAKAT BERKASTA KSATRIA DAN MASYARAKAT BERKASTA SUDRA DI DESA PAKRAMAN MANUABA, KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Agraris, menetapkan kedudukan tanah sebagai hal yang utama. Pasal 33 ayat 3

BAB V PENUTUP. kualitatif penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

KEKUATAN MENGIKAT PERJANJIAN YANG DIBUAT SECARA LISAN

Direktori Putusan Mahkamah - 1 Agung - Republik Indonesia

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPADA ANGGOTA MASYARAKAT PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

LAPORAN PENELITIAN TIM PENELITI/PELAKSANA

UNIVERSITAS UDAYANA PENERAPAN AWIG-AWIG KAWASAN TANPA ROKOK DI DESA PAKRAMAN SELAT KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2016

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA BUPATI BADUNG,

KEDUDUKAN SUAMI ISTRI TERHADAP HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM HAL TERJADI PERCERAIAN: PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG PERKAWINAN DAN HUKUM ADAT BALI

KAJIAN YURIDIS JUAL BELI HAK WARIS ATAS WARISAN YANG BELUM TERBAGI MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

PEMANFAATAN TANAH SETRA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADAT THE UTILIZATION OF CEMETERY IN INDIGENOUS LAW PERSPECTIVE

HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK AKIBAT ADANYA PERCERAIAN (SUATU KASUS DI PN DENPASAR)

Oleh : Made Surya Diatmika I Nyoman Suyatna Kadek Sarna Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana

EKSISTENSI AKTA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH YANG DIBUAT PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH CAMAT DIKECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA

HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA TERKAIT DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1960

BAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUASAAN HAK MILIK ATAS TANAH OLEH ORANG ASING BERDASARKAN PERJANJIAN PINJAM NAMA (NOMINEE)

Alih Fungsi Hak Atas Tanah Adat Di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar

HAK MEWARIS ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM PERDATA

Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Proses Penyelesaian Sengketa

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan yang menjadi pembeda

KEDUDUKAN HUKUM SUAMI ISTRI DALAM HAL JUAL BELI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN (KAJIAN UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN)

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG

IMPLEMENTASI HAK DAN KEWAJIBAN PENGUSAHA PENDATANG (DI DESA PAKRAMAN TENGKULAK KAJA KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR)

Penyelesaian Kredit Macet bagi Debitur Di Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Desa Pakraman Kaba Kaba Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

PERSYARATAN JAMINAN DAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PRAKTEKNYA PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DESA ADAT KUTA

KEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA. 2.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

Ni Nyoman Triari Puri I Ketut Markeling. Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

TINJAUAN UMUM PERJANJIAN KREDIT DAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) Oleh: M.S Chandra Jaya ABSTRACT

KEDUDUKAN ANAK ANGKAT MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ADAT BALI JURNAL ILMIAH

PENGUATAN KEWENANGAN PENGADILAN ADAT DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT (LABE PURA): STUDI PADA MASYARAKAT ADAT DI KABUPATEN GIANYAR BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TEMBARAN DAERAH NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI TENTANG

OLEH Dr. NI NYOMAN SUKERTI, SH.,MH. BAGIAN HUKUM & MASYARAKAT FAKULTAS HUKUM

Oleh: I Ketut Sudantra ( ) Ni Nyoman Sukerti ( ) 2 ABSTRACT

TATA CARA PENUNTUTAN HAK WARIS OLEH AHLI WARIS YANG SEBELUMNYA DINYATAKAN HILANG BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA (KUHPERDATA)

PENGANGKATAN ANAK TERHADAP CUCU LAKI-LAKI DARI ANAK PEREMPUANNYA YANG KAWIN KELUAR ADOPTION OF GRANDSON FROM THEIR MARRIED DAUGHTER

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR : 30 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN DANA PENGUATAN MODAL USAHA SUBAK ABIAN

Transkripsi:

JUAL-BELI TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) (STUDI KASUS DI DESA PEKRAMAN PENESTANAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR) Oleh Made Adi Berry Kesuma Putra A.A. Gde Oka Parwata A.A. Istri Ari Atu Dewi Bagian Hukum Adat Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Land is very important in human life because the land is place where the human born, live, and do all activities community for their life. Rampant cases of land set in the sale of land, leasing land, seizure of land inheritance, sale of garden land to the village become a problem. Linkage with such a man, according to Ter Haar said as perceived affinity and rooted in the minds of "all-pairs" (participeren Denden) it should be considered as "affinity laws" of human beings to the ground. Such a close relationship between the law of the land under their control with a magical relationship religious nature that causes people to obtain legal right to control the land, take advantage of it and collect the results. From basic conception that the land under the control law based on the principle of solidarity alliances known in customary law. Keywords: Land, Regulation, Village, Laws ABSTRAK Tanah merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena tanah adalah tempat manusia untuk lahir, hidup, untuk memiliki comunity dan melakukan semua aktivitas. Maraknya kasus tanah berlatar penjualan tanah, penyewaan tanah, perebutan tanah waris, hingga penjualan tanah pekarangan desa menjadi masalah. Pertalian manusia dengan yang demikian itu, menurut Ter Haar dikatakan sebagai pertalian yang dirasakan dan berakar dalam alam pikiran serba berpasangan (participeren denden) itu seharusnya dapat dianggap sebagai pertalian hukum umat manusia terhadap tanah. 1 Hubungan yang demikian erat antara masyarakat hukum dengan tanah yang dikuasainya merupakan hubungan yang bersifat religius magis yang menyebabkan masyarakat hukum memperoleh hak untuk menguasai tanah tersebut, memanfaatkan serta memungut hasil darinya. Dari konsepsi pokok bahwa tanah berada dalam kekuasaan persekutuan hukum berlandaskan asas kebersamaan yang dikenal dalam hukum adat. 1 Ter Haar, 1999, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, terjemahan K.Ng. Soebakti Peponoto, Pradnya Paramita, jakarta, hal. 49. 1

Oleh karena itu tulisan ini akan menjelaskan aturan dalam menjual tanah dan lahan yang dapat menjadi jual. Kata kunci: Tanah, Peraturan, Desa, Hukum I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat hukum adat, hubungan manusia dengan tanah adalah merupakan hubungan yang bersifat abadi, karena tanah merupakan tempat tumpuan harapan pertama dan terakhir bagi manusia. Tanah mempunyai kedudukan sangat penting dalam hukum adat, karena sifatnya, yaitu merupakan satu-satunya benda kekayaan meskipun mengalami menjadi lebih menguntungkan. Luas tanah yang dimiliki manusia makin terbatas, padahal jumlah manusia bertambah banyak. Semakin bertambahnya permintaan akan tanah, menjadikan tanah merupakan harta kekayaan yang mempunyai nilai ekonomis yang semakin tinggi. Ketidakseimbangan antara persediaan tanah dengan kebutuhan terhadap tanah, telah banyak menimbulkan persoalan. Persoalan tanah telah menjadi masalah klasik yang dihadapi masyarakat. Maraknya kasus tanah berlatar penjualan tanah, penyewaan tanah, perebutan tanah waris, hingga penjualan tanah pekarangan desa menjadi satu masalahnya. 1.2 Tujuan Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk pengembangan wawasan di bidang tanah adat, dan peneliti berkeinginan untuk memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu hukum berkaitan dengan jual-beli tanah adat yang saat ini masih terjadi dalam suatu desa pakraman. Dan mengetahui cara penyelesaian permasalahan jual beli tanah Pekarangan Desa di Desa Pekraman Penestenan. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian 2

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk jenis penelitian ilmu hukum dengan aspek empiris. Jenis penelitian hukum empiris ini bertujuan untuk mengungkapkan fenomena hukum dalam kehidupan nyata dalam masyarakat. Jenis penelitian hukum empiris ini digunakan karena jual-beli tanah pekarangan desa di dalam suatu desa pakraman menjadi pokok perhatian dalam penelitian ini yang dikaji dalam perspektif empirik, yaitu melihat pelaksanaan jual-beli tanah pekarangan desa ini di dalam kenyataannya di Desa Pakraman Panestanan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Dalam penelitian hukum empiris objek penelitian ini adalah kasus yang sudah berlangsung. Dengan demikian maka dilakukan dengan teknik wawancara mendalam terhadap informan maupun terhadap responden yang mengetahui ataupun mengalami peristiwa tersebut. Dalam pembuatan skripsi ini digunakan pendekatan kasus, yaitu secara langsung meneliti kasus yang terjadi dalam masyarakat. Adapun kasus tersebut diperoleh di Desa Pakraman Panestanan. Selain pendekatan langsung juga dengan pendekatan tidak langsung yang melalui buku bacaan penunjang skripsi ini. 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1 Latar Belakang Sengketa Desa Pakraman Panestanan wilayahnya mencakup dua banjar Dinas Panestanan Kaja dan Penestanan Kelod, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, sedangkan banyaknya jumlah banjar yang dimiliki adalah (2) pakraman, yaitu terdiri dari: Banjar Panestanan Kaja dan Banjar Panestanan Kelod. Di Desa Pakraman Panestanan, khususnya di banjar Penestanan Kaja telah terjadi jual-beli tanah pekarangan desa seluas 100 m 2, antara pihak penjual Bapak Katon (alm) dan pihak pembeli Bapak Reken dari Banjar Panestanan Kaja jual-beli yang terjadi pada tahun 1976 dengan alat bukti kwitansi yang disaksikan oleh Prajuru Banjar yang pada waktu itu adalah Bapak Ketut Cemol. 2.2.2 Penjelasan atau Uraian dari Sengketa Sebenarnya jual beli tanah desa atau disebut druwen desa tidak diperbolehkan ini dapat dilihat dari ketentuan yang tercantum dalam Perda Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman dan awig-awig Desa Pakraman Panestanan. 3

Dalam Perda Nomor 3 Tahun 2001 disebutkan tanah milik desa pakraman tidak dapat disertifikasi atas nama pribadi, serta dalam awig-awig Desa Pakraman Panestanan disebutkan dalam Pawos 26 (6) menyebutkan : Tan kalugra ngadol utawi ngesahang padruwen Desa/Banjar yan tan kasungkemin olih Krama Desa/Banjar ring Paruman. Maksudnya : Tidak diperkenankan menjual atau memindah tangankan tanah milik desa/banjar sebelum mendapat persetujuan dari krama desa/banjar melalui paruman/rapat desa. Menurut Bendesa, terjadinya jual beli tanah ayahan desa di Desa Pakraman Panestanan tersebut penyelesaiannya sudah melalui proses/prosedur sesuai dengan awig-awig dan perarem yaitu diawali dengan kesepakatan antara penjual dengan pembeli, dilanjutkan dengan paruman desa pakraman, dimana dalam paruman desa pakraman sudah disetujui oleh desa pakraman dengan beberapa persyaratan seperti : (1) Yang bersangkutan (pembeli) diharuskan ikut mebanjar/ ngayahang tanah desa. (2) Membuat sanggah kemulan minimal rong tiga. (3) Ikut/tunduk sesuai dengan awig-awig Desa Pakraman Panestanan. 2 Seperti diketahui mengenai pengaturan Tanah Pekarangan Desa (PKD) tidak boleh diperjual-belikan ataupun dipindah tangankan, karena belum adanya Perda yang membenarkan terjadinya jual-beli. Karena tanah pekarangan desa yang peruntukannya untuk permukiman krama desa sebagai bukti pengemong desa atau ayahan desa, segala sesuatu aturan menempati tanah pekarangan desa dipantau oleh kelihan Desa Pakraman Panestanan. III. KESIMPULAN Bertitik tolak dari latar belakang dan mengacu pada rumusan masalah, maka dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Tanah pekarangan desa di Desa Pakraman Panestanan diatur oleh Desa Pakraman melalui awig-awignya yang tercantum dalam Pawos 4 tentang Indik Krama yaitu sane kabaos Krama Desa Pekraman Penestanan inggih punika sahananing 2 Wawancara dengan Bapak I Made Putra, Bendesa Desa Pakraman Panestanan, tanggal 15 September 2010. 4

kulawarga sane ngamong karang utawi jumenek mapaumah ring wewidanga Desa Pekraman Penestanan sane meagama Hindu pemekasnya kulawarga sane nyungsung Kahyangan Tiga Desa Pekraman Penestanan, saha satinut ring sahaning awig awig Desa utawi Banjar lan pemargin Krama Desa Pekraman Penestaan yang artinya adalah keluarga yang tinggal di Desa Penestanan yang beragama Hindu yang berkewajiban untuk ngayah di Kahyangan Desa dan mentaati awig-awig yang dimiliki oleh Banjar atauesa Pekraman Penestanan. Namun, ada juga beberapa tanah pekarangan desa yang sudah diserahkan kepada krama desa untuk dikelola, akan tetapi penguasaannya tetap dalam penguasaan desa pakraman. 2. Kasus jual beli tanah pekarangan desa di desa pakraman panestanan penyelesaiannya diatur dalam awig-awig pawos 26 : diawali dengan musyawarah antara pembeli dengan penjual; dilanjutkan kepada Kelian Adat kemudian oleh Kelian Adat disampaikan kepada Bendesa Adat untuk dibicarakan pada Sangkepan Desa Pakraman. Hasil Keputusan Desa tersebut jika sudah disyahkan oleh Desa sesuai hasil paruman itulah hasil final penyelesaian kasus adat jual beli tanah pekarangan desa. IV. DAFTAR PUSTAKA Artadi, I Ketut, 2009, Hukum Adat Bali dengan Aneka Masalahnya, Pustaka Bali Post, Denpasar Awig-awig Desa Pakraman Penestanan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001, Tentang Desa Pakraman. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor SK. 556/DJA/1986, Tentang Penunjukan Pura Sebagai Badan Hukum Keagamaan yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah. Sirtha, I Nyoman, 2001, Pengkajian Hukum Adat Bali: Inventarisasi dan Identifikasi Karakteristik Hukum Tanah Adat Bali di Kabupaten Gianyar, Laporan Penelitian, Kerjasama Pemerintah Daerah Provinsi Bali dengan Fakultas Universitas Udayana. 5