BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Access point (AP) adalah sebuah perangkat yang sangat penting untuk membuat infrastruktur wireless local area network (Wireless LAN). AP berfungsi untuk melayani client dalam mengirim dan menerima data pada jaringan wireless LAN. Perangkat AP yang tersedia sekarang merupakan buatan vendor yang khusus membuat AP. Sejalan dengan perkembangan teknologi wireless, perangkat AP bisa dirancang sendiri tanpa tergantung dari vendor penyedia perangakat AP. Perangkat tersebut adalah Linux Based Access Point (LBAP), dengan membuat LBAP dapat mengurangi ketergantungan terhadap vendor, seperti yang diungkapkan Flickenger, et al.(2007), Dari sudut pandang seorang arsitek jaringan, tiga resiko terbesar yang tersembunyi ketika memilih pemecahan komersial adalah ketergantungan vendor, produk yang tidak diproduksi lagi, dan biaya lisensi yang terus-menerus bertambah (p.146). Pada dasarnya pembuatan LBAP memanfaatkan sebuah personal computer (PC) ditambah hardware wireless. Kebutuhan untuk membuat LBAP tersebut bisa saja memanfaatkan PC yang sudah ada atau tidak terpakai, hal tersebut dapat menguragi biaya pengadaan perangkat AP pada personal, perusahan, atau instansi pemerintah yang ingin membuat jaringan wireless LAN. Berbeda dengan AP yang semua tools nya bersifat fixed dari vendor, pada LBAP tools yang diinginkan dapat dieksplorasi lebih dalam, seperti yang diungkapkan oleh Flickenger, et al.(2007), Menambahkan card nirkabel dan alat ethernet ke PC yang menjalankan linux akan memberikan anda sebuah alat yang fleksibel yang bisa membantu anda memberi bandwidth dan mengelola jaringan anda dengan biaya sedikit (p.149). Untuk meningkatkan ketersedian layanan internet, pada LBAP dapat ditambahkan tools manajemen bandwidth yang berguna untuk mengatur keluar masuknya bandwidth. Keistimewaan dari manajemen bandwidth pada LBAP dibandingkan 1
manajemen bandwidth yang terdapat pada AP adalah kebebasan dalam mengatur bandwidth yang lebih fleksibel, karena manajemen bandwidth pada AP cenderung standar sesuai buatan vendor. Pada LBAP dapat diterapkan juga pemakaian internet protocol versi 6 (IPv6) yang akan digunakan pada client untuk saling berkomunikasi. Komunikasi antar client akan menjadi aman karena IPv6 telah mendukung komunikasi terenkripsi pada internet protocol (IP) tanpa perlu menambahkan aplikasi security pada IP. Untuk mendapatkan alamat IPv6 yang akan dipakai pada LBAP bisa menggunakan tunneling, jadi cukup alamat IPv4 dari internet service provider (ISP) tanpa membeli alamat IPv6. Berdasarkan permasalahan tersebut dapat diterapkan LBAP sebagai alternatif dari pengunaan perangkat AP, dan diharapkan dapat meningkatkan performa jaringan wireless LAN dan menguragi biaya pengadaan perangkat AP dengan memanfaatkan perangkat yang ada, serta mulai beralih menggunakan IPv6 karena persedian IPv4 semakin menipis. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana membuat LBAP sebagai alternatif perangkat AP? 2. Bagaimana mengatur pemakaian bandwidth pada LBAP? 3. Bagaimana mengimplementasikan alamat IPv6 pada LBAP? 1.3 Tujuan 1. Mengurangi ketergantungan penggunaan perangkat AP yang dibuat oleh vendor dengan memanfaatkan PC yang sudah ada ditambah hardware wireless untuk membuat sebuah LBAP sebagai alternatif perangkat AP. 2. Menjamin ketersediaan layanan internet dengan menerapkan manajemen Bandwidth pada LBAP agar penggunaan bandwidth dapat diatur dengan tepat. 3. Menerapkan IPv6 pada jaringan wireless, sekaligus membiasakan penggunaan IPv6 karena ketersedian IPv4 sudah mulai menipis. 2
1.4 Batasan Masalah 1. Client diasumsikan menggunakan perangkat dan sistem operasi yang mendukung alamat IPv6 dan IPv4. 2. Tidak memfokuskan masalah keamanan jaringan pada LBAP. 3. Maksimal client yang terhubung dengan LBAP adalah 25 client. 4. Pembuatan LBAP pada proyek akhir ini diperuntukan untuk jaringan wireless LAN dengan skala kecil yang hanya membutuhkan satu buah LBAP. 5. Pengujian tidak membahas gangguan pada sinyal wireless. 6. Pengujian tidak membedakan performa pada IPv4 dan IPv6. 7. Bandwidth yang digunakan pada proyek akhir ini sebesar 512Kbit, maksimal dan minimal bandwidth pada setiap layanan yang diuji setelah dimanajemen bandwidth adalah 256Kbit dan 128Kbit. 8. Pengujian manajemen bandwidth menggunakan parameter quality of service (QoS) yaitu throughtput dan packet loss. 1.5 Definisi Operasional 1. Manajemen bandwidth, adalah sekumpulan aplikasi untuk mengatur bandwidth agar terjaminnya layanan jaringan dengan menerapkan Quality Of Service (QOS) (Sofana, 2008). 2. Linux Based Access Point (LBAP), adalah access point (AP) buatan vendor yang diganti firmware berbasis linux, atau sebuah personal computer (PC) yang menggunakan sistem operasi linux, dilengkapi dengan hardware wireless dan software yang dapat menjadikan PC sebagai AP (Winoto, 2006). 3. Internet Protokol version 6 (IPv6), adalah protocol TCP/IP dengan panjang total 128bit. IPv6 merupakan kelanjutan dari IPv4 yang memiliki panjang 32bit. Total IPv6 address adalah 2 128 = 3,4 x 10 38, jauh lebih banyak dari IP address yang dihasilkan IPv4 yaitu 2 32 sekitar 4 miliyar (Sugeng, 2010). 3
1.6 Metode Pengerjaan 1. Analysis Pada tahap ini terdapat tiga kegiatan yaitu studi literature, kuesioner, dan analisis kebutuhan sistem. Studi literature dilakukan dengan mempelajari tentang ilmu yang dapat menunjang pengerjaan proyek akhir. Referensi yang digunakan bersumber dari buku-buku, artikel, sumber dari internet, dan sumber-sumber lain yang mampu menunjang pengerjaan proyek akhir. kuesioner dilakukan untuk mendapatkan data proritas bandwidth pada jaringan wireless LAN yang diuji. Analisis kebutuhan sistem dilakukan pada saat mempelajari literatur yang berhubungan dengan proyek akhir, seperti tools yang digunakan pada LBAP, manajemen bandwidth, perangkat hardware yang dibutuhkan sistem. 2. Design Pada tahap ini dilakukan perancangan terhadap sistem yang akan diterapkan pada proyek akhir seperti topologi yang digunakan pada jaringan wireless LAN, cara pembagian IP pada setiap client, teknik yang digunakan pada manajemen bandwidth, pemilihan tunnel broker untuk tunneling dari IPv4 ke IPv6. 3. Implementation Mengimplementasikan perancangan sistem yang akan dibuat. Implementasi meliputi penempatan LBAP yang tepat, penerapan manajemen bandwidth pada LBAP, dan pengalamatan IPv4 dan IPv6 pada client. 4. Testing Pengujian terhadap sistem yang sudah diimplementasikan. Pengujian sistem meliputi ketersedian jaringan wireless LAN pada jarak tertentu, terjaminnya layanan internet pada sistem menggunakan parameter quality of service (QoS). 5. Documentation Dokumentasi laporan secara keseluruhan sesuai dengan kegiatan pembuatan proyek akhir yang dilakukan secara bertahap. 4
1.7 Jadwal Pengerjaan Berikut adalah jadwal pengerjaan proyek akhir yang disajikan dalam bentuk tabel dan gantt chart. Tabel 1.1 Jadwal Pengerjaan Proyek Akhir Gambar 1.1 Gantt chart Jadwal Pengerjaan Proyek Akhir 5