BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang melaju sangat pesat dan persaingan global

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu tugas perkembangan seorang individu adalah

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Keywords : Dewasa awal, ketidakpastian, hubungan jarak jauh, berbeda kewarganegaraan, strategi mereduksi ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. hubungan yang intim merupakan tugas perkembangan yang penting pada masa dewasa awal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

HUBUNGAN ANTAR PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman manusia yang paling umum. Menurut Sternberg (dalam Tambunan,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase

BAB I PENDAHULUAN. suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Pengertian hubungan jarak jauh atau

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa dewasa awal telah melewati

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baru, seperti definisi pernikahan menurut Olson dan Defrain (2006)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesepian tanpa adanya teman cerita terlebih lagi pada remaja yang cendrung untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang paling indah dalam kisah hidup seseorang. Semua orang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan

GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KOMITMEN PADA INDIVIDU YANG BERPACARAN BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

Written by Daniel Ronda Saturday, 08 February :22 - Last Updated Wednesday, 29 October :08

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

MANAJEMEN KONFLIK PADA ISTRI YANG MENGALAMI LONG DISTANCE RELATIONSHIP. Nama : Aisyah NPM : Pembimbing : Nurul Qomariyah, Msi.Psi.

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. prenatal sampai fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah

BAB 1 PENDAHULUAN. hal komunikasi telah mengalami berbagai perubahan. Hal ini dapat terlihat dari

oleh Dr Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

LAMPIRAN Pedoman Wawancara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. situs ini semua bisa mengakses apapun dan berkomunikasi dengan siapa pun.

BAB I PENDAHULUAN. jauh (SLJJ). Konteks ini dimaksudkan bagi setiap pribadi yang. Jika tak bisa percaya pada pasangan akan berdampak pada kondisi

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan formal merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap

Perkembangan Sepanjang Hayat

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik

PERBEDAAN SELF DISCLOSURE TERHADAP PASANGAN MELALUI MEDIA FACEBOOK DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja dan akan memasuki tahap pencapaian kedewasaan dengan segala tantangan yang lebih beragam. Para mahasiswa terutama pada umur 20-24 tahun sedang berada dalam masa dewasa awal, mereka mulai membina hubungan dengan orang lain, terutama hubungan dengan lawan jenis, yang ditandai dengan saling mengenal pribadi seseorang baik kekurangan maupun kelebihannya masing-masing kemudian berpacaran ke arah yang lebih serius atau bahkan membangun rumah tangga. (Santrock, 2003). Pacaran (Romantic relationship) terbagi menjadi dua tipe, yaitu Proximal Relationship (PRs) dan Long-Distance Relationship (LDRs). Proximal relationship dikenal sebagai pacaran lokal, yaitu pasangan yang menjalin hubungan pacaran berada pada lokasi kota yang sama. Sebaliknya, Long Distance Relationship adalah pacaran yang sering disebut dengan pacaran jarak jauh karena pasangan yang menjalin hubungan pacaran berada pada lokasi kota yang berbeda (Hampton, 2004). Pasangan yang menjalin pacaran jarak jauh biasanya disebabkan oleh beberapa situasi yaitu karena melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi atau karena alasan pekerjaan misalnya ketika salah seorang pasangan akan bekerja atau 1

2 ditugaskan pada tempat yang berbeda. Salah satu faktor penyebab pacaran jarak jauh adalah ketika individu berusaha untuk mengejar dan mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi sehingga hubungan mereka dengan pasangan harus dipisahkan oleh jarak. Sekitar 1/3 dari pasangan menikah di kota-kota besar di seluruh dunia hidup terpisah dikarenakan komitmen pekerjaan, studi dan militer (http://www.waiit.com/long_distance_relationships_statistics). Perbedaan antara pasangan jarak jauh dan pasangan jarak dekat adalah jarak dan keluasan berkomunikasi. Orang yang menjalani pacaran jarak jauh tidak bisa bertemu sesering orang yang berpacaran jarak dekat. Pasangan jarak jauh cenderung lebih sulit untuk mengemukakan perasaannya karena pasangan jarak jauh hanya berkomunikasi melalui telepon, email, SMS atau BBM tanpa bertatap muka langsung sehingga tidak dapat menangkap gesture tubuh atau ekspresi wajah pasangannya, meskipun kini ada berbagai macam teknologi seperti skype. Namun dengan adanya perbedaan jarak dan waktu membuat hubungan jarak jauh lebih rentan akan perpisahan karena jarangnya intensitas pertemuan (Sumber: http://wolipop.detik.com/read/2012/09/04/091254/2007097/852/3-kendala-palingsering-dialami-pasangan-yang-ldr). Helgeson (dalam Sttaford, 2006) menemukan bahwa banyak orang percaya hubungan pacaran jarak jauh tidak akan bertahan karena penuh dengan ketidakpastian dan ambiguitas serta kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan satu dengan lainnya. Selain itu Knobloch & Solomon (1999), mengatakan bahwa pasangan jarak jauh lebih besar kemungkinannya untuk mengalami Uncertainty Interpesonal Relationships. Uncertainty Interpesonal Relationships sendiri berarti

3 ketidakmampuan untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi perilaku dalam interaksi. Uncertainty Interpesonal Relationships dapat dilihat dari tiga sumber yaitu ketidakpastian diri (Self), pasangan (Partner) ataupun ketidakpastian hubungan (Relationship), dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu karakteristik hubungan, lamanya hubungan, pengaruh pasangan, gangguan pasangan, dukungan orang tua, dukungan orang tua, dukungan teman dan kepribadian. Berdasarkan hasil survei awal pada 15 mahasiswa pacaran jarak jauh didapatkan bahwa sebanyak 8 (53.33 %) mahasiswa pacaran jarak jauh merasa Uncertainty Interpersonal Relationship akan hubungan yang sedang dijalaninya dan sebanyak 7 (46.67 %) mahasiswa merasa Certainty Interpersonal Relationship akan hubungan yang sedang dijalani. Mahasiswa pacaran jarak jauh yang merasa Uncertainty Interpersonal Relationship akan hubungannya, sebanyak 4 (50%) mahasiswa merasa Uncertainty lebih dikarenakan sumber dari hubungan (Relationship) itu sendiri akibat dari sulitnya komunikasi dan perbedaan waktu dengan pasangannya, perbedaan waktu menjadi masalah mereka yaitu ketika salah satu pasangan ingin membicarakan masalah, mereka tidak bisa langsung membicarakannya dengan pasangan karena harus menunggu akibat perbedaan waktu dengan pasangannya. Atau ketika waktu menjelang tidur, pasangan baru akan memulai aktivitasnya, begitu juga sebaliknya, sehingga untuk saling berkomunikasi menjadi sulit dan penuh kendala. Mahasiswa pacaran jarak jauh juga mengaku bahwa menjalani pacaran jarak jauh tidak semudah yang dibayangkannya, yang biasanya mereka dengan mudah bercerita segala hal kepada pasangannya kini

4 terasa sulit karena harus melalui sms atau bbm tanpa bertatap muka langsung selain itu salah satu diantara mahasiswa pacaran jarak jauh tersebut memiliki pasangan yang bekerja di daerah perhutanan yang cukup sulit untuk mendapatkan sinyal sehingga komunikasi diantara mereka sedikit terhambat. Sebanyak 2 (25%) mahasiswa pacaran jarak jauh mengalami Uncertainty Interpersonal Relationship akibat sumber dari dalam diri (Self) yaitu karena kurangnya kepercayaan kepada pasangan semenjak menjalani hubungan jarak jauh, mahasiswa pacaran jarak jauh lebih mudah curiga terhadap pasangannya walaupun sebenarnya pasangannya tetap memberikan perhatian kepada dirinya. Dengan adanya kecurigaan dan kurangnya kepercayaan kepada pasangannya membuat mahasiswa pacaran jarak jauh tersebut merasa Uncertainty Interpersonal Relationship terhadap hubungan yang sedang dijalaninya. Sisanya yaitu 2 (25%) mahasiswa pacaran jarak jauh mengalami Uncertainty Interpersonal Relationship akibat sumber dari pasangannya (partner) yaitu karena pasangannya jarang menelpon dan hanya berhubungan lewat SMS atau BBM saja, serta akibat dari sibuknya pekerjaan dari pasangannya sehingga membuat hubungannya menjadi sedikit merenggang. Dari mahasiswa yang merasa Certainty Interpersonal Relationship akan hubungannya, sebanyak 4 (57.14%) merasa Certainty lebih dikarenakan sumber Relationship yaitu karena mahasiswa pacaran jarak jauh telah terbiasa menjalani pacaran jarak jauh, sehingga meskipun terpisah jarak mahasiswa pacaran jarak jauh tersebut tetap merasa Certainty. Sebanyak 2 (28.57%) merasa Certainty lebih dikarenakan sumber Partner, mahasiswa pacaran jarak jauh mengaku bahwa

5 meskipun menjalani pacaran jarak jauh perhatian yang diberikan pasangannya tidak berkurang, bahkan salah satu diantaranya mengatakan bahwa meskipun berbeda waktu akibat pasangannya berada di luar negeri pasangannya tetap memberikan perhatian yang lebih kepadanya sehingga membuat dirinya tetap Certainty akan hubungannya. Sisanya yaitu 1 (14.29%) mahasiswa mengaku dengan menjalani pacaran jarak jauh membuat dirinya menjadi lebih mandiri, ia mengatakan bahwa semenjak menjalin pacaran jarak jauh membuat dirinya menjadi lebih mandiri dan lebih memiliki banyak teman baru serta membuat hubungan mereka menjadi tidak bosan karena jarang bertemu. Oleh karena itu meskipun ia menjalani pacaran jarak jauh, tidak membuat keyakinannya akan hubungan tersebut berkurang (Certainty Interpersonal Relationship). Disini peneliti ingin melihat bagaimana kepastian atau ketidakpastian mahasiswa yang berada pada usia dewasa awal, ketika ia telah memikirkan hubungan yang lebih serius bahkan berpikir tentang berumah tangga dihadapkan oleh kenyataan bahwa ia dan pasangan harus menjalani pacaran jarak jauh, apakah hubungan jarak jauh tersebut penuh kepastian atau ketidakpastian. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai Uncertainty Interpesonal Relationships pada mahasiswa yang menjalani pacaran jarak jauh. 1.2 Identifikasi Masalah Melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui tentang bagaimana Uncertainty Interpersonal Relationships pada mahasiswa yang menjalani pacaran jarak jauh Universitas X Bandung.

6 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai Uncertainty Interpersonal Relationships pada mahasiswa yang menjalani pacaran jarak jauh Universitas X Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat Uncertainty Interpersonal Relationships dilihat dari 3 sumber yaitu Self, Partner, Relationship Uncertainty dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini terdiri dari kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu 1.4.1 Kegunaan Teoritis Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam pengembangan Ilmu Psikologi, khususnya di bidang Psikologi Perkembangan, yang berkaitan dengan Uncertainty Interpersonal Relationships. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak pihak lain yang bersangkutan dan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dalam topik yang serupa mengenai bagaimana gambaran Uncertainty Interpersonal Relationships pada mahasiswa dalam menjalani pacaran jarak jauh di Universitas X Bandung.

7 1.4.2 Kegunaan Praktis Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah : Memberikan informasi kepada mahasiswa yang menjalani pacaran jarak jauh mengenai Uncertainty Interpersonal Relationships dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diharapkan informasi ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menjaga kelangsungan hubungan. 1.5 Kerangka Pemikiran Masa dewasa awal merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Menurut Erickson (dalam Santrock, 2003) fase usia dewasa awal merupakan kebutuhan untuk membuat komitmen dengan menciptakan suatu hubungan interpersonal yang erat dan stabil yang biasa disebut dengan pacaran. Pacaran adalah aktivitas sosial yang membolehkan dua orang yang berbeda jenis kelamin untuk terikat dalam interaksi sosial dengan pasangan yang tidak ada hubungan keluarga (Dacey& Kenny, 1997). Umumnya pacaran sudah dimulai sejak dewasa awal yang berada pada rentang usia 18-40 tahun. Berbeda dengan masa remaja, individu pada masa dewasa awal sudah mulai memikirkan untuk menjalani pacaran dengan lebih serius atau bahkan berumah tangga. Tugas perkembangan dewasa awal lainnya yaitu mencapai taraf otonomi seperti mandiri secara ekonomi, yang membuat banyak orang berusaha untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik (Santrock, 2003). Sebagai dampaknya, hubungan pacaran dihadapkan dengan perpisahan fisik secara geografis yang cukup jauh atau yang biasa dikenal dengan pacaran jarak jauh (Long Distance Relationship). Dengan adanya perpisahan fisik tersebut membuat

8 intensitas bertemu dan komunikasi antara pasangan jarak jauh menjadi lebih sulit dan tidak sesering pasangan jarak dekat, oleh karena itu pacaran jarak jauh lebih memungkinkan mengalami ketidakpastian dalam hubungan (Uncertainty Interpersonal Relationship, Knobloch & Solomon, 1999) Menurut Knobloch & Solomon (1999), Uncertainty Interpesonal Relationships berarti ketidakmampuan untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi perilaku dalam interaksi. Mahasiswa pacaran jarak jauh yang mengalami Uncertainty Interpersonal Relationships adalah mahasiswa yang tidak mampu mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi perilakunya atau perilaku pasangannya di dalam hubungan. Uncertainty Interpersonal Relationships terbagi menjadi tiga sumber yaitu Self Uncertainty, Partner Uncertainty dan Relationship Uncertainty. Self Uncertainty terjadi bila seseorang tidak mampu mendeskripsikan, memprediksi, atau menjelaskan tindakan atau perilaku mereka sendiri seperti mengapa aku melakukan itu? atau Kenapa aku mengatakan hal itu?. Self Uncertainty terbagi menjadi 3 subskala yaitu desire (keinginan dalam hubungan), evaluation (evaluasi nilai hubungan), dan goal (tujuan proses hubungan). Subskala yang pertama dari Self Uncertainty yaitu desire, mengenai keinginan didalam hubungan. Mahasiswa pasangan jarak jauh yang tahu akan keinginannya, akan lebih mudah dalam membuat komitmen dibanding mahasiswa pacaran jarak jauh yang tidak tahu keinginannya, misalnya ketika mahasiswa pacaran jarak jauh ingin hubungannya bertahan lama, mahasiswa pacaran jarak jauh tersebut lebih berusaha untuk menjaga komitmen dalam hubungannya seperti tidak mencari masalah terhadap pasangannya atau berselingkuh.. Mahasiswa pacaran

9 jarak jauh yang tahu akan keinginan di dalam hubungannya cenderung akan merasa lebih Certainty terhadap hubungannya, sedangkan mahasiswa pacaran jarak jauh yang tidak tahu akan keinginan didalam hubungannya cenderung akan merasa Uncertainty terhadap hubungannya. Subskala yang kedua dari Self Uncertainty adalah evaluation tentang keberhargaan hubungan.dalam menjalin hubungan pacaran, perlu untuk tahu keberhargaan hubungan yang sedang dijalani, misalnya seberapa penting hubungan yang sedang dijalaninya, sehingga dapat dijadikan evaluasi dalam hubungan tersebut. Mahasiswa pacaran jarak jauh yang tahu seberapa penting hubungan yang dijalaninya dianggap juga mengetahui definisi hubungan pacarannya serta cenderung akan merasa lebih Certainty terhadap hubungannya sedangkan mahasiswa pacaran jarak jauh yang tidak tahu seberapa penting hubungannya dianggap kurang mengerti definisi hubungan pacarannya dan cenderung akan merasa Uncertainty terhadap hubungannya. Subskala yang ketiga dari Self uncertainty yaitu goal (tujuan). Dalam melakukan segala sesuatu penting untuk mengetahui goal (tujuan) dari tindakan yang dilakukan, sama halnya ketika menjalani pacaran jarak jauh, penting untuk pasangan jarak jauh mengetahui tujuan dari hubungan yang dijalani, apakah akan berlanjut hingga pernikahan atau tidak. Mahasiswa pacaran jarak jauh yang memiliki kepastian akan tujuan hubungannya, tahu kemana arah hubungannya akan lebih bersemangat dalam menjalaninya dan cenderung merasa lebih Certainty terhadap hubungannya, sedangkan mahasiswa pacaran jarak jauh yang tidak memiliki kepastian akan tujuan hubungannya, tidak tahu kemana arah hubungannya

10 akan menjalani hubungan tidak seserius mahasiswa yang memiliki kepastian akan tujuan hubungannya dan cenderung merasa lebih Uncertainty terhadap hubungannya. Ketidakpastian juga bisa terfokus pada pasangan interaksi. Menurut teori Uncertainty Interpersonal Relationships (Knobloch & Solomon, 1999), Partner Uncertainty timbul dari ketidakmampuan untuk memprediksi perilaku dan tindakan orang lain dalam suatu interaksi, meliputi kurangnya pengetahuan akan pasangan sebagai individu. Partner uncertainty terbagi menjadi 3 subskala sama seperti pada self uncertainty, yaitu subskala desire, subskala evaluation, dan subskala tujuan. Subskala yang pertama dari Partner Uncertainty adalah desire, mengenai keinginan untuk terlibat dalam hubungan. Mahasiswa yang menjalani pacaran jarak jauh dan memiliki keraguan akan pasangannya dapat menimbulkan ketidakstabilan hubungan dan akan menimbulkan kecemburuan yang lebih tinggi. Mahasiswa yang menjalani pacaran jarak jauh yang mengetahui komitmen atau perilaku pasangannya dengan pasti cenderung akan merasa lebih Certainty terhadap hubungannya, sedangkan mahasiswa yang tidak mengetahui dengan pasti bagaimana komitmen atau perasaan yang dimiliki pasangannya cenderung akan merasa lebih Uncertainty terhadap hubungannya. Subskala yang kedua dari Partner Uncertainty adalah evaluation tentang keberhargaan hubungan. Mahasiswa pacaran jarak jauh yang menghayati bahwa pasangannya menganggap serius hubungan mereka dan menghayati bahwa pasangannya menganggap hubungan mereka memberi suatu keuntungan untuk dipertahankan akan cenderung mempertahankan hubungannya dibanding

11 mahasiswa pacaran jarak jauh yang menghayati bahwa pasangannya tidak mengganggap penting hubungan. Mahasiswa pacaran jarak jauh yang menghayati bahwa pasangannya menganggap penting hubungan cenderung merasa lebih Certainty terhadap hubungannya, begitu pula mahasiswa yang menghayati bahwa pasangannya menganggap hubungannya tidak penting cenderung akan merasa lebih Uncertainty terhadap hubungannya. Subskala yang ketiga dari Partner Uncertainty adalah goal tentang perkembangan hubungan. Setiap pasangan yang saling mengetahui tujuan dari hubungannya saat ini memiliki keuntungan bagi perkembangan hubungannya. Mahasiswa pacaran jarak jauh yang mengetahui bahwa tujuan pasangannya dalam hubungan ini adalah menikah akan lebih mengurangi kecurigaan kepada pasangan daripada pasangan yang tidak mengetahui tujuan dari pasangannya. Mahasiswa pasangan jarak jauh yang mengetahui tujuan hubungan cenderung akan merasa lebih Certainty terhadap hubungannya, sebaliknya mahasiswa pasangan jarak jauh yang tidak mengetahui tujuan hubungan cenderung akan merasa lebih Uncertainty terhadap hubungannya. Relationship Uncertainty adalah fokus ketiga pada ketidakpastian. Relationship Uncertainty terjadi ketika seseorang mengalami keraguan mengenai status hubungan dirinya dengan pasangan (Knobloch dan Salomon, 1999). Relationship Uncertainty akan lebih terlihat pada pasangan yang menjalani pacaran jarak jauh, berbeda lokasi kota dan jarang bertatap muka. Relationship Uncertainty dapat dinilai dari empat subskala, yaitu subskala behavioral norm (norma perilaku),

12 subskala mutuality (mutualitas), subskala definition (definisi), dan subskala future (masa depan). Dalam berpacaran terutama pacaran jarak jauh diharapkan untuk membuat aturan atau batasan dalam berperilaku seperti batasan-batasan dalam berteman dengan lawan jenis, agar tidak menimbulkan salah sangka masing-masing pihak. Selain itu pasangan diharapkan membicarakan terlebih dahulu serta membuat kesepakatan mengenai peraturan dalam hal berkomunikasi seperti dalam jangka berapa lama pasangan harus bertemu, apakah setiap hari pasangan harus menelepon, atau adakah hari khusus dimana pasangan harus bertemu. Keadaan ini harus dimengerti dan diterima pasangan sejak awal agar tidak memicu konflik. Subskala pertama dari Relationship Uncertainty yaitu behavioral norm, menekankan ketidakpastian atas apa yang dianggap sebagai perilaku yang dapat diterima atau tidak dapat diterima dalam hubungan. Mahasiswa pacaran jarak jauh yang memiliki kesepakatan mengenai batasan-batasan perilaku mana yang dapat dilakukan ataupun tidak dilakukan didalam hubungannya cenderung akan merasa lebih Certainty terhadap hubungannya, sedangkan mahasiswa pacaran jarak jauh yang tidak memiliki kesepakatan cenderung merasa Uncertainty terhadap hubungannya. Subskala yang kedua dari Relationship Uncertainty adalah mutuality, mengenai ketidakpastian atas timbal balik perasaan antara individu yang terlibat dalam suatu hubungan, apakah perasaan yang dirasakan pasangannya sama dengan perasaan yang dialami dirinya. Mahasiswa yang berpacaran jarak jauh memiliki konsekuensi terpisah jarak fisik, sehingga mereka tidak bisa secara leluasa bertemu

13 atau berkomunikasi dengan pasangannya layaknya pasangan jarak dekat. Oleh karena itu bentuk perhatian yang diberikan oleh pasangan jarak jauh juga terbatas sehingga bisa memunculkan keraguan akan perasaan pasangannya, terlebih apabila pasangan mereka disibukkan oleh pekerjaan atau kuliah yang membuat komunikasi diantara mereka semakin sulit. Mahasiswa yang menjalani pacaran jarak jauh yang merasa perasaan cinta pasangannya sepadan dengan perasaan cintanya akan merasa aman, selalu berpikiran positif kepada pasangannya, menaruh kepercayaan yang penuh kepada pasangannya dan cenderung akan merasa lebih Certainty terhadap hubungannya, sedangkan yang merasa perasaan cinta pasangannya tidak sepadan dengan perasaan cintanya akan menimbulkan kecurigaan kepada pasangannya, kepercayaannya berkurang, berpikiran negatif kepada pasangannya sehingga lebih mudah menimbulkan konflik dan cenderung akan merasa Uncertainty terhadap hubungannya. Subskala yang ketiga dari Relationship Uncertainty adalah definition, yang memfokuskan kurangnya kesepakatan mengenai status hubungan saat ini (Baxter&Wilmot, 1984; dalam Knobloch & Solomon, 1999) yang meliputi seberapa pasti mahasiswa yang menjalani pacaran jarak jauh mengerti definisi dari hubungan pacaran yang dijalaninya saat ini. Definition dapat dilihat dari sepakat atau tidak sepakat. Apabila mahasiswa yang menjalani pacaran jarak jauh sepakat dalam mengartikan status hubungannya saat ini cenderung akan merasa lebih Certainty terhadap hubungannya, begitu juga sebaliknya apabila tidak memiliki kesepakatan dalam arti berbeda mengartikan status hubungannya saat ini cenderung akan merasa lebih Uncertainty terhadap hubungannya. Daya dari luar ini ada

14 sebagai ancaman yang tidak dapat diprediksi tetapi bersifat konstan terhadap status hubungan saat ini. Definisi anggota dari hubungan bisa terhalang oleh tekanan intrinsik jika mereka merasa bahwa ada perbedaan tingkat komitmen (Baxter, 1987; dalam Knobloch & Solomon, 1999) atau jika hubungan sedang berada pada masa transisi. Subskala yang keempat dari Relationship Uncertainty adalah future memfokuskan ketidakpastian atas hasil jangka panjang dari suatu hubungan. Setiap hubungan diharapkan memiliki arah masa depan yang lebih baik. Sama seperti halnya dengan mahasiswa pasangan jarak jauh, yang ingin hubungannya memiliki kejelasan, sehingga membuat perencanaan untuk masa depan misalnya seperti apa rencana masa depan hubungan, bagaimana akhir dari hubungan jarak jauh, apakah nanti salah satu pasangan akan kembali ke kota asal atau salah satu akan bergabung di kota yang baru. Meskipun rencana bisa berubah, setidaknya pasangan akan selalu merasa ada akhir yang menyenangkan dari hubungan jarak jauh. Pada mahasiswa pacaran jarak jauh yang tidak pasti dalam menghayati masa depan hubungannya, akan menjalani hubungan tidak seserius mereka yang memiliki masa depan dan cenderung akan merasa lebih Certainty terhadap hubungannya, sedangkan mahasiswa pacaran jarak jauh yang pasti dalam menghayati masa depan hubungannya cenderung merasa lebih Uncertainty terhadap hubungannya. Uncertainty Interpersonal Relationships dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti karakteristik hubungan, lama hubungan, pengaruh pasangan, gangguan pasangan (Knobloch & Solomon, 1999), kepribadian (Knobloch, 2007) dan pengaruh luar (Knobloch & Donovan-Kicken, 2006).

15 Karakteristik hubungan dapat dilihat dari sejauh mana seseorang menghayati keterikatan emosional terhadap pasangannya (Billingham, 1987; dalam Knobloch & Solomon, 1999). Mahasiswa pacaran jarak jauh yang mengetahui tingkatan hubungan yang sedang dijalaninya lebih pasti dalam mendeskripsikan, memprediksi atau menjelaskan tindakan atau perilaku mereka. Mahasiswa pacaran jarak jauh yang mengetahui bahwa dirinya berencana untuk menikah dengan pasangannya akan lebih bisa menjelaskan alasan mengapa dirinya menjaga komitmen selama ini dibandingkan mahasiswa pasangan jarak jauh yang tidak mengetahui tingkatan hubungan yang sedang dijalaninya. Mahasiswa pacaran jarak jauh yang tidak mengetahui tingkatan hubungan yang dijalani akan lebih Uncertainty terhadap hubungannya, sedangkan mahasiswa pasangan jarak jauh yang mengetahui tingkatan hubungan yang dijalani akan lebih Certainty terhadap hubungannya. Lamanya hubungan pacaran akan mempengaruhi cara berpikir dan bertindak mahasiswa pacaran jarak jauh dalam menyelesaikan suatu masalah. Semakin lama mahasiswa pasangan jarak jauh menjalin hubungan dengan pasangannya semakin mahasiswa pasangan jarak jauh mengetahui bagaimana dirinya bertindak dalam menyelesaikan suatu masalah. Selain itu semakin lama hubungan pacaran, semakin ada kemungkinan mahasiswa pasangan jarak jauh untuk lebih mengetahui dan menerima kebiasaan-kebiasaan pasangannya misalnya ketika pasangan tidak membalas SMS, mahasiswa pacaran jarak jauh yang telah lama berpacaran kemungkinan lebih bisa menerima kebiasaan pasangannya yang tidak membalas SMS dikarenakan tertidur. Mahasiswa pasangan jarak jauh yang

16 sejak awal hubungan telah menjalani pacaran berbeda lokasi kota mungkin akan lebih terbiasa berpisah sehingga merasa Certainty terhadap hubungannya dibandingkan mahasiswa pacaran jarak jauh yang baru saja menjalani pacaran berbeda kota, yang belum terbiasa menjalani pacaran jarak jauh sehingga merasa Uncertainty terhadap hubungannya. Pengaruh pasangan dapat dilihat dari sejauh mana pasangan mahasiswa jarak jauh mempengaruhi waktu yang dihabiskan mahasiswa pasangan jarak jauh dalam aktivitas sehari-hari (Knobloch & Solomon, 1999). Ketika pasangan mahasiswa pacaran jarak jauh mengingatkan atau memberi dukungan mahasiswa pasangan jarak jauh untuk belajar atau melakukan aktivitas sehari-hari lainnya, muncul keyakinan dari dalam diri karena merasakan perhatian dari pasangannya, keyakinan akan perasaan pasangannya serta keyakinan akan hubungan ini layak untuk dipertahankan sehingga merasa Certainty terhadap hubungannya. Sedangkan mahasiswa pacaran jarak jauh yang menghayati bahwa pasangannya tidak memberi perhatian atau dukungan dalam belajar atau aktivitas sehari-hari merasa Uncertainty terhadap hubungannya. Gangguan pasangan berpengaruh terhadap sejauh mana mahasiswa pasangan jarak jauh menghayati bahwa pasangannya mengganggu waktunya dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Knobloch& Solomon, 1999). Ketika pasangan mahasiswa pacaran jarak jauh terlalu memberi batasan-batasan terhadap dirinya untuk bermain bersama teman-teman, muncul ketidakyakinan diri (Self Uncertainty) terhadap pasangannya karena merasa terlalu dikekang. Selain itu ketika pasangan tidak bisa menjelaskan alasan mengapa pasangan membatasi

17 dirinya muncul Partner Uncertainty. Oleh karenanya mahasiswa pasangan jarak jauh tersebut menjadi ragu akan status hubungannya saat ini dan membuat hubungannya menjadi Uncertainty. Ketika pasangan mahasiswa pacaran jarak jauh tidak memberi batasan-batasan terhadap dirinya untuk bermain bersama temanteman, tidak mengganggu waktu yang dihabiskan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, mahasiswa tersebut merasa Certainty terhadap hubungannya. Faktor berikutnya adalah pengaruh luar / pihak ketiga seperti teman, keluarga. Kurangnya dukungan dari keluarga, teman atau lingkungan sekitar dapat menjadi pengaruh luar yang mempengaruhi hubungan. Ketidakpastian mengenai definisi hubungan bisa muncul akibat dari pengaruh luar yang tidak dapat dikendalikan oleh pasangan, sebagian akan cukup mengganggu hingga membubarkan hubungan (Knobloch & Solomon, 1999). Pandangan negatif dari pihak ketiga dapat mempengaruhi keyakinan diri mahasiswa pasangan jarak jauh, misalnya pandangan negatif masyarakat mengenai hubungan jarak jauh yang sulit dijalani dan jarang berhasil membuat berkurangnya keyakinan diri akan hubungan yang dijalani. Selain itu pihak ketiga juga dapat mempengaruhi keyakinan mahasiswa pasangan jarak jauh akan pasangannya, misalnya ketika teman atau keluarga mahasiswa pasangan jarak jauh berpendapat bahwa pasangan mahasiswa pacaran jarak jauh tersebut tidak menunjukkan perhatian layaknya pasangan lainnya sehingga membuat mahasiswa pasangan jarak jauh tersebut mencurigai, meragukan pasangan dan meragukan hubungan yang sedang dijalaninya (Uncertainty), sedangkan pandangan positif dari pihak ketiga mengenai

18 keberhasilan dalam menjalani pacaran jarak jauh dapat menambah keyakinan mahasiswa pacaran jarak jauh akan hubungannya (Certainty). Faktor terakhir yang mempengaruhi ketidakpastian adalah Kepribadian. Dalam teorinya, Knobloch (2007) mengatakan bahwa karakteristik individu seperti perbedaan kepribadian berpengaruh terhadap ketidakpastian hubungan (Uncertainty Interpersonal Relationships). Jika mahasiswa pacaran jarak jauh menghayati bahwa perbedaan kepribadian dirinya dengan pasangan mengganggu hubungan yang sedang dijalani saat ini, misalnya dengan adanya perbedaan kepribadian diantara mahasiswa pacaran jarak jauh dengan pasangannya sering menimbulkan permasalahan yang membuat mahasiswa pacaran jarak jauh merasa Uncertainty, sedangkan mahasiswa pacaran jarak jauh yang menghayati bahwa perbedaan kepribadian dirinya dengan pasangan tidak menjadi masalah, atau bahkan mendukung hubungan yang sedang dijalani membuat mahasiswa pacaran jarak jauh merasa Certainty terhadap hubungannya.

19 1.5.1 Bagan Kerangka Pemikiran Faktor yang mempengaruhi : - Karakteristik Hubungan - Lama Pacaran - Pengaruh Pasangan - Gangguan Pasangan - Pengaruh luar - Kepribadian Mahasiswa yang menjalani pacaran jarak jauh Uncertainty Interpersonal Relationships Sumber 1. Self uncertainty : - Desire - Evaluation - Goal 2. Partner uncertainty : - Desire - Evaluation - Goal 3. Relationship uncertainty : - Behavior - Mutuality - Definition - Future Certainty Uncertainty Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

20 1.6 Asumsi 1. Hubungan pacaran pada mahasiswa yang menjalani pacaran jarak jauh berpotensi membuka ketidakpastian hubungan. 2. Ketidakpastian hubungan mahasiswa yang menjalani pacaran jarak jauh dapat dilihat dari 3 sumber yaitu Self Uncertainty, Partner Uncertainty, dan Relationship Uncertainty. 3. Aspek Self Uncertainty dan Partner Uncertainty masing-masing meliputi 3 subskala yaitu desire (keinginan), evaluation (evaluasi), goal (tujuan). 4. Relationship Uncertainty meliputi 4 subskala yaitu behavioral (norma perilaku), mutuality (mutualitas), definition (definisi), dan future (masa depan). 5. Setiap sumber dari Uncertainty Interpersonal Relationships menentukan pengaruh ketidakpastian yang berbeda-beda terhadap ketidakpastian dalam menjalani pacaran jarak jauh.