Endah Tyasrini, Djaja Rusmana, Widya Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
Widya, Pembimbing I: Endah Tyasrini, SSi., MSi. Pembimbing II: Djaja Rusmana, dr., MSi.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

III. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

Pengaruh Asap Rokok Terhadap Pertumbuhan Bakteri In Vitro

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

Teknik Isolasi Mikroorganisme

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Semarang. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret april 2011.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB III METODE DAN PROSEDUR. adanya perlakuan yang diberikan pada objek yang diteliti serta adanya kontrol

II. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Tempat penelitian di laboratorium lab. Mikrobiologi, Lantai II di kampus

BAB 4 METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

BAB 4 METODE PE ELITIA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat analitik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Materi 2: Isolasi dan Purifikasi Bakteri Simbion pada Organisme Laut

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keberadaan Salmonella dan Bakteri Coliform pada Bumbu Kacang Baso Tahu

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian laboraturium dengan

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

Kualitas Bakteriologis Air Minum dalam Kemasan AC yang tidak Terdaftar di Bandung

Teknik Pewarnaan Bakteri

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

III. MATERI DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan dilanjutkan dengan identifikasi jenis bakteri Escherichia coli, Salmonella sp,

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat pada susu

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan pengambilan sampel tanah dilakukan di kecamatan Samarinda

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

PENGAMBILAN SAMPEL MAKANAN UNTUK PARAMETER MIKROBIOLOGI, PENGIRIMAN, PEMERIKSAAN DAN INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN SAKRIANI

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS STERILISASI AUTOKLAF PADA PENGGUNAAN INSTRUMEN MEDIS DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT FKG USU PERIODE JANUARI MARET 2015

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUNGA CENGKEH DAN PARUTAN LIDAH BUAYA TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. kentang varietas Granola Kembang yang diambil dari Desa Sumberbrantas,

Lampiran I. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

II. METODOLOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Disusun Oleh : Drs. Ali Kusrijadi, M.Si.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

II. METODELOGI PENELITIAN

ABSTRAK. PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTICANDIDA INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle Lynn) SEGAR DENGAN SABUN CAIR PEMBERSIH VAGINA KEMASAN SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental murni laboratoris

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

Perbandingan Efektivitas Pasta Gigi Herbal dan Pasta Gigi Nonherbal dalam Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus, Streptococcus β-hemoliticus dan Candida albicans In Vitro Endah Tyasrini, Djaja Rusmana, Widya Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung Abstrak Mulut dan gigi merupakan bagian dari alat pencernaan yang perlu dijaga kesehatannya. Menggosok gigi dengan pasta gigi merupakan hal yang penting dalam menjaga kesehatan mulut dan gigi, sehingga pada saat ini banyak perusahaan pasta gigi yang menambahkan berbagai macam bahan khusus ke dalam pasta gigi, seperti ekstrak daun sirih dan lidah buaya. Sirih dan lidah buaya mengandung senyawa yang mempunyai aktivitas antimikroba yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba di dalam mulut. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pasta gigi herbal atau nonherbal terhadap Staphylococcus aureus, Streptococcus β-hemoliticus dan Candida albicans. Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental dan in vitro Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasta gigi herbal lebih efektif dari pasta gigi nonherbal dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Candida albicans. Di lain pihak pasta gigi herbal dan nonherbal mempunyai efektivitas yang sama terhadap Streptococcus β-hemoliticus. Kata Kunci: pasta gigi, Staphylococcus aureus, Streptococcus β-hemoliticus, Candida albicans. Abstract Mouth and teeth are part of the gastrointestinal tract that have to keep then healthy. Brushing with toothpaste is important in keeping mouth and teeth healthy, so that nowadays many toothpaste companies add some special ingredient to the toothpaste like piper betle extract and aloe vera extract which have antimicrobial activity. The aim of this research was compare the antimicrobial activity between herbal and nonherbal toothpaste. This research was a prospective experimental in vitro study against Staphylococcus aureus, Streptococcus β-hemoliticus and Candida albicans. The results showed that the herbal toothpaste was more effective than the nonherbal toothpaste to control the growth of Staphylococcus aureus and Candida albicans. On the other hand, The herbal and nonherbal toothpaste had the same effectiveness in controlling the growth of Streptococcus β-hemoliticus. Keywords: toothpaste, Staphylococcus aureus, Streptococcus β-hemoliticus, Candida albicans 1

JKM. Vol. 4, No1, Juli 2004 Pendahuluan Menggosok gigi dengan menggunakan pasta gigi merupakan hal yang penting. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan, pertama dan yang utama sekali adalah menggosok gigi dengan menggunakan pasta gigi dengan cara yang benar dapat mencegah timbulnya plaque dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat mengganggu kesehatan mulut dan gigi. Kedua, pasta gigi yang mengandung fluoride bisa memperbaiki dan mempertahankan struktur gigi karena resisten terhadap kerusakan dan pembusukan serta merangsang remineralisasi, sehingga kerusakan dan pembusukan gigi bisa diatasi lebih cepat. Ketiga, bahanbahan khusus yang ada pada pasta gigi membantu membersihkan dan membuat gigi lebih berkilau. Keempat, pasta gigi dapat membuat mulut dan nafas lebih segar. Alasan-alasan ini menyebabkan banyak produsen pasta gigi menambahkan berbagai macam bahan khusus seperti bleaching formula, maupun ekstrak bahan alami yang masih harus dibuktikan kemanjuran dan khasiatnya. Salah satu bahan alami yang dapat ditambahkan kedalam pasta gigi herbal adalah ekstrak daun sirih dan lidah buaya. Ekstrak daun sirih memiliki minyak esensial yang terdiri dari senyawa fenol seperti kavikol, kavibetol, karvakrol, betlefenol, eugenol dan alkilpirokatekol. Fenol efektif menghambat pertumbuhan vegetatif bakteri dan sebagian besar fungi dengan cara merusak spora, sedangkan efek fenol terhadap virus tergantung dari ada atau tidaknya envelope. Selain daun sirih, ekstrak lidah buaya juga dapat ditambahkan kedalam pasta gigi karena mengandung β-sitosterol dan lupeol yang mempunyai aktivitas antimikroba sangat kuat. Mengingat daya antimikroba dari daun sirih dan lidah buaya yang digunakan sebagai salah satu bahan dalam pembuatan pasta gigi herbal, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pendahuluan dengan membandingkan efektivitasnya dengan pasta gigi yang tidak mengandung ekstrak daun sirih dan lidah buaya (pasta gigi herbal dan nonherbal) terhadap biakan murni Staphylococcus aureus, Streptococcus β-hemoliticus dan Candida albicans. Bahan dan Cara Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universi- 2

Perbandingan Efektivitas Pasta Gigi Herbal dan Pasta Gigi Nonherbal dalam Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus, Streptococcus β-hemoliticus dan Candida albicans In Vitro Endah Tyasrini, Djaja Rusmana, Widya tas Kristen Maranatha, dari bulan Maret 2003 - September 2003. Bahan yang dipakai adalah: pasta gigi herbal, pasta gigi nonherbal, aquadest, Lempeng Agar Darah (LAD), Manitol Salt Agar (MSA), Sabouroud Agar (SDA), Staphylococcus aureus, Streptococcus β-hemoliticus dan Candida albicans. 1.Cara kerja perbandingan jumlah koloni Staphylococcus aureus dengan perlakuan menggunakan pasta gigi herbal dan nonherbal. Sebelum melakukan percobaan, semua peralatan dan bahan yang akan dipergunakan disterilkan terlebih dahulu. Cawan Petri, pipet ukur, tabung Erlenmeyer dan tabung reaksi disterilkan dengan menggunakan oven; sedangkan aquadest, NaCl dan tip disteril dengan menggunakan autoklaf. 1.1 Menghitung jumlah kuman awal Koloni kuman Staphylococcus aureus yang berasal dari LAD dibuat suspensi (triplo). Tabung reaksi steril disiapkan sebanyak 5 buah dan ke dalam masing-masing tabung dimasuk-kan 9 ml aquadest steril. 1 ml suspensi kuman dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 dengan menggunakan pipet steril. 1 ml suspensi kuman yang berasal dari tabung 1 diambil dan dimasukkan ke dalam tabung 2. Langkah percobaan tersebut dilakukan sampai tabung ke-5. 0,1 ml larutan dari masing-ma-sing tabung ditanam pada MSA dengan metode spread plate. Kuman diinkubasi pada suhu 37 0 C selama lebih kurang 24 jam, kemudian jumlah koloni dihitung secara manual dengan menggunakan counter. 1.2 Larutan Pasta Gigi Gelas parel dan tabung Erlenmeyer steril sebanyak 8 buah disiapkan. 0,5 gram pasta gigi herbal dimasukkan ke dalam 4 tabung pertama dan 0,5 gram pasta gigi nonherbal dimasukkan ke dalam 4 tabung yang lain. Kemudian aquadest steril sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam masing-masing tabung tersebut dan dikocok sampai pasta gigi larut dan berbusa. 1.3 Pengenceran dan Pembiakan Kuman Suspensi kuman dicampur dengan pasta gigi herbal dan nonherbal masing-masing 0,1 ml selama 1 menit, diambil 0,1 ml campuran kuman dan pasta gigi kemudian ditanam pada MSA dengan metode spread plate. 3

JKM. Vol. 4, No1, Juli 2004 Suspensi kuman dibuat pengenceran 1/2, 1/4, 1/8, 1/20, 1/40 dan 1/80. 0,1 ml suspensi kuman yang telah diencerkan pada tabung a, b dan c dimasukkan ke dalam masing-masing tabung Erlenmeyer yang berisi larutan pasta gigi herbal, dibuat triplo. 0,1 ml suspensi kuman yang telah diencerkan pada tabung d, e dan f dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer yang berisi larutan pasta gigi nonherbal. Kuman dan larutan pasta gigi dikocok selama 1 menit dan ditanam pada MSA dengan metode spread plate, kemudian diinkubasi pada suhu 37 0 C selama lebih kurang 24 jam. Setelah diinkubasi, jumlah koloni dihitung secara manual dengan menggunakan counter. 1.4 Pewarnaan Gram NaCl steril diteteskan pada object glass. Koloni kuman diambil sebanyak 1 jarum ose dan dicampur dengan NaCl, kemudian dikeringkan dan difiksa-si. Larutan gentian violet ditetes-kan pada apusan kuman dan dibiarkan selama 1 menit, selan-jutnya dicuci dengan air menga-lir. Larutan lugol diteteskan dan dibiarkan selama 1 menit, kemu-dian dibilas dengan air menga-lir. Aseton alkohol diteteskan pada apusan dan dibiarkan selama 15 detik. Preparat dibilas dengan air mengalir. Larutan safranin diteteskan pada prepa-rat dan dibiarkan selama 1 me-nit, kemudian dibilas dengan air mengalir. Kuman dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x. 2.Cara kerja perbandingan jumlah koloni Streptococcus β- hemoliticus dengan perlakuan menggunakan pasta gigi herbal dan nonherbal. Cara kerja untuk Streptococcus β-hemoliticus sama dengan cara kerja untuk Staphylococcus aureus, hanya untuk Streptococcus β-hemoliticus medium pembenih-an yang digunakan adalah LAD. 3.Cara kerja perbandingan jumlah koloni Candida albicans dengan perlakuan menggunakan pasta gigi herbal dan nonherbal. Cara kerja untuk Candida albicans sama dengan cara kerja untuk Staphylococcus aureus, hanya pada Candida albicans digunakan medium pembenihan SDA dan dieramkan pada suhu kamar selama ± 48 jam. Pewarnaan gram tidak dilakukan untuk Candida albicans. 4

Perbandingan Efektivitas Pasta Gigi Herbal dan Pasta Gigi Nonherbal dalam Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus, Streptococcus β-hemoliticus dan Candida albicans In Vitro Endah Tyasrini, Djaja Rusmana, Widya Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian Tabel 1. Perbandingan jumlah Staphylococcus aureus dengan perlakuan pasta gigi herbal dan nonherbal No Biakan I Biakan II Biakan III 1 Jumlah kuman awal 4.980.000 5.410.000 5.675.000 2 Pasta gigi nonherbal 2.890 3.280 2.310 3 Pasta gigi herbal - - - 4 Kontrol media - - - 5 Kontrol aquadest - - - 6 Kontrol NaCl - - - Tabel 2. Perbandingan jumlah Streptococcus β-hemoliticus dengan perlakuan pasta gigi herbal dan nonherbal No Biakan I Biakan II Biakan III 1 Jumlah kuman awal 5.045.000 5.125.000 4.435.000 2 Pasta gigi nonherbal - - - 3 Pasta gigi herbal - - - 4 Kontrol media - - - 5 Kontrol aquadest - - - 6 Kontrol NaCl - - - Tabel 3. Perbandingan jumlah Candida albicans dengan perlakuan pasta gigi herbal dan nonherbal No Biakan I Biakan II Biakan III 1 Jumlah kuman awal 3.785.000 4.760.000 4.555.000 2 Pasta gigi nonherbal 8.060 7.860 7.700 3 Pasta gigi herbal 223 271 259 4 Kontrol media - - - 5 Kontrol aquadest - - - 6 Kontrol NaCl - - - 2. Pembahasan 2.1. Staphylococcus aureus Dari tabel 1 dapat diketahui jumlah koloni kuman awal masing-masing biakan adalah biakan I 4.980.000 koloni/ml, biakan II 5.410.000 koloni/ml dan pada biakan III 5.675.000 koloni/ml. 5

JKM. Vol. 4, No1,Juli 2004 Jumlah koloni kuman setelah dicampur dengan pasta gigi nonherbal pada biakan I adalah 2.890 koloni/ml, biakan II 3.280 koloni/ml dan biakan III 2.310 koloni/ml, sedangkan biakan I, II, III setelah dicampur dengan pasta gigi nonherbal tidak ditemukan pertumbuhan koloni. Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa dengan menggunakan pasta gigi herbal terjadi penurunan jumlah koloni Saphylococcus aureus sampai 100%, sedangkan dengan menggunakan pasta gigi nonherbal tidak terdapat penurunan jumlah koloni kuman sampai 100%, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasta gigi herbal lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan kuman Staphylococcus aureus. 2.2 Streptococcus β-hemoliticus Dari tabel 2 dapat diketahui jumlah koloni kuman pada biakan I, II, III sebelum dicampur dengan pasta gigi herbal dan nonherbal adalah 5.045.000 koloni/ml, 5.125.000 koloni/ml dan 4.435.000 koloni/ml. Tidak ditemukan koloni kuman setelah dicampur dengan pasta gigi herbal maupun nonherbal. Dari hasil percobaan pada tabel 2 dapat dilihat efektivitas pasta gigi herbal sama dengan efektivitas pasta gigi nonherbal, karena kedua pasta gigi tersebut dapat menghambat pertumbuhan koloni Streptococcus β- hemoliticus sampai 100%. 2.3 Candida albicans Dari tabel 3 dapat diketahui jumlah koloni sebelum dicampur dengan pasta gigi herbal dan nonherbal pada biakan I adalah 3.785.000 koloni/ml, biakan II 4.760.000 koloni/ml dan biakan III 4.555.000 koloni/ml. Jumlah koloni Candida albicans setelah dicampur dengan pasta gigi nonherbal pada biakan I adalah 8.060 koloni/ml, biakan II 7.860 koloni/ml dan biakan III 7700 koloni/ml. Jumlah koloni setelah dicampur dengan pasta gigi herbal pada biakan I adalah 223 koloni/ml, biakan II 271 koloni/ml dan biakan III 259 koloni/ml. Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa pasta gigi herbal lebih baik efektif dari pasta gigi nonherbal terhadap Candida albicans, namun pasta gigi herbal tidak dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans sampai 100%, berbeda halnya dengan Staphylococcus aureus pasta gigi herbal dapat menghambat pertumbuhan kuman tersebut sampai 100%. 6

Perbandingan Efektivitas Pasta Gigi Herbal dan Pasta Gigi Nonherbal dalam Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus, Streptococcus β-hemoliticus dan Candida albicans In Vitro Endah Tyasrini, Djaja Rusmana, Widya Kesimpulan dan Saran Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa efektifitas pasta gigi herbal dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Candida albicans lebih baik dari pasta gigi nonherbal, walaupun pada Candida albicans pasta gigi herbal tidak bisa menghambat pertumbuhan kuman sampai 100%. Sedangkan untuk menghambat pertumbuhan Streptococcus β- hemoliticus, pasta gigi herbal dan nonherbal sama-sama efektif. Berdasarkan hasil tersebut diatas, produk pasta gigi yang mengandung ekstrak daun sirih dan lidah buaya (pasta gigi herbal) tampaknya bermanfaat terutama pada penderita gangguan kesehatan mulut dan gigi yang berhubungan dengan overgrowth bakteri seperti halitosis, periodontitis dan gingivitis. Berhubung jumlah ulangan dalam penelitian ini belum mencukupi untuk dapat dijadikan dasar suatu rekomendasi yang resmi bagi kesehatan konsumen, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut. Daftar Pustaka Cappucino J.G., Sherman N., 1989. Microbiology A Laboratory Manual. Menlo Park California: The Benjamin Cummings Publishing Company, Inc. Jawetz E., Melnick J., Adelberg E., Mikrobiologi Kedokteran. Alih Bahasa: Nugroho, E., Maulany, R.F., 1996. edisi 20. Jakarta: Salemba Medika. Irni Furnawanthi, Sp., 2002. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib. Jakarta: Agromedia Pustaka. Rini Damayanti Moeljanto, dr., Mulyono, 2003. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih. Jakarta: Agromedia Pustaka. Tortora G.J., 1996. An Introduction Microbiology. 6 th edition. California: Addison-Wesley Educational Publishers Inc. Wesley A.V., Jay C.B., 1997. Basic Microbilogy. 8 th edition. California: Addison-Wesley Educational Publishers Inc. (http:/1st-aloe-vera.com/aloe-history.htm) (http:/adha.org/kenneth Todar University of Winconsin-Madison) (http:/asiamaya.com/jamu/sirih-piper betle.htm) (http:/geocities.com/chadrx/aloe.htm) (http:/ibiblio.org/herbmed/eclectic/kings / piper-meth.html) (http:/ift.confex.com/ift/2001/techprogram/ paper_9068.htm) (http:/pnm.my/sirihpinang/sp-sirih.htm) (http:/robinspool.co.uk/index.htm) (http:/yourskin.co.uk/plant-remedies /aloe-vera.htm) 7

8 8