Jurnal Teknik Sipil ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 9 Pages pp

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK CAMPURAN LASTON AC-BC DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR YANG BERBEDA NILAI ABRASI

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

METODOLOGI PENELITIAN

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

METODOLOGI PENELITIAN

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

Pengaruh Subtitusi Asbuton Butir 20/25 pada Aspal pen. 60/70 Terhadap Karakteristik Campuran Beton Aspal AC-WC

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

BAB III LANDASAN TEORI

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

UJI MARSHALL PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN TAMBAHAN PARUTAN BAN BEKAS

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

PENGARUH PENGGUNAAN POLIMER ELVALOY TERHADAP NILAI INDEX KEKUATAN SISA PADA CAMPURAN MATERIAL PERKERASAN DAUR ULANG

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR

KARAKTERISTIK CAMPURAN AC-WC MENGGUNAKAN AGREGAT SIMEULUE DENGAN VARIASI ASPAL RETONA BLEND 55 DAN ASPAL PENETRASI 60/70

PENGARUH VARIASI SUHU PENCAMPURAN DAN PEMADATAN CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

PERKERASAN CAMPURAN ASPAL BETON (AC- BASE) DENGAN MATERIAL LOKAL KUTAI KARTANEGARA

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS -WC

Pengaruh Suhu Tumbukan pada Campuran Aspal Beton dengan Jenis Lapis AC-WC Gradasi Halus. Wahyudi 1) Priyo Pratomo 2) Hadi Ali 3)

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN CAMPURAN HRS-WC MENGGUNAKAN AGREGAT DAUR ULANG DARI SAMPEL PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI. perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran

PENGARUH BATU KAPUR SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN LASTON LAPIS AUS (AC-WC) ABSTRAK

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

PENGARUH KANDUNGAN AIR HUJAN TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEKS KEKUATAN SISA (IKS) CAMPURAN LAPISAN ASPAL BETON (LASTON)

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON

PENGARUH LIMBAH KARET BAN SEBAGAI CAMPURAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL, PADA JENIS PERKERASAN LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS B

Transkripsi:

ISSN 2302-0253 9 Pages pp. 130-138 KAJIAN CAMPURAN AGREGAT KASAR YANG BERBEDA ABRASI TERHADAP PARAMETER MARSHALL MENGGUNAKAN ASPAL PEN 60/70 UNTUK LASTON AC-WC (STUDI KASUS: AGREGAT KAB. GAYO LUES DAN AGREGAT KAB. ACEH UTARA) Suherry 1, Sofyan M Saleh 2, Yuhanis Yunus 2 1) Mahasiswa Magister Teknik Sipil Bidang Manajemen Rekayasa Transportasi, Universitas Syiah Kuala 2) Dosen Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala Abstract: Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) is an important aspect to consider in designing the highway construction, because this layer receives direct distribution of the burden of passing vehicles. To keep the quality of this layer, its flexibility, durability and strength in the service need to be maintained. The use of aggregate should be reviewed against aggregate worn out 40 as Highways Specifications. Aggregate used should be in good quality and free from all impurities and can be used to mix asphalt. The purpose of this study was to determine the effect of the combination of aggregate in Cot Gaib and Cot Girek to aggregate physical properties and characteristics of Marshall. This research was conducted at the Laboratory of Transportation Civil Engineering, Faculty of Engineering, Syiah Kuala University. Indonesian National Standard refers to the study procedures and AASHTO. The results showed abrasion material from Cot Girek of 22.897% and the value of the material abrasion Rikit Gaib by 33.53%. The result of the mixing of the two materials with variations of the mixture (80 % RG: 20% CG ) abrasion value of 31.206%, the variation (70% RG : 30% CG) abrasion 30.319%, and the variation (60% RG: 40% CG) abrasion 28.469%. Relationships revealed by the mixing of the material showed that the greater percentage of the aggregate material mixture from Cot Girek abrasion value gets smaller and smaller the asphalt absorption. OBC value obtained from the results of mixing the material with variations (100 % RG : 0 % CG) 6.475 % OBC value, the variation ( 80 % RG : 20 % CG) OBC value of 6.35 %, the variation (70 % RG : 30 % CG) value of 6.1 % OBC, the variation (60 % RG : 40 % CG) value of 5.9 % OBC. In Marshall Parameter evaluation, the results obtained from the mixture of the four variations qualified the specifications of Highways. Keywords: Abrasion Score, Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC), Beton Asphalt Concrete Characteristics and Marshall Evaluation Abstrak: Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) merupakan aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam rancangan pada konstruksi jalan raya, karena lapisan ini merupakan lapisan yang langsung menerima pendistribusian beban dari kendaraan yang melintas. Untuk dapat terpeliharanya kualitas pada lapisan ini, hal yang perlu dilakukan yaitu menjaga tetap terpeliharanya kelenturan, keawetan dan kekuatan di masa pelayanan. Penggunaan agregat perlu ditinjau terhadap keausan agregat 40 sesuai Spesifikasi Bina Marga. Agregat yang digunakan harus berkualitas baik dan bebas dari segala kotoran dan dapat digunakan untuk campuran aspal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kombinasi agregat dari Rikit Gaib dan Cot Girek terhadap sifat fisis agregat dan karakteristik Marshall. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Transportasi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Hasil penelitian menunjukkan abrasi material dari Cot Girek sebesar 22,897% dan Nilai abrasi material dari Rikit Gaib sebesar 33,53%. Hasil pencampuran dari kedua material dengan variasi campuran (80% RG : 20% CG) nilai abrasi 31,206%, variasi (70% RG : 30% CG) abrasi 30,319%, dan variasi (60% RG : 40% CG) abrasi 28,469%. Hubungan yang terlihat dari hasil pencampuran material menunjukkan bahwa semakin besar persentase campuran material agregat dari Cot Girek nilai abrasi semakin kecil dan penyerapan aspal semakin kecil. Nilai KAO yang didapatkan dari hasil pencampuran material dengan variasi (100% RG : 0% CG) nilai KAO 6,475%, variasi (80% RG : 20% CG) nilai KAO 6,35%, variasi (70% RG : 30% Volume 3, No. 2, Mei 2014-130

CG) nilai KAO 6,1%, variasi (60% RG : 40% CG) nilai KAO 5,9%. Pada evaluasi parameter Marshall, hasil yang diperoleh dari keempat variasi campuran masih memenuhi spesifikasi Bina Marga. Kata Kunci: Nilai abrasi, Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC), Karekteristik Beton Asphalt dan Pengujian Marshall. PENDAHULUAN Struktur perkerasan yang banyak digunakan di Indonesia adalah perkerasan lentur yang terdiri atas komposisi agregat kasar, agregat halus, aspal dan material pengisi. Jenis perkerasan yang digunakan tersebut adalah perkerasan bergradasi rapat (beton aspal). Kemampuan campuran beton aspal dalam menahan beban kendaraan (lalu lintas) sangat dipengaruhi oleh mutu/kualitas dari bahan campuran beton aspal. Salah satu bahan campuran beton aspal yang sangat berpengaruh dalam menghasilkan kualitas campuran yang baik adalah agregat kasar. Persyaratan agregat kasar untuk menghasilkan campuran beton aspal yang mempunyai nilai struktural tinggi adalah mempunyai nilai keausan 40% untuk bisa digunakan sebagai bahan lapis pada perkerasan Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC). Agregat yang memiliki porositas tinggi akan semakin rendah kekuatan dan kekerasannya, tiap lapisan perkerasan harus terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan mengalami distress yaitu perubahan karena tidak mampu menahan beban dan tidak cepat kritis atau failure. Lapis permukaan terdiri dari lapisan aus Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC), lapis perkerasan Antara Asphalt Concrete Binder Course (AC- BC). Lapisan aus AC-WC merupakan lapisan paling atas dari struktur perkerasan yang berhubungan langsung dengan roda kendaraan. Perbaikan kualitas material melalui pencampuran agregat dari sumber quarry agregat yang berbeda dilakukan dalam penelitian ini. Untuk menurunkan nilai abrasi (33,53%) yang berasal dari quarry di Rikit Gaib (RG) dilakukan proses pencampuran dengan agregat yang berasal dari Cot Girek (CG) yang memiliki nilai abrasi agregat 22,897% yang keduanya dari PT. Alhas Jaya Grup, agregat yang dilakukan pencampuran terdiri dari variasi (100% RG : 0% CG), (80%RG : 20% CG), (70% RG : 30 % CG), dan (60% RG : 40% CG) Pada pengujian ini bahan aspal yang dipergunakan adalah aspal Penetrasi 60/70 Produksi Pertamina sebagai bahan pengikat pada campuran beraspal panas untuk laston AC- WC. Dalam pengujian ini diperoleh nilai KAO (Kadar Aspal Optimum) yang didapat berdasarkan pengolahan data dari pengujian parameter Marshall dengan menggunakan metode range overlaping, selanjutnya dilakukan proses pembuatan benda uji dari masing-masing variasi agregat untuk dapat menentukan nilai durabilitasnya. 131 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh campuran beraspal panas antara kombinasi agregat kasar quary dari Rikit Gaib (RG) dengan agregat kasar quarry dari Cot Girek (CG) yang berbeda abrasi terhadap parameter Marshall dan durabilitasnya, serta jumlah persentase campuran gabungan yang optimal sebagai bahan campuran AC-WC sesuai dengan spesifikasi Bina Marga 2010. KAJIAN KEPUSTAKAAN Christady (2009) menyatakan perkerasan jalan dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu perkerasan lentur, perkerasan kaku dan perkerasan komposit. Perkerasan lentur adalah perkerasan jalan yang terdiri dari beberapa lapisan yaitu lapis permukaan, lapis pondasi dan lapis bawah. Lapisan permukaan dibangun diatas lapisan pondasi atas dan lapisan pondasi bawah yang terletak pada tanah dasar (subgrade) yang telah dipadatkan. Perkerasan kaku adalah suatu perkerasan jalan yang terbuat dari semen Portland berupa pelat beton yang terletak langsung di atas lapisan tanah. Perkerasan komposit adalah perkerasan gabungan antara perkerasan beton semen Portland dan perkerasan aspal. Di Indonesia, jenis campuran agregat dan aspal yang sering digunakan adalah lapisan beton aspal. Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2006), campuran ini terdiri dari atas agregat bergradasi menerus dengan aspal keras, dicampur, dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Berdasarkan spesifikasi campuran beraspal Departemen Pekerjaan Umum (2010), Lapisan beton aspal (AC) terdiri dari tiga macam campuran, yaitu : a. Laston Lapis Aus Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) dengan ukuran maksimum agregat campuran adalah 19 mm. b. Laston Lapis Pengikat antara Asphalt Concrete Bearing Course (AC-BC) dengan ukuran maksimum agregat campuran adalah 25,4 mm. c. Laston Lapis Pondasi Asphalt Concrete Base (AC-Base) dengan ukuran maksimum agregat campuran adalah 37,5 mm. Zulkifli (2004) meneliti pengaruh penggunaan agregat kasar bernilai abrasi tinggi ( 50%) pada campuran beton aspal AC-WC. Penelitian ini dilakukan dengan membuat benda uji dari tiga variasi gradasi agregat, variasi I, variasi II dan variasi III dengan kadar agregat kasar masing-masing 50 %, 57 % dan 65 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar aspal optimum pada campuran beton aspal masing-masing variasi gradasi agregat diperoleh: variasi I sebesar 6,64 %, variasi II sebesar 6,60 %, dan variasi III sebesar 6,54 % terhadap total campuran. Untuk perendaman 24 jam dengan nilai stabilitas yang didapatkan: variasi I sebesar 1457,95 kg, variasi II sebesar 1361,25 kg dan variasi III sebesar 1107,99 kg. Nilai flow yang didapatkan pada variasi I sebesar 4,23 mm, variasi II sebesar 4,33 mm, dan pada variasi III sebesar 4,50 mm. Indek Perendaman pada Volume 3, No. 2, Mei 2014-132

variasi I diperoleh sebesar 83,39 %, variasi II sebesar 87,56 % dan variasi III sebesar 82,75 %. Nilai VIM untuk kepadatan mutlak pada variasi I diperoleh sebesar 1,20 %, variasi II sebesar 1,04%, dan variasi III, dan 0,66 %. Secara keseluruhan penggunaan agregat kasar bernilai abrasi tinggi ( 50%) pada campuran beton aspal sesuai Spesifikasi Departemen Kimpraswil (2000) hanya mampu melayani beban lalu lintas rendah untuk variasi I dan variasi II. Salah satu persyaratan agregat kasar untuk menghasilkan campuran beton aspal yang mempunyai nilai struktural tinggi adalah agregat kasar yang mempunyai nilai keausan 40 % berdasarkan spesifikasi Bina Marga untuk bisa digunakan sebagai bahan lapis pada perkerasan Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC). Menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat artinya butir butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain. Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan, maksimum 90% 95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75% 85% agregat berdasarkan persentase volume. Menurut Silvia Sukirman (2003) untuk menghitung perencanaan kadar aspal dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Pb = 0,035(%CA)+ 0,045 (%FA) + 0,18 (%Filler)+Konstanta... (1) Dimana : Pb = Kadar aspal tengah/ideal, persen terhadap berat campuran; CA= Agregat kasar tertahan saringan No. 8; FA = Agregat halus lolos saringan No. 8 dan tertahan saringan No. 200. Filler adalah agregat minimal 75% lolos saringan No. 200. Nilai Konstanta sekitar 0,5 untuk penyerapan agregat yang rendah dan nilai 1,0 untuk penyerapan agregat yang tinggi. Stabilitas Bukhari (2007:65) menyatakan hasil pembacaan dial alat Parameter Marshall, nilai stabilitas harus dikalikan dengan kalibrasi alat dan faktor koreksi benda uji. S = p x q x r....... (2) Dimana : S = nilai stabilitas (kg) ; p = kalibrasi alat; q = pembacaan dial Marshall; r = koreksi benda uji. Marshall Quotient Bukhari (2007:67) Marshall quotient adalah perbandingan antara nilai stabilitas dengan nilai flow. MQ = q / r...(3) Dimana : MQ = nilai Marshall quotient (kg/mm); q = nilai stabilitas dikalikan faktor kalibrasi alat dan koreksi benda uji (kg); r = nilai flow (mm). Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) Kadar aspal optimum yang baik adalah kadar aspal yang memenuhi semua sifat 133 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

campuran yang diinginkan dalam rentang kadar aspal optimum 0,5% (Sukirman, 2003 : 203). METODE PENELITIAN Sistematika dalam melakukan penelitian ini adalah dimulai dengan menyiapkan bahanbahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam proses penelitian, serta melakukan pemeriksaan sifat-sifat fisis bahan material. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengujian sifat-sifat fisis material, pengujian aspal pen dan hasil pengujian parameter Marshall terhadap benda uji pada campuran beton aspal panas. Data sekunder diperoleh dari brosur-brosur produksi material dan literatur lainnya yang berhubungan dengan campuran aspal panas. Prosedur penelitian mengacu pada SNI dan AASHTO. Pengujian awal terhadap material dilakukan untuk memastikan material tersebut memenuhi syarat sebagai bahan campuran aspal beton, sebagaimana persyaratan yang telah ditetapkan dalam spesifikasi campuran beraspal panas untuk lapisan aus Asphalte Concrete Wearing Course. Pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal pen 60/70 meliputi: pengujian berat jenis aspal, penetrasi, daktilitas, titik lembek, kelekatan aspal terhadap batuan, dan daktilitas. Material berasal dari dua quarry berbeda yaitu dari kecamataan Rikit Gaib, Kabupaten Gayo Lues dan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara. Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode regresi. Analisa regresi dipakai untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu kadar aspal dengan salah satu parameter Marshall lainnya dan antara variasi persentase campuran agregat kasar dengan parameter Marshall. Dari data hasil pengujian Marshall diplot pada suatu grafik, dimana kadar aspal atau persentase campuran agregat kasar sebagai absis dan masing-masing parameter Marshall sebagai ordinat. Gambar 1. Bagan Alir Penelitian Volume 3, No. 2, Mei 2014-134

Persen Lolos Saringan Jurnal Teknik Sipil HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sifat-sifat fisis agregat yang berasal dari Stone Crusher milik PT. Alhas Jaya Group yang berlokasi di Rikit Gaib, Kabupaten Gayo Lues dan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh yang disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Agregat dari Rikit Gaib dan Cot Gerik No Pemeriksaan Sifat Fisis Satua n Rikit Gaib Hasil Cot Girek Spesi fikasi Bina Marg a 1 Berat Jenis - 2,624 2,824 >2,5 2 Penyerapan % 0,813 1,261 <3,00 kg/ 3 Berat Isi 1,605 1,607 >1,00 dm³ 4 Kekerasan % 8,71 16,1 < 30 5 Keausan % 33,53 22,89 < 40 6 7 Indeks Kepipihan Indeks Kelonjongan % 3,215 6,363 < 10 % 8,804 7,92 < 10 8 Pelapukan % 4,438 3,913 < 12 9 Kelekatan agregat terhadap aspal % 108 108 95 (Sumber: Hasil Penelitian, 2014) Hasil pemeriksaan sifat fisis agregat, semua pengujian telah memenuhi persyaratan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Agregat kasar terdapat ketentuan yang menyatakan, apabila nilai tersebut terdapat ketidak sesuaian, maka nilai tersebut dapat ditolerir, jika dari agregat tersebut masih memenuhi semua dengan ketentuan lainya yang berpedoman pada standar acuan di dalam pengujian, terutama terhadap hasil dari pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles dapat memenuhi syarat dan bisa di terima (Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2010). Hasil Analisa Saringan Rikit Gaib Dan Cot Girek Gradasi Agregat Pemeriksaan dilakukan terhadap gradasi agregat kasar dan agregat halus dengan menggunakan analisa saringan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan yang terkecil diperlihatkan pada Gambar 2. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Berdasarkan gambar 2 dapat diketahui bahwa hasil analisa saringan gradasi agregat campuran dari kedua quarry berada antara rentang gradasi batas atas dan batas bawah sebagaimana yang disyaratkan dari spefikasi Bina Marga. Gradasi Cot Girek 15 10 Gradasi Spec Bina Marga 53 100 90 100 90 Hasil Pemeriksaan Abrasi Agregat dari Rikit Gaib dan Cot Girek Hasil penelitian menunjukkan nilai abrasi agregat dari Cot Girek 22,897%, nilai abrasi agregat dari Rikit Gaib 33,53%. Pada variasi campuran agregat (80% RG : 20% CG) nilai abrasi 31,206%, variasi (70% RG : 30% CG) abrasi 30,319%, dan variasi (60% RG : 69 54 40 39.1 30 31.6 22 23.1 15.5 9 4 0.01 0.1 1 10 Ukuran Saringan (mm) 72 Gradasi Spec Bina Marga Gradasi Rikit Gaib Gambar 2. Grafik Gabungan Analisa Saringan Gradasi Agregat Quarry Dari Rikit Gaib dan Cot Girek 135 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

Stabilitas (kg) Jurnal Teknik Sipil 40% CG) abrasi 28,469%. Hubungan yang terlihat dari hasil pencampuran material bahwa semakin besar persentase material agregat dari Cot Girek nilai abrasi semakin kecil. Hasil Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Aspal Penetrasi 60/70 Pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal Penetrasi 60/70 meliputi: pemeriksaan berat jenis aspal, penetrasi, daktilitas, titik lembek dan kelekatan aspal terhadap agregat atau batuan. Data hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal penetrasi 60/70 tersebut dapat digunakan karena memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal penetrasi 60/70 disajikan pada Tabel 2. Hasil pemeriksaan sifat fisis aspal, semua pengujian telah memenuhi persyaratan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat Aspal Penetrasi 60/70 No Sifat-sifat Fisis Aspal Yang Diperiksa Satuan Hasil Persyaratan Aspal Pen 1 Berat Jenis gr/cc 1,027 1 Fisis Hasil Pengujian Parameter Marshall Berbagai Variasi Campuran Untuk Penentuan KAO Hasil pengujian Marshall dengan variasi kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5% dan 7% dari keempat variasi campuran agregat kasar menghasilkan Kadar Aspal Optimum yang berbeda. Variasi campuran agregat kasar (100% RG : 0% CG) diperoleh nilai KAO sebesar 6,475%, variasi (80% RG : 20% CG) nilai KAO sebesar 6,35%, variasi 3500 (70% RG : 30% CG) nilai KAO sebesar 6,1%, dan variasi campuran agregat kasar (60% RG : 40% CG) diperoleh nilai KAO sebesar 5,9%. Semakin besar variasi campuran agregat kasar dari quarry Cot Girek, nilai KAO semakin menurun. Semakin kecil nilai abrasi dari pencampuran agregat kasar, penyerapan aspal semakin rendah. Hasil Pengujian Parameter Marshall Pada Stabilitas Rendaman 30 Menit Dan 24 Jam Dengan Suhu Temperatur 60 O C Hasil pengujian Marshall dari berbagai variasi kadar aspal menghasilkan nilai kadar aspal optimum diperlihatkan pada Grafik 3. 2 Penetrasi (0,1 mm) 66 60-70 3 Daktilitas cm 132 Min. 120 3000 2500 2000 1757.889 1992.981 2097.182 2168.349 4 5 Titik Lembek Kelekatan aspal terhadap batuan C 49,55 48 C % 95 95 (Sumber: Hasil Penelitian, 2014) 1500 1000 500 0 1291.91330 100% RG : 0% CG 1763.35969 1919.25682 2024.13778 80% RG : 20% CG Stabilitas Rendaman 30 Menit Stabilitas Rendaman 24 Jam 70% RG : 30% CG Variasi Campuran Agregat Rikit Gaib/Cot Girek (%) 60% RG :40% CG Gambar 3 Grafik hubungan pengujian parameter Marshall pada stabilitas Volume 3, No. 2, Mei 2014-136

rendaman 30 menit dan 24 Jam dengan suhu temperatur 60 O C Gambar 3 menunjukkan analisa perbedaan abrasi agregat kasar dari dua lokasi quarry terhadap parameter Marshall, semakin banyak penambahan agregat dari Cot Girek maka stabilitas Marshall semakin baik. Semakin kecil nilai abrasi dari material campuran agregat, perbandingan nilai stabilitas rendaman 30 menit dengan 24 jam semakin saling mendekati. Berdasarkan kadar aspal optimum yang diperoleh dengan spesifikasi gradasi yang sama, dan dibuat 3 (tiga) buah benda uji dari masingmasing nilai kadar aspal optimum yang berbeda, sesuai dengan 3 (tiga) variasi persentase campuran agregat kasar dari kedua quarry. Nilai durabilitas diperoleh dari perbandingan antara stabilitas rendaman 24 jam dengan stabilitas rendaman 30 menit pada suhu temperatur 60 O C. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat batu pecah dari quarry Rikit Gaib dan quarry Cot Girek serta aspal penetrasi 60/70 dapat digunakan sebagai bahan material untuk campuran lapisan aus AC-WC dan sudah memenuhi persyaratan sesuai dengan pengujian di Laboratorum. 2. Hasil penelitian menunjukkan material dari Cot Girek memiliki nilai abrasi lebih kecil yaitu 22,897%, dibandingkan dengan nilai abrasi dari Rikit Gaib sebesar 33,53%. 3. Pada variasi campuran agregat kasar (80% RG : 20% CG) nilai abrasi 31,206%, variasi (70% RG : 30% CG) abrasi 30,319%, dan variasi (60% RG : 40% CG) abrasi 28,469%. 4. Kadar aspal optimum (KAO) yang diperoleh berdasarkan hasil evaluasi Parameter Marshall dari masing - masing variasi persentase agreagat kasar adalah: (80% RG : 20% CG) dengan nilai KAO 6,35%, (70% RG : 30% CG) nilai KAO 6,1%, (60% RG : 40% CG) nilai KAO yaitu 5,9%. 5. Semakin kecil nilai abrasi dari material campuran agregat, nilai stabilitas rendaman 30 menit dengan 24 jam semakin saling mendekati. yaitu pada campuran 60% RG : 40% CG durabilitas mencapai 93,4% lebih besar dari 90% sebagaimana yang disyaratkan pada spesifikasi umum Bina Marga. Saran Pada penelitian selanjutnya disarankan agar dapat menambah beberapa variasi seperti (75% : 25%), (65% : 35%), dan (50% : 50%) serta penggunaan pasir gunung sebagai pengganti filler terhadap campuran agregat dan aspal esso sebagai bahan pengikat sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam campuran beton aspal, sehingga dapat diketahui bentuk variasi campuran yang ideal serta 137 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

mendapat informasi lainya yang berhubungan dengan penggunaan jenis material lain seperti pengganti filler serta penggunaan type aspal lainya. DAFTAR KEPUSTAKAAN Anonim, 1989, Tata Cara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) Untuk Jalan Raya, SNI 03-1737-1989, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta. Anonim, 1990, Standard Specification for Transportation Materials and Methods of Sampling and Testing, 15 th ed, AASHTO, Washington, DC. Anonim, 2010, Seksi 6.3 Spesifikasi Campuran Beraspal Panas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta. Bukhari dkk, 2007, Rekayasa Bahan dan Tebal Perkerasan, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Saodang, H, 2005, Konstruksi Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung Sukirman, S, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung. Sukirman, S, 2003, Campuran Beraspal Panas, Penerbit Granit, Bandung. SNI, 1991, Metode Pengujian Sifat Fisis Aspal Padat, http://www.pu.go.id. Zulkifli H, Pengaruh Penggunaan Agregat Kasar Bernilai Abrasi Tinggi (±50%) Pada Campuran Beton Aspal (AC- WC) http://etd.ugm.ac.id/index.php. Volume 3, No. 2, Mei 2014-138