BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Bumi dan Bangunan

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak. Menurut UU Republik Indonesia No 28 tahun 2007, pajak

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat dan pembangunan (Siahaan, 2010:9). Sedangkan pajak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1 mendefinisikan pajak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya sistem desentralisasi maka pemerintah pusat

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL... i. HALAMAN PERSETUJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN PRIBADI... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang merupakan pungutan wajib

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Oleh Sunyoto, SE. MM. Ak. Ery Hidayanti, SE. MM. Ak. Dosen Program Studi Akuntansi STIE Widya Gama Lumajang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap hubungan

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI NOMOR : 213/PMK.07/2010 NOMOR : 58 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengartikan pajak sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. ini ditandai dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan daerah. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 05/PJ/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi besar terhadap pembangunan negara. Pajak. digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. merupakan faktor yang paling penting agar pendapatan negara dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tempat pusat pemerintahan. Dahulunya pemerintahan pusat harus mengurusi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Keberhasilan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak. Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk

6. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BPHTB

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.255, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Pelimpahan Wewenang. Surat Kuasa Umum.

2 menyelesaikan berbagai permasalahan pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pulihnya perekonomian Amerika Serikat. Disaat perekonomian global mulai

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2017 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan.undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERANAN DESENTRALISASI BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN MANOKWARI PROVINSI PAPUA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bentuk kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal untuk

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, membayar pajak merupakan salah satu kewajiban dalam. mewujudkan peran sertanya dalam membiayai pembangunan secara

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

BAB V PENUTUP. 1. Perbandingan realisasi PBB-P2 Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Sebelum dan Sesudah Menjadi Pajak Daerah

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 28 Tahun 2009 mulai 1 Januari 2010 Pajak Bumi dan Bangunan

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 2.a TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15/PMK.07/2014 NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2012

diungkapkan Riduansyah (2003: 49), yang menyatakan bahwa :

b. Melaksanakan pembinaan dan pengarahan guna peningkatan pendapatan PBB; c. Mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah. 2.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap

IMPLEMENTASI PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI. Oleh: Martha Feghita Ayu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara berkewajiban mendahulukan dan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 8 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sebesar km². Dari total luas keseluruhan tersebut, sebesar

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting

BAB I PENDAHULUAN. ada didaerahya. Berbagai hal yang berhubungan dengan pembangunan tersebut tentu selalu

BAB V KESIMPULAN SARAN

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 8 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. mengatur sumber penerimaan dan pengeluaran negara. Rencana keuangan

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. tanggal 1 Januari 1986 berdasarkan UU No. 12 Tahun Kemudian UU ini

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2013

BUPATI PATI PERATURANDAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, berisi mengenai

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.03/2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, dan stabilitas ekonomi (Rimsky K. Judisseno, 2005:5). Peranan pajak

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BREBES TAHUN ANGGARAN 2010 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 1 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. Pajak Bumi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

White Paper. Pajak Daerah Payment Online System. Abstrak

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2016 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Salah satu urusan yang diserahkan

IMPLEMENTASI ATAS DESENTRALISASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Bumi dan Bangunan sector Perdesaan dan Perkotaan (untuk selanjutnya disingkat PBB-P2) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (untuk selanjutnya disingkat BPHTB) yang sebelumnya merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat dilimpahkan pengelolaannya kepada pemerintah daerah. Pengalihan wewenang pemungutan sebenarnya adalah merupakan pengalihan seluruh rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terhutang, pelaksanaan kegiatan penagihan pajak terhadap Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya yang selama ini dilakukan oleh Pemerintah Pusat. Berbagai pertimbangan factor strategis serta kondisi daerah yang berbeda-beda, pemerintah dan dewan perwakilan rakyat akhirnya menyepakati pengalihan BPHTB menjadipajakdaerahdenganbeberapakondisi, antara lain: (1) pemungutan BPHTB dapat dilakukan oleh daerah secara optimal, dan(2) pelayanan kepada masyarakat tidak mengalami penurunan. Hal tersebut merupakan perubahan besar dalam mendukung desentralisasi fiscal seiring dengan pemahaman umum dan pengalaman internasional yang menunjukkan bahwa pajak property lebih baik diserahkan kepada daerah sebagai sumber pendapatan tingkat kabupaten / kota. (www.pajak.go.id) Penelitian Rohman (2010) dengan judul Tinjauan atas Pelaksanaan Pemungutan PBB (Pajak Bumi Dan Bangunan) pada KPP Pratama Bandung 1

BAB I PENDAHULUAN 2 Cibeunying menunjukkan hasil bahwa KPP Cibeunying telah melaksanakan prosedur pemungutan PBB dengan baik namun mengalami kendala akibat daftar wajib pajak yang kurang ada pembaharuan. Sedangkan Hapsari (2011) melakukan penelitian yang berjudul Implementasi Peralihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta. Berdasarkan penelitian tersebut penerimaan BPHTB sebagai pajak daerah lebih rendah dibandingkan ketika sebagai pajak pusat. Namun, kontribusi yang diberikan BPHTB terhadap PAD cukup tinggi, dapat dilihat dari lebih besarnya rasio penerimaan BPHTB dibandingkan rasio penerimaan dari pajak daerah lainnya. Sedangkan dalam penelitian ini memiliki perbedaan dalam hal objek penelitian yaitu efektivitas dan kontribusi PBB-P2 dan BPHTB sebagai pajak daerah terhadap pajak daerah dan pendapatan asli daerah Kota Bandung. Undang-UndangPajak Daerah danretribusi Daerah ( UU PDRD) pasal 182 ayat1 menyatakan bahwa paling lambat tahun 2014 PBB-P2 dialihkan dari pemerintah pusat ke daerah. Agar pengalihan PBB-P2 ini dapat berjalan dengan baik maka diperlukan persiapan matang yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Sebagaimana yang termuat dalam Peraturan Bersama Menteri Keuangandan Menteri Dalam Negeri Nomor: 213/PMK.07/2010 - Nomor: 58 Tahun 2010 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan PBB-P2 sebagai Pajak Daerah, dalam rangka pengalihan kewenangan pemungutan PBB-P2 tersebut pemerintah daerah bertugas dan bertanggungjawab untuk menyiapkan sarana dan prasarana; struktur organisasi dan tata kerja; sumberdaya manusia; peraturan daerah, peraturan Kepala Daerah, dan SOP; kerjasama dengan pihak terkait, antara lain dengan Kantor Pelayanan Pajak, Perbankan, Kantor Pertanahan, Notaris/Pejabat Pembuat Akta

BAB I PENDAHULUAN 3 Tanah; serta pembukaan rekening penerimaan PBB-P2 pada bank yang sehat. (www.pajak.go.id). Selain itu UU PDRDNo. 28 Tahun 2009 Pasal 85 sampai dengan Pasal 93 mengatur tentang pemungutan BPHTB yang dialihkan dari pemerintah pusat ke daerah. Dilengkapi Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561/KMK.04/2004 tentang Pemberian Pengurangan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagai mana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.03/2006 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 516/KMK.04/2000 tentang Tata Cara Penentuan Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana terakhir diubah dengan PMK Nomor 14/PMK.03/2009. BerdasarkanUndang-Undang No.28 tahun 2009 Pemerintah Daerah mempunyai tambahan sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari PBB- P2 dan BPHTB. Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung telah melakukan pemungutan PBB-P2 yang perolehan kewenangan pengelolaannya dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah pada bulan Januari 2013 sedangkan pemungutan BPHTB menjadi pajak daerah di Kota Bandung telah dilaksanakan sejak1 Januari 2011. Selain itu persiapan secara regulasi pengalihan PBB-P2 dan BPHTB telah dilaksanakan yaitu: penyusunan Perda No.20 tahun 2011 tentang Pajak Daerah, dan Peraturan Walikota tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah serta mempersiapkan sarana prasarana seperti: gedung dan penunjukan Bank Persepsi yang akan terkoneksi dengan Dispenda secara On Line. Sehingga pada tahun 2011 secara resmi Pendapatan Daerah bertambah satu mata pajak dari sector Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan disusul pada tahun 2013 Pajak Bumi dan Bangunan sector perdesaan dan perkotaan (PBB-P2).

BAB I PENDAHULUAN 4 Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pemungutan PBB- P2 dan BPHTB Terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah. 1.2 PerumusanMasalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana efektivitas pemungutan pajak bumi dan bangunan sector perdesaan dan perkotaan di Kota Bandung? 2. Bagaimana efektivitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan di Kota Bandung? 3. Berapa besar kontribusi pemungutan pajak bumi dan bangunan sector perdesaan dan perkotaan terhadap pajak daerah di Kota Bandung? 4. Berapa besar kontribusi pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan terhadap pajak daerah di Kota Bandung? 5. Berapa besar kontribusi pemungutan pajak bumi dan bangunan sector perdesaan dan perkotaan terhadap pendapatan asli daerah di Kota Bandung? 6. Berapa besar kontribusi pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan terhadap pendapatan asli daerah di Kota Bandung? 1.3 TujuanPenelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Menjelaskan efektivitas pemungutan pajak bumi dan bangunan sector perdesaan dan perkotaan di Kota Bandung.

BAB I PENDAHULUAN 5 2. Menjelaskan efektivitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan di Kota Bandung. 3. Mengetahui kontribusi pemungutan pajak bumi dan bangunan sector perdesaan dan perkotaan terhadap pajak daerah di Kota Bandung. 4. Mengetahui kontribusi pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan terhadap pajak daerah di Kota Bandung. 5. Mengetahui kontribusi pemungutan pajak bumi dan bangunan sector perdesaan dan perkotaan terhadap pendapatan asli daerah di Kota Bandung. 6. Mengetahui kontribusi pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan terhadap pendapatan asli daerah di Kota Bandung. 1.4 ManfaatPenelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pelaksanaan pemungutan pajak bumi dan bangunan sector perdesaan dan perkotaan dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan di Kota Bandung. 2. Bagi Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung, sebagai bahan masukan dalam evaluasi kinerja pelaksanaan pemungutan pajak bumi dan bangunan sector perdesaan dan perkotaan dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan di Kota Bandung.