BAB I PENDAHULUAN. istiadat. Wujud kedua, adalah sistem sosial atau social sistem yang berkaitan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
MAKNA SIMBOLIK KONSTRUKSI RUMAH ADAT MANGGARAI SKRIPSI OLEH: HILARIUS NAKUT NO. REG:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

Sebagai ilustrasi, orang Batak dan Sunda beranggapan bahwa mereka halus dan. sopan sedangkan orang Batak kasar, nekad, suka berbicara keras, pemberang

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

DESAIN BUSANA ANALOGI RUMAH MBARU NIANG WAE REBO NTT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh

Bab 7 PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK KEKERABATAN TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. masih dijalankan dalam masyarakatnya. Di Nagari Batu Gajah salah satu tradisi

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)

BAHWA TUHAN MENCIPTAKAN INDONESIA KETIKA TERSENYUM

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa budaya dari Etnis Tionghoa seperti Cheng beng, upacara

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki

BAB IV ANALISIS. Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Warisan Budaya Tak Benda (Nilai Tradisi, Kampung Adat Wae Rebo, Kab. Manggarai, NTT)

I. PENDAHULUAN. yang dicita-citakan. Sejalan dengan Mukadimah Undang Undang Dasar 1945,

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari

2014 PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI KOTA CIMAHI

KEBUDAYAAN. 1. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB V PENUTUP di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB V PENUTUP. maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai bentuk permainan pada manusia yang terus berkembang, pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Penulis merasa tertarik untuk meneliti mengenai Upacara Tingkapan karena

BAB I PENDAHULUAN. elektronik seperti televisi, internet, maupun radio. Radio adalah. memperoleh informasi dengan cepat sehingga meniadakan jarak,

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di Pulau Nias. Dalam

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dengan keanekaragaman adat istiadat yang terdiri dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya merupakan mahkluk yang berbudaya karena padanya budaya tercipta dan dikembangkan. Dalam hal ini, budaya atau kebudayaan merupakan suatu yang dilahirkan sebagai hasil pemikiran manusia yang diwariskan dan dipertahankan dari generasi ke generasi lainnya karena memiliki kebaikan tertentu. Dalam perkembangannya, kebudayaan diterima oleh para penganutnya tidak hanya sebagai tradisi tetapi juga sebagai identitas yang membedakannya dengan kelompok budaya lainnya. Secara singkat budaya dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka meningkatkan kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia melalui proses belajar. Dengan demikian kebudayaan merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu dalam setiap pola, tindakan dan perilaku masyarakat yang diterima dari generasi ke generasi, yang muncul sebagai akibat adanya reinkarnasi dari kebiasaan nenek moyang sebagai suatu yang kompleks. Wujud utama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, tak dapat diraba atau difoto, serta merupakan wujud ideal dari kebudayaan, terdapat dalam alam pikiran masyarakat yang bersangkutan hidup dan lazim kita kenal sebagai adat atau adat istiadat. Wujud kedua, adalah sistem sosial atau social sistem yang berkaitan dengan tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud kebudayaan yang ketiga, adalah kebudayaan fisik yang merupakan totalitas hasil fisik dari aktifitas, perbuatan dan karya manusia yang bersifat kongkrit. Karena dapat diraba dan dilihat. Salah satu contohnya adalah rumah adat dengan keseluruhan interior kampungnya. 1

Salah satu indetitas fisik dari setiap kelompok budaya adalah rumah adat yang merupakan tempat berkumpulnya anggota kelompok budaya tertentu dalam menjalankan berbagai aktivitas kebudayaan. Masing-masing kelompok budaya memiliki rumah adat yang dijadikan sebagai pusat penyelenggaraan budaya, begitu halnya dengan kelompok budaya masyarakat Ruteng Pu u, Kelurahan Golo Dukal, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai. Pada kehidupan kebudayaan masyarakat ini, rumah adat (Mbaru Gendang) tidak saja menjadi pusat penyelenggaraan budaya tetapi lebih dari itu mencerminkan keseluruhan makna kehidupan yang dianut kelompok masyarakat ini. Dilihat dari pola konstruksi, rumah adat Manggarai pada dasarnya terbentuk dari dua pola tata ruang yakni pola sentri petal dan sentri fugal. Sentri petal merupakan tata letak ruangan dimana setiap pintu rumah adat di tempatkan pada satu garis lurus dalam artian pintu depan (para bolo) hingga pintu belakang (para musi) bangunan ditempatkan berjejer tanpa adanya sekat dari depan sampai belakang. Oleh orang Manggarai, simbolisasi ini sesungguhnya mengandung makna sosial seperti keterbukaan dalam pergaulan, kesetiakawanan dan kesolidaritasan sebagai anggota masyarakat untuk saling tolong menolong dalam hidup sehari-hari. Dalam prakteknya, makna sosial ini menyata melalui semangat kekeluargaan yang ada pada hubungan kekerabatan antara sub klan yang terdapat di Manggarai. Selain itu juga pada bagian dalam Mbaru Gendang terdapat ruang tengah atau ruang utama (lutur). Lutur merupakan ruangan utama dari Mbaru Gendang yang dibiarkan kosong tanpa sekat dan biasanya memiliki ukuran yang besar karena digunakan sebagai tempat menerima tamu, tempat rapat umum untuk warga kampung, juga sebagai tempat berkumpulnya warga adat untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan 2

dengan aktifitas adat. Ruang tengah ini mewakili makna kekeluargaan dan solidaritas di antara seluruh warga kampung. Pola kedua adalah Sentri Fugal yang merupakan pola pembagian ruangan yang berukuran kecil. Pada bagian dalam Mbaru Gendang terdapat beberapa kamar yang seluruhnya ditempatkan mengelilingi ruang utama atau lutur. Tiap-tiap kamar dibangun dalam ukuran yang sama besar dan banyaknya kamar disesuaikan dengan jumlah keseluruhan dari keluarga ranting atau panga yang ada. Kamar-kamar tersebut umumnya bersifat pribadi atau tertutup untuk umum artinya yang tinggal dan menempati kamar tersebut bukan sembarangan melainkan orang yang ditunjuk khusus oleh Tua Panga untuk menempati ruangan tersebut. Selain itu ruangan tersebut bisa juga digunakan sebagai ruang tidur serta ruang penyimpanan perabot makan atau dapur, tempat penyimpanan benda-benda pusaka juga alat-alat musik seperti gong, gendang dan lain-lain. Lazimnya yang berhak menempati ruanganruangan ini adalah keluarga sub klan atau ranting (panga) yang diwakili satu kepala keluarga. Tujuannya adalah selain untuk menjaga kamar di Mbaru Gendang juga untuk mempermudah koordinasi dan informasi kepada setiap anggota sub klan yang ada apabila akan diadakan kegiatan adat tertentu. Secara garis besar, penempatan rumah adat Manggarai mencerminkan pola pemukiman yang sangat strategis. Hal ini dapat dilihat dari posisi rumah adat Mbaru Gendang yang letaknya langsung berhadapan dengan pelataran atau halaman terbuka (natas), dimana di tengah-tengahnya terdapat sebuah bangunan megalitik yang bersifat sakral yang tersusun dalam bentuk lingkaran (compang). Selain itu juga pada bagian depan natas terdapat pintu gerbang yang disebut pa ang. Natas ini sering digunakan oleh masyarakat Manggarai sebagai tempat untuk melaksanakan upacara penti, caci dan sebagainya, juga sering digunakan oleh anak-anak, kaum muda dan 3

orang dewasa sebagai arena bermain misalnya bermain gasing, rangkung alu dan sebagainya. Dalam tata kehidupan orang Manggarai pada umumnya dan secara khusus masyarakat Ruteng Pu u, berkembang keyakinan bahwa kehidupan manusia diatur oleh berbagai makna, baik jasmaniah maupun rohaniah. Pandangan ini dipengaruhi oleh filosofi yang dianut masyarakat ini sejak dulu kala yakni keyakinan akan adanya hal-hal yang konkrit (das Sein) dan hal-hal yang ideal (das Sollen). Oleh karena itu dibutuhkan sebuah kerja keras agar segala sesuatu yang dilakukan (das Sein) dapat sejalan dengan apa yang dicita-citakan (das Sollen). Filosofi ini ada dalam kehidupan masyarakat Ruteng Pu u yang terwujud dalam berbagai simbol yang terdapat dalam Mbaru Gendang sepeti Periuk persembahan (lewing tana), tanduk kerbau (rangga kaba), sepotong kayu berbentuk gasing (mangka) dan atap ijuk yang berbentuk kerucut seperti yang terlihat pada konstruksi Mbaru Gendang bagian luar serta kinang, siri mese (siri bongkok dan siri lélés), ngaung, wasé lélé, wasé mesé, lémparaé, sekang kodé, ruang koé, rangkung api dan sapo serta lutur yang merupakan konstruksi bagian dalam dari Mbaru Gendang. Simbol tersebut merupakan satukesatuan yang bulat dan utuh dan diberlakukan secara turun-temurun pada orang Manggarai. Wujud-wujud kebudayaan ini merupakan simbol-simbol yang mewakili satu makna hidup yang dianut oleh masyarakat Ruteng Pu u, misalnya Tanduk Kerbau (rangga kaba) yang menjadi simbol kerja keras. Simbol-simbol dalam kebudayaan masyarakat Ruteng Pu u ini kemudian dijadikan panutan atau peringatan bagi segenap masyarakat untuk mengamalkan makna tersebut dalam keseharian hidupnya. Pengetahuan, pemahaman dan pengamalan tentang makna yang ada dibalik simbol-simbol tersebut saat ini mulai mengalami kemunduran. Kemajuan teknologi dan 4

perkembangan pendidikan pelan-pelan mulai menggeser simbol-simbol yang diyakini menjadi penopang hidup masyarakat Ruteng Pu u. Banyak masyarakat Ruteng Pu u terutama kaum muda bahkan tidak mengetahui dan memahami tentang makna dari simbol-simbol tersebut. Selain itu, di beberapa daerah di wilayah Manggarai bahkan sudah mulai merenovasi bangunan rumah adat (Mbaru Gendang) seperti mengganti atap ijuk dengan atap dari seng atau batu dengan semen. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana kebakaran. Dengan pergantian tersebut maka pemaknaan terhadap simbol-simbol tersebut akan berubah atau bahkan hilang. Fenomena ini dapat dibendung jika ada pengetahuan, pemahaman dan pengamalan yang menyeluruh tentang simbolsimbol budaya masyarakat Ruteng Pu u. Pemahaman dan pengamalan makna itu dapat terjadi jika ada pengetahuan tentang makna simbolik dari wujud-wujud budaya Manggarai seperti rumah adat Mbaru Gendang dengan segala atribut di dalamnya. Atas dasar pemikiran inilah peneliti bermaksud menggali dan mengetahui lebih dalam tentang tentang Mbaru Gendang dengan judul: Makna Simbolik Konstruksi Rumah Adat Manggarai Studi Kasus Kampung Ruteng Pu u, Kelurahan Golo Dukal, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah makna simbolik konstruksi rumah adat Mbaru Gendang di kampung Ruteng Pu u, Kelurahan Golo Dukal, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai? 5

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini ialah untuk mengetahui tentang makna simbolik pada konstruksi rumah adat Mbaru Gendang di kampung Ruteng Pu u, Kelurahan Golo Dukal, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ialah untuk memperoleh pengetahuan tentang makna simbolik konstruksi rumah adat di kampung Ruteng Pu u, Kelurahan Golo Dukal, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini dibedakan atas aspek praktis dan aspek teoritis. Kegunaan praktis berkaitan dengan pemahaman kebutuhan berbagai pihak yang memerlukannya. Kegunaan teoritis berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan. 1.4.1 Kegunaan Praktis 1. Memberikan tambahan pengetahuan bagi peneliti dan mahasiswa/i FISIP tentang makna simbolik konstruksi rumah adat Manggarai di kampung Ruteng Pu u Kelurahan Golo Dukal Kecamatan Langke Rembong Kabupaten Manggarai. 2. Bagi almamater, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam melengkapi kepustakaan ilmu komunikasi. 3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat Manggarai pada umumnya dan masyarakat Ruteng Pu u pada khususnya tentang makna simbolik konstruksi rumah adat (Mbaru Gendang). 6

1.4.2 Dari aspek teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi akademik demi pengembangan Komunikasi pada umumnya dan ilmu komunikasi pada khususnya dalam Komunikasi Antar Budaya. 1.5 Kerangka Pikir, Asumsi dan Hipotesis Penelitian 1.5.1 Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir adalah penalaran yang dikembangkan dalam memecahkan masalah penelitian ini. Kerangka pikir pada dasarnya menggambarkan jalan pikiran dan landasan rasional dalam melaksanakan penelitian tentang makna simbolik pada konstruksi rumah adat Mbaru Gendang di kampung Ruteng Pu u, Kelurahan Golo Dukal, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai. Mbaru Gendang merupakan pusat segala kegiatan adat masyarakat Ruteng Pu u yang memiliki arti dan makna hidup yang berkembang dan tetap dilestarikan sampai saat ini. Keberadaan simbol-simbol budaya, diyakini sebagai sesuatu yang mutlak dan disepakati oleh masyarakat Manggarai pada umumnya dan masyarakat Ruteng Pu u khususnya. Proses pemaknaan ini dihadirkan dalam kehidupan masyarakat Manggarai termasuk masyarakat Ruteng Pu u melalui lambang atau simbol budaya. Salah satunya adalah melalui rumah adat Mbaru Gendang. Masyarakat Manggarai khususnya masyarakat Ruteng Pu u memaknai konstruksi rumah adat dilihat dari tiga aspek makna yakni makna individual, makna sosial dan makna religius. Proses pemaknaan ini terjadi ketika masyarakat melihat konstruksi Mbaru Gendang dari sisi individual, sisi sosial dan sisi religius. Makna individual, makna sosial dan makna religius yang dimaknai oleh masyarakat Ruteng Pu u didasarkan atas interpretasi masyarakat itu sendiri 7

terhadap simbol-simbol yang terdapat pada konstruksi rumah adat Mbaru Gendang. Makna Individual mencakup kerja keras, kebutuhan, pengetahuan dan pengalaman serta kedekatan emosional sedangkan Makna Sosial mencakup persatuan dan kesatuan, permusyawaratan/perwakilan dan kesejahteraan sosial dan Makna Religius mencakup keyakinan. Jadi yang ditekankan dalam penelitian ini adalah bagaimana masyarakat Ruteng Pu u memaknai simbol atau makna yang terdapat pada konstruksi rumah adat Manggarai dilihat dari tiga aspek yaitu makna individual, makna sosial dan makna religius. Dengan demikian kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Makna Simbolik Mbaru Gendang Masyarakat Ruteng Pu u Makna Individual Kerja Keras Kebutuhan Pengetahuan dan Pengalaman Suasana Emosional Makna Sosial Persatuan dan Kesatuan Permusyawaratan/pe rwakilan Kesejahteraan Sosial Makna Religius 1.5.2 Asumsi Penelitian Asumsi penelitian ini merupakan preposisi-preposisi antasenden dalam penalaran yang tersirat pada kerangka pemikiran yang dijadikan sebagai pegangan peneliti untuk sampai pada tujuan penelitian. Adapun asumsi yang dipegang oleh peneliti sebelum melakukan penelitian ini adalah: wujud fisik kebudayaan sebuah masyarakat dapat menjadi simbol komunikasi yang mengandung arti dan makna kehidupan yang dianut para anggotanya. 8

1.5.3 Hipotesis Penelitian Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti membangun sebuah hipotesis yang menjadi acuan yang mengarahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Oleh karena itu, hipotesis yang digunakan adalah hipotesis kerja, yakni: Mbaru Gendang merupakan filosofi hidup masyarakat Ruteng Pu u karena mengandung tiga makna simbolik pada konstruksi bangunannya yakni makna individual, makna sosial dan makna religius. 9