BAB IV. Studi Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah di BMT Mina. Lana. A. Pengelolan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.

BAB IV. ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

BAB IV EVALUASI NON PERFORMING FINANCING (NPF) PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN TAHUN 2008/2010

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Faktor Yang Menyebabkan timbulnya Pembiayaan Bermasalah. diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA

No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS TENTANG FUNGSI ACCOUNT CREDIT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Ijarah Bermasalah

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV. Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah dalam Modal Kerja di BMT Bina Ummat menurut Fatwa DSN-MUI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

By : Angga Hapsila, SE.MM

BAB 11 LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank umum berbasis syariah. Dari tiga bank umum syariah di tahun

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

BAB V PENUTUP. Analisis terhadap Penyelesaian Pembiayaan Mud{a>rabah bermasalah pada

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan dan dunia usaha maupun jasa lainnya. demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian.

BAB II PENGARUH PPAP TERHADAP TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH DI LEMBAGA BMT

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan penulis pada pembiayaan qardhul hasan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

PENANGANAN KREDIT BERMASALAH. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada

BAB V PEMBAHASAN. A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank. Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung.

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Pembiayaan dan Pembiayaan Murabahah

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Harapan Ummat. a. Telah masuk sebagai anggota. sebesar Rp ,-.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS FAKTOR 5C + 1S DALAM PEMBIAYAAN MIKRO DI BANK BRI SYARIAH CABANG SURABAYA GUBENG

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

No. 13/ 16 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Efektifitas kinerja manajemen pada dasarnya dinilai dari efektifitas sumber

BAB IV PENUTUP. dan Prosedur Pembiayaan Al Ijarah pada BMT Surya Amanah, maka dapat

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Risiko Pembiayaan dengan Akad Murabahah di BTM Wiradesa

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

WAWANCARA. pertanyaan kepada dua orang narasumber, yaitu: : Dicky Frandhika Gutama. pada PT. Bank Sumut Cabang Koordinator Medan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB IV. Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka kesimpulan

BAB IV ANALISIS MEKANISME AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DAN MUDHARABAH BERJANGKA DI UJKS BMT MITRA UMAT DAN UJKS BMT MINNA LANA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo

BAB IV ANALISIS PROSEDUR MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA JAMINAN PADA GADAI EMAS DI BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) CABANG PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini :

BAB IV HASIL PENELITIAN

Puji Lestari Penanganan Kredit Macet Pada PT.Bank Pengkreditan Rakyat Nusantara Bona Pasogit 19 Depok

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP. mengenai pelaksanaan akad pembiayaan musyarakah di BMT Beringharjo. Yogyakarta, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mudharabah di PT BPRS Puduarta Insani maka dapat diambil kesimpulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank

BAB IV. Restrukturisasi dalam. Setiap usaha penyelesaian pembiayaan bermasalah yang terjadi di industri

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedur pemberian pembiayaan murabahah pada Bank Syariah

BAB III GAMBARAN UMUM KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH BTM KEDUNGWUNI. A. Profil Umum KJK Syariah BTM Kedungwuni

BAB 1 PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS) dengan total Aset sebesar Rp. 57 triliun (Republika :

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MUD}A<RABAH BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG TUBAN

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

KERANGKA PEMIKIRAN III.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam

Transkripsi:

BAB IV Studi Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah di BMT Mina Lana A. Pengelolan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah Pengelolaan pembiayaan mudharabah bermasalah adalah usaha yang dilakukan oleh BMT untuk mencegah kemungkinan timbulnya kerugian lebih besar pada usaha yang dibiayai serta menyelamatkan dana BMT Mina Lana yang telah diberikan. Ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh BMT Mina Lana dalam pengelolaan pembiayaan mudharabah bermasalah. 29 Pertama, menggolongkan kolektabilitas pembiayaan (kelancaran nasabah dalam melakukan angsuran pokok maupun bagi hasil). Kedua, BMT akan melakukan pemgelolaan pembiayaan bermasalah sesuai dengan tingkat kolektabilitas pembiayaan nasabah. BMT Mina Lana membagi kolektabilitas dalam pembiayaan mudharabah menjadi lima bagian, a. Lancar Adalah tingkat kolektabilitas yang didasarkan pada ketepatan waktu nasabah dalam membayar angsuran pokok dan bagi hasil. b. Kurang Lancar Adalah tingkat kolektabilitas yang didasarkan pada keterlambatan angsuran pokok dan bagi hasil dalam jangka waktu satu sampai dua bulan. c. Perhatian Khusus 29 Wawancara dengan Zaenul Abror selaku Manajer, BMT Mina Lana Kota Pekalongan, pada tanggal 26 Agustus dan 17 September 2014. 44

Adalah tingkat kolektabilitas yang didasarkan pada, 1) Keterlambatan angsuran pokok dan bagi hasil dalam jangka waktu dua sampai tiga bulan, 2) Menurunya jumlah bagi hasil dalam jangka waktu dua sampai tiga bulan. d. Diragukan Adalah tingkat kolektabilitas yang didasarkan pada ketidak mampuan nasabah untuk untuk menyelesaikan kolektabilitas perhatian khusus yang telah jatuh tempo. e. Macet Sebagai kelanjutan dari usaha penyelesaian atau pengelolaan pada tahap kolektabilitas keempat yang tidak berhasil, yang kemudian dikategorikan pembiayaan macet. Setelah menentukan tingkat kolektabilitas nasabah, langkah pengelolaan yang dilakukan BMT Mina Lana selanjutnya adalah melakukan tindakan pengelolaan pembiayaan bermasalah. Dalam pengamatan penulis tindakan pengelolaan pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh BMT Mina Lana antara lain melalui: a. Penjadwalan kembali (rescheduling) Yaitu merubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya. Langkah ini digunakan untuk mengelola pembiayaan dalam kolektabilitas kurang lancar, dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Terlebih dahulu BMT akan memberikan surat peringatan pertama kepada nasabah atas keterlambatannya membayar kewajiban. Surat 45

peringatan pertama ini diberikan kepada nasabah pada hari ke lima belas sejak jatuh tempo pembayaran kewajiban nasabah. 2. Jika dalam waktu lima belas hari, tidak ada kepastian atau konfirmasi yang diberikan oleh nasabah bersangkutan maka BMT akan melakukan pendekatan kepada nasabah melalui silaturahmi kepada nasabah dalam waktu dua sampai empat kali kunjungan. 3. BMT akan menggali informasi dari nasabah terkait dengan keterlambatan nasabah dalam mengangsur kewajibannya, melalui data arus kas, nota-nota serta tanya jawab kepada nasabah. 4. BMT akan memberikan arahan kepada nasabah terkait tindakantindakan yang perlu untuk dilakukan nasabah. 5. Jika diperlukan BMT melakukan perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah berdasarkan informasi yang diperoleh serta sesuai dengan perkembangan usaha nasabah. b. Persyaratan kembali (reconditioning) Tindakan yang dilakukan oleh BMT untuk merubah sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada pihak BMT, langkah ini akan ditempuh jika upaya perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah (rescheduling) tidak ada perbaikan atau kemajuan dalam waktu satu bulan. Adapun tahapanya antara lain meliputi: 1. BMT akan Terlebih dahulu memberikan surat peringatan kedua kepada nasabah bersangkutan, 46

2. BMT akan lebih sering melakukan kunjungan atau pemantaun terhadap usaha serta nasabah yang bersangkutan, 3. BMT akan melakukan perubahan jangka waktu pembayaran angsuran tahap kedua dengan jangka waktu yang lebih panjang dari pada tahap pertama, tanpa menampah jumlah pokok. 4. BMT akan melakukan perubahan proyeksi bagi hasil, yang disesuaikan dengan kondisi yang ada, 5. BMT akan melakukan perubahan nisbah, sesuai dengan kondisi yang terjadi. Langkah ini digunakan untuk mengelola pembiayaan dalam kolektabilitas perhatian khusus. c. Penataan kembali (restructuring), Yaitu perubahan persyaratan pembiayaan atau konversi akad pembiayaan. Pada tahap ini yang menjadi fokus pihak BMT adalah menyelamatkan pokok pembiyaan. Sebelumnya BMT akan memberikan surat peringatan ketiga, setelah itu BMT akan merubah atau mengkonversi akad pembiayaan mudharabah menjadi pembiayaan Qordhul Hasan atau pembiayaan tanpa bagi hasil. Sehingga nasabah hanya mengangsur pada kekurangan pokok pembiyaan, selain itu BMT juga memperikan kelonggaran kepada nasabah yang bersangkutan untuk mengangsur atas beban kewajibannya sesuai dengan kemampuan. Pola ini digunakan untuk mengelola pembiayaan dalam kolektabilitas diragukan dan macet. Langkah ini akan dijalankan selama nasabah yang bersangkutan masih memiliki itikat baik untuk menyelesaikan 47

kewajibannya, dan jika nasabah sudah tidak memiliki itikat baik untuk menyelesaikan kewajibannya, maka BMT akan melakukan lelang agunan nasabah bersangkutan. d. Lelang Agunan Langkah ini merupakan langkah terakhir oleh pihak BMT jika langkah penataan kembali (restructuring) tidak berhasil serta nasabah bersangkutan sudah tidak ada itikad baik untuk menyelsaikan kewajibannya. Pada prakteknya BMT akan bekerja sama dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Tetapi jika terjadinya kolektabilitas kelima disebabkan faktor kecelekaan kerja yang tidak disengaja (kebakaran serta meninggal dunia) maka akan terlebih dahulu dilakukan investigasi oleh lembaga asuransi (Bumi Putra) sebelum lelang anggunan. B. Faktor-faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah pada Pembiayaan Mudharabah di BMT Mina Lana Dalam kenyataannya tidak semua pembiayaan mudharabah yang disalurkan oleh BMT Mina Lana akan berjalan dengan mulus sesuai dengan keinginan dan tujuan BMT Mina Lana. Hal ini karena ada beberapa diantara pembiayaan yang tidak produktif dan mungkin mengalami kemacetan dalam pengembalian pinjaman dari nasabahnya. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya faktor penyebab. Faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah pada BMT Mina Lana, yaitu: 48

a. Aspek Analisa Pembiayaan. Kurang baiknya pemahaman pihak BMT atas usaha yang dilaksanakan oleh nasabah. b. Kurang dilakukan evaluasi apakah laporan yang disajikan oleh nasabah wajar atau tidak dan kurang teliti terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh nasabah saat pembagian keuntungan. c. Aspek Perhitungan Modal. Dalam hal ini pihak BMT Mina Lana kurang teliti dalam membiayai suatu proyek, maksudnya pembiayaan (jumlah dana/modal) yang diberikan oleh BMT Mina Lana kepada nasabah kurang sesuai dengan bisnis yang dijalankan oleh nasabah pembiayaan d. Aspek Sumber Pengembalian. Aspek yang mempengaruhi dalam penyebab pembiayaan bermasalah selanjutnya adalah aspek sumber pengembalian modal, dalam hal ini pihak BMT Mina Lana terlalu optimis bahwa nasabah akan mengembalikan dana tersebut tepat pada waktunya dan return yang akan diperoleh BMT Mina Lana relatif besar/tinggi, padahal itu belum tentu akan terjadi. e. Pihak bank kurang memperhatikan nasabah. BMT Mina Lana kurang memperhitungkan kebiasaan berbisnis di pasaran dan kurang memperhatikan aspek kompetitor lain, yang bersumber dari lembaga/perusahaan lain. f. Aspek Jaminan. 49

BMT Mina Lana kurang memperhitungkan aspek marketable, dalam hal ini adalah jaminan/agunan yang diberikan oleh nasabah untuk memperoleh pembiayaan, BMT Mina Lana hanya menganggap jaminan tersebut sebagai pelengkap saja tanpa memperhitungkan adanya resiko yang terjadi dalam pembiayaan proyek/kerja. g. Kurangnya perhatian atas keterlambatan pembayaran keawajiban nasabah. Pihak BMT Mina Lana jarang melakukan kunjungan ke lokasi usaha nasabah, sehingga apabila ada side streaming (pemakaian pembiayaan yang menyimpang dari perjanjian) dan permasalahan nasabah tidak dapat terdeteksi sejak awal. Selain disebabkan oleh faktor intern, pembaiayaan bermasalah pada pembiayaan mudharabah juga dapat disebabkan oleh faktor ekstern, faktor ini meliputi faktor nasabah dan diluar nasabah pembiayaan, a. Faktor Nasabah, diantaranya yaitu : 1. Produk yang dihasilkan nasabah kalah dalam persaingan usaha di pasaran. 2. Usaha yang dijalankan oleh nasabah relatif baru sehingga konsumen belum mengetahui terhadap produksi tersebut. 3. Nasabah tidak amanah dalam penggunaan dana pembiayaan. 4. Nasabah kurang menguasai bidang usahanya. 5. Character nasabah tidak bagus, nasabah beritikad tidak baik terhadap dana pembiayaan yang diberikan. b. Faktor diluar nasabah, diantaranya yaitu : 50

1. Lingkungan. Faktor lingkungan akan ikut berpengaruh dengan nilai permintaan barang yang dihasilkan, seperti pabrik sarung pada lingkungan yang mayoritas beragama Islam. 2. Kondisi mikro dan makro ekonomi. Dampak dari ketidak stabilan mikro dan makro ekonomi akan berpengaruh pada kenaikan barang-barang atau jasa. Hal ini akan ikut berdampak terhadap usaha nasabah pembiayaan mudharabah, diantaranya kenaikan biaya produksi yang dikarenakan naiknya bahan produksi, menurunya daya beli akibat naiknya harga-harga kebutuhan pokok. 3. Kebijakan Pemerintah. Kebijakan pemerintah terkait Upah Minimum Pekerja (UMP), Upah Minimum Regional (UMR) dan kebijakan pemerintah terkait infrastruktur akan ikut berpengaruh dengan cost produksi yang dikeluarkan. 51