PENELITIAN KAJIAN WANITA

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK DAN EKSEKUTIF SUMMARY PENELITIAN STUDI KAJIAN WANITA

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

LAPORAN AKHIR PENELITIAN STUDI KAJIAN WANITA

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

k. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan untuk meningkatkan wawasan, kepedulian, perhatian, kapasitas perempuan, dan perlindungan anak.

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya.

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB V PENUTUP. A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

Wajib Lapor Tindak KDRT 1

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Komnas perempuan tahun 2014 yang dirilis pada 6 Maret Jumlah kasus

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan menyenangkan bagi anggota keluarga, di sanalah mereka saling

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BUPATI POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh : Listyo Budi Santoso Dosen Fakultas Hukum - Universitas Pekalongan ABSTRAK

1 Universitas Kristen Maranatha

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH SUAMI TERHADAP ISTRI. A.Kajian Hukum Mengenai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya

Latar Belakang. Sementara itu guna meningkatkan peran daerah dalam penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak, Pemerintah telah menerbitkan

A. JUDUL PENELITIAN: KUPAS TUNTAS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA/ DOMESTIC VALIANCE

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan-hubungan, nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. pula dengan individu saat memasuki masa dewasa dini. Menurut Harlock (1980),

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB III PENUTUP. maka pada bab ini penulis menyimpulkan sebagai rumusan terakhir dengan

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkawinan merupakan hal yang sakral bagi manusia, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. korban diskriminasi, pengniayaan, kekerasan seksual dan lainya. 2 Penanganan. KDRT khususnya terhadap korban KDRT.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam ruang domestik (rumah tangga). 1. kekerasan yang menimpa kaum perempuan (istri) 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB.

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Vol 13 No. 2 Oktober 2017 ISSN

PERLINDUNGAN TERHADAP KELOMPOK RENTAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEKS HAK ASASI MANUSIA

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Transkripsi:

PENELITIAN KAJIAN WANITA KUPAS TUNTAS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA/DOMESTIC VIOLENCE (Studi Kasus Perempuan-Perempuan Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Bandung) Selly Feranie, Mimin Iryanti dan Hana Susanti

LATAR BELAKANG Di Indonesia, sekitar 24 juta perempuan atau 11,4% dari total penduduk Indonesia pernah mengalami tindak kekerasan (yang tercatat)+... perempuan yang tidak melaporkan DV yang dialaminya =... Perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga bisa siapa saja, di berbagai kalangan masyarakat. Bisa di daerah pinggiran, di kota-kota besar, berbagai jenjang pendidikan dan sosial Data P2TP2 Bandung bln januari s.d juni 2006, sebagian besar (58%) kasus domestic violence yang terjadi pada perempuan adalah oleh suaminya sendiri UUD PKDRT telah disahkan (14 September 2004), LSM perempuan sudah banyak memperjuangkan KDRT tetap banyak terjadi

14% P2TP2 PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEGIATAN PELAYANAN KASUS BULAN JANUARI s/d JUNI TH 2006 (PERSENTASE) KEKERASAN THDP ISTRI KEKERASAN THDP ANAK 7% KEKERASAN DALAM KELUARGA KEKERASAN THDP PEREMPUAN EKONOMI 14% 58% 7%

RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana potret kehidupan perempuan di daerah Bandung yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (domestic voilence/dv) sebelum mengalami DV, selama mengalami DV dan setelah terlepas dari DV? 2. Bagaimana perempuan di daerah Bandung yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (domestic voilence/dv) mendefinisikan diri mereka sebelum mengalami DV, selama mengalami DV, setelah terlepas dari DV dan rencana masa depan? 3. Bagaimana proses keberanian perempuan di daerah Bandung yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (domestic voilence/dv) untuk mengungkapkan dan melaporkan kekerasan rumahtangga yang terjadi padanya? 4. Bagaimana bentuk kepedulian kerabat dan masyarakat sekitar korban kekerasan dalam rumah tangga? Dan 5. Sejauh mana peran LSM perempuan di daerah Bandung dalam memperjuangkan perempuan yang mengalami kekerasan rumah tangga?

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Definisi Kekerasan terhadap perempuan (dalam UU PKDRT) adalah Segenap tindakan fisik atau psikologis yang dapat mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan perempuan, termasuk tindakan pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang- wenang yang dilakukan baik didepan umum atau dalam lingkungan kehidupan pribadi Berdasarkan UU PKDRT, berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan: a. Kekerasan fisik b. Kekerasan psikis c. Kekerasan seksual d. Penelantaran rumah tangga

BUDAYA PATRIARKI Menurut Rahman (2003) dengan mengutip pandangan Nighat, patriarki berarti kekuasaan sang ayah. Dalam sistem sosial, budaya (juga keagamaan) patriarki muncul sebagai bentuk kepercayaan atau ideologi bahwa laki- laki lebih tinggi kedudukannya dibanding perempuan. Interpretasi yang salah dalam budaya patriarki - Budaya Patriarki menempatkan superioritas dan dominasi laki-laki terhadap perempuan - Perempuan harus dikuasai bahkan dianggap sebagai harta milik laki-laki. laki. Shg menciptakan otoritas yang (dianggap) berada di tangan laki-laki. laki.

METODE PENELITIAN-1 Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif eksploratori, melalui penelusuran life story individu Subjek penelitian / responden ini adalah perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga di Bandung, Masyarakat dan keluarga dari Perempuan yang mengalami Kekerasan dalam Rumah tangga dipilih sebagai informan instrumen penelitian berupa draft kuisioner dan wawancara untuk responden, masyarakat sekitar dan LSM/Lembaga pemerintah.

METODE PENELITIAN-2 Kami mengambil 2 kasus yaitu kasus 1: responden dengan status ekonomi, social dan pendidikan rendah dan kasus 2: responden dengan status ekonomi, social dan pendidikan menengah. Pengumpulan data dilakukan melalui Observasi partisipasi, dengan cara peneliti ikut serta dalam beberapa persidangan kasus kekerasan dalam Rumah Tangga responden di Pengadilan. Wawancara dan pengisian angket oleh responden dan informan terpilih. Proses pengabsahan data akan dilakukan untuk konfirmasi hasil wawancara dengan responden dan meninimalisasi responden berbohong dengan mewawancarai masyarakat sekitar responden.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Profil Responden R1: tingkat pendidikan dan sosial rendah, memiliki 2 anak, usia perkawinan 6 thn, Tindakan-tindakan DV diantaranya penelantaran ekonomi, kekerasan psikis dan kekerasan fisik dan tidak dilaporkan R2: tingkat pendidikan mengah dan sosial tinngi (sblm DV), memiliki 1 anak, usia perkawinan 20 thn, Tindakan-tindakan DV diantaranya penelantaran ekonomi, kekerasan psikis dan dilaporkan

2. Potret kehidupan dan definisi perempuan di daerah Bandung yang mengalami KDRT Sebelum DV: R1 dan R2 adalah istri dan ibu yang berbahagia Semasa DV: R1 adalah istri, ibu, pencari nafkah dan cenderung mempertahankan keutuhan rumah tangga walaupun penelantaran ekonomi dan penganiayaan fisik terjadi, tidak kembali ke rumah orang tua dan menunggu suaminya kembali karena cinta. Gunjingan keluarga dan masyarakat mulai mengusik kehidupannya karena suami R1 melakukan tindakan kriminal R2 adalah istri dan ibu dan pencari nafkah dan cenderung mempertahankan keutuhan rumah tangga karena demi anak, kebergantungan ekonomi pada suami. R2 terlibat masalah, suami dan keluarga suami tidak mendukung, ditinggal menikah lagi. R2 kehilangan pekerjaan, rumah, anak dan kepercayaan diri. Setelah DV: R2 adalah janda,perempuan teraniaya,tinggal bersama orang tua, sedih, depresi dan mencoba untuk tegar

3. Proses keberanian perempuan di daerah Bandung yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (domestic voilence/dv) untuk mengungkapkan dan melaporkan kekerasan rumahtangga yang terjadi padanya. R1 pertama kali mengungkapkan DV kepada ibunya hanya agar beban kesedihannya berkurang. R1 sama sekali tidak mengetahui tentang UU PKDRT dan tidak mendapatkan informasi tentang KDRT walaupun banyak media elektronik yang membahasnya. R1 tidak termotivasi untuk melaporkan peristiwa DV yang terjadi padanya. R2 mengungkapkan peristiwa DV pertama kali dengan langsung melapor ke Polda. R2 sudah memikirkan konsekuensinya dalam melaporkan kasus DV. perasaan R2 setelah pelaporan DV merasa sangat sedih melaporkan suaminya dan memikirkan nasib anak mereka. R2 tidak mengetahui UU PKDRT dan R2 mengetahui tentang info DV dari P2TP2. P2TP2 berperan amat besar bagi R2 selama proses pemulihan kepercayaan diri dan proses pengadilan.

Pembahasan 1. Faktor ekonomi, social, turut campur keluarga, lingkungan, tempat kerja pelaku DV dan masyarakat sekitar cukup memicu DV. Kebergantungan istri terhadap suami, demi cinta, anak dan keluarga merupakan alasan utama kedua responden ini untuk cenderung untuk mempertahankan keutuhan keluarga walaupun mengalami DV 2. Kedua responden cendeung tidak termotivasi untuk melaporkan DV yang dialami karena budaya patriarki masih terasa kental diantara kehidupan responden: Tidak mudah melaporkan kasusnya karena berarti membuka aib keluarga. Ragu melaporkan karena bisa jadi ia yang di persalahkan karena tidak becus mengurus suami/keluarga, karena kata orang tidak ada asap kalau tidak ada api. Takut melaporkan karena bisa memperparah kekerasan yang dialami. Suami semakin gelap mata kalau mengetahui istrinya berani melaporkan dirinya, yang berarti mencemarkan status sosialnya sebagai kepala keluarga. Khawatir kalau melapor, ia akan dicerai dan menjadi janda. Bagaimana ia kelak dan bagaimana anak-anak? anak?

4. Bentuk kepedulian kerabat dan masyarakat sekitar korban kekerasan dalam rumah tangga Keluarga dan kerabat R1 mengetahui keadaaan R1 dari awal disakiti, perselingkuhan dan keadaannya sekarang Peran keluarga R1 tidak banyak membantu R1 untuk lepas dari tindakan DV. Bahkan untuk masyarakat sekitar bukan bantuan yang diperoleh R1 malah menjadi cemoohan warga. Keluarga dan kerabat R2 tidak dapat mengindentifikasi DV pada R2 karena tidak pernah menceritakan permasalahan rumah tangga kepada keluarga atau kerabat. Begitu juga dengan masyarakat, tidak dapat mengidentifikasi DV pada R2 karena selalu terlihat ceria didepan orang lain. Setelah pelaporan dan jalannya persidangan, keluarga dan teman-teman dekat mendukung langkah R2. Pembahasan Ada perbedaan perlakuan/kepedulian kerabat dan masyarakat diantara kedua reponden.ini dapat disebabkan oleh lingkungan kerabat dan masyarakat responden yang berbeda baik dari tingkat sosial dan pendidikan.

5. Peran P2TP2 daerah Bandung dalam memperjuangkan perempuan yang mengalami kekerasan rumah tangga Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan (P2TP2) Kota Bandung merupakan wahana operasional untuk mewujudkan pemberdayaan perempuan melalui berbagai layanan konsultasi, informasi, peningkatan pengetahuan, keterampilan menjalin kerjasama dengan pihak lain serta kegiatan-kegiatan lainnya P2TP2 Kota Bandung dibentuk pada tanggal 29 Oktober 2002 disahkan oleh SK Walikota Bandung Nomor 260/Kep.1499- Huk/2002. Tujuannya didirikan lembaga ini di Kota Bandung untuk memberikan kontribusi terhadap terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender melalui ketersediaan wahana kegiatan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan, khususnya di kota Bandung.

Pelayanan P2TP2 yang diberikan untuk korban KDRT adalah Pendampingan, motivasi, saran-saran dan alternatif penyelesaian. Untuk proses pemulihan fisik, disediakan dokter, bidan, sedangkan Untuk proses pemulihan percaya diri disediakan psikolog dan untuk bantuan hukum serta proses peradilan disediakan pengacara. Memberikan pendidikan non formal yaitu berupa pelatihan- pelatihan keterampilan gratis untuk korban KDRT dan perempuan-perempuan kota Bandung yang kehidupannya di bawah rata-rata. rata. Dan SEMUANYA GRATIS... Selama ini tidak ada yang menentang keterlibatan P2TP2 kepada klien, karena P2TP2 bukan penentu nasib orang tetapi sebagai lembaga konseling Peran P2TP2 sangat berarti bagi R2 baik dalam bantuan moral, spritual dan humum

Tantangan dan hambatan yang dialami P2TP2 selalu ada dalam memperjuangkan perempuan diantaranya karena lembaga ini baru berdiri 4 tahun, sosialisasinya masih kurang. Belum banyak yang tahu keberadaan P2TP2 dan fungsinya bagi masyarakat kota Bandung Untuk mengatasinya, P2TP2 bekerja sama degan instansi perintah lainnya serta media elektronik dalam mensosialisasikan UU PKDRT juga lewat penyuluhan PKK di lingkungan kelurahan

KESIMPULAN (1) Budaya partriarki masih terasa kental diantara kehidupan responden. Faktor ekonomi, social, turut campur keluarga, lingkungan, tempat kerja pelaku DV dan masyarakat sekitar cukup memicu DV. Kedua responden ini cenderung untuk mempertahankan keutuhan keluarga walaupun mengalami DV demi cinta, anak dan keluarga, aspek social dan ekonomi. (2) Keberanian dari para perempuan yang mengalami DV masih rendah untuk melaporkan hal ini ke lembaga atau instansi yang berwenang. Ini terkait dengan mengungkapkan aib keluarga, mengudang gunjingan orang dan gagap hukum. UU PKDRT yang belum tersosialisasi secara optimal (3) Masyarakat menganggap masalah KDRT adalah masalah individu dan bukan masalah sosial. Sebagian besar masyarakat sekitar responden juga berpendapat bahwa campur tangan pihak lain seperti keluarga, masyarakat, maupun pemerintah dianggap tidak lazim. (4) Peran P2TP2 daerah Bandung dalam memperjuangkan perempuan yang mengalami kekerasan rumah tangga di daerah bandung cukup besar. Selain memberikan pendampingan moril, spiritual dan bantuan hukum, P2TP2 juga memberikan pendidikan non formal yaitu berupa pelatihanpelatihan keterampilan gratis untuk korban KDRT dan perempuanperempuan kota Bandung yang kehidupannya di bawah rata-rata agar mereka bisa hidup mandiri. Tetapi sangat disayangkan, belum banyak yang tahu keberadaan P2TP2 dan fungsinya bagi masyarakat kota Bandung