I. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 (UUD 1945) yaitu :

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yaitu: Melindungi

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG BADAN AKREDITASI PROVINSI SEKOLAH/MADRASAH TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2016

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2016

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2016

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI RIAU TAHUN 2016

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

LAPORAN AKHIR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2016 SEKOLAH/MADRASAH HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SUMATERA BARAT

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI BALI TAHUN 2016

A. Tujuan Pelatihan Asesor

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lisna Nurhalisma, 2013

Standar Nasional Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

MATERI BINTEK MBS AKREDITASI SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH. Ali Imron

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SUMATERA UTARA

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2016

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016


HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI PAPUA TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pembangunan Sumber Daya Manusia. Dalam. pengamatannya, manajemen pendidikan di Indonesia masih belum

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI BAHASA INDONESIA DALAM PENDIDIKAN. Yoga Yolanda Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus berubah secara signifikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SULAWESI UTARA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. perioritas bagi Negara Indonesia dalam pembangunan nasional yang

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 116 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2007 TANGGAL 17 APRIL 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

SAMBUTAN KEPALA KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA WORKSHOP PENYIAPAN TENAGA ASESOR UNTUK AKREDITASI TAHUN

WALIKOTA TASIKMALAYA

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KALIMANTANTIMUR TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI MALUKU TAHUN 2016

Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 048 TAHUN 2014 TENTANG

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KALIMANTANTENGAH TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

I. PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. panjang, persiapan yang matang, dukungan sumber daya manusia dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam konstitusi negara republik Indonesia ditegaskan bahwa pendidikan merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 (UUD 1945) yaitu : Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Untuk mewujudkan itu semua perlu diusahakan terselenggaranya suatu sistem pendidikan nasional yang bermutu dan mengikatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya peningkatan kualitas pendidikan secara nasional merupakan salah satu agenda yang sedang dilaksanakan oleh Pemerintah. Upaya ini diarahkan agar setiap lembaga pendidikan selalu berupaya untuk memberikan jaminan kualitas kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau masyarakat yakni suatu jaminan bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi dan sesuai pula dengan harapan mereka. Apabila setiap lembaga penyelenggara pendidikan selalu berupaya untuk memberikan jaminan kualitas dan upaya ini dilakukan secara terus menerus, maka diharapkan mutu pendidikan secara nasional akan terus meningkat.

Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, Pemerintah mengeluarkan keputusan menteri pendidikan nasional nomor 087/U/2002 tentang akreditasi sekolah. Dalam keputusan tersebut dengan tegas menunjuk seluruh sekolah agar diakreditasi, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Berdasarkan UU RI N0. 20/2003 pasal 60 ayat (1) dan (3) : Akreditasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan berdasarkan kriteria yang bersifat terbuka. Kriteria tersebut dapat berbentuk standar seperti yang termaktub dalam pasal 35. ayat (1) yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas: standar isi, stándar proses, stándar kompetensi lulusan, stándar tenaga kependidikan, stándar sarana dan prasarana, stándar pengelolaan, stándar pembiayaan, dan stándar penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Akreditasi sekolah merupakan suatu kegiatan penilaian kelayakan dan kinerja suatu sekolah berdasarkan kriteria (standar) yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh badan akreditasi sekolah nasional (BASNAS) yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan peringkat kelayakan sebagaimana diatur dalam keputusan menteri pendidikan nasional 087/U/2002. Karena sekolah merupakan ujung tombak dalam melahirkan manusiamanusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi dan baik, untuk itu perlu adanya akreditasi bagi sekolah sebagai salah satu bentuk jaminan mutu sekolah.

Idealnya tetapi pada kenyataanya banyak sekolah yang kurang mengerti keberadaan akreditasi sekolah, seperti halnya di SMP negeri 2 kecamatan Terbanggi Besar kabupaten Lampung Tengah yang telah terakreditasi dengan predikat akreditasi yaitu B, hanya sebagian kecil warga sekolah yang paham terhadap keberadaan akreditasi tersebut. Untuk itu perlunya pemahaman warga sekolah terhadap akreditasi sangat diperlukan untuk membantu proses penilaian akreditasi bagi sekolah/madrasah agar berjalan dengan baik. Upaya yang harus dilakukan sekolah maupun Pemerintah antara lain mensosialisasikan pentingnya akreditasi sebagai salah satu bentuk jaminan mutu pendidikan di sekolah. Untuk melaksanakan akreditasi sekolah/ madrasah Pemerintah membentuk badan akreditasi nasional sekolah/madrasah (BAN), kewenangan badan akreditasi nasional, sekolah/madrasah (BAN) adalah merumuskan kebijakan operasional, melakukan sosialisasi kebijakan, dan melaksanakan akreditasi sekolah/madrasah. (Depdiknas, 2004 : 43) Badan akreditasi propinsi (BAP) sekolah/madrasah melaksanakan akreditasi untuk tingkat TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan SLB. Unit pelaksana akreditasi (UPA) kabupaten/kota, membantu BAP sekolah/madrasah dalam melaksanakan akreditasi di wilayah provinsi serta kabupaten yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pengertian diatas, akreditasi sekolah dapat ditafsirkan sebagai tindakan menilai tingkat kelayakan kinerja setiap sekolah melalui tindakan membandingkan keadaan sekolah menurut kenyataan dengan kriteria (standar) yang telah ditetapkan. Adapun syarat (kriteria) standar menurut peraturan menteri pendidikan nasional No. 11 tahun 2009 tentang persyaratan bagi sekolah yang dapat mengikuti kegiatan akreditasi, apabila memenuhi persyaratan berikut : 1. Memiliki surat keputusan pendirian/operasional sekolah/madrasah. 2. Memiliki peserta didik pada semua tingkatan kelas. 3. Memiliki sarana dan prasarana pendidikan. 4. Memiliki pendidik dan tenaga kependidikan. 5. Melaksanakan kurikulum yang berlaku, dan 6. Telah menamatkan peserta didik. Jika keadaan sekolah menurut kenyataan memenuhi standar, maka sekolah yang bersangkutan dinyatakan terakreditasi. Sebaliknya, sebuah sekolah dinyatakan tidak terakreditasi jika keadaan sekolah menurut kenyataan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan, dengan demikian, hasil akreditasi dinyatakan dalam bentuk pengakuan terakreditasi dan tidak terakreditasi. Sedangkan sekolah yang terakreditasi dapat diperingkatkan menjadi tiga klasifikasi, yaitu amat baik, baik, dan cukup. Proses akreditasi tersebut harus dilakukan secara berkala dan terbuka dengan tujuan membantu dan memberdayakan lembaga pendidikan agar

mampu mengembangkan sumber dayanya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Proses akreditasi dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu: 1. Pelaksanaan evaluasi diri oleh sekolah, yaitu dengan cara sekolah mengisi instrument evaluasi diri yang diperoleh dari BAS (badan akreditasi sekolah) 2. Pengajuan akreditasi oleh sekolah ke BAS (badan akreditasi sekolah) 3. Penentuan kelayakan visitasi oleh BAS (badan akreditasi sekolah) 4. Pelaksanaan visitasi oleh tim asesor, tim asesor adalah tim yang dibentuk oleh badan akreditasi sekolah untuk mewakili serta menilai jalanya proses akreditasi sekolah 5. Penetapan hasil akreditasi oleh BAS (badan akreditasi sekolah) 6. Penerbitan hasil akreditasi oleh BAS. (Depdiknas, 2004 : 43) Sebagai mana diketahui, proses akreditasi yang dilaksanakan oleh BAS (badan akreditasi sekolah) terhadap sekolah-sekolah yang akan dinilai tidaklah mudah, karena memiliki banyak tantangan dan syarat yang harus dipenuhi oleh sekolah. Untuk itu harus mempersiapkan secara maksimal komponen-komponen yang akan dinilai dalam akreditasi. Sesuai dengan keputusan menteri pendidikan nasional nomor 087/U/2002 tanggal 14 Juni 2002 tentang akreditasi sekolah/madrasah, komponenkomponen sekolah yang menjadi bahan penilaian ini mencakup kepada standar nasional pendidikan yaitu: 1. Standar Isi 2. Standar Proses

3. Standar Kompetensi Lulusan, 4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 5. Standar Sarana dan Prasarana 6. Standar Pengelolaan 7. Standar Pembiayaan, 8. Standar Penilaian Pendidikan. Dengan adanya akreditasi sekolah ini diharapkan kualitas sekolah juga akan semakin baik, dan sekolah yang berkualitas akan menghasilkan lulusan yang baik dan mencapai tujuan yang diharapkan, pada kenyataanya untuk mencapai hasil akreditasi yang baik warga sekolah harus bekerja keras untuk mempersiapkan komponen-komponen penilaian akreditasi sekolah. Berdasarkan dokumentasi serta pengamatan secara langsung di SMP negeri 2 penulis mendapatkan kondisi sekolah dalam menghadapi penilaian akreditasi sekolah yang mengacu pada 8 standar nasional pendidikan antara lain: Tabel. 1 Kondisi SMP Negeri 2 Terbanggi Besar Lampung Tengah Kondisi Saat Ini No. Aspek yang diamati Baik Cukup Baik Kurang Baik 1. Standar Isi V 2. Standar Proses V

3. Standar Kompetensi Kelulusan 4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 5. Standar Sarana dan Prasarana 6. Standar Pengelolaan V 7. Standar Pembiayaan V V V V 8. Standar Penilaian Pendidikan Sumber data : Data Primer V Tabel 2 menjelaskan bahwa kondisi komponen- komponen yang ada di SMP N 2 masih terdapat banyak yang kurang memenuhi kriteria penilaian akreditasi sekolah diantaranya : 1. Standar Proses, 2. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 3. Standar Sarana dan Prasarana 4. Standar Pengelolaan 5. Standar Pembiayaan, Hal inilah yang menjadi salah satu penghambat bagi sekolah dalam mencapai predikat akreditasi sekolah yang baik. Adapun faktor-faktor pendukung dan penghambat sekolah dalam mencapai predikat akreditasi yang baik diantaranya ada yang memiliki daya dukung tinggi, dan ada yang memiliki daya dukung sedang dan rendah terhadap keberhasilan pencapaian predikat akreditasi. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pencapaian predikat akreditasi adalah kurikulum dan pembelajaran, administrasi dan manajemen sekolah, organisasi kelembagaan sekolah, sarana dan prasarana,

ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, peranserta masyarakat, dan lingkungan dan budaya sekolah (Depdikbud, 2002). 1. Kurikulum dan Pembelajaran 2. Administrasi/Manajemen 3. Organisasi Kelembagaan Madrasah 4. Sarana dan Prasarana 5. Ketenagaan (Guru dan Staf Tata Usaha) 6. Pembiayaan 7. Peserta Didik 8. Peranserta Masyarakat 9. Lingkungan Budaya Madrasah Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung oleh peneliti, faktanya di SMP N 2 hingga saat ini masih belum ada tindak lanjut dari sekolah untuk merehabilitasi dan memperbaiki ruangan belajar, organisasi kelembagaan sekolah belum terstuktur dengan jelas serta rancangan pembiayaan anggaran belanja sekolah yang belum tersusun dengan baik. Untuk itu, peranan seluruh warga sekolah sangatlah besar untuk kelancaran dalam proses penilaian akreditasi disekolah tersebut agar tercapainya status akreditasi sesuai dengan yang diharapkan yaitu predikat akreditasi A, termasuk dalam upaya sekolah untuk mempertahankan status akreditasi yang telah dicapai. Berdasarkan latar belakang masalah inilah penulis tertarik dan merasa penting untuk lebih mengetahui bagaimana Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Status Akreditasi Sekolah Di SMP Negeri 2 Terbanggi Besar Lampung Tengah. 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Pentingnya akreditasi bagi sekolah sebagai salah satu bentuk jaminan mutu sekolah 2. Pemahaman warga sekolah terhadap keberadaan akreditasi sebagai salah satu jaminan mutu sekolah. 3. Kesiapan sekolah dalam menghadapi penilaian akreditasi 4. Faktor penghambat dan pendukung sekolah dalam mencapai predikat status akreditasi yang baik. 5. Upaya sekolah dalam meningkatkan status akreditasi 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka penelitian ini dibatasi pada Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Status Akreditasi Sekolah Di SMP Negeri 2 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2011. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Status Akreditasi Sekolah di SMP Negeri 2 Terbanggi Besar Lampung Tengah?

1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis bagaimanakah upaya sekolah dalam meningkatkan status akreditasi sekolah di SMP negeri 2 Terbanggi Besar Lampung Tengah 1.5.2 Kegunaan Penelitian 1.5.2.1 Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep konsep ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan yang mengkaji tentang pendidikan nilai moral pancasila dalam hal kebersamaan serta partisipasi masyarakat dan sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. 1.5.2.2 Kegunaan Praktis 1. Sebagai informasi kepada sekolah maupun masyarakat mengenai pentingnya peningkatan mutu pendidikan melalui status terakreditasi bagi setiap sekolah 2. Sebagai masukan untuk peningkatan kualitas pendidikan di SMP tersebut.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.1 Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini termasuk dalam ruang Lingkup ilmu Pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan, karena penelitian ini berguna dalam mengkaji tentang pendidikan nilai moral pancasila dalam hal kebersamaan serta partisipasi masyarakat dan sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. 1.6.2 Ruang Lingkup Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah pihak sekolah SMP Negeri 2 Terbanggi Besar Lampung tengah, yaitu kepala sekolah, guru dan staf tata usaha yang ada di sekolah. 1.6.3 Ruang Lingkup Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah Sekolah Dalam Meningkatkan Status Akreditasi Sekolah Di SMP Negeri 2 Terbanggi Besar Lampung Tengah. 1.6.4 Ruang Lingkup Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan Di SMP Negeri 2 Terbanggi Besar Lampung Tengah. 1.6.5 Ruang Lingkup Waktu Penelitian Waktu penelitian dalam penelitian ini adalah setelah dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesai.