BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal tulisan. Perkembangan bahasa sekarang ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu bahasa verbal dan bahasa nonverbal. Seiring perkembangan zaman, perkembangan bahasa verbal maupun nonverbal pun memiliki jalur perkembangan yang berbeda-beda. Pada akhirnya dengan adanya bahasa, manusia dapat melakukan hubungan sosial yang selaras dengan kodrat manusia yang disebut sebagai makhluk sosial. Bahasa selalu berkembang seiring dengan adanya globalisasi yang melanda dunia ini. Globalisasi dalam segala bidang kehidupan pada saat zaman sekarang ini juga melibatkan bahasa sebagai salah satu instrument dari perkembangan globalisasi tersebut. Bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi atau sering juga disebut alat penyampai informasi inilah yang menjadi jalan bagi bahasa itu sendiri untuk berkembang dengan cepat menyesuaikan dengan pekembangan pada abad milennium sekarang ini. Pada masa sekarang ini penggunaan bahasa lebih marak sebagai media yang menyampaikan informasi kepada masyarakat secara luas. Salah satu yang menggunakan fungsi bahasa sebagai media informasi adalah media massa. Media massa sendiri memiliki pengertian sebagai sarana penyampaian pesan-pesan, aspirasi masyarakat, sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita ataupun pesan kepada masyarakat langsung kepada masyarakat secara langsung. Media massa sendiri dapat kita golongkan menjadi dua macam, yaitu media cetak dan media elektronik. Salah satu contoh media massa yang dapat kita temukan seharihari adalah media cetak tepatnya surat kabar. 1
2 Bahasa dalam media massa cetak maupun elektronik dapat dikaji melalui berbagai ilmu-ilmu kebahasaan seperti, morfologi, sintaksis, semantik, sosiolinguistik, pragmatik dan analisis wacana. Peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai pragmatik, Pragmatik adalah kajian tentang penggunaan bahasa dalam di dalam kehidupan sehari-hari, Richard (Sulistyo, 2013: 2),. Penggunaan bahasa di dalam kehidupan sehari-hari yang berupa bahasa verbal maupun nonverbal khususnya dalam surat kabar inilah yang dapat kita jadikan sebagai bahan kajian pragmatik. Pragmatik memiliki beberapa cabang kajian keilmuan yaitu tindak tutur, implikatur, relevansi, praanggapan dan deiksis (Cummings, 2007:8). Dari beberapa cabang kajian pragmatik yang ada, peneliti ingin mengkaji lebih jauh lagi mengenai penggunaan deiksis yang terdapat di dalam surat kabar. Alasan peneliti ingin meneliti tentang deiksis adalah kata-kata yang mengandung deiksis perlu melibatkan konteks untuk memahaminya. Selain itu penggunaan kata-kata deiksis ini sangat luas dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Meskipun penggunaannya yang sangat luas, penafsirannya yang harus menggunakan konteks kadang membuat masyarakat bingung. Deiksis dalam sehari-hari digunakan dalam bentuk lisan maupun tulisan untuk merujuk sesuatu atau hal. Deiksis sendiri adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti penunjukan melalui bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan penunjukan disebut ungkapan deiksis (Yule 20014 :13). Pengertian lain mengenai deiksis disampaikan oleh Lyons (dalam Putrayasa 2014: 37) menyampaikan bahwa deiksis adalah lokasi dan identifikasi orang, subyek, peristiwa, proses, atau kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang sedang diacu dalam hubungannya dimensi ruang dan waktunya, pada saat dituturkan oleh pembicara atau yang diajak bicara. Atau secara singkatnya deiksis didefinisikan sebagai ungkapan yang terikat dengan konteks yang menyertainya. Contohnya dalam kalimat ini, mereka memukul saya, informarsi dari kata ganti : mereka dan saya hanya dapat kita
3 telusuri dari konteks ujaran. Ungkapan-ungkapan yang hanya diketahui dari konteks ujaran itulah yang disebut deiksis. Penafsiran deiksis yang melibatkan konteks inilah yang dibutuhkan agar makna yang dituturkan oleh penutur dipahami oleh lawan tuturnya, misalnya: Jika Anda berkenan, Anda dapat menunggu tiga jam lagi di sini. Pada kalimat di atas, kata-kata yang dicetak miring dikategorikan sebagai deiksis. Pada kalimat di atas kata Anda tidak jelas rujukannya, apakah seorang wanita atau pria, begitu juga frasa di sini lokasinya tidak jelas, dan penunjukkan waktu tiga jam lagi juga tidak jelas waktunya secara pastinya. Kata dan frasa yang tidak jelas pada kalimat di atas dapat diketahui jika konteks untuk masing-masing kalimat tersebut disertakan. Dalam kajian pragmatik kalimat seperti di atas dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari karena konteks pembicaraan sudah disepakati atau dengan kata lain sudah diketahui antara si pembicara dan lawan bicara. Pada setiap bahasa memiliki kata-kata deiksis, walaupun jumlah kata deiksis terbatas tetapi karena penggunaannya harus melibatkan konteks hal ini justru dapat membuat anak merasa kebingungan sebagaimana yang diungkapkan Purwo (1990 : 18) yaitu : Seorang anak (usia prasekolah) yang sedang belajar bahasa ibunya sendiri pun juga mengalami kesulitan (sampai pada usia tertentu) jika menghadapi kata-kata yang deiktis. Tidak mustahil dalam kebingungannya memakai kata deiktis persona, misalnya, seorang anak akan mengatakan hal yang berikut kepada kakak-kakaknya yang lebih dewasa: Saya ini ya saya, kamu itu ya kamu; jangan diganti-ganti. Oleh karena itu, nama diri lazim dipakai di lingkungan anak-anak sebagai ganti kata sapa. Hal lain yang menarik untuk kita perhatikan adalah bahwa tidak semua kata-kata selalu mengandung deiksis seperti kalimat dibawah ini: 1) Pada siang hari matahari bersinar terang. 2) Siang nanti saya akan berkunjung ke rumahmu.
4 Kata siang pada kalimat (1) tidak termasuk kata deiksis, tetapi dalam kalimat (2) mengandung deiksis walaupun kedua kalimat tersebut mengandung kata siang. Pemahaman mengenai kata atau frasa yang mengandung deiksis dan tidak mengandung deiksis inilah yang menyebabkan peneliti ingin meneliti lebih jauh lagi mengenai penggunaan deiksis. Kata-kata yang mengandung deiksis secara luas di kehidupan masyarakat dalam bentuk lisan maupun tulisan seperti di media cetak menarik perhatian untuk dikaji lebih jauh. Kemudian peneliti memilih surat kabar Kompas untuk menjadi sumber data dalam penelitian ini karena surat kabar Kompas adalah salah satu media massa cetak yang mempunyai reputasi baik dalam penggunaan bahasa Indonesia. Selain itu, surat kabar Kompas adalah salah satu media massa cetak terbesar di Indonesia, yang penyebarannya yang dilakukan di hampir seluruh Indonesia sehingga hasil penelitian mengeni deiksis dalam surat kabar Kompas ini nantinya dapat dimanfaatkan secara nasional. Dari kegiatan penelitian mengenai deiksis tersebut nantinya akan dapat diketahui kata atau frasa yang terdapat dalam surat kabar Kompas yang mengandung deiksis maupun tidak mengandung deiksis. Peneliti dalam melakukan penelitian mengenai penggunaan deiksis ini akan berfokus pada teks berita yang terdapat dalam halaman utama surat kabar Kompas. Pengambilan fokus tersebut berdasarkan pada kualitas teks berita di dalam halaman tersebut. Dalam halaman utama selalu ditampilkan berita yang menjadi isu terpenting dalam sebuah surat kabar sehingga teks berita yang dihasilkan adalah teks berita terbaik hasil seleksi dari berita-berita yang terdapat dalam halaman lain dalam sebuah surat kabar. Selain itu, pemilihan teks berita dalam halaman utama surat kabar kompas didasarkan dengan relevansinya dengan matri pembelajaran menulis teks berita di SMA kelas XII yang terdapat kompetensi dasar Memproduksi teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan novel yang koheren sesuai dengan karakteristik teks baik secara lisan maupun tulisan. Pada pembelajaran tersebut nantinya siswa akan mempelajari bagaimana sebuah teks tersebut ditulis atau diproduksi. Pada saat siswa nanti menulis sebuah teks berita
5 pasti membutuhkan berbagai kosa kata yang dapat mendukung pengembangan tulisannya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dibuatlah judul penelitian ini: Deiksis pada Berita Halaman Utama Surat Kabar Kompas dan Relevansinya dengan Materi Pembelajaran Menulis Berita di Sekolah Menengah Atas B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini membatasi masalah yang hendak dikaji dengan menarik rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah bentuk-bentuk deiksis yang terdapat dalam teks berita halaman utama surat kabar Kompas bulan Januari 2016? 2. Bagaimanakah kecenderungan pemakaian deiksis dalam halaman utama surat kabar Kompas bulan Januari 2016? 3. Bagaimanakah relevansinya terhadap materi pembelajaran menulis teks berita di SMA? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan : 1. Bentuk-bentuk deiksis yang terdapat dalam halaman utama surat kabar Kompas edisi bulan Januari 2016. 2. Kecenderungan pemakaian deiksis dalam halaman utama surat kabar Kompas bulan Januari 2016 3. Relevansinya terhadap materi pembelajaran menulis teks berita di SMA. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis.
6 1. Manfaat teoretis a. Dapat memberikan masukan atau informasi mengenai bentuk-bentuk deiksis yang terdapat dalam halaman awal surat kabar dan relevansinya terhadap pembelajaran menulis teks berita. b. Memperkaya khasanah keilmuan khususnya dalam bidang pembelajaran menulis teks berita dan mendorong penelti lain untuk melakukan penelitian sejenis yang lebih luas dan mendalam pada masa-masa yang akan datang khususnya berkaitan mengnai kajian pragmatik. 2. Manfaat praktis a. Bagi peserta didik Hasil penelian ini dapat bermanfaat untuk dapat menambah pengetahuan siswa dalam kata-kata yang mengandung deiksis untuk dapat digunakan dalam menulis teks berita. b. Bagi guru bahasa Indonesia Hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada guru untuk digunakan sebagai media dalam memperdalam pengetahuan siswa mengenai kata-kata deiksis. c. Bagi peneliti yang lain Hasil penelitian ini dapat memberi masukan untuk melakukan penelitian keberlanjutan demi kesempurnaan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti.