KESIAPAN PUSTAKAWAN MENGHADAPI SERTIFIKASI DALAM PERSPEKTIF KEPALA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DI PEKANBARU TIM PENGUSUL FIQRU MAFAR, M. IP. (1029078402) Drs. ROSMAN H., M. Hum (1020076401) UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU JUNI 2013
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... iii RINGKASAN... iv BAB 1. PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Rumusan Masalah... 2 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 3 1. Sertifikasi Pustakawan... 3 2. Perpustakaan Perguruan Tinggi... 4 BAB 3. METODE PENELITIAN... 6 1. Langkah-langkah penelitian... 6 2. Lokasi Penelitian... 6 3. Peubah yang Diamati... 6 4. Rancangan Penelitian... 7 5. Teknik pengumpulan data... 7 6. Populasi... 8 7. Analisis data... 8 BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN... 9 1. Anggaran Biaya... 9 2. Jadwal Penelitian... 9 Daftar pustaka... 11 i
DAFTAR TABEL Tabel 1. Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian Dosen MudaRingkasan Anggaran Biaya Penelitian Dosen Muda... 9 Tabel 2. Jadwal Penelitian... 9 ii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Rancangan Penelitian... 7 iii
RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesiapan pustakawan perguruan tinggi dalam menghadapi sertifikasi pustakawan di Pekanbaru. Kesiapan tersebut dilihat dari pendapat para kepala perpustakaan perguruan tinggi di Pekanbaru. Metode yang digunakan adalah mixing method dengan penyebaran kuisioner dan Focus Group Discussion (FGD) sebagai metode pengumpulan datanya. Responden/ informan dalam penelitian ini adalah 11 orang kepala perpustakaan perguruan tinggi di Pekanbaru. Tolok ukur yang digunakan sebagai pisau analisis adalah kompetensi yang tercantum dalam Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) untuk Pustakawan. Kata Kunci: Sertifikasi, Kompetensi Pustakawan, Pekanbaru iv
BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Profesionalisme merupakan tuntutan bagi setiap profesi. Sebagai salah satu profesi yang sedang berkembang di Indonesia, pustakawan juga dituntut untuk menjaga profesionalitas mereka. Untuk itu perlu ditetapkan suatu standar tentang profesionalisme. Jika pelaku profesi telah sesuai standar maka diberikan sebuah sertifikat yang menandakan bahwa pelaku profesi telah profesional. Proses mendapatkan sertifikat inilah yang disebut dengan sertifikasi (Sudarsono, 2003: 47). Sertifikasi merupakan idaman bagi beberapa profesi di Indonesia. Hal ini dikarenakan salah satu dampak dari adanya sertifikasi tersebut adalah nilai rupiah (Rumani, 2012: 1). Sejak gaung sertifikasi guru yang mulai muncul pada tahun 2009 lalu, beberapa profesi saat ini sedang gencar untuk ikut mengusulkan proses sertifikasi. Salah satu profesi yang tidak mau ketinggalan adalah pustakawan. Isu tentang sertifikasi menjadi sering dibicarakan setelah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) menyediakan Hibah Kompetitif Penelitian Bidang Kepustaawanan Bagi Pustakawan dengan topik "Sertifikasi Pustakawan (PNRI, 2011: 1). Selain itu, Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) telah disusun pada awal 2012 lalu (Fatmawati, 2012: 2). Hal ini tentunya menjadi angin segar bagi para pustakawan. Sebagai penelitian pendahuluan, penulis telah melakukan wawancara non-formal dengan ketua Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Riau, M. Tawwaf. Hasil wawancara diketahui bahwa IPI Riau merupakan salah satu lembaga yang ditunjuk untuk membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) untuk pustakawan. Nantinya, LSP inilah yang akan melakukan penilaian dalam proses sertifikasi pustakawan, khususnya di Riau. Berdasarkan informasi tersebut, IPI Riau saat ini sedang melakukan pendataan pustakawan yang ada di Provinsi Riau, baik yang berasal dari lembaga pemerintah maupun swasta. Salah satu lembaga tempat pustakawan melakukan tugasnya adalah perpustakaan perguruan tinggi. Sebagai profesi yang selalu berkecimpung di bidang informasi, pustakawan perguruan tinggi dituntut untuk mampu mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi tempat mereka bekerja sebagaimana telah tercantum dalam Peraturan Pememerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1980 tentang Pokok Pokok Organisasi Universitas/Institut Negeri (Menteri/Sekretaris Negara Republik Indonesia, 1980:1). Hal tersebut tentunya menuntut 1
adanya profesionalisme yang tinggi bagi pustakawan. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa profesionalisme tersebut salah satunya dapat dilihat dari adanya sertifikasi pustakawan. Pelaksanaan sertifikasi pustakawan tentunya menuntut adanya kesiapan diri pustakawan. Kesiapan tersebut terkait dengan kompetensi-kompetensi yang akan di nilai dalam proses sertifikasi nantinya. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penelitian tentang kesiapan pustakawan menghadapi sertifikasi dalam perspektif kepala perpustakaan perguruan tinggi di Pekanbaru. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis bermaksud untuk mengemukakan dua rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana kesiapan pustakawan menghadapi sertifikasi dalam perspektif kepala perpustakaan perguruan tinggi di Pekanbaru? 2. Bagaimana usaha kepala perpustakaan perguruan tinggi, selaku pemegang kebijakan, guna mendukung proses sertifikasi pustakawan pada lembaga mereka? 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Dari rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui bagaimana kesiapan pustakawan menghadapi sertifikasi dalam perspektif kepala perpustakaan perguruan tinggi di Pekanbaru. 2. Untuk mengetahui bagaimana usaha kepala perpustakaan perguruan tinggi, selaku pemegang kebijakan, guna mendukung proses sertifikasi pustakawan pada lembaga mereka. Sedangkan luaran yang ingin dicapai adalah: 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi LSP bentukan IPI Riau dalam proses penilaian sertifikasi pustakawan perguruan tinggi, khususnya di Pekanbaru. 2. Sebagai bahan kajian awal terhadap peningkatan profesionalisme pustakawan perguruan tinggi dalam menghadapi sertifikasi pustakawan. 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Sertifikasi Pustakawan Sertifikasi adalah suatu proses pemberian sertifikat yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui asesmen kerja nasional Indonesia dan/atau Internasional (Rumani, 2012: 2). Selama ini, dalam konteks perpustakaan, sertifikasi baru dilakukan pada tingkat lembaga. Hal ini terlihat dari banyaknya lembaga perpustakaan yang berlomba-lomba untuk melakukan sertifikasi perpustakaan, terutama International Organization for Standardization (ISO) 11620-1998 untuk sertifikasi perpustakaan (Fatmawati, 2009: 18). Munculnya isu tentang sertifikasi pustakawan ini merupakan angin yang menyegarkan bagi pustakawan. Terlebih ketika sertifikasi pustakawan telah disebut dalam Undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Dalam Undang-undang tersebut disebutkan bahwa pustakawan harus memenuhi kualifikasi standar nasional perpustakaan yang mencakup kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikasi (Winoto dan Komariah, 2012: 15). Proses sertifikasi pustakawan pada dasarnya tidak hanya marak dibicarakan oleh pustakawan di Indonesia. Di beberapa negara lain, sertifikasi pustakawan juga marak dibicarakan, salah satunya di Amerika. Melalui American Library Association (ALA), pustakawan Amerika juga tengah gencar melakukan sertifikasi pustakawan. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbaikan terhadap kebijakan terhadap sertifikasi pustakawan (Dowling, 2007:79). Di Indonesia sendiri, proses sertifikasi baru pada tahap penyusunan dan pengesahan RSKKNI untuk Pustakawan (Zain, 2012: 1). Meskipun baru pada tahap rancangan, sertifikasi hampir seluruh pustakawan di Indoensia tengah sibuk membicarakan sertifikasi. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya tulisan-tulisan yang berkaitan dengan sertifikasi pustakawan. Lebih lanjut lagi, menurut Zain, dalam RSKKNI untuk pustakawan terdapat 3 kompetensi yang akan dinilai dalam proses sertifikasi nantinya. Kompetensi tersebut adalah kompetensi umum, kompetensi inti, dan kompetensi khusus (Zain, 2012:19-22). Masingmasing kompetensi tersebut dirinci lagi menjadi beberapa kompetensi sebagai berikut. 1. Kompetensi Umum: kompetensi dasar umum yang harus dimiliki oleh setiap pustakawan. Terdiri dari: - Menyusun Rencana Kerja Perpustakaan (RKP) - Membuat Laporan Kerja Perpustakaan (LKP) - Mengoperasikan Komputer Tingkat Dasar 3
2. Kompetensi Inti: kompetensi dasar keahlian yang harus dimiliki oleh setiap pustakawan. Terdiri dari: - Melakukan kajian perpustakaan - Membuat karya tulis ilmiah - Memuat literatur sekunder - Melakukan pelestarian koleksi perpustakaan - Melakukan penelusuran informasi kompleks - Melakukan tata ruang dan perabot perpustakaan 3. Kompetensi Khusus: kompetensi tingkat lanjut yang bersifat spesifik. Terdiri dari: - Kluster layanan teknis - Kluster layanan pembaca 2. Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi adalah unit pelayanan teknis yang merupakan lembaga pelengkap dalam mewujudkan tri dharma perguruan tinggi (Menteri/Sekretaris Negara Republik Indonesia, 1980:1). Sebagai salah satu lembaga penyedia informasi, perpustakaan perguruan tinggi menjadi lembaga yang penting bagi mahasiswa, dosen, dan para peneliti. Dalam melaksanakan fungsinya, perpustakan perguruan tinggi perlu didukung oleh pustakawan yang profesional. Salah satu profesionalitas tersebut dapat dilihat dari adanya pelaksanaan aktivitas-aktivitas di dalam pengelolaan perpustakaan perguruan tinggi. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 132/KEP/MPAN/12/2002 dan Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor : 23 Tahun 2003 dan Nomor : 21 Tahun 2003 serta Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 10 Tahun 2004, meliputi bidang pendidikan, bidang pengorganisasian dan pendayagunaan bahan pustaka, pemasyarakatan, pengkajian pengembangan, pengembangan profesi, dan unsur penunjang lainnya (Subrata: 2009: 2-9) dengan rincian sebagai berikut. 1. Aktivitas bidang pendidikan. Aktivitas ini meliputi pengembangan pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal di bidang perpustakaan. 2. Bidang pengorganisasian dan pendayagunaan bahan pustaka. Kegiatan ini meliputi penyusunan rencana operasional, melakukan survei minat pemakai, dan mengevaluasi serta menyiangi koleksi. 4
3. Pemasyarakatan. Kegiatan ini meliputi penyederhanaan administrasi perpustakaan, penyediaan koleksi yang baru dan memadai, pemberian layanan yang baik oleh staf yang ramah, pengembangan fasilitas layanan yang memadai sesuai dengan sistem dan tuntutan teknologi, pengembangan gedung yang nyaman bagi pemakai 4. Pengkajian pengembangan. Kegiatan ini meliputi kegiatan mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data berdasarkan metodologi tertentu untuk mengetahui kondisi atau akar permasalahan yang ada, dan hasilnya diinformasikan kepada pihak lain dalam bentuk laporan. Hal ini meliputi kegiatan pengkajian, pengembangan, menganalisis/krtik, dan menelaah hasil pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi 5. Pengembangan profesi. Kegiatan ini meliputi pembuatan karya tulis ilmiah, melakukan tugas sebagai ketua kelompok, menyusun naskah kumpulan tulisan, memberi konsultasi, menyusun pedoman dan membuat terjemahan 6. Unsur penunjang lainnya. Kegiatan ini meliputi kegiatan mengajar di bidang perpustakaan, memberikan pelatihan di bidang perpustakaan, menjadi anggota organisasi profesi, dan lain-lain. Banyaknya kegiatan di atas adalah untuk melakukan pelayanan prima dalam perpustakaan perguruan tinggi. Selain itu, ketika diperhatikan lebih lanjut, kegiatan-kegiatan tersebut di atas sesuai dengan RSKKNI untuk pustakawan yang tengah disusun. Oleh karena itu, penting kiranya untuk melihat kesiapan pustakawan menghadapi sertifikasi dalam perspektif kepala perpustakaan perguruan tinggi di Pekanbaru. 5
BAB 3. METODE PENELITIAN 1. Langkah-langkah penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama penulis terlebih dahulu melakukan pengumpulan data mengenai kesiapan pustakawan dalam menghadapi sertifikasi dalam perspektif kepala perpustakaan perguruan tinggi di Pekanbaru. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuisioner kepada 11 kepala perpustakaan perguruan tinggi negeri dan swasta di Pekanbaru. Kuisioner tersebut berisi kisi-kisi pernyataan tentang kompetensi pustakawan berdasarkan rancangan SKKNI untuk Pustakawan. Tahap kedua yang dilakukan oleh penulis adalah tabulasi dan pengolahan data hasil kuisioner tersebut menggunakan adaptasi dari skala sikap. Penggunaan skala sikap ini bertujuan untuk mengungkap kondisi perspektif kepala perpustakaan perguruan tinggi terhadap kesiapan pustakawan yang mereka pimpin. Tahap ketiga, untuk memperoleh hasil yang lebih valid, penulis melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan 11 kepala perpustakaan yang telah mengisi kuisioner tersebut di atas. Hal ini dilakukan guna mendapatkan data-data kualitatif yang akan mendukung hasil pengolahan data melalui kuisioner. Tahap keempat adalah melakukan olah data FGD. Olah data FGD dilakukan dengan mengelompokkan jawaban-jawaban sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan. Pengelompokan ini dilakukan guna mempermudah proses analisa data nantinya. Tahap terakhir adalah melakukan analisa dan pembuatan kesimpulan. Analisa dilakukan terhadap kedua data, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Hasil pengolahan data dengan skala sikap digabungkan dengan hasil FGD sehingga dapat menghasilkan penelitian yang bersifat mixing method. 2. Lokasi Penelitian Sesuai dengan objek yang akan diamati, penelitian ini dilakukan di lingkungan 11 perguruan tinggi negeri dan swasta di Pekanbaru. 3. Peubah yang Diamati Dalam penelitian peubah yang diamati adalah kesiapan pustakawan menghadapi sertifikasi dalam perspektif kepala perpustakaan perguruan tinggi di Pekanbaru. Hasil dari 6
penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai evaluasi guna lebih mempersiapkan pustakawan di lingkungan perpustakaan perguruan tinggi dalam menghadapi sertifikasi pustakawan. 4. Rancangan Penelitian Perpektif Kepala Perpustakaan Perguruan Tinggi RSKKNI untuk Pustakawan Data Kuantitatif/ Kuisioner Data Kualitatif/ FGD Mixing Kesiapan pustakawan menghadapi sertifikasi Gambar 1. Rancangan Penelitian 5. Teknik pengumpulan data Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui dua cara, yaitu penyebaran angket dan FGD. Selain itu, penulis juga melakukan studi literatur terutama untuk mengungkap teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Penulis juga akan melakukan observasi langsung dengan mengidentifikasi kondisi perpustakaan serta perilaku pustakawan yang secara tidak langung akan mencerminkan kesiapan mereka menghadapi sertifikasi. 7
6. Populasi Penelitian ini adalah penelitian populatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 11 perguruan tinggi negeri dan swasta yang berada di Pekanbaru. 7. Analisis data Untuk data kuantitatif, analisa data dilakukan dengan mengadaptasi skala sikap. Skala sikap yang digunakan adalah skala kategori jenjang. Menurut Azwar (1999: 107) kategori jenjang adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut satu kontinum berdasar atribut yang diukur. Penentuan kategori jenjang adalah berdasarkan standar deviasi dan mean sebagai berikut. X Standar deviasi Mean : Nilai yang dihasilkan oleh responden : simpangan dari masing-masing skor : rata-rata dari skor yang diperoleh responden Penggolongan akan dibagi menjadi lima kategori, yaitu: sangat buruk, buruk, sedang, baik, dan sangat baik. Luas interval yang mencakup setiap kategori ditetapkan sebagai berikut (Azwar, 1999:107). Untuk mempermudah proses perhitungan, penulis menggunakan bantuan software PSPP Data Editor dalam menentukan nilai mean dan standar deviasinya. Hal ini dilakukan dalam rangka menghindari kesalahan dalam perhitungan secara manual. Data kualitatif dianalisa menggunakan metode kualitatif. Analisa data dilakukan dengan mengamati hasil FGD dan diperkuat dengan studi literatur dan observasi. Kemudian hasil analisa tersebut akan disajikan secara deskriptif dengan menampilkan hasil kutipankutipan sebagai bagian dari data penelitian. 8
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 1. Anggaran Biaya Tabel 1. Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian Dosen MudaRingkasan Anggaran Biaya Penelitian Dosen Muda No. Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan (Rp) 1 Gaji dan Upah 2.968.000 2 Bahan habis pakai dan peralatan 7.490.000 3 Perjalanan 1.800.000 4 Lain-lain 742.000 5 Pajak 2.000.000 Jumlah 15.000.000 2. Jadwal Penelitian Jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Jadwal Penelitian NO JENIS KEGIATAN BULAN I II III IV V VI VII VIII Tahap Persiapan 1 a). Identifakasi datadata/buku/laporan penelitian di perpusatakaan 2 b). Penelusuran jurnal ilmiah nasional dan internasional 3 c). Surat pemberitahuan kepada responden/informan Pengumpulan Data 4 a). Penyebaran kuisioner 5 b). FGD 9
6 Analisis Data 7 Laporan 8 Publikasi Jurnal 10
Daftar pustaka Dowling, Michael. 2007. International Credentialing, Certification, and Recognition in the United States. New Library World Vol. 108 No. 1/2, 2007. Fatmawati, Endang. 2009. Kesiapan Pustakawan UNDIP untuk Mendukung Undip Sebagai Universitas Bertaraf Internasional. Visi Pustaka Vol 11, No. 2 Agustus 2009. Fatmawati, Endang. 2012. Menanti Sertifikasi Pustakawan. Dalam http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/03/03/179013/menanti- Sertifikasi-Pustakawan/ diakses pada 25 Juni 2013 pukul 11:51 WIB. Menteri/Sekretaris Negara Republik Indonesia. 1980. Peraturan Pememerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1980 tentang Pokok Pokok Organisasi Universitas/Institut Negeri. Dalam http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp_5_1980.htm/ diakses pada 12 Desember 2010 pukul 19.30 WIB. PNRI. 2011. Hibah Kompetitif Penelitian Bidang Kepustakawanan Bagi Pustakawanan. Dalam http://npp.pnri.go.id/pengumuman-2-pengumuman-kedua.html/ diakses pada 25 Juni 2013 pukul 11:37 WIB. Rumani, Sri. 2012. Sertifikasi Pustakawan: Konsekuensi dan implikasinya. Makalah disampaikan dalam seminar Sertifikasi Pustakawan: Peluang atau Tantangan di Gedung Teatrikal Pusat Budaya dan Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 28 Januari 2012. Subrata, Gatot. 2009. Aktivitas Pustakawan Perguruan Tinggi. Dalam http://repository.um.ac.id/images/stories/pustakawan/kargto/aktivitas%20pustakawa n%20perpustakaan%20pt.pdf/ diakses pada 25 Juni 2013 pukul 14:53 WIB. Sudarsono, Blasius. 2003. Standarisasi Konsultan Pustakawan. Baca Vol. 27 No. 2 Agustus 2003. Winoto, Yunus dan Neneng Komariah. 2012. Meninjau Relevansi Kurikulum Pendidikan Ilmu Perpustakaan dengan Kompetensi dan Sertifikasi Pustakawan. Media Pustakawan Vol. 19 No. 1 2012. Zain, Labibah. 2012. Standar Kerja Kompetensi Nasional Indonesia Untuk Pustakawan dan Sertifikasi Pustakawan. Makalah disampaikan pada Seminar Perpustakaan di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2 Februari 2012. 11