BAB I PENDAHULUAN. zaman inilah yang mendorong para pendidik untuk lebih kreatif dalam. nasional (Marsigit dalam Renni Indrasari,2005:1).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dikuasai oleh segenap warga negara sebagai sarana untuk memecahkan. yang berteknologi maju di saat sekarang maupun yang akan datang

UPAYA PENINGKATAN KEBERANIAN SISWA DALAM MENGERJAKAN SOAL GEOMETRI DI DEPAN KELAS MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Skripsi Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Oleh: AMBAR SUSILOWATI A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompentensi. sesuai bidang keahlian yang dipilih atau yang dimilikinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aktivitas belajar siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

Implementasi Pembelajaran Realistic Mathematic Education di Kelas III SDN Wonomlati Krembung

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dengan berpikir kritis, ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian. Pendidikan sebagai sumber daya insani sepatutnya mendapat

BAB I PENDAHULUAN. diberikan. Semakin banyak siswa yang mencapai tingkat pemahaman dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran merupakan aktivitas yang sistematis dan sistemik terdiri atas banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang damai, demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing, maju dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama-sama pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan secara formal, tepat dan akurat sehingga tidak memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide,

Soejadi (dalam Junaidi pada Blogspot.com, 2011) mengemukakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi era globalisasi itu diperlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk menunjang ilmu-ilmu lain seperti ilmu fisika,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. diketahui atau pernah dialami oleh siswa di kehidupannya. Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyebutkan bahwa para

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam menguasai pelajaran matematika. Belajar matematika berarti. bermanfaat jika konsep dasarnya tidak dipahami.

Kata kunci: manik-manik, kontekstual, konvensional.

KURIKULUM MATEMATIKA TAHUN 1984 DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK. Tatang Herman

BAB II KAJIAN TEORI. ada umpan balik dari siswa tersebut. Sedangkan komunikasi dua arah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya para siswa di tingkat pendidikan Sekolah Dasar hingga

Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dalam bidang matematika. Menurut Abdurrahman (2012:204)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemecahan. Masalah Kontekstual. Gambar 1. Pemecahan Masalah Realistik (Gravemeijer, 1994)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi. Menurut

Oleh : Muhamad Toyib K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Ini berarti sampai batas tertentu matematika perlu dikuasai baik

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA PEMBELAJARAN PECAHAN DI SMP. Di sampaikan pada Pelatihan Nasional PMRI Untuk GuruSMP Di LPP Yogyakarta Juli 2008

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari taman. kanak-kanak sampai sekolah menengah atas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kata Kunci: Pendidikan Matematika Realistik, Hasil Belajar Matematis

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) KELAS VIII SMP NEGERI 1 BILUHU

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Matematika Realistik Sebagai Sebuah Cara Mengenal Matematika Secara Nyata

DESKRIPSI BUTIR ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

USAHA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI AKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN REALISTIK BERBASIS MEDIA BERKONTEKS LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi siswa yaitu Sekolah. Melalui pendidikan di

(PTK Di SD N 1 Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009) Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika

2016 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roheni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aktivitas belajar merupakan hal penting yang wajib dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika dalam dunia pendidikan merupakan salah satu ilmu dasar yang dapat digunakan untuk menunjang adanya ilmu ilmu lain seperti ilmu fisika, kimia, komputer, dan lain - lain. Selain itu matematika juga bersifat lentur yang selalu berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Tuntutan dari kemajuan zaman inilah yang mendorong para pendidik untuk lebih kreatif dalam mengembangkan dan menerapkan matematika sebagai ilmu dasar. Para ahli pendidikan telah menyadari bahwa mutu pendidikan sangat tergantung pada kualitas guru dan praktek pembelajarannya, sehingga peningkatan kualitas pembelajaran merupakan isu mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional (Marsigit dalam Renni Indrasari,2005:1). Sugeng Mardiyono (2001:2) menyatakan bahwa pengembangan pembelajaran matematika sangat dibutuhkan karena keterkaitan dengan penanaman konsep pada siswa yang nantinya para siswa tersebut juga ikut andil dalam pengembangan matematika lebih lanjut ataupun dalam pengaplikasian matematika dalam kehidupan sehari hari. Herman Hudoyo (1992:3) mengemukakan bahwa mempelajari matematika berkaitan dengan mempelajari ide ide atau konsep konsep yang bersifat abstrak. Untuk mempelajarinya digunakan simbol simbol agar ide ide

2 atau konsep konsep tersebut dapat dikomunikasikan. Hal ini sejalan dengan ungkapan Dienes yang mengatakan bahwa matematika adalah ilmu yang berkenaan dengan ide ide atau konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis yang membutuhkan pemahaman secara bertahap. Berdasarkan penjelasan diatas maka penanaman konsep matematika secara tepat dan benar harus dilakukan sejak dini, yaitu sejak anak masih berada pada bangku sekolah dasar. Di sana mereka dituntut untuk mendapatkan pengertian, definisi, cara perhitungan maupun pengoperasian tentang matematika secara benar, karena hal itu nantinya akan menjadi bekal dalam mempelajari matematika di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu penanaman konsep yang benar harus diberikan pada setiap pokok bahasan dalam matematika baik itu dalam himpunan, aljabar, bidang datar, maupun bangun ruang. Pada pelaksanaan pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang umumnya siswa tidak memperoleh konsep bangun ruang secara benar. Mereka memahami bangun ruang sama seperti mereka memahami bidang datar, karena memang sulitnya mencari media yang dapat menggambar bangun ruang secara tepat sehingga bangun ruang terpaksa di gambar pada bidang datar. Adapun kesulitan kesulitan yang dialami oleh siswa di sebabkan oleh beberapa hal: (1) siswa kurang paham bagian bagian mana yang merupakan panjang, lebar, maupun tinggi. (2) karena sulit mencari media yang dapat menggambar bangun ruang secara tepat sehingga bangun ruang terpaksa di

3 gambar pada bidang datar sehingga hanya nampak terdapat panjang dan lebar saja. (3) kesulitan lain yang dihadapi oleh siswa adalah masalah operasi hitung pada bangun ruang. Operasi hitung bangun ruang cenderung lebih sulit dibandingkan dengan operasi hitung pada bidang datar. Hal ini karena dalam bangun ruang melibatkan unsur unsur yang lebih banyak dibanding bidang datar dalam operasi hitungnya. Kesulitan yang ketiga, biasanya terdapat dalam mencari besar volume suatu bangun ruang. Permasalahan ini muncul dikarenakan secara umum jika persoalan bangun ruang tersebut berkaitan dengan mencari besar volume yang disertai gambar, siswa hanya terpaku pada satu gambar, sehingga jika diberikan persoalan lain yang mirip tetapi gambar hanya dibalik atau dirubah siswa mengalami kebingungan. Kemudian jika persoalan mencari volume bangun ruang yang tidak diberikan gambarnya, siswa kesulitan dalam meng-interpretasikan dalam bantuk bangun ruang sehingga ini lebih lagi dianggap sulit oleh siswa. Secara umum kesalahan proses pembelajaran yang menyebabkan kesulitan kesulitan bagi siswa dalam satu pokok bahasan pada matematika disebabkan beberapa hal, yaitu: 1) proses pembelajaran matematika yang masih bersifat abstrak tanpa mengkaitkan permasalahan matematika dengan kehidupan sehari hari, 2) motivasi belajar matematika siswa yang masih lemah karena ketidaktahuan mereka akan tujuan mempelajari matematika, 3) siswa tidak berani mengemukakan ide/ gagasan pada guru, 4) guru masih dominan dalam proses

4 pembelajaran. Kemungkinan kemungkinan ini seharusnya menjadi perhatian yang lebih bagi para pendidik dalam menyampaikan pelajaran matematika. Dienes mengungkapkan bahwa setiap konsep matematika dapat dimengerti dengan tepat oleh siswa hanya jika disampaikan kepada para siswa lewat beberapa cara penyajian yang konkrit dan fisik. Pendapat ini sejalan dengan digulirkannya kurikulum 2004, dimana pada bab pendahuluan menyatakan bila memungkinkan dalam setiap kesempatan pengenalan konsep matematika dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Munculnya beberapa metode pembelajaran saat ini adalah upaya untuk meningkatkan pembelajaran matematika. Salah satunya adalah metode pembelajaran dengan pendekatan realistik, atau yang sering disebut sebagai Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Mathematic Education). Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode ini, permasalahan matematika akan dijelaskan dengan menggunakan media secara langsung atau dengan mengkaitkan permasalahan dengan kehidupan sehari hari. Selain itu pembelajaran matematika yang bersifat guru menjelaskan, murid mendengarkan akan diganti paradigma baru yaitu siswa aktif mengkontruksi, guru sebagai fasilitator (membantu), sehingga siswa akan mendapatkan konsep matematika secara jelas dan benar. Hal inilah yang kemudian mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang penerapan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika sebagai upaya peningkatan pemahaman konsep bangun ruang di SD Negeri Gumpang 01 Kartosuro, Sukoharjo. Untuk mendapatkan hasil

5 yang maksimal dan tepat, maka penelitian ini akan dilaksanakan melalui pemberian tindakan dalam kelas. Dimana peneliti akan berkolaborasi dengan guru karena gurulah yang lebih paham dengan kondisi kelas. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka fokus permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika, adakah peningkatan pemahaman konsep matematika siswa pada pokok bahasan bangun ruang dalam pembelajaran matematika? Untuk mengetahui hasil tersebut digunakan indikator sebagai berikut: a. Menjawab pertanyaan guru / mengerjakan soal ke depan; b. Memberikan tanggapan tentang jawaban siswa lain; c. Mengajukan pertanyaan / tanggapan pada guru; d. Membuat kesimpulan materi baik secara mandiri atau kelompok; e. Aktif memanfaatkan sumber belajar yang ada disekitar; 2. Tingkat pemahaman konsep bangun ruang siswa yang dapat dilihat dari hasil jawaban siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan dalam setiap putaran. Hal ini dapat menggunakan kriteria sebagai berikut: 1) kemampuan mengkonstruksikan soal kedalam model matematika, 2) ketepatan dalam menggunakan rumus bangun ruang, 3) proses perhitungan untuk mencari jawaban.

6 3. Adakah peningkatan hasil belajar siswa dengan diterapkannya pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika? C. Pemecahan Masalah Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pemecahan masalah yang akan dilakukan agar dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa adalah dengan melakukan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika adapun pelaksanaannya sebagai berikut: 1. Peneliti mempersiapkan buku siswa yang beracuan realistik serta sarana pembelajaran pendukung dengan mempertimbangkan masukan dari guru kelas V. 2. Pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Dalam awal pembelajaran diberikan masalah kontekstual yang berhubungan dengan kehidupan sehari- hari. Masalah kontekstual yang digunakan pada awal pembelajaran merupakan masalah sederhana yang dikenal siswa. Siswa bekerja secara individual atau kelompok menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri. b. Menggunakan model-model matematisasi. Siswa diberi kebebasan membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. c. Menggunakan kontribusi siswa. Selama proses pembelajaran kontribusi terbesar diharapkan datang dari siswa.

7 d. Menggunakan interaksi. Mengoptimalkan proses pembelajaran melalui interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan sarana pembelajaran. Secara eksplisif bentuk interaksi siswa dan guru berupa negosiasi, penjelasan, pembelajaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi yang semuanya itu digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentuk- bentuk informal siswa. e. Intertwinning (pemanduan). Intertwinning yang dimaksud pengintegrasian dari unit-unit matematika. Oleh karena itu keterkaitan dan ketergantungan harus dieksplorasikan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran yang bermakna. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang muncul dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini sebagai berikut: 1. Meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa pada pokok bahasan bangun ruang dalam pembelajaran. 2. Meningkatkan hasil belajar siswa. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

8 1. Memberikan wawasan pada guru tentang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sarana pembelajaran. 2. Memberikan alternatif pada guru tentang pendekatan pembelajaran yang beracuan realistik. 3. Meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa pada pokok bahasan bangun ruang dalam pembelajaran matematika. 4. Meningkatkan hasil belajar siswa. 5. Bagi kepala sekolah, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan program pembinaan guru. F. Definisi Operasional Istilah 1. Pemahaman Konsep Matematika Menurut Robert M. Gagne, pengertian konsep adalah ide atau gagasan yang memungkinkan kita untuk mengelompokkan benda benda (objek) kedalam contoh dan non contoh (Russ Efendi,1980:138). Herman Hudoyo (1991:2), mendefinisikan suatu konsep dalam matematika adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita mengetahui apakah objek objek itu termasuk atau tidak termasuk kedalam ide abstrak tersebut. Menurut Wirasto ( Yan Sen Marpaung,1987:112 ), mengungkapkan bahwa ciri ciri siswa yang telah memahami konsep matematika adalah sebagai berikut: a) Mengenal definisi dan definisinya

9 b) Mengenal beberapa contoh dan non contoh c) Mengenal sejumlah sifat sifat esensial d) Dapat menggunakan konsep itu untuk mendefinisikan konsep konsep lain e) Mengenal hubungan konsep itu dengan konsep konsep yang berdekatan f) Dapat mengenal kembali konsep itu dalam berbagai situasi g) Dapat menggunakan konsep itu untuk menyelesaikan persoalan matematika. 2. Pembelajaran Realistik. Pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik yang sering disebut sebagai Pendidikan Matematika Realistik (PMR) atau Realistic Mathematics Education (RME) adalah pendekatan dimana matematika dipandang sebagai suatu kegiatan manusia (Frendental,1973) PMR berorientasi pada pematematisian pengalaman sehari hari dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari hari. Karakteristik dari pendidikan matematika realistik adalah menggunakan konteks dunia nyata, kaitannya dengan permasalahan permasalahan dalam kehidupan sehari hari. Aktivitas pokok yang dilakukan dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik adalah: 1. Menemukan masalah masalah kontekstual (looking for problem) 2. Memecahkan masalah (solving problem) 3. Mengorganisir bahan ajar.