BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang paling strategis karena diharapkan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP ETOS KERJA GURU DI SMPN KECAMATAN CIBATU KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Departemen yang berada dibawah Kementrian Agraria dan Tata Ruang dan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan akan sangat

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa komponen yang saling terkait. Adapun komponenkomponen

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi proses pembangunan daerah di Indonesia. Di dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi senantiasa memanfaatkan sumber daya manusia yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. pembentukan kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektivitas dan keberhasilan organisasi (Yulk, 2005: 4). Kepemimpinan didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai faktor penggeraknya. Dalam sumber daya manusia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai. Kesadaran Pegawai diperlukan dengan mematuhi peraturan-peraturan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai faktor produksi dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan peradaban sudah sangat maju, menuntut Sumber Daya Manusia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dipilih secara khusus untuk melakukan tugas negara sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan pada saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mendukung demi tercapainya tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Etos kerja di Indonesia, masih belum merata. Bekerja masih dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Disiplin Kerja Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha pengusaha yang bergerak dalam bidang perdagangan baik usaha baru

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten sesuai dengan SK 345/KPTS/DIR/2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Angkasa Pura II. Sumber: Gambaran Umum PT Angkasa Pura II (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. dengan diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang pelaksanaan Otonomi

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang telah ditetapkan melalui kegiatan-kegiatan yang digerakkan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Secanggih apapun peralatan dan perangkat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu instansi pemerintah, pemimpin yaitu seseorang yang. mempengaruhi para bawahannya untuk melakukan pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam bidang pekerjaannya. Oleh karena itu keberadaan suatu. perusahaan tidak terlepas dari unsur sumber daya manusia.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BRI Cabang Limboto, samping kiri kantor Urusan Agama

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bernegara seperti organisasi pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Disiplin kerja pegawai merupakan hal yapng penting karena. dengan ditegakkannya disiplin, pegawai dapat melakukan pekerjaanya

pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013:2). Melalui penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu organisasi. Dalam setiap perusahan maupun dalam sebuah instansi pemerintah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik

BAB I PENDAHULUAN. pola tingkah laku, serta kebutuhan yang berbeda-beda. Keberadaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN Kinerja Pegawai Di Sekretariat Direktorat Jenderal. Pendidikan Islam Kementrerian Agama RI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tajam dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di dunia pendidikan, menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. internasional dalam bidang yang menyangkut core businessnya.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahap kedua adalah pengkapasitasan inilah yang sering disebut capasity

BAB IV KESESUAIAN ANTARA KEMATANGAN KARYAWAN DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN PADA SUB DIREKTORAT SDM PT X KANTOR PUSAT JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Para kepala sekolah, guru, warga sekolah, stakeholder sekolah atau yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan pendidikan bisa diartikan sebagai suatu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang dimana lebih dekat dan berhubungan langsung dengan masyarakat,

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) kesuksesan suatu organisasi. Banyak organisasi menyadari bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji pada suatu intansi

BAB II KAJIAN TEORI. Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. signifikan (F=7,595 dan p<0,01) dengan sumbangan efektif secara bersamasama

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan sesuai tuntutan perkembangan masyarakat. digunakan untuk mempromosikan dirinya dalam mengembangkan karirnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya manusia. Saat ini sumber daya manusia dianggap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a) Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah organisasi. Manajemen sumber daya manusia mempunyai

BAB II LANDASAN PUSTAKA. Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam

MSDM Handout 10. Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan karyawan dalam sebuah perusahaan dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Galih Septian, 2014

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak akan dapat bekerja tanpa adanya ide dan kreatifitas dari para

MORAL KERJA GURU DI SMK NEGERI 6 KOTA PADANG. Aditya Julivan Pratama Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP. Abstract

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ada. Salah satu unsur yang terpenting dalam organisasi adalah pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi, baik organisasi pemerintahan maupun swasta

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORITIS. para pegawai. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat memberikan

2015 PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (PUSDIKLAT) GEOLOGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Pada dasarnya kinerja merupakan sesuatu hal yang bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era

BAB 1 PENDAHULUAN. disiapkan, namun tanpa sumber daya manusia yang professional semuanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu organisasi sangat bergantung pada mutu. dalam Nasrudin, 2010:67). Rivai (2010:34-35) menyebutkan, fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru sangat penting dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sehingga

2015 PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DALAM INSTITUSI PENDIDIKAN DI KANTOR DINAS PENDIDIKAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan selalu berusaha untuk mencapai tingkat laba tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bertugas sebagai abdi masyarakat harus menyelenggarakan pelayanan secara adil kepada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang paling strategis karena diharapkan dapat mempersiapkan generasi muda yang sadar IPTEK, kreatif, dan memiliki solidaritas sebagai gambaran manusia modern masa depan. Begitu strategisnya peran pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, perlu didukung oleh tenaga kependidikan yang berkualitas. Guru yang berkualitas cenderung memiliki etos kerja yang tinggi dalam bekerja. Etos kerja adalah seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral (Sinamo, 2005:33). Menurut Toto Tasmara (2002:75-131) ada beberapa ciri yang dimiliki oleh seseorang yang tertanam etos kerja, yaitu memiliki sikap visioner, loyalitas, disiplin, mandiri, kreatif, efektif dan efisien, berorientasi produktivitas, dan memiliki komitmen. Jadi, guru yang memiliki dan tertanam etos kerja, dapat dikatakan guru yang professional karena dia menjalankan berbagai tugas dan kewajibannya sesuai dengan kompetensi-kompetensi yang dimilikinya sebagai seorang guru dan membuktikannya dengan sikap dan tindakan dia dalam mengajari anak didiknya, 1

2 memberikan contoh dan teladan, serta menjalin hubungan yang baik dengan rekan sejawatnya. Berdasarkan observasi lapangan, ternyata masih cukup banyak terjadi kenyataan yang kurang sesuai dengan harapan, yaitu masih rendahnya etos kerja pegawai. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pegawai dan guru yang tidak tepat waktu pada saat masuk kantor, menunda pelaksanaan tugas kantor, keluar kantor pada saat jam kantor dan kekurangefisienan dalam pemanfaatan sarana kantor. Rendahnya etos kerja yang ditunjukkan oleh para pegawai dan guru SMPN Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta tentunya berkaitan dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan. Karena gaya kepemimpinan merupakan kegiatan mempengaruhi dan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok (Kartono, 1982:39). Untuk itu, di dalam proses pembentukan etos kerja harus diawali dari pemimpin yang memiliki kesadaran diri serta ditegaskan di dalam tujuan organisasi untuk membentuk etos kerja yang baik. Seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional, yaitu jenis pekerjaan, lingkungan organisasi, dan karakteristik individu yang terlibat dalam organisasi. Seorang pemimpin perlu menyesuaikan cara untuk memimpin tiap individu dalam setiap situasi yang dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan gaya kepemimpinan yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard pada akhir tahun 1960, yaitu gaya kepemimpinan situasional yang biasanya dinamakan dengan teori Life Cycle, teori situasi dalam memimpin berfokus pada bawahan, mengacu pada hubungan pemimpin-bawahan hampir sama seperti hubungan orang tua

3 anak (Toha, 2001). Seperti orang tua, pemimpin harus melepaskan sebagian kuasanya supaya bawahannya menjadi lebih dewasa. Hersey dan Blanchard (2001) mengatakan bahwa kepemimpinan situasional muncul dari hubungan interaksi antara bimbingan dan arahan (hubungan tugas) yang ditunjukkan oleh pemimpin, dukungan sosial emosional (hubungan tingkah laku) yang ditunjukkan pemimpin dan terakhir seberapa siap bawahan untuk memenuhi target tertentu atau untuk menjalankan peran tertentu dalam organisasi. Berdasarkan fenomena di SMPN Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta menunjukan kepemimpinan Kepala sekolah belum menunjukkan kepemimpinan situasional seutuhnya, dari sisi instruksi masih kurangnya pengawasan atas keputusan yang telah diumumkan oleh kepala sekolah. Dari sisi konsultasi, kepala sekolah dan guru telah menjalin komunikasi dua arah yang bagus. Dari sisi partisipasi, dalam pembuatan keputusan atas suatu masalah, sebagian besar di tentukan oleh kepala sekolah, dimana seharusnya tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut yaitu guru. Dari sisi delegasi, kepala sekolah telah telah memberikan kesempatan kepada para guru untuk mempertunjukkan kemampuannya dalam memikul tanggung jawab. Memimpin manusia memang bukanlah pekerjaan yang mudah dan akan terjadi dengan sendirinya, akan tetapi memerlukan keterampilan dan kemampuan serta komitmen kerja yang tinggi dari seorang pemimpin. Pemimpin perlu memberi pola kepemimpinan yang diharapkan mampu mendorong, membina, dan meningkatkan disiplin kerja sebagai landasan terciptanya etos kerja yang baik.

4 Hal tersebut, sejalan sebagaimana yang disampaikan oleh Moenir (1992:181), bahwa: Kondisi disiplin kerja pegawai tidak langsung tercipta begitu saja, melainkan harus ada kemauan dan usaha semua pihak terutama pihak pimpinan. Sehubungan dengan hal itu, bagaimana mewujudkan disiplin kerja yang baik dalam suatu organisasi, Ordway Tead (dalam Moenir, 1992 : 182) mengemukakan bahwa : Disiplin yang baik dapat diwujudkan dan dijamin melalui peraturan yang (a) sedapat mungkin terperinci dan terpisah, (b) singkat dan sederhana, (c) sedapat mungkin jelas sehubungan dengan adanya sangsi / hukuman. Peraturan tersebut seyogyanya dapat diketahui secara luas oleh para pegawai melalui buku pedoman. Surat edaran yang ditempel di papan pengumuman, penjelasan secara lisan kepada para pegawai baru dan cara-cara lain yang sejenis. Menurut Bedjo Siswanto (2003:291) disiplin adalah sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis sarta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Hasibuan, (2003:193) menyatakan kedisiplinan adalah kesadaran dan kesedian seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan harus ditegakan dalam suatu organsiasi. Tanpa dukungan disiplin pegawai yang baik, sulit instansi untuk mewujudkan tujuannya. Memang jika dilihat secara riil, faktor kedisiplinan memegang peranan yang amat penting dalam pelaksanaan tugas sehari-hari para pegawai termasuk guru. Seorang pegawai yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi akan tetap bekerja dengan baik walaupun tanpa diawasi oleh atasan. Seorang pegawai yang disiplin

5 tidak akan mencuri waktu kerja untuk melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Demikian juga guru yang mempunyai kedisiplinan akan mentaati peraturan yang ada dalam lingkungan kerja dengan kesadaran yang tinggi tanpa ada rasa paksaan. Pada akhirnya guru yang mempunyai kedisiplinan kerja yang tinggi akan mempunyai kinerja yang baik bila dibanding dengan para guru yang bermalas-malasan karena waktu kerja dimanfaatkannya sebaik mungkin untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Karena itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna memperoleh penjelasan kongkrit tentang seberapa besar sesungguhnya kontribusi kedua faktor diatas, yakni hubungan kepemimpinan situasional kepala sekolah dan disiplin kerja terhadap etos kerja guru SMPN Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta. 1.2. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang penelitian, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : a. Bagaimana pengaruh kepemimpinan situasional kepala sekolah terhadap etos kerja guru di SMPN Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta? b. Bagaimana pengaruh disiplin kerja guru terhadap etos kerja guru di SMPN Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta? c. Bagaimana pengaruh kepemimpinan situasional kepala sekolah dan disiplin kerja guru secara simultan terhadap etos kerja guru di SMPN Kecamatan

6 Cibatu Kabupaten Purwakarta? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari : a. pengaruh kepemimpinan situasional kepala sekolah terhadap etos kerja guru di SMPN Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta b. pengaruh disiplin kerja guru terhadap etos kerja guru di SMPN Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta c. pengaruh kepemimpinan situasional kepala sekolah dan disiplin kerja guru secara simultan terhadap etos kerja guru di SMPN Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada masalah penelitian empirik di bidang manajemen sumberdaya manusia, secara khusus penelitian dapat memberi manfaat: 1. Guru, sebagai masukan dan umpan balik dari etos kerja dan disiplin kerja mereka selama ini, dan beberapa saran yang mungkin disampaikan untuk meningkatkan disiplin sehingga motivasi mereka mereka meningkat dan akan berimbas pada kinerja yang lebih baik di masa yang akan datang

7 2. Kepala Sekolah SMPN di Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta, sebagai masukan dan umpan balik bahwa kepemimpinan yang diterapkan dapat mempengaruhi guru yang akhirnya dapat meningkatkan etos kerja guru. 3. Para pengambil kebijakan di Kabupaten Purwakarta, sebagai masukan dan umpan balik terhadap kebijakan disiplin guru yang diterapkan selama ini dalam upaya meningkatkan etos kerja yang secara signifikan dapat meningkatkan kinerja guru. 4. Bagi peneliti Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman sebagai peneliti, serta menambah pengalaman dalam pengambilan keputusan. 5. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan penelitian ini dapat diteruskan oleh peneliti lain dengan cakupan lebih luas dan mendalam. 6. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Hasil dari penelitian ini secara teoritis akan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu manajemen dan manajemen strategik. Walaupun kajian tentang ilmu manajemen dan manajemen strategik dalam konteks organisasi dan ilmu administrasi pendidikan telah banyak dilakukan namun dengan dinamika kehidupan dan perubahan yang begitu cepat akhirakhir ini masih banyak ruang untuk melengkapinya.

8 1.5 Asumsi Penelitian Asumsi dalam penelitian ini dibangun dari kristalisasi sejumlah teori yang relevan untuk mempertajam pemahaman tentang fenomena empirik yang menjadi obyek atau fokus dalam penelitian. Sesuai dengan kerangka berfikir dalam penelitian ini serta argumentasi teoritik maka dikemukakan beberapa asumsi, yaitu : 1. Etos kerja profesional adalah seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral (Sinamo, 2005:33). 2. Guru yang memiliki dan tertanam etos kerja, dapat dikatakan guru yang professional karena dia menjalankan berbagai tugas dan kewajibannya sesuai dengan kompetensi-kompetensi yang dimilikinya sebagai seorang guru dan membuktikannya dengan sikap dan tindakan dia dalam mengajari anak didiknya, memberikan contoh dan teladan, serta menjalin hubungan yang baik dengan rekan sejawatnya. 3. Gaya kepemimpinan situasional mengandung pokok-pokok pikiran (Wahjosumidjo, 2003:30) : Di mana pemimpin itu berada melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional, yaitu jenis pekerjaan, lingkungan organisasi, karakteristik individu yang terlibat dalam organisasi Perilaku kepemimpinan yang paling efektif ialah perilaku kepemimpinan yang disesuaikan dengan tingkat kematangan bawahan

9 Pimpinan yang efektif ialah pimpinan yang selalu membantu bawahan dalam pengembangan dirinya dari tidak matang menjadi matang Perilaku kepemimpinan cenderung berbeda-beda dari satu situasi ke situasi lain. Oleh sebab itu dalam kepemimpinan situasi penting bagi setiap pemimpin untuk mengadakan diagnose dengan baik terhadap situasi. Pemimpin yang baik menurut teori ini adalah pemimpin yang mampu mengubah-ubah perilakunya sesuai dengan situasi dan memperlakukan bawahan sesuai dengan tingkat kematangannya yang berbeda-beda. Pola perilaku kepemimpinan berbeda-beda sesuai dengan situasi yang ada 4. Kepemimpinan situasional berfokus pada kesesuaian atau efektivitas gaya kepemimpinan yang sejalan dengan tingkat kematangan atau perkembangan yang relevan dari para pengikut 5. Disiplin kerja adalah sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis sarta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksisanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya (Siswanto, 2003:291). 6. Pribadi yang disiplin sangat berhati-hati dalam mengelola pekerjaan serta penuh tanggung jawab memenuhi kewajibannya. Mereka pun mempunyai daya adaptabilitas atau keluwesan untuk menerima inovasi dan gagasan yang baru.

10 1.6 Kerangka Pemikiran Berawal dari adanya tuntutan dari masyarakat tentang pengembangan diri dan peluang tamatan, adanya tantangan dan ancaman akibat kemajuan Iptek serta kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam mengurusi dunia pendidikan, secara langsung akan mempengaruhi hal-hal seperti visi dan misi pendidikan, tujuan dan sasaran pendidikan, kurikulum, guru, peserta didik, sarana dan prasarana, pembiayaan, organisasi, administrasi, dan peran serta masyarakat dalam pendidikan. Semua komponen tersebut akan berpengaruh pada etos kerja tenaga kependidikan, sedangkan kinerja guru/tenaga kependidikan yang sesuai dengan tuntutan mutu pendidikan sehingga dihasilkan mutu hasil belajar lebih baik yang dikembangkan oleh kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan melalui peningkatan keterampilan kepemimpinan kepala sekolah dan meningkatkan disiplin kerja guru. Kemampuan kepemimpinan berfungsi mewujudkan pendayagunaan setiap personal secara tepat. Sedangkan disiplin sangat berpengaruh terhadap etos kerja yang dapat dicapai oleh tenaga kependidikan. Etos kerja yang tinggi dari guru dimanifestasikan dalam bentuk kreatifitas dan inisiatif dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Adapun peran disiplin guru akan dapat mendukung perubahan prilaku guru dalam perbaikan-perbaikan mutu pendidikan.

11 Gambar 1.1 Paradigma Penelitian Sub Variabel Kepemimpinan Situasional ( Paul Hersey dan Kenneth Blanchard) Instruksi Konsultasi Partisipasi Delegasi Sub Variabel Disiplin Kerja ( Bedjo Siswanto) Frekuensi Kehadiran Tingkat Kewaspadaan Ketaatan pada standar kerja Ketaatan pada peraturan kerja Etika Kerja

12 Sub Variabel Etos Kerja (Toto Tasmara ) Visioner Loyalitas Disiplin Mandiri Kreatif Efektif dan efisien Berorientasi pada produktifitas Memiliki komitmen 1.7 Definisi Operasional Variabel 1. Etos kerja profesional adalah seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral (Sinamo, 2005:33). Sub variable etos kerja dikembangkan yaitu visioner, loyalitas, disiplin, mandiri, kreatif, efektif dan efisien, produktivitas, dan komitmen (Tasmara, 2002:75-131). 2. Gaya kepemimpinan situasional mengandung pokok-pokok pikiran (Wahjosumidjo, 2002:30) :

13 Di mana pemimpin itu berada melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional, yaitu jenis pekerjaan, lingkungan organisasi, karakteristik individu yang terlibat dalam organisasi Perilaku kepemimpinan yang paling efektif ialah perilaku kepemimpinan yang disesuaikan dengan tingkat kematangan bawahan. Tingkat kematangan karyawan (maturity), diartikan sebagai tingkat kemampuan karyawan untuk bertanggung jawab dan mengarahkan perilakunya dalam bentuk kemauan. Pimpinan yang efektif ialah pimpinan yang selalu membantu bawahan dalam pengembangan dirinya dari tidak matang menjadi matang Perilaku kepemimpinan cenderung berbeda-beda dari satu situasi ke situasi lain. Oleh sebab itu dalam kepemimpinan situasi penting bagi setiap pemimpin untuk mengadakan diagnose dengan baik terhadap situasi. Pemimpin yang baik menurut teori ini adalah pemimpin yang mampu mengubah-ubah perilakunya sesuai dengan situasi dan memperlakukan bawahan sesuai dengan tingkat kematangannya yang berbeda-beda. Pola perilaku kepemimpinan berbeda-beda sesuai dengan situasi yang ada Sub variabel kepemimpinan situasional berupa empat respon kepemimpinan dalam mengelola kinerja berdasarkan tingkat kematangan karyawan, yaitu partisipasi, delegasi, konsultasi, dan instruksi (Hersey dan Blanchard dalam Miftah Toha, 2001).

14 4. Disiplin kerja adalah sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis sarta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksisanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya (Siswanto, 2003:291). Sub variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah frekuensi kehadiran, tingkat kewaspadaan, ketaatan pada standar kerja, ketaatan pada peraturan kerja, dan etika kerja (Siswanto, 2003:291) 1.8 Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis pertama terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan situasional terhadap etos kerja guru. 2. Hipotesis kedua terdapat pengaruh positif dan signifikan disiplin kerja terhadap etos kerja guru. 3. Hipotesis ketiga terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan situasional kepala sekolah dan disiplin kerja terhadap etos kerja guru.