Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Limba U I Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo. Pasar sental Kota Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di bulan april - mei tahun 2012, lokasi dalam

KONDISI BAKTERIOLOGIK PERALATAN MAKAN DI RUMAH MAKAN JOMBANG TIKALA MANADO

Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

Untuk menjamin makanan aman

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan juga hewan berdarah panas. Kelompok bakteri Coliform diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

GASTER, Vol. 5, No. 1 Februari 2009 ( )

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

CHECKLIST PEMBINAAN KANTIN SEKOLAH SEHAT SDN 04 LEBAK BULUS

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

GAMBARAN JUMLAH ANGKA KUMAN DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA PIRING DI RUMAH MAKAN PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2015 Cindy Stevani Sape

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO 2012 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. diseduh dengan teh ditambah gula dan es. Minuman es teh banyak digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

ANALISIS KUALITAS AIR PADA SUMBER MATA AIR DI DESA KARYA BARU KECAMATAN DENGILO KABUPATEN POHUWATO. Nelpidin Nusi, Dian Saraswati, Ramly Abudi 1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

HUBUNGAN SANITASI ALAT MAKAN PIRING DENGAN ANGKA KUMAN PADA PERALATAN MAKAN PECEL LELE DI TAMBAKBAYAN BABARSARI SLEMAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN

HIGIENE DAN SANITASI NASI TEMPE PENYET PEDAGANG KAKI LIMA JALAN KARANGMENJANGAN SURABAYA

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. kelebihan berat badan, anemia, dan sebagainya (Rahal et al., 2014). Sayuran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

bahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN METODE THREE COMPARTEMENT SINK DENGAN AIR PANAS DAN LARUTAN KLORIN TERHADAP ANGKA KUMAN ALAT MAKAN DI RSU QUEEN LATIFA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo,

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. Pengertian Makanan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

MENERAPKAN HIGIENE SANITASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

Upaya Perlindungan Kualitas Hidup Konsumen Melalui Studi Penerapan HACCP Pada Penyediaan Pangan Di Kantin Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya (Depkes RI, 1999). Memenuhi kebutuhan makhluk hidup membutuhkan bermacam-macam

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN DINAS KESEHATAN PUSKESMAS PASAR MANNA Jalan Pangeran Duayu Pasar Manna Bengkulu Selatan Kode Pos 38516

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Coliform adalah bakteri gram negatif berbentuk batang bersifat anaerob

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. penanganan makanan, keadaan lingkungan, dan peralatan yang digunakan tidak

Keywords : hygiene sanitation, eating utensils, the number of germ, Escherichia coli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT

BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Sanitasi Penyedia Makanan

Pangan dengan potensi bahaya. Bahan Pangan Apa yang Mudah Terkontaminasi? BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

Transkripsi:

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Febriyani Bobihu, 811408025 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. Abstrak Makanan adalah bahan yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh mahluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas makanan yaitu terjadinya kontaminasi makanan oleh bakteri melalui kontaminasi peralatan yang tidak bersih. Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif kuantitatf dimana sampel dalam penelitian ini adalah 14 rumah makan dikompleks pasar sentral Kota Gorontalo. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung dengan menggunakan lembar observasi dan hasil dari laboratorium Kesehatan Masyarakat UNG serta melalui penelusuran pustaka dan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh melalui pemeriksaan laboratorium peralatan makan (piring, sendok, gelas) di 14 rumah makan dimana 11 rumah makan yang tidak memenuhi syarat menurut Permenkes RI No. 715/ Menkes/ SK/V/2003 bahwa untuk persyaratan peralatan makan bakteri tidak boleh lebih dari 100 koloni/ cm 2 permukaan alat dan tidak boleh mengandung E.coli yaitu rumah makan A, B, D, E, F, G, H, I, J, K, M. Sedangkan hasil observasi menggunakan lembar observasi terdapat 6 rumah makan tentang proses pencucian dan penyimapanan peralatan makan yang termasuk dalam kategori kurang baik yaitu rumah makan B,G,H,J,L,M. Kata Kunci : Sanitasi, Angka Kuman, Peralatan Makan. I. PENDAHULUAN peralatan makan dalam pedagang makanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip-prinsip penyehatan makanan (food hygiene), alat makan yang kelihatan bersih belum merupakan jaminan telah memenuhi persyaratan kesehatan karena dalam alat makan tersebut telah tercemar bakteri yang menyebabkan alat makan tersebut tidak memenuhi kesehatan. Tempat tempat penjualan makanan dikenal sebagai tempat yang berpotensi sebagai hazard bagi kesehatan, hazard merupakan agent biologi, kimia, fisik atupun kondisi potensial yang menimbulkan bahaya tempat tempat penjualan makanan tersebut dapat menjadi tempat penyebaran penyakit Berdasarkan Permenkes No. 304 pasal 9 ayat 1 dijelaskan bahwa peralatan yang di gunakan harus memenuhi syarat kesehatan. Kebersihan peralatan makanan yang kurang baik akan mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangbiakan kuman, penyebaran penyakit dan keracunan, untuk itu peralatan makanan haruslah dijaga terus tingkat kebersihannya supaya terhindar dari kontaminasi kuman patogen serta cemaran zat lainnya

Berdasarkan Permenkes No. 304 tahun 1989 Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak boleh mengandung E. coli per cm 2 permukaan air. Oleh karena itu pentingnya melakukan pengawasan terhadap peralatan makan mengingat pengaruhnya terhadap sanitasi makanan yang kita konsumsi. Kontaminasi pada makanan yang salah satunya disebabkan dari keberadaan peralatan makan yang tidak bersih akan mengakibatkan terjadinya penyakit akibat kontaminasi bakteri yang terdapat dalam peralatan makan yang di gunakan yang dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan food and water borne disease, dimana masuknya makanan kedalam tubuh yang mengakibatkan kontaminasi yang tidak di inginkan masuk ke dalam tubuh dikarenakan makanan terkontaminasi oleh mikroba, terdapatnya mikroba ini yang menimbulkan terjadinya penyakit infeksi saluran cerna. Berdasarkan masalah di atas dan mengingat pentingnya pengawasan terhadap penyehatan makanan dan alat makan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo. II. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di bulan april - mei tahun 2012, lokasi penelitian ini adalah kompleks pasar sentral Kota Gorontalo. 3.2 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif dengan pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan angka kuman pada usapan peralatan makan di rumah makan kompleks pasar sentral Kota Gorontalo 3.5 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah rumah makan di kompleks pasar sentral kota Gorontalo yaitu sebanyak 14 buah warung makan. Jenis sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dimana seluruh populasi menjadi sampel dalam penelitian yaitu sebanyak 14 buah warung makan. 3.7 Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap proses pencucian peralatan makan dan proses penyimpanan di analisis menggunakan analisis univariate dengan menggunakan alat bantu berupa tabel distribusi frekuensi dan persentasi sebagai alat untuk menyajikan informasi. Pengukuran hasil observasi di ukur dengan memberikan skor terhadap observasi dengan memberikan bobot dengan menggunakan skala likert. Data pemeriksaan usap alat makan yang diperoleh dari hasil analisis laboratorium dengan melakukan perhitungan jumlah koloni setiap cawan menggunakan metode tuang (pour plate).

II. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1 Distribusi Rumah Makan Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada usapan peralatan makan NO NAMA MEMENUHI SYARAT KESEHATAN RUMAH MAKAN YA TIDAK 1 Rumah Makan A - TIDAK 2 Rumah Makan B - TIDAK 3 Rumah Makan C YA - 4 Rumah Makan D - TIDAK 5 Rumah Makan E - TIDAK 6 Rumah Makan F - TIDAK 7 Rumah Makan G - TIDAK 8 Rumah Makan H - TIDAK 9 Rumah Makan I - TIDAK 10 Rumah Makan J - TIDAK 11 Rumah Makan K - TIDAK 12 Rumah Makan L YA - 13 Rumah Makan M - TIDAK 14 Rumah Makan N YA - Tabel 4.19 Kategori Proses Pencucian Dan Penyimpanan Peralatan Makan NO NAMA RUMAH MAKAN SKOR KATEGORI 1 Rumah Makan A 28 Baik 2 Rumah Makan B 25 Kurang Baik 3 Rumah Makan C 29 Baik 4 Rumah Makan D 27 Baik 5 Rumah Makan E 27 Baik 6 Rumah Makan F 28 Baik 7 Rumah Makan G 24 Kurang Baik 8 Rumah Makan H 25 Kurang Baik 9 Rumah Makan I 30 Baik 10 Rumah Makan J 25 Kurang Baik 11 Rumah Makan K 27 Baik 12 Rumah Makan L 27 Baik 13 Rumah Makan M 25 Kurang Baik 14 Rumah Makan N 26 Baik

Pemeriksaan Angka Kuman Pada Peralatan Makan Bardasarkan hasil pengambilan sampel usap alat pada peralatan makan diperoleh sebanyak 11 rumah makan yang belum memenuhi standar kesehatan berdasarkan Permenkes no 304 tahun 1989 dimana peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka kuman melebihi ambang batas, dan tidak mengandung E. coli per cm 2 permukaan air, rumah makan tersebut adalah rumah makan rumah makan A, B, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M dimana angka kuman pada peralatan makan di masing masing rumah makan ini telah melebihi ambang batas dimana peralatan makan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi 100 koloni/ cm 2 permukaan alat. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil lembar observasi dimana ke 11 rumah makan ini dimana terdapat 5 rumah makan yaitu rumah makan B, G, H, J, M termasuk dalam kategori kurang baik dalam proses pencucian dan penyimpanan peralatan makan, sedangkan 6 rumah makan lainnya termasuk dalam kategori baik tetapi masih ditemukan bakteri dalam jumlah yang melebihi rata rata koloni bakteri yang telah tercantum dalam Permenkes RI No. 715/ Menkes/ SK/V/2003 dalam peralatan makan yang digunakan di masing masing rumah makan tersebut. Dimana pada proses pencucian terdapat 2 rumah makan yang tidak menggunakan detergen yaitu rumah makan G dan rumah makan H, dan sebagian besar dalam proses pencucian air dalam bak penampungan tidak diganti, serta seluruh rumah makan yang tidak menggunakan desinfektan maupun air panas, sementara untuk penyimpanan peralatan makan dimana sebagian besar peralatan makan tidak disimpan dalam rak penyimpanan sehingga memungkinkan terjadinya pengotoran dari kontaminasi binatang perusak dan sumber pengotor lainnya. Proses Pencucian dan Penyimpanan Peralatan Makan Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan lembar observasi diperoleh untuk proses pencucian peralatan makan dengan menggunakan air PAM sebanyak 12 rumah makan sedangkan yang tidak menggunakan air PAM (Sumur) sebanyak 2 rumah makan yaitu rumah makan A dan rumah makan D. hal ini dapat dinyatakan sebagian besar sudah memenuhi syarat kesehatan karena air yang bersumber dari air PAM biasanya mengandung klorin yang dapat membunuh bakteri. Klorin bahan kimia pembunuh bakteri artinya air bersih ketika sesampai kekonsumen sudah bebas dari bakteri coliform (Giwangkara dalam Pohan, 2009). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk petugas rumah makan yang selalu mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun setelah BAB dan BAK sebelum mencuci peralatan makan sebanyak 100 % artinya petugas rumah makan untuk seluruh rumah makan menyelenggarakan kegiatan ini, kegiatan ini sangatlah penting karena tangan merupakan lah satu anggota tubuh yang vital untuk mengerjakan sesuatu dalam penyelenggaraan makanan, dan melalui makanan pula makanan banyak terkontaminasi, oleh karena itu kebersihan perorangan perlu mendapatkan prioritas tinggi. Dianjurkan setiap kali keluar dari kamar mandi atau kamar kecil sebaiknya tangan dibersihkan dengan air hangat atau sabun, lalu dikeringkan

dengan serbet kertas (tissue) untuk tangan atau dengan menggunakan alat mesin pengering tangan hand dryer ( Widyati, Retno dan Yuliarsih, 2002). Berdasarkan hasil observasi untuk peralatan makan yang dibersihkan terlebih dahulu dari sisa sisa makanan yang terdapat dalam peralatan makan sebelum di cuci sebanyak 100% atau seluruh rumah makan melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan ini disebut scraping yaitu memisahkan segala kotoran dan sisa sisa makanan yang terdapat pada alat yang akan dicuci, seperti piring, mangkuk, gelas, panic dan lain lain (Djajadininggrat, 1989). Berdasarkan hasil observasi untuk proses pencucian peralatan makan dimana sebanyak 12 rumah makan yang menggunakan detergen dalam proses pencucian sedangkan sebanyak 2 rumah makan yang tidak menggunakan detergen yaitu rumah makan G dan rumah makan H. menurut Fathonah detergen merupakan bahan pembersih mirip sabun tetapi diperkaya dengan bahan bahan yang dapat meningkatkan daya bersihnya. Fungsi detergen dalam menghilangkan kotoran berminyak serupa dengan sabun, yaitu dengan mengemulsi lemak, minyak atau gemuk, tetapi detergen tidak menyebabkan gumpalan seperti sabun. Detergen sintetik atau surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan larutan, membantu membasahkan partikel cemaran, dan mensuspensikannya ke dalam cairan. Berdasarkan hasil observasi pada pencucian peralatan makan dimana sebanyak 11 rumah makan yang menggunakan bak pembilas sedangkan 3 rumah makan yaitu rumah makan G, rumah makan, K, dan rumah makan M. keberadaan bak pembilas adalah sangat penting adalah sangat penting dalam proses pencucian peralatan makan dimana berguna untuk menghilangkan kotoran kotoran yang menempel pada peralatan makan yang akan digunakan kembali (Anwar dalam Pohan 2009). Sedangkan berdasarkan hasil observasi pada proses pencucian peralatan makan dimana sebanyak 3 rumah makan yang mencuci peralatannya langsung dibawah kucuran air kran yaitu rumah makan D, rumah makan I dan rumah makan J, sedangan sebagian besar rumah makan tidak mencuci peralatan makan dibawah kucuran air kran. Hal ini dikarenakan kebiasaan petugas rumah makan yang menampung air dalam ember, padahal air yang digunakan berulang ulang ini akan lebih memungkinkan kontaminasi bakteri yang mudah kondisi yang seperti ini tentunya tidak memenuhi syarat hygiene dan sanitasi jasaboga dimana peralatan hendaknya di cuci dibawah kucuran air kran dengan air yang mengalir untuk menghindari adanya bakteri pada air tersebut. Selain itu juga didapatkan hasil bahwa frekuensi penggantian air dari bak penampung ini sebanyak 4 rumah makan yaitu rumah makan B, H, K, M yang tidak mengganti air dalam bak penampungan artinya dalam sehari air tersebut dipakai terus menerus tanpa diganti. Berdasarkan hasil observasi pada proses pencucian peralatan makan dimana terdapat 5 rumah makan yang tidak langsung mencuci peralatan makan yang telah digunakan olek konsumen, biasanya pencucian dilakukan apabila peralatan makan yang telah digunakan telah banyak dalam hal ini di cuci sekaligus untuk menghemat waktu dalam proses pencucian peralatan makan.

Selain itu berdasarkan hasil observasi dimana tidak ada satupun rumah makan yang berada dikompleks pasar sentral Kota Gorontalo yang Manggunakan Desinfektan ataupun air panas. Desinfektan adalah senyawa kimia yang memiliki kemampuan untuk membunuh mikroorganisme. Desinfektan tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak dapat mematikan mikroorganisme dalam celah, lubang atau cemaran mineral (Fathonah, 2005). Upaya sanitasi dengan menggunakan air panas dapat dilakukan dengan merendam peralatan makan dalam air panas dengan suhu 80 0 C selama 20 menit, energi panas diperkirakan menyebabkan denaturasi protein dalam sel mikroorganisme yang menyebabkan kematiannya (Fathonah, 2005). Selain itu juga penggunaan air panas ini dapat melarutkan lemak atau minyak yang berlebihan yang menempel pada peralatan makan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada proses penyimpanan dimana terdapat 13 rumah makan yang mengeringkan peralatannya secara alami dikeringkan sendiri dengan bantuan sinar matahari, sedangkan sebayak 1 rumah makan yaitu rumah makan J yang tidak mengeringkan peralatannya secara alami yaitu dengan menggunakan kain lap, penggunaan kain lap ini tentunya tidak diperbolehkan karena akan menyebabkan pencemaran sekunder melalui lap yang digunakan. Berdasarkan hasil ini dapat kita lihat bahwa sebagian besar sudah memenuhi syarat kesehatan menuru Permenkes 304 tahun 1989 dimana pengeringan peralatan harus memenuhi ketentuan : peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan dalam rak rak anti karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau sinar buatan/ mesin dan tidak boleh dilap dengan kain, selain itu juga diperoleh dalam proses penyimpanan peralatan makan dimana sebanyak 6 rumah makan yang tidak menyimpan piringnya dalam rak penyimpanan yaitu rumah makan A, C, E, F, I, K serta terdapat 9 rumah makan yang rak penyimpanannya tidak terbuat dari bahan anti karat yaitu rumah makan B, F, G, H, I, J, K, L, N, hal ini tentunya tidak memenuhi persyaratan dalam Permenkes no 309 tahu 1989. Dalam penyimpanan cangkir, mangkuk dan gelas yang disimpan tidak dalam keadaan terbalik sebanyak 1 rumah makan yaitu rumah makan E. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diperoleh bahwa peralatan makan yang disimpan tidak dalam keadaan kering sebanyak 5 rumah makan yaitu rumah makan D, E, G, M, N, penyimpanan peralatan tidak dalam keadaan kering ini akan menyebabkan peralatan tersebut ditempeli xdebu dan kotoran lainnya. Selain itu juga pada proses penyimpanan berdasarkan hasil observasi diperoleh sebagian besar yaitu 12 rumah makan yang tidak memenuhi syarat ketentuan penyimpanan peralatan yaitu rumah makan B, C, D, F, G, H, I, J, K, L, M, N. penyimpanan peralatan yang tidak benar akan mengakibatkan kemungkinan terjadinya pengotoran melalui sumber pengotoran atau kontaminasi dari binatang perusak, misalnya tikus atau mencit yang dapat mengakibatkan penyakit karena membawa organism yang bersal dari selokan, tempat sampah dan sumber lainnya melalui kulitnya yang berbulu, urin, tinja dan salivanya, selain itu juga hewan lain yang dapat mengkontaminasi peralatn makan yang tidak disimpan dengan benar yaitu kecoa yang merupakan hewan yang emnimbulkan bau khas pada bendanya dan mengotorinya dengan feses yang agak cair, kecoa sering mengkontaminasi

peralatan dengan membawa kotoran kotoran yang mungkin mengandung mikroba patogen pada kaki dan tubuhnya. Selain itu juga terdapat 4 rumah makan yang berdasarkan hasil observasi menggunakan tissue kering yang digunakan sebagai lap sekali pakai yang biasa digunakan oleh konsumen untuk membersihkan kembali peralatan sebelum akan digunakan oleh konsumen, rumah makan ini adalah rumah makan F, G, H, I. IV. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pada sampel usapan peralatan makan (piring, sendok, gelas) di 14 rumah makan dimana 11 rumah makan yang tidak memenuhi syarat yaitu rumah makan A, B, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M berdasarkan Permenkes no 304 tahun 1989 dimana peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak boleh mengandung E. coli per cm 2 permukaan air, standar angka kuman adalah tidak boleh lebih dari 100 koloni/ cm 2 permukaan alat.sedangkan sebanyak 3 rumah makan yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah makan C, L, N. Berdasarkan hasil observasi menggunakan lembar observasi di 14 rumah makan di kompleks pasar sentral Kota Gorontalo tentang proses pencucian dan penyimpanan peralatan makan dimana sebanyak 9 rumah makan yang termasuk dalam kategori baik berdasarkan skor atau bobot penilaian dengan menggunakan skala likert, yaitu rumah makan A, C, D, E, F, I, K, N sedangkan 6 rumah makan yang termasuk dalam kategori kurang baik yaitu rumah makan B, G, H, J, L, M. Saran Bagi rumah makan di kompleks pasar sentral Kota Gorontalo haruslah terus menjaga dan meningkatkan kualitas alat makan terutama yang mengalami kontak langsung dengan makanan, Bagi instansi terkait agar lebih memperhatikan hygiene sanitasi peralatan makan karena hygiene dan sanitasi peralatan makan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya penyehatan makanan dan minuman, apabila ada yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini dapat diteruskan dengan melakukan penelitian terhadap jenis jenis kuman E.coli, salmonella, Shigella, Staphylococcus aureusdan jenis bakteri patogen lainnya serta kapang dan khamir.