BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang semakin berkembang di Kabupaten Bantul. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinia ke empat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

BAB I. PENDAHULUAN A.

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Sehingga kebijakan tidak bersifat satu arah. Kebijakan bisa dibilang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

Pranata Pembangunan Pertemuan 14 Penertiban Kaki lima

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 60 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

I. PENDAHULUAN. berjalan ke arah yang lebih baik dengan mengandalkan segala potensi sumber daya yang

ABSTRAKSI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 IRIGASI TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 01 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 15 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Lima yang dilakukan oleh aparat pemerintah, seakan-akan para Pedagang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kegiatan pariwisata berfungsi sebagai penggerak seluruh potensi

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2014 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 4 TAHUN 2010

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA MIKRO BUPATI SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem

I. PENDAHULUAN. dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah. Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL adalah istilah untuk

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 05 TAHUN 2008 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN PAJAK REKLAME UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH WILAYAH DUREN SAWIT, JAKARTA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 15 TAHUN 1997 SERI B.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang lain bekerja dalam waktu yang singkat. tingginya tuntutan biaya hidup di zaman saat sekarang ini.

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah :

Menimbang : a. bahwa Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah. yang merupakan perwujudan hak. guna memenuhi kebutuhan hidupnya;

WALIKOTA PALANGKA RAYA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Apalagi untuk kehidupan di kota-kota besar, seperti: Jakarta, Bandung, Semarang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan tertentu pasti mempunyai tujuan yang sudah dirancang sebelumnya.

PROPOSAL PENGAJUAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) KHUSUS BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN. mempersempit ruang gerak di sebuah wilayah. Dimana jumlah pertumbuhan penduduk tidak

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA PUSAT PERBELANJAAN

P E R A T U R A N D A E R A H

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH

I.PENDAHULUAN. Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi pilihan yang termudah untuk bertahan hidup.

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 79 TAHUN 2016

B A L A N G A N B U P A T I KABUPATEN BALANGAN YANG MAHA ESA BUPATI. budayaa. perlu. mampu. terhadap

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DALAM DAERAH KOTA TERNATE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 5

NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURABAYA,

STRATEGI DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 28 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Padang merupakan salah-satu daerah di Sumatera Barat dengan roda ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara tentunya mempunyai tata pemerintahan beserta unsur-unsur

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL,

Salinan NO : 9/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR MILIK PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

ISI PERATURAN DAERAH CATATAN ABSTRAK PERATURAN DAERAH

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

MEMUTUSKAN: IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA.

: MEMBANGUN BARU, MENAMBAH, RENOVASI, BALIK NAMA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI WILAYAH KOTA MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Pasar Umum Sukawati. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA MALANG. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ;

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Inspektorat Kabupaten Bantul. PELAYANAN UMUM. PRASARANA. Hari. Kawasan. Bebas Kendaraan Bermotor.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2002 T E N T A N G PENGELOLAAN PASAR

Transkripsi:

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang semakin berkembang di Kabupaten Bantul memicu banyaknya dampak bagi masyarakat, baik dampak ekonomi dan juga sosial. Pembangunan dimulai dari pembangunan ekonomi, karena Membangun ekonomi lokal merupakan pelaksanaan amanat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinia ke empat. Struktur mata pencaharian masyarakat Bantul, 50 % menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, 18 % pengrajin dan 14 % pedagang pasar tradisional Untuk itu, upaya Pemerintah Daerah dalam membangun ekonomi lokal, harus menyentuh ketiga sektor ini. 1 Luasnya kepemilikan lahan petani yang dibawah rata rata sulit untuk sejahtera, ditambah dengan harga komoditi pertanian yang dipermainkan para tengkulak sehingga harga hasil pertanian menjadi sangat rendah dibanding harga pokok produksinya. Pemerintah Daerah harus berani membeli produk pertanian masyarakat sedikit di atas harga pokok, agar petani tidak merugi. Selain itu tentang pasarpasar tradisional yang harus direnovasi dan dibangun agar dapat 1 Bantulbiz.com, di unduh pada tanggal 29 maret 2011, jam 10.40 Wib

14 menampung semua pelaku ekonomi di sektor ini. Kondisi pasar tradisional yang bersih dan nyaman, mendorong pembeli untuk tidak beralih ke pasar-pasar modern seperti super market bahkan hyper market. Dengan peraturan Bupati, diatur pula jarak mini market dari pasar trasdisional minimal 1,5 km. sedangkan mall dan hyper market untuk sementar belum diijinkan beroperasi di wilayah Bantul. Pembangunan ekonomi yang di mulai dari pasar tradisional ternyata menimbulkan berbagai dampak negative bagi tata ruang kota di Kabupaten Bantul itu sendiri, banyaknya masyarakat yang memilih mencari nafkah dengan berdagang ternyata belum bisa memanfaatkan pasar tradisional tersebut sebagai tempat untuk berdagang, mereka lebih memilih berdagang di pinggir pinggir jalan atau menjadi pedagang kaki lima (PKL). Pedagang Kaki Lima adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga kaki gerobak atau yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki. Para pedagang lebih memilih cara seperti itu karena menilai tempat tersebut lebih menguntungkan karena dianggap tempat tersebut sangat strategis. Keberadaan para pedagang kaki lima tersebut tentunya sangat mengganggu tata ruang kota di Kabupaten Bantul. sehingga mereka perlu mengantongi izin agar dapat berdagang di tempat tempat

15 yang sudah ditentukan oleh pemerintah Kabupaten Bantul, karena izin tersebut nantinya bisa menjadikan jaminan atas hak dan kewajiban pedagang kaki lima pada saat mereka melakukan aktifitasnya. Selain itu izin tersebut juga akan mengatur para pedagang kaki lima sehingga tata kota dan juga keindahan kota tetap terjaga. Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan ketentuan larangan perundangan. Pengertian izin dalam arti luas: Suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-undang (UU) atau Peraturan Pemerintah (PP) untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari larangan ketentuan peraturan perundang-undangan dan hal ini menyangkut tindakan kepentingan umum. Pengertian Izin dalam Arti Sempit (Vergunning) Pengikatan aktivitas-aktivitas pada suatu peraturan izin, pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat UU untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk. Izin yang harus diajukan oleh setiap pedagang kaki lima tersebut harus dipenuhi seseorang bukan karena uang yang mereka bayarkan dalam setiap permohonan izin akan tetapi berguna agar pelaksanaan tata ruang kota tidak terkesan semrawut. Pengertian izin adalah Suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-undang atau Peraturan Pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang

16 dari larangan ketentuan peraturan perundang-undangan dan hal ini menyangkut tindakan kepentingan umum. Keberadaan izin tersebut dapat membuat penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Hal ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya, oleh sebab itu izin dapat dikatakan berfungsi dan bertujuan untuk : Adapun tujuan dari perizinan adalah: 1. Keinginan mengendalikan aktifitas aktifitas tertentu ( misalnya izin mendirikan bangunan). 2. Mencegah bahaya bagi lingkungan. 3. Keinginan melindungi obyek obyek tertentu. 4. Hendak membagi benda-benda yang sedikit Pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktifitas tertentu Kurangnya pengawasan dari pemerintah selaku pembuat izin dan juga masyarakat sebagai obyek yang diatur dalam perizinan menimbulkan kasus seperti yang terjadi di jalan Bantul, pada hari Sabtu, 23 Juni 2010 penertiban PKL didepan Kantor Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP) yang berlokasi di Jalan Raya Bantul KM 7,5 Pucung Pendowoharjo, Sewon, Bantul merasa terganggu dengan keberadaan Pedagang Kaki Lima

17 (PKL). Keberadaan pedagang kaki lima tersebut tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada, dan juga melanggar izin yaitu, Perda Kabupaten Bantul Nomor 05 Tahun 2008 tentang Ijin Mendirikan Bangunan dan Perda Kabupaten Bantul Nomor 04 Tahun 2008 tentang Retribusi Ijin Gangguan (RIG) 2. Kurang mengertinya masyarakat akan pentingnya suatu izin dalam medirikan bangunan dan juga kurangnya pengawasan dari pihak yang berwenang atas izin tersebut menjadi maslah yang timbul sebagai suatu pelanggaran atas izin. Kurangnya pengawasan terhadap terbitnya izin tersebut dapat dilihat dari 2 bangunan pedagang kaki lima yang sudah berdiri dengan model bangunan semi permanen hampir 1 tahun sebelum pembongkaran tersebut, pengawasan yang kurang terhadap banyaknya pelanggaran atas izin tidak hanya pada pendirian bangunannya saja, akan tetapi juga dapat mengganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat dan lingkungan sekitar karena tidak sesuai dengan tata ruang kota yang telah ditetap[kan oleh pemerintah. Berdasarkan kondisi sebagaimana diuraikan dalam latar belakang masalah tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul PELAKSANAAN PERIZINAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN BANTUL 09.00 Wib 2 www.bantulkab.go.id, BERITA BANTUL di unduh pada 10 maret 2011, jam

18 B. Perumusan Masalah Berdasarkan hal diatas maka dilakukanlah suatu penelitian untuk mencari jawab: 1. Bagaimanakah prosedur pemberian izin pedagang kaki lima di Kabupaten Bantul? 2. Aapakah hambatan dan kendala dalam pelaksanaan izin pedagang kaki lima di Kabupaten Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui prosedur pemberian izin pedagang kaki lima di Kabupaten Bantul 2. Untuk mengetahui hambatan dan kendala dalam pelaksanaan izin pedagang kaki lima di kabupaten Bantul D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Untuk mengetahui prosedur prosedur tentang pemberian izin kepada para pedagang kaki lima yang ada di Kabupaten Bantul, sehingga keberadaan mereka tidak mengenggu tata ruang kota, serta mengetahui peraturan yang mengatur tentang pedagang kaki lima apakah sudah dilaksanakan dan dijalankan dengan baik 2. Manfaat praktis Memberikan masukan dan informasi kepada dinas terkait dalam memberikan suatu keputusan perizinan apakah sudah sesuai dan juga disertai pengawasan yang dilakukan