KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

patokan subsidi (Mean of Pajak BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Biro

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PENGATURAN BBM BERSUBSIDI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 46 SERI E

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

Regulasi Kebijakan Umum

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 36 SERI E

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

RINCIAN KONSUMEN PENGGUNA DAN TITIK SERAH JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

24/11/2014. ICW - Catatan Kritis terhadap kenaikan harga BBM bersubsidi

PENELAAHAN BESARAN SUBSIDI BIODIESEL. Agus Nurhudoyo

Ketidakwajaran perhitungan Pemerintah dan DPR (dugaan markup), terkait rencana kenaikan harga BBM 2012

TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

LAMPIRAN NOMOR 191 TAHUN 2014 RINCIAN KONSUMEN PENGGUNA DAN TITIK SERAH JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU. 1.

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

Subsidi BBM pada APBN. Komposisi Subsidi pada APBN 55% 50% 44% 44% 43% 35% 33% 33% APBN APBN LKPP LKPP LKPP APBN. Perkembangan Subsidi BBM ( )

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TANGGAL 16 JANUARI 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

PENERAPAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2009 TERKAIT BBM BERSUBSIDI

Uka Wikarya. Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat,

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

Mengapa Harga BBM Harus Naik?

bahwa dalam rangka meringankan beban masyarakat,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

Simulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

RINCIAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BBM TERTENTU

2015, No Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERIKEUANGAN REPUBLJK INDONESIA SALINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (Lembaran Ne

Konsep KEBIJAKAN PENGURANGAN SUBSIDI BBM

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Copyright BPH Migas 2014, All Rights Reserved

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lemb

DATA DAN INFORMASI MIGAS

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber

-2- a. Minyak tanah (Kerosene) sebesar Rp 2.500'00 (dua ribu. b. Bensin (Go.sotinel RoN 88 sebesai Rp 6.500,o0 (enam

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari.

1 of 6 18/12/ :13

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembara Negara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG

JIKA SUBSIDI BBM DIPATOK RP PER LITER

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PMK.02/2006 TENTANG

KULIAH UMUM DALAM SEKTOR PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL. DISAMPAIKAN OLEH : ALVIN LIE, MSi

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin menarik untuk dicermati, karena terjadi fluktuasi harga BBM

MUNGKINKAH ADA HARGA BBM BERAZAS KEADILAN DI INDONESIA?

1 of 6 18/12/ :12

PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS MASALAH BBM

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

2011, No Menetapkan : 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

HARGA (SELALU) BARU BBM DAN DAMPAKNYA (SELALU) BAGI KONSUMEN. Zamroni Salim, Ph.D The Habibie Center - LIPI

SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/ PMK.02/ 2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

WAJIBKAN INDUSTRI MEMRODUKSI MOBIL BER-BBG: Sebuah Alternatif Solusi Membengkaknya Subsidi BBM. Oleh: Nirwan Ristiyanto*)

Transkripsi:

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar Rp193,8 triliun (2,1 persen terhadap PDB) meningkat Rp56,4 triliun bila dibandingkan alokasi anggaran subsidi BBM, tabung LPG 3 kilogram dan LGV dalam APBNP sebesar Rp137,4 triliun (1,6 persen terhadap PDB). Subsidi tersebut untuk beberapa jenis BBM tertentu (minyak tanah, premium dan bio premium; dan minyak solar & biosolar) serta untuk LPG tabung 3 kg dan LGV. Dengan subsidi BBM jenis tertentu, LPG Tabung 3 kg dan LGV tersebut diharapkan kebutuhan masyarakat akan BBM, LPG tabung 3 kg dan LGV dapat terpenuhi dengan harga yang terjangkau. Besaran subsidi BBM, LPG tabung 3 kg dan LGV dalam APBN tahun 2013 sangat tergantung pada parameter yang digunakan sebagai dasar perhitungan subsidi, sebagai berikut: (1) ICP sebesar US$100,0 per barel; (2) volume konsumsi BBM bersubsidi diperkirakan mencapai 46,0 juta kiloliter (kl) dan konsumsi LPG tabung 3 kilogram sebesar 3,9 metrik ton; (3) alpha bbm rata-rata sebesar Rp642,6/liter; dan (4) nilai tukar rupiah sebesar Rp9.300,0/US$. (sumber: Nota Keuangan dan APBN 2013) Tabel 1. Subsidi BBM Jenis Tertentu, LPG Tabung 3 Kg dan LGV Tahun dan 2013 No Uraian 2013 APBNP APBN Subsidi Tahun Berjalan (miliar Rp) 137.379,8 193.805,2 - Subsidi BBM dan BBN (miliar Rp) 91.891,0 146.461,8 Premium dan BBN 51.698,3 87.195,1 Minyak Tanah 7.882,5 8.035,1 Minyak Solar dan BBN 32.310,3 51.231,7 - Subsidi Elpiji Tabung 3 kg (miliar Rp) 29.126,2 26.452,0 - Subsidi LGV (miliar Rp) 54,0 100,0 - PPN (miliar Rp) 12.101,7 17.291,4 - Kurang Bayar Th.2010 (miliar Rp) 706,9 - - Perk Kurang Bayar Th. (miliar Rp) 3.500,0 3.500,0 Parameter : 1. ICP (US$/barel) 105,0 100,0 2. Kurs (Rp/US$) 9.000,0 9.300,0 3. Alpha BBM (Rp/liter) 641,94 642,64 4. Volume BBM + Bio BBM (ribu KL) 40.000,0 46.010,0 - Premium dan Bio Premium 24.411,3 29.200,0 - Minyak Tanah 1.700,0 1.700,0 - Minyak Solar dan Bio solar 13.888,7 15.110,0 5. Volume Elpiji (juta kg) 3.606,1 3.859,0 Sumber: Kementerian Keuangan Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI 1

b. Kebijakan Tahun 2013 Dengan kecenderungan tingginya harga ICP akhir-akhir ini dan semakin meningkatnya volume konsumsi BBM bersubsidi, maka dalam tahun 2013 pemerintah akan menempuh berbagai kebijakan antara lain: (1) meningkatkan efisiensi alokasi subsidi BBM; (2) mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi melalui pengaturan, pengawasan, dan manajemen distribusi; (3) meningkatkan program konversi BBM ke BBG terutama untuk angkutan umum di kota-kota besar; (4) melanjutkan program konversi mitan ke LPG tabung 3 kg. (sumber: Nota Keuangan dan APBN 2013) Pemerintah terus berupaya melakukan langkah pengendalian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi secara lebih meluas untuk menjaga agar volumenya tidak melampaui pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 yang sebesar 46,01 juta kilo liter (kl). Salah satu upayanya yaitu dengan menyempurnakan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 12 Tahun dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 01 Tahun 2013 tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak. Pemerintah telah menargetkan program pengendalian BBM bersubsidi tahun 2013 untuk kendaraan dinas Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi serta kendaraan barang roda lebih dari empat untuk sektor perkebunan, pertambangan, kehutanan dan kapal barang non-perintis serta kapal non-pelayaran rakyat. Dengan demikian, BBM bersubsidi yang dapat dihemat dapat mencapai 1,3 juta kl. (sumber: www.kemenkeu.go.id) c. Pengendalian BBM Bersubsidi Tahun 2013 Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No.01 Tahun 2013, sektor yang terkena pengendalian BBM bersubsidi, yaitu: 1. Pentahapan pembatasan penggunaan Bensin RON 88 untuk Kendaraan Dinas Instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD: a) Dilaksanakan untuk wilayah Jawa Bali; b) Dilaksanakan mulai 1 Februari 2013 untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan; c) Dilaksanakan mulai 1 Juli 2013 untuk wilayah Sulawesi. 2. Pentahapan pembatasan penggunaan Solar untuk Kendaraan Dinas Instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD: a) Dilaksanakan mulai 1 Februari 2013, di Jabodetabek; b) Dilaksanakan mulai 1 Maret 2013 untuk wilayah Jawa Bali lainnya. 3. Mobil Barang dengan jumlah roda lebih dari 4 (empat) untuk pengankutan hasil kegiatan perkebunan dan pertambangan dilarang menggunakan Minyak Solar subsidi. 4. Mobil Barang dengan jumlah roda lebih dari 4 (empat) untuk pengakutan hasil kegiatan kehutanan dilarang menggunakan Minyak Solar subsidi terhitung mulai 1 Maret 2013. 5. Transportasi laut berupa kapal barang non perintis dan non pelayaran rakyat terhitung mulai 1 Februari 2013 dilarang menggunakan Minyak Solar subsidi. Namun, masih perlu ada pengecualian yaitu: 1. Untuk Kendaraan Dinas berupa ambulan, mobil jenazah, pemadam kebakaran dan pengangkut sampah. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI 2

2. Untuk Mobil Barang yang digunakan untuk pengangkutan hasil kegiatan: Usaha perkebunan rakyat dengan skala usaha kurang dari 25 (dua puluh lima) hektar; Pertambangan rakyat dan komoditas batuan; dan Hutan kemasyarakatan dan hutan rakyat. (sumber: siaran pers kementerian ESDM) II. PERKEMBANGAN SUBSIDI BBM Dalam rentang tahun 2006 s.d 2013, secara nominal subsidi BBM mengalami peningkatan sebesar Rp129,6 triliun dari sebesar Rp64,2 triliun pada tahun 2006 menjadi Rp193,8 triliun pada tahun 2013. Peningkatan subsidi BBM dalam kurun waktu 2006 s.d 2013 berkaitan dengan perkembangan harga minyak mentah Indonesia (ICP), yang dalam periode 2006 2013 mengalami kenaikan USD35,7 (55,5 persen), yaitu dari sebesar USD64,3 per barel pada tahun 2006 menjadi USD100 per barel pada tahun 2013. Selain itu peningkatan belanja subsidi BBM tersebut juga dipengaruhi oleh perkembangan volume konsumsi BBM. Pada tahun 2013 volume konsumsi BBM diperkirakan mencapai 46,0 juta kilo liter atau naik 8,21 juta kilo liter dibandingkan dengan realisasi volume konsumsi BBM tahun 2006 yang sebesar 37,8 juta kilo liter. Tabel 2. Perkembangan Subsidi BBM Tahun 2006 s.d 2013 Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 APBN-P APBN-P 2013 Subsidi BBM (triliun rupiah) 64,2 83.8 139,1 45,0 82,4 129,7 123,6 137,4 193,8 Asumsi dan Parameter - ICP Jan-Des (US$/barel) 64,3 72,3 97,0 61,6 79,4 95,0 90,0 105,0 100,0 - Nilai Tukar Rupiah (Rp/US$) 9.164,0 9.140,0 9.691,0 10.408,0 9.087,0 8.700,0 8.800,0 9.000,0 9.300,0 - Volume BBM (ribu kiloliter) 37.820,6 37.437,3 38.224,3 37.358,2 38.221,8 40.493,6 40.000,0 40.000,0 46.010,0 Premium 16.770,9 17.598,7 18.975,4 20.947,0 23.040,2 24.538,6 24.411,3 24.411,3 29.200,0 Kerosene 10.013,6 9.689,1 7.710,5 4.593,6 2.350,6 1.800,0 1.700,0 1.700,0 1.700,0 Minyak Solar 11.036,7 10.149,5 11.598,4 11.817,7 12.831,0 14.155,0 13.888,7 13.888,7 13.980,0 BBN (Bio Diesel) 1.130,0 - LPG (ribu kiloliter) - - 506,4 1.774,7 2.693,7 3.522,0 3.606,1 3.606,1 3.859,0 - Alpha 14,1% 14,1% 9,0% 8,0% 556,0 595,5 613,9 641,9 642,6 Sumber: Kementerian Keuangan Dalam kurun waktu 2006-2011, pemerintah telah melakukan penyesuaian harga BBM sebanyak 4 kali, yaitu pada bulan Mei 2008, awal Desember 2008, pertengahan Desember 2008, dan Januari 2009. Pada bulan Mei 2008, rata-rata harga BBM bersubsidi dinaikkan sebesar 28,7 persen, sebagai akibat dari meningkatnya ICP yang pada periode Jan-Mei 2008 rata-rata mencapai USD104,8 per barel, lebih tinggi USD47,6 per barel dibandingkan dengan asumsi dalam APBN 2008 sebesar USD57,0 per barel. Sejalan dengan penurunan ICP, hingga mencapai USD38,5 per barel, maka dalam rentang periode bulan Desember 2008 sampai dengan bulan Januri 2009, dilakukan penurunan harga BBM bersubsidi hingga tiga kali, yaitu masing-masing 8,3 persen pada awal Desember 2008, dan 10,9 persen pada pertengahan bulan Desember 2008, serta bulan Januari 2009 sebesar 8,1 persen. Dalam tahun 2010 sampai dengan semester I tahun 2011, harga jual eceran BBM bersubsidi tidak mengalami perubahan. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI 3

III. HASIL PEMERIKSAAN BPK SEMESTER I TAHUN Berikut kutipan pemeriksaan dengan tujuan tertentu atas subsidi jenis BBM tertentu dan LPG Tabung 3 Kg tahun 2011 pada PT. Pertamina, antara lain: 1. Tiga Puluh Tiga SPBU di Wilayah FRM Region I, III, VI, dan VII Menyalurkan Premium Sebesar 2.160 Liter dan Solar Sebesar 137.840 Liter Tidak Tepat Sasaran. Hal tersebut mengakibatkan penghitungan volume penyaluran premium dan solar bersubsidi tahun 2011 pada FRM Region I, III,VI, dan VII terlalu tinggi masing-masing sebesar 2.160 liter senilai Rp6.724.314,41 dan 137.840 liter senilai Rp492.608.163,94. Hal tersebut disebabkan: 1) Pertamina FRM Region I dalam melakukan revisi/pencabutan sanksi SPBU tidak tertib administrasi. 2) Pertamina FRM Region I, III, VI, dan VII tidak cermat dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga penyalur dalam rantai distribusi yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Penyaluran Solar Bersubsidi kepada Dua Kapal Sebesar 12.800 Liter di Wilayah Pertamina FIMM Region V Tidak Tepat Sasaran Hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 26 Tahun 2006 tentang Penyediaan Solar dalam rangka Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional Pasal 2 ayat (3) dan (4) menyatakan bahwa penyediaan solar bersubsidi disesuaikan dengan trayek dan jumlah hari layar sampai pada pelabuhan bunker berikutnya dari perusahaan angkutan laut nasional yang mengoperasikan kapal berbendera Indonesia dan melakukan kegiatan angkutan laut dalam negeri dengan melampirkan spesifikasi kapal dan rencana pola trayek yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Penyediaan JBT bersubsidi kepada perusahaaan angkutan laut nasional diutamakan untuk kapal-kapal yang mengangkut penumpang angkutan laut perintis pelayaran rakyat, angkutan bahan pokok dan strategis serta kapal-kapal yang beroperasi secara tetap dan teratur (liner) berdasarkan usulan Menteri Perhubungan c.q. Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Hal tersebut mengakibatkan volume Solar lebih dibebankan sebesar 12.800 liter senilai Rp33.148.539,00 pada penghitungan subsidi JBT tahun 2011yang ditagihkan Pertamina ke Pemerintah. Hal tersebut disebabkan oleh: 1) FIMM Region V wilayah Makassar kurang cermat dalam menganalis dan menyetujui pengajuan bunker kapal. 2) Penyaluran Solar bersubsidi kepada KLM. Pulau Rupat Jaya belum dikeluarkan dari penghitungan penagihan BM bersubsidi tahun 2011. 3. Penyaluran Solar Bersubsidi ke Kapal Perikanan Eks Asing Sebesar 528.525 Liter di Wilayah Pertamina FIMM Region II dan IV Sesuai dengan Surat Edaran tersebut, kapal-kapal ikan eks asing tersebut seharusnya tidak mendapat surat rekomendasi dan verifikasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan setempat sehingga tidak dapat mendapatkan JBT bersubsidi, namun pada kenyataannya di tahun 2011 dua kapal ikan eks asing di Wilayah Jawa Barat mendapatkan surat rekomendasi dan verifikasi dari instansi berwenang setempat. Hal tersebut mengakibatkan volume penjualan solar yang dibebankan dalam penghitungan subsidi JBT tahun 2011 lebih tinggi sebesar 528.525 liter senilai Rp1.863.466.189,00. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI 4

Hal tersebut terjadi karena: 1) Pertamina FIMM Region II dan IV belum memasukkan kapal-kapal tersebut dalam daftar kapal ikan eks asing yang seharusnya tidak dapat menerima BBM bersubsidi. 2) Fungsi terkait di Dinas Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta tidak cermat dalam memeriksa riwayat kapal sehingga mengeluarkan surat rekomendasi dan verifikasi kepada kapal-kapal eks asing. 4. Penyaluran LPG 3 Kg Sebesar 267 Kg oleh Agen LPG 3 Kg PT PGI Tidak Tepat Sasaran Lebih lanjut terdapat surat dari Manager LPG & Gas Products Region V No. 1161/F15100/2011-S3 tanggal 21 April 2011 tentang klaim penyaluran tidak tepat sasaran bahwa berdasarkan pengecekan administrasi tanggal 16 April 2011 oleh SR LPG Rayon I, terdapat penyaluran LPG tabung 3 kg tidak tepat sasaran sebanyak 168 tabung (selama TA 2010 dan 2011) dan sehubungan dengan itu PT PGI menyatakan bahwa telah membayar klaim tersebut sesuai dengan bukti setor rekening BRI No. 0172.01.000625.308 pada tanggal 21 April 2011. Pertamina dan agen LPG 3 kg dalam penyaluran LPG tabung 3 kg seharusnya memperhatikan: 1) Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pasal 6 Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 2) Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 104 tahun 2007 tentang penyediaan, pendistribusian, dan penetapan harga LPG tabung 3 kg, Pasal 3 ayat (1) menyatakan bahwa penyediaan dan pendistribusian LPG tabung 3 Kg hanya diperuntukkan bagi rumah tangga dan usaha mikro. 3) Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 104 tahun 2007 tentang penyediaan, pendistribusian, dan penetapan harga LPG tabung 3 kg, Pasal 1 butir (5). Hal tersebut mengakibatkan penyaluran LPG tabung 3 kg sebanyak 89 tabung atau ekuivalen dengan 267 kg senilai Rp1.748.678,00 tidak tepat sasaran sehingga harus dikeluarkan dari penghitungan subsidi LPG tabung 3 kg tahun 2011. Hal tersebut terjadi karena: 1) Sales Representative (SR) LPG dan Gas Product kurang mengawasi dan memantau penyaluran LPG tabung 3 kg oleh agen PT PGI. 2) Agen PT PGI kurang memahami konsumen usaha mikro. --- *** --- Penulis : Nando Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI 5