PEMBANGKIT LISTRIK SISTEM HIBRIDA SEL SURYA DENGAN ENERGI ANGIN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBANGKIT LISTRIK SEL SURYA PADA DAERAH PEDESAAN

DASAR TEORI. Kata kunci: grid connection, hybrid, sistem photovoltaic, gardu induk. I. PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Sepeda Hybrid Berbasis Tenaga Pedal dan Tenaga Surya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. alternatif seperti matahari, angin, mikro/minihidro dan biomassa dengan teknologi

Sistem PLTS Off Grid Komunal

DESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAIC-BATERAI MENGGUNAKAN BI-DIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ

PERANCANGAN STAND ALONE PV SYSTEM DENGAN MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MENGGUNAKAN METODE MODIFIED HILL CLIMBING

BAB II LANDASAN TEORI

ENERGI TERBARUKAN DENGAN MEMANFAATKAN SINAR MATAHARI UNTUK PENYIRAMAN KEBUN SALAK. Subandi 1, Slamet Hani 2

MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DAN SURYA SKALA KECIL UNTUK DAERAH PERBUKITAN

12/18/2015 ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN

LAMPIRAN. dan paralel, kapasitas setiap panel 100 Wp. Harga untuk setiap 15 kwp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Sistem PLTS OffGrid. TMLEnergy. TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat. TMLEnergy. We can make a better world together CREATED

BAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG

STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Komponen dan diagram rangkaian PLTS. Gambar 2.2. Instalasi PLTS berdaya kecil [2]

PEMANFAATAN SOLAR CELL DENGAN PLN SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK RUMAH TINGGAL ABSTRAKSI

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.

PERANCANGAN SISTEM HIBRID PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN JALA-JALA LISTRIK PLN UNTUK RUMAH PERKOTAAN

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (SOLAR CELL)

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk

II. Tinjauan Pustaka. A. State of the Art Review

Tugas Makalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN. Nama : M. Beny Djaufani ( ) Ardhians A. W. ( Benny Kurnia ( Iqbally M.

DESAIN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HYBRID MICROHYDRO PV ARRAY (STUDI KASUS DUSUN SADAP BANGKA TENGAH)

UNJUK KERJA PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK TENAGA MATAHARI PADA JARINGAN LISTRIK MIKRO ARUS SEARAH Itmi Hidayat Kurniawan 1*, Latiful Hayat 2 1,2

ANALISIS TEKNIK DAN EKONOMI POWER HIBRIDA (PHOTOVOLTAIC-PLN) DI JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK BRAWIJAYA MALANG

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator

PEMBERDAYAAN ENERGI MATAHARI SEBAGAI ENERGI LISTRIK LAMPU PENGATUR LALU LINTAS

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA

INTENSITAS CAHAYA MATAHARI TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL SEL SURYA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR

Perancangan dan Realisasi Kebutuhan Kapasitas Baterai untuk Beban Pompa Air 125 Watt Menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

pusat tata surya pusat peredaran sumber energi untuk kehidupan berkelanjutan menghangatkan bumi dan membentuk iklim

PERANCANGAN SISTEM HIBRID PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN JALA-JALA LISTRIK PLN UNTUK RUMAH PEDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

Rooftop Solar PV System

RANCANG SUPPLY K LISTRIK JURUSAN MEDAN AKHIR. Oleh : FABER HENDRA FRISKA VOREZKY

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan. Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN EISSN

Desain Boosting MPPT Tiga Level untuk Distributed Generation Tiga Fasa Presented by: Hafizh Hardika Kurniawan

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Penyusun: Tim Laboratorium Energi

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

ENERGI SURYA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA. TUGAS ke 5. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Managemen Energi dan Teknologi

ANALISIS PEMBANGKIT LISTRIK HIBRIDA (PLH), DIESEL DAN ENERGI TERBARUKAN DI PULAU MANDANGIN, SAMPANG, MADURA MENGGUNAKAN SOFTWARE HOMER

KAJIAN EKONOMIS ENERGI LISTRIK TENAGA SURYA DESA TERTINGGAL TERPENCIL

Makalah Seminar Kerja Praktek PROSES PENYIMPANAN ENERGI PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP

ABSTRAKSI BAB I PENDAHULUAN. A. Judul : Pengaruh Alternator Dan Accumulator Paralel. Terhadap Energi Listrik Yang Dihasilkan Dari

BAB III PERANCANGAN ALAT

Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Secara Mandiri Untuk Rumah Tinggal

DESAIN SISTIM ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK LABORATORIUM LISTRIK DASAR

SOLUSI KOMUNIKASI BERTENAGA MATAHARI Aplikasi Fotovoltaik Pada Base Transceiver Station

Materi Sesi Info Listrik Tenaga Surya. Politeknik Negeri Malang, Sabtu 12 November 2016 Presenter: Azhar Kamal

Simulasi Photovoltaic dan Kincir Angin Savonius Sebagai Sumber Energi Penggerak Motor Kapal Nelayan

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA DI PULAU SEBESI LAMPUNG SELATAN

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI PENGGUNAAN SEL SURYA DAN INTENSITAS CAHAYA MATAHARI PADA AREA GEDUNG K.H. MAS MANSYUR SURAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

MEMBUAT SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK GABUNGAN ANGIN DAN SURYA KAPASITAS 385 WATT. Mujiburrahman

Pengukuran Arus dan Tegangan pada Sistem Pembangkit Listrik Hybrid (Tenaga Angin dan Tenaga Matahari) Menggunakan Atmega 8535

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK HYBRID DI PULAU GILI LABAK KABUPATEN SUMENEP MADURA MENGGUNAKAN TEKNIK DISTRIBUTED GENERATION

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Generation Of Electricity

Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal

ANALISIS UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SATU MWp TERINTERKONEKSI JARINGAN DI KAYUBIHI, BANGLI

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN SEL SURYA DAN LAMPU LED UNTUK PERUMAHAN

Pembangkit Listrik Tenaga Angin dengan Memanfaatkan Kecepatan Angin Rendah

NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEL SURYA UNTUK KONSUMEN RUMAH TANGGA DENGAN BEBAN DC SECARA PARALEL TERHADAP LISTRIK PLN

Paul Togan Advisor I : Advisor II :

RANCANG BANGUN BATERAI CHARGE CONTROL UNTUK SISTEM PENGANGKAT AIR BERBASIS ARDUINO UNO MEMANFAATKAN SUMBER PLTS

Latar Belakang dan Permasalahan!

ABSTRAK. Kata kunci: Solar Cell, Media pembelajaran berbasis web, Intensitas Cahaya, Beban, Sensor Arus dan Tegangan PENDAHULUAN

ANALISIS PERENCANAAN PENGGUNAAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) UNTUK PERUMAHAN (SOLAR HOME SYSTEM)

Rancang Bangun Sistem Pengangkatan Air Menggunakan Motor AC dengan Sumber Listrik Tenaga Surya

NASKAH PUBLIKASI PEMBASMI HAMA MENGGUNAKAN GELOMBANG ULTRASONIC DENGAN MEMANFAATKAN PANEL SURYA (SOLAR CELL)

Raharjo et al., Perancangan System Hibrid... 1

PENGEMBANGAN SOLAR PANEL DAN INVERTER SEBAGAI ALAT UNTUK CHARGING BATERAI PADA SEPEDA LISTRIK

SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PIKO HIDRO UNTUK MODUL PRAKTIKUM DI LABORATORIUM KONVERSI ENERGI

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS

RANCANG BANGUN BATTERY CHARGE CONTROLLER DUAL SUMBER SUPLAI BEBAN DENGAN PLTS DAN PLN BERBASIS MIKROKONTROLER

Kata Kunci Sistem Hibrida PV-Genset, Sensor Arus, Otomatisasi Pensaklaran, SFC Genset, Zelio Logic Smart Relay.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboraturium Daya dan Alat Mesin Pertanian (Lab

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM INSTALASI PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO UNDIP SEMARANG

SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN TEKNOLOGI MPPT (MAXIMUM POWER POINT TRACKER) PADA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN (PLTB)

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

Transkripsi:

JTE - ITP ISSN NO. 5-347 PEMBANGKIT LISTRIK SISTEM HIBRIDA SEL SURYA DENGAN ENERGI ANGIN Oleh: Asnal Effendi, Arfita Yuana Dosen Teknik Elektro Fakultas Teknologi Padang Institut Teknologi Padang Asnal.effendi@gmail.com Abstrak System power generation of hibrida, surya cell and wind energy are represent power generation combined of two energy potency. The combining from source of this energy aim to be excess and insuffiency at each system earn each other with other system utilize to get more energy, efficiently and effective. Power plant result of hibrida power generation is planned to reach about that plant of surya cell and wind energy, that connected to consument network of. If surya cell is not ready to serve request of consument hence wind energi will be supply. Keyword : Powet Hibrida, Surya Cell, Wind Energi. 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan pemakaian energi dan masalah lingkungan saat ini akan mengharuskan adanya sitem energi baru dengan efisiensi yang lebih besar dan lebih bersahabat dengan lingkungan. Sehingga perlu dilakukan usaha-usaha untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi minyak bumi melalui diversivikasi sumber energi termasuk pengembangan energi alternatif yang memenuhi persyaratan energi masa depan yang murah, tersedia dalam jumlah melimpah, fleksibel dan dalam penggunaan dan ramah terhadap lingkungan. Semua persyaratan tersebut dapat dipenuhi dengan menggembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Hal ini didukung dengan letak Indonesia di daerah khatulistiwa yang mendapat sinar matahari dalam jumlah besar sepanjang tahun, sehingga sistem ini sangat memungkinkan untuk dikembangkan penggunaannya. Dalam hal ini juga memanfaatkan angin yang ada dimana angina bias dimanfaatkan dikonversikan menjadi tenaga listrik.. Listrik Tenaga Sel Surya sebagai pembangkit pendukungnya.. Teori Dasar Pada PLTH yang dibahas ini, kombinasi pembangkit tenaga listrik yang digunakan adalah : 1. Pembangkit Listrik Tenaga Sel Surya.. Pembangkit Listrik Tenaga Energi Angin..1. Pembangkit Listrik Tenaga Sel surya Sistem sel surya adalah suatu teknologi yang dapat mengubah energi sinar matahari secara langsung menjadi energi listrik. Sistem sel surya ini banyak digunakan untuk penyediaan tenaga lsitrik bagi penerangan, pompa air, telekominikasi dan lain sebagainya. Pemanfaatan sistem sel surya sebagai pembangkit tenaga listrik telah banyak diterapkan, baik yang menghasilkan daya rendah maupun yang berdaya tinggi. Sistem pembangkit tenaga sel sel surya bila tinjau dari daya keluarannya dapat dibagi menjadi : 1. Sistem yang berdiri sendiri (stand alone) Untuk mengatasi mesalah itu maka. Sistem yang terinterkoneksi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Konversi Energi jaringan pengguna (utility grid) Angin (PLTKEA) perlu untuk diselingi Disain pembangkit listrik sel sel surya (hybridized) dengan pembangkit lainnya. yang berdiri sendiri tidak memperhatikan Dalam hal ini penulis memilih Pembangkit sumber energi luar selain energi radiasi Jurnal Teknik Elektro ITP, Volume 5, No. 1; Januari 016

JTE - ITP ISSN NO. 5-347 matahari dan generator sebagai pembangkit darurat. Sistem yang berdiri sendiri dapat mensuplai beban DC maupun beban AC dengan menggunakan inverter. Array sel surya Pengatur tegangan Sistem penyimpan energi DC Inverter AC Gambar.1. Skema sederhana komponen suatu sistem sel surya yang berdiri sendiri. Sistem pembangkit listrik tenaga sel surya yang berinterkoneksi dengan jaringan pengguna, kelebihan beban yang tidak dapat disuplai oleh pembangkit akan disuplai oleh jaringan. Sebaliknya, jika kondisi cuaca sangat baik serta permintaan beban berkurang, maka kelebihan energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit akan ditampung oleh jaringan pengguna..1.1. Konversi Energi Sel surya Susunan sel surya didisain berdasarkan pada perkiraan banyaknya energi sel surya yang dapat dihasilkan dari suatu lokasi pada waktu tertentu. Dalam menghitung beberapa besar energi susunan sel surya yang didapat, perlu diperhatikan faktor-faktor yaitu: 1. Radiasi surya rata-rata harian.. Efisiensi modul. 3. Faktor koreksi efisiensi temperatur 4. Faktor paking susunan sel surya. 5. Faktor pengotoran 6. Luas total modul. Faktor yang perlu diperhatikan dalam perhitungan energi susunan sel surya adalah total daerah dalam meter persegi yang ditempati oleh modul sel surya. Rumus dasar untuk memproyeksikan berapa besar energi keluaran susunan sel surya per hari adalah : PE = TE x ME x TC x PF x SF x A (.1) PE = energi sel surya/ hari (kwh). TE = total radiasi surya pada hari itu (kwh/m ). ME = efisiensi modul, 8% - 0%. TC = faktor koreksi efisiensi temperatur, umumnya 15 0 C s.d 35 0 C lebih tinggi dari temperatur rata-rata harian lapangan. PF = faktor paking, biasanya sudah dihitung dalam efisiensi modul. SF = faktor pengotoran. A = luas daerah (m ). Spesifikasi modul sel surya yang ada dipasaran, biasanya tidak memberikan informasi detail seperti efisiensi sel, luas daerah dan faktor paking. Hanya daya keluaran puncak dan temperatur standar 5 0 C 9 0 C saja yang diberikan. Untuk itu perhitungan energi keluaran berdasarkan Jurnal Teknik Elektro ITP, Volume 5, No. 1; Januari 016 3

JTE - ITP ISSN NO. 5-347 keluaran puncak dapat dilakukan dengan menggunakan rumus : PE = TE x MO/1000W x TC x N MO = daya keluaran puncak pada temperatur sel tertentu (Wp). N = total jumlah modul susunan sel surya. (.) Karena pada modul sel surya hanya dicantumkan keluaran daya puncaknya pada 1000 W/m, dan temperatur standarnya, maka untuk mengukur keluaran daya puncak suatu array sel surya, dapat digunakan rumus : PP = A x 1000W/m x ME x PF.(.3) PP = Keluaran daya puncak susunan sel surya (WP) (Watt Peak)... Konversi Energi Angin Untuk daya rencana yang telah ditetapkan, potensi angin setempat diperlukan untuk menentukan diameter rotor (D), berdasarkan hubungan : 3 P,5.. r v C.. g Watt 0 r p. (.4) dimana : R = jari-jari rotor (m). = rapat jenis udara (1, k g /m 3 ) C p = koefisien daya V r = kecepatan rencana (m/det) = efisiensi transmisi t g = efisiensi gnerator (Hengeyel,H.J. Matching of wind rotor to low power electrical generators Net herlends, 1998) Kecepatan rencana dapat ditentukan berdasarkan perhitungan kecepatan angin rata-rata (V) dilokasi yang akan direncanakan : V t1v1 t v... t nv t t... t 1 t n n (.5) v = kecepatan angin rata-rata ( m/dt) t 1 = jumlah jam dimana kecepatan angin sebesar V 1 terjadi (detik) v 1 = kecepatan angin pada pertengahan interval kecepatan ke (m/dt). t = jumlah total jam setiap perioda ( dt ) ( Hengeyel,H.J. Matching of wind rotor to low power electrical generators Net herlends, 1998) Selanjutnya dari sini dapat diperoleh hubungan antara kecepatan angin dan jumlah jam setiap tahun, secara empiris hubungan antara kecepatan rencana terhadap kecepatan angin rata-rata sebagai berikut : Kecepatan angin Cut- in V ci = 0,7 v (m/det) (.6) Kecepatan angin Cut-off V co = 3 v (m/det) (.7) Kecepatan angin Rencana Vci v co V r = ( m/dt ) (.8) Ketiga komponen di atas adalah kondisi kerja yang berkaitan dengan kecepatan angin dimana : 1. Kecepatan angin Cut in ( V ci ). Kecepatan angin rencana (V r ) 3. Kecepatan angin Cut of (Vco).3. Baterai Sebagai Penyimpanan Energi Baterai akan di isi oleh tenaga listrik yang berasal dari sistem sel surya dan sistem energi angin. Pada saat pelepasan muatan, arus searah yang berasal dari baterai akan dirubah menjadi arus bolak-balik oleh inverter dan kemudian dialirkan menuju beban. Untuk menjaga agar baterai tidak mengalami kelebihan muatan (over charge) dan kekurangan muatan (under charge) maka pengoperasian baterai dan inverter perlu diawasi dan dikontrol oleh suatu sistem kontrol. Jurnal Teknik Elektro ITP, Volume 5, No. 1; Januari 016 4

JTE - ITP ISSN NO. 5-347 Dalam pemilihan baterai yang akan digunakan haruslah memperhatikan hal-hal berikut ini : Mempunyai umur panjang (lebih dari 3 tahun) Mempunyai kondisi charge yang stabil Mempunyai self discharge yang rendah Kestabilan depth of discharge (DOD) Mempunyai efisiensi pengisian (chargain) yang tinggi Mudah untuk dibongkar pasang dengan menggunakan peralatan sederhana untuk keperluan transportasi ke daerah terpencil 3. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid Surya Angin PLTH adalah singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida, yang memadukan dua atau lebih sistem pembangkit dan menggunakan unit kontrol untuk mengatur sistem operasi. Tujuan pengembangan teknologi hibrida ini diantaranya untuk mendapatkan daya guna optimal dengan memadukan kelebihan-kelebihan dari dua atau lebih jenis sistem pembangkit tenaga yang bekerja secara terpadu sebagai suatu sistem yang kompak. Sistem-sistem yang mendukung Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida Sel surya dan energi angin adalah sistem sel surya, sistem konversi energi, sistem baterai, sistem inverter, dan sistem kontrol. Blok diagram dari pembangkit listrik sistem hibrida dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini. Sistem Sel surya Sistem Energi Angin Unit Kontrol = Baterai Gambar 3.1. Blok Diagram PLTH Sel surya dan energi angin 3.. Cara Kerja Sistem Pembangkit listrik sistem hibrida ini merupakan pembangkit listrik yang menggabungkan beberapa potensi energi yang terdapat pada daerah tersebut. Penggabungan dari sumber-sumber energi ini bertujuan agar kekurangan dan kelebihan pada masing-masing sistem dapat saling mengkompensasi dengan sistem lainnya guna mendapatkan energi yang besar, efektif dan efisien. Cara kerja dari pembangkit listrik sistem hibrida ini secara umum dan berurutan mulai dari semua energi yang dihasilkan oleh semua sumber pembangkit yang ada yaitu sistem sel surya dan sistem energi angin disalurkan kedalam unit kontrol. Energi yang masuk kedalam unit kontrol ini berbentuk listrik arus searah. Jika terdapat kelebihan energi maka energi tersebut akan disimpan dalam baterai, kemudian sebelum disalurkan ke konsumen, energi arus searah diubah dulu menjadi energi arus bolak-balik oleh inverter. Setelah diubah kedalam bentuk energi arus bolak-balik maka energi dialirkan melalui distribusi arus bolak-balik menuju ke konsumen yang terdiri dari bermacammacam jenis dan keperluan. Jurnal Teknik Elektro ITP, Volume 5, No. 1; Januari 016 5

JTE - ITP ISSN NO. 5-347 4. Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida Sel Surya Dan Energi Angin 4.1. Perencanaan Sistem Sel surya Data-data dari Sel Sel surya Daya 1 sel (M0) = 1,96 Wp Bahan = Kristal silikon Ukuran = 10 x 10 cm Tegangan (V) = 0,5 Volt Arus (I)= 0,98 Amper Temperatur (T)= 5 0 C Daya yang direncanakan = 500 watt Pada analisa pertama kita cari luas modul yang dipergunakan. Dengan memakai persamaan (-3) akan didapat sebagai berikut : P = A x 1000 W/m x ME x PF Daya (P) = Effisiensi modul (ME) = 0% Faktor Pecking (PF) = 98 % Luas modul (A) =? Solusi : P A = 1000W / m x ME x PF A= 1000W / m x 0,0 x 0,98 A= = 5,10 m 196 Setelah kita dapatkan luas modul dapat dicari jumlah modul yang akan dipergunakan. Luas modul = 5,10 m Ukuran satu modul 10 cm x 10 cm = 0,01 m 5,10 m Jumlah modul = 0,01 m =510 buah Pada analisa kedua dengan memakai persamaan ( -) dapat kita lihat energi sel surya. MO PE = TE x x TC x N Energi sel surya (PE) Total energi sel surya (TE) = 1000 Wh/m Daya satu sel (MO) = 1,9 Watt Temperatur (TC) = 5 0 C Jumlah modul (N) = 510 buah Dimasukkan kedalam persamaan akan didapat : PE = 1000 Wh/m x 1,9 W / 1000 W x 5 0 C x 510 = 4,5 Kwh Pada analisa ketiga untuk mendapatkan tegangan yang diinginkan, dari data diatas : Tegangan satu modul = 0,5 volt Tegangan yang diinginkan = 4 volt Jadi : 4 Volt Susunan modul = 0,5 Volt = 48 Jadi modul dipasang secara paralel sebanyak 48 buah Daya yang diinginkan, tegangan 4 Volt. Berdasarkan rumus daya : P = V. I = 4 Volt = 41,66 Ampere Pada data arus sel pada temperatur standar 5 0 C adalah 0,98 Ampere Jadi : Susunan modul = 41,66 Ampere 0,98 Ampere = 4,5 Untuk mendapatkan arus yang diinginkan, modul dipasang secara seri sebanyak 43 buah. Gambar 4.4. Blok Diagram Susunan Sel Sel surya 4. Perencanaan Energi Angin Pada perhitungan ini akan di analisa mengenai Kecepatan angin Cut-in (V ci ), kecepatan angin Cut-off (V co ) dan kecepatan angin rencana (V r ) yang mana pengertian dari jenis-jenis kecepatan ini telah diterangkan pada bab sebelumnya. Jurnal Teknik Elektro ITP, Volume 5, No. 1; Januari 016 6

JTE - ITP ISSN NO. 5-347 Berdasarkan persamaan (.6), persamaan (.7), dan persamaan (.8) yakni Analisa V rata-rata harian =5 m/dt Kecepatan angin Cut-in Rumus : V ci = 0,7. 5 = 3,5 m/dt untuk mengetahui berapa putaran maksimum yang dibutuhkan dari rotor blade pada diameter rator blade yang telah diketahui. Sehingganya dalam perencanaan diameter roda gigi dan putaran yang dibutuhkan untuk transmisi dalam memutar generator dapat di tentukan. Kecepatan angin Cut-off Rumus : V ci = 3. 5 = 15 m/dtkecepatan angin rencana 3,5 15 Rumus : V r = 9, 5 m/dt untuk mengetahui keadaan angin yang menimpa rotor blade dengan asumsi bahwa angin yangmenimpa sudu tersebut adalah /3 dari kecepatan angin yang ada. Analisa V.5 = 3,3 m/dt 3 Perhitungan kecepatan angin dengan kecepatan keliling yang menimpa rotor blade ini kita ambil rendemen aerodinamik ae = 0,65 maka torsi rotornya adalah r = 7,1. Dalam perhtungan di gunakan untuk menentukan jumlah putaran rotor blade yang sebanding dengan daya yang direncanakan. U = 7.1. 5 m/dt = 35,5 W ( 35,5) (5) = 11,8 Perhitungan diameter rotor blade dimaksudkan untuk berapa sebenarnya panjang rotor blade yang dibutuhkan dengan kebutuhan daya yang direncanakan dan hasil kecepatan rata-rata harian angin lokasi. U = 35,5 D = 7,6 meter 35,5.60 n = = 3,9,5 rpm 3,14.7,6 Berikut akan perhitungkan daya dari turbin angin dengan panjang rotor blade yang direncanakan. Panjang rencana disini dimaksudkan adalah akan diambil tetapan panjang jari-jari dari rotor blade Untuk menghitung daya turbin angin ini digunakan tetapan sebagai berikut : Kecepatan angin rata-rata angin 5 m/dt Panjang jari-jari rotor blade : 5 m Koefisien daya aerodinamik : 16/7 = 0,593 Rapat masa udara : 1,6 kg/m ae, mek, el : 0,95 a. Teori Perhitungan 1 3 P C p. ae. mek. el. r. V R = 5 meter 16 1 P..0,95.1,6.3,14.5. 5 3 7 = 104,60 watt Sistem Kontrol : Alat kontrol yang digunakan untuk mengatur P pengisian dan pengukuran baterai diguanakan D 3 0,086. V sistem kontrol. Spesifikasi : Type : T 1. 10 P P = V nominal : 4 volt 1000 D = 7,6 meter Proteksi : Terhadap petir, arus balik, 3 0,086.5 hubung singkat, kesalahan terhadap polaritas r = 3,8 meter Jurnal Teknik Elektro ITP, Volume 5, No. 1; Januari 016 7

JTE - ITP ISSN NO. 5-347 Sistem Baterai : Baterai berfungsi sebagai penyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh modul surya dan sel bahan bakar. Spesifikasi : Rated capacity Rated Voltage : 100 Ah : 1 Volt Pada perencanaan ini baterai dipasang secara seri dua buah. Sistem Inverter : Pada perencanaan ini inverter yang digunakan untuk merubah tegangan DC menjadi tegangan AC dengan spesifikasi : Tegangan 4 Volt dijadikan 0 Volt (AC) dengan frekwensi 50 Hz Daftar Pustaka 1. Hengeveld. H.J, Marching of Wind Rotors to Low Power Electrical Generato, Amersfoot, Netherlands, 1978. Kadir, Abdul, Prof, Ir., Energi : Suatu Perkembangan, Listrik Pedesaan di Indonesia, UI Press, Jakarta, 1994. 3. Rahman, Saifur dan Kwa-sur Tam, A Feasibility, Study of Photovoltaic-Fuel Cell Hybrid Energy Sistem, IEEE transactions on Energy Conversion, Vol.3, No. 1, Maret 1988. 4. Soelaiman, T.M., Prof., Pengembangan Sumber Daya Energi, Volume II, ITB, 1986. 5. Penutup 5.1. Kesimpulan Dari uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan dari perencanaan pembangkit listrik sistem hibrida sel surya dan energi angin untuk dapat dijadikan alternatif pembangkit tenaga listrik, yaitu : 1. Hasil perhitungan dari sel surya dan energi angin yang direncanakan yaitu untuk sel surya dan untuk energi angin dihubungkan dengan jaringan pengguna untuk beban 1000 Watt. Apabila sel surya tidak sanggup melayani permintaan beban maka energi angin yang mensuplai energi untuk beban. 5. Saran Hasil ini dapat digunakan untuk pemakaian penerangan jalan umum (PJU), atau pada daerah yang belum berlistrik. Jurnal Teknik Elektro ITP, Volume 5, No. 1; Januari 016 8