ASOSIASI KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN GEOGEBRA

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN GEOMETRI SPASIAL SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN GEOGEBRA

ASOSIASI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DENGAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STATISTIK PENDIDIKAN

BAB III METODE PENELITIAN O X O

Hubungan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

PENERAPAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SURYAKANCANA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)

Profil Kemampuan Koneksi Matematis Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Level Kemampuan Akademik

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES- TOURNAMENTS

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 PAKISJAYA

Pada Self Confidence Siswa SMP Sumpena Rohaendi

P - 64 KEMAMPUAN SPASIAL SISWA MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA DENGAN MEDIA GEOGEBRA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran matematika tidak sekedar menyampaikan berbagai informasi seperti aturan, definisi, dan prosedur untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION AUDITORY KINESTHETIC (VAK)TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTS AL-I ANAH KOSAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DITINJAU DARI RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA. Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015

BAB III METODE PENELITIAN

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA. Zuhrotunnisa ABSTRAK

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design.

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN CONNETED MATHEMATICS PROJECT (CMP)

Asosiasi Antara Kemampuan Analogi Dengan Komunikasi Matematik Siswa Smp. Memen Permata Azmi 1 UIN Sultan Syarif Kasim Riau:

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI AKTIVITAS MENULIS MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

ANALISIS KESULITAN SISWA SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI YANG BERKAITAN DENGAN JARAK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4

PENGARUH KOMUNIKASI MATEMATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI-KECAMATAN PURWODADI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

Pembentukan Karakter dan Komunikasi Matematika Melalui Model Problem Posing Berbantuan Scaffolding Materi Segitiga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP.

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Belajar Garis dan Sudut dengan GeoGebra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS I

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA PADA KOMPETENSI DASAR MENGHITUNG LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS, BALOK, PRISMA, DAN LIMAS

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan. lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 PURWOSARI

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan, yaitu penerapan strategi pembelajaran Inquiry pada pembelajaran. matematika dan pembelajaran konvensional.

KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA SMP DALAM MEMAHAMI BANGUN RUANG DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS

PROSIDING ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bangunrejo. Populasi yang diteliti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

PENGARUH KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS TADULAKO ANGKATAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

PENGARUH STRATEGI MIND MAPPING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI. Dianne Amor Kusuma Jurusan Matematika FMIPA UNPAD.

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan yang sangat besar dalam

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1 The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM), Principles and Standards

Hubungan antara Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MTS KELAS VIII

BAB III METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS MELALUI PENDEKATAN KONSTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan

DAFTAR PUSTAKA. Bell, Frederick H. (1978). Teaching and Learning Mathematics (the secondary schools). USA: Wm. C. Brown Company Publisher.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang

BAB I PENDAHULUAN. penerapannya yang semakin luas ke berbagai bidang tak terkecuali dalam

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2012

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1

A. Populasi dan Sampel

Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Pada Materi Kubus Dan Balok

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rianti Aprilia, 2015

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

ASOSIASI KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN GEOGEBRA Rizki Dwi Siswanto Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA rizki.mathematics@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan menelaah asosiasi antara kemampuan spasial dan kemampuan berpikir kreatif matematis. Dalam menelaah asosiasi antara kemampuan spasial dan berpikir kreatif matematis siswa digunakan rancangan cross-sectional design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII di salah satu SMPN di Jakarta dan sampelnya dipilih dengan teknik Purposive Sampling. Penelitian dimulai dengan memberikan pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan GeoGebra kepada subjek penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes kemampuan spasial dan tes kemamapuan berpikir kreatif matematis. Hasil penelitian menunjukkan terdapat asosiasi antara kemampuan spasial dan berpikir kreatif matematis siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat asosiasi antara kemampuan spasial dan kemampuan berpikir kreatif matematis. Kata Kunci : Kemampuan Spasial, Berpikir Kreatif Matematis, Inkuiri Terbimbing. PENDAHULUAN Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Matematika secara garis besar terbagi ke dalam empat bidang, yaitu geometri, aljabar, analisis, dan statistika. Geometri merupakan salah satu materi pelajaran matematika yang membutuhkan kemampuan matematis yang cukup baik untuk memahaminya. Sebagaimana dikemukakan oleh NCTM (2000) bahwa salah satu alasan diberikannya geometri di sekolah adalah supaya anak dapat menggunakan visualisasi, mempunyai kemampuan spasial dan pemodelan geometri untuk menyelesaikan masalah. Sejalan dengan pendapat NCTM tersebut kurikulum di Indonesia menuntut anak untuk menguasai materi geometri bidang dan geometri ruang yang didalamnya juga membutuhkan kemampuan spasial. Menurut Gardner (Sudjito, 2007) kemampuan spasial meliputi kemampuan untuk mengungkap dunia ruang-visual secara tepat, yang di dalamnya termasuk kemampuan mengenal bentuk suatu benda secara tepat, melakukan perubahan terhadap suatu benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan tersebut, mengimajinasikan suatu hal atau 141 Vol. I, No. 2, November 2016

benda dan menuangkan ke dalam bentuk nyata, mengungkap data dalam suatu grafik dengan keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk, dan ruang. Semua kemampuan tersebut perlu dikuasai untuk mempelajari geometri. Oleh karena itu, kemampuan spasial sangat penting dalam mempelajari matematika terutama materi geomteri. Demikian pentingnya siswa untuk menguasai kemampuan spasial sehingga guru dituntut untuk memperhatikan kemampuan ini dalam pembelajaran di kelas. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang berkemampuan spasial. Hal ini sesuaidengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Siswanto (2014) yaitu kurangnya imajinasi untuk memvisualisasikan komponen-komponen bentuk bangun ruang sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengkonstruksi bangun ruang dan menyelesaikan masalah. Oleh karena itu kemampuan spasial ini harus menjadi perhatian karena pada dasarnya bentuk-bentuk geometri dan bangun ruang sudah diperkenalkan kepada anak sejak usia dini, seperti mainan berbentuk kubus, balok, dan bola. Sejalan dengan kemampuan spasial, kemampuan berpikir kreatif juga penting dalam menyelesaikan permasalahan geometri. Karena dewasa ini masalah pokok siswa dalam proses pembelajaran matematika di sekolah adalah masih rendahnya daya serap siswa dan masih banyak pembelajaran yang semata berorientasi hanya sebatas mengembangkan dan menguji daya ingat siswa dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan sehingga proses berpikir siswa direduksi dan sekedar dipahami sebagai kemampuan untuk mengingat dan mencari jawaban benar. Padahal menurut Sabandar (2007) mengingat merupakan salah satu keterampilan atau kemampuan berpikir tingkat yang paling rendah. Ketika pembelajaran matematika di kelas berlangsung, masih banyak guru matematika masih cenderung berkonsentrasi hanya pada latihan penyelesaian soal yang bersifat prosedural dan mengakomodasi pengembangan kemampuan berpikir tingkat rendah sehinggan kurang dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Artinya pendidikan pada saat ini belum mampu memecahkan masalah yang menggunakan cara-cara baru, dengan kata lain belum mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif terutama dalam pelajaran matematika. Oleh karena itu, setiap guru di sekolah wajib mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa seharusnya telah menjadi fokus para pendidik matematika di kelas. Menurut Learning and Teaching Scotland (2004) bila kemampuan berpikir kreatif telah berkembang pada seseorang, maka akan mengasilkan Vol. I, No. 2, November 2016 142

banyak ide, membuat banyak kaitan, mempunyai banyak perspektif terhadap suatu hal, berimajinasi, dan peduli akan hasil. Dalam prosesnya, hasil kreativitas meliputi ide-ide yang baru, cara pandang terhadap sesuatu yang berbeda, mengkombinasikan kembali ideide atau melihat hubungan baru di antara ide-ide tersebut. Lebih lanjut Sumarmo (2000) berpendapat bahwa agar kemampuan berpikir matematis dalam pembelajaran berkembang, guru juga perlu mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi, bertanya serta menjawab pertanyaan, mengkritisi sesuatu, berargumentasi untuk memperkuat setiap jawaban yang diberikan, serta mengajukan alasan untuk setiap jawaban yang diajukan. Begitu juga dengan siswa yang memiliki kemampuan spasial yang tinggi dapat melakukan manipulasi terhadap objek bangun ruang, dengan kata lain semakin tinggi kemampuan spasial yang dimiliki siswa maka akan dapat menciptakan ide-ide untuk memanipulasi bangun ruang. Oleh karena itu peneliti melakukan sebuah studi dengan judul Asosiasi antara Kemampuan Spasial dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. METODE PENELITIAN Dalam menelaah asosiasi antara kemampuan spasial dan berpikir kreatif matematis siswa digunakan rancangan cross-sectionaldesign (Cresswel, 2010). Penelitian dilakukan pada siswa di salah satu SMP Negeri di Provinsi DKI Jakarta.Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penarikan sampel yang berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013). Pertimbangan dalam pemilihan sampel yakni menggunakan siswa yang memiliki karakteristik dan kemampuan akademik yang setara. Data dalam penelitian ini diperoleh dari instrumen yaitu instrumen tes kemampuan spasial dan kemampuan berpikir kreatif matematis. Intrumen tes kemampuan spasial digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan spasial yang dimiliki siswa sedangkan instrument tes kemampuan berpikir kreatif digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki siswa yang nantinya kedua hasil tersebut akan dilakukan uji korelasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya asosiasi antara masing-masing variabel terikat digunakan uji Chi Kuadrat. Setiap data siswa dikategorikan dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk masing-masing kemampuan berpikir kreatif matematis danspasial. Kriteria untuk setiap kemampuan tersebut (Sudjana, 2005) adalah: 143 Vol. I, No. 2, November 2016

Keterangan: Tabel 1. Kriteria Kategori Kemampuan Matematis Siswa Klasifikasi KBKM KS Tinggi 75 < KBKM 100 75 KGSM 100 Sedang 50 < KBKM 75 50< KGSM 75 Rendah 0 KBKM 50 0 KGSM 50 KBKM : Kemampuan berpikir kreatif matematis KS : Kemampuan spasial Tabel 2. Klasifikasi Derajat Asosiasi Nilai C Klasifikasi C = 0 Tidak terdapat asosiasi 0 < C < 0,20.C maks Asosiasi rendah sekali 0,20.C maks C < 0,40. C maks Asosiasi rendah 0,40.C maks C < 0,70. C maks Asosiasi cukup 0,70.C maks C < 0,90. C maks Asosiasi tinggi 0,90.C maks C < C maks Asosiasi tinggi sekali C = C maks Asosiasi sempurna HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang dianalisis adalah data kemampuan spasial dan kemampuan berpikir kreatif matematis. Sebelum dianalisis, data tersebut terlebih dahulu dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Rangkuman jumlah siswa hasil kategorisasi untuk masing-masing kemampuan matematis tersebut disajikan pada Tabel 3 Tabel 3. Jumlah Siswa Setiap Kategori Kemampuan matematis Kategori (jumlah siswa) Kemampuan Matematis Total Tinggi Sedang Rendah Spasial 29 1 0 30 Berpikir Kreatif 30 0 0 0 Setelah dilakukan pengujian asosiasi dengan menggunakan uji chi-kuadrat, selanjutnya ditentukan besarnya derajat asosiasi antar kedua variabel yang dihitung menggunakan rumus koefisien kontingensi kontingensi maksimum. Vol. I, No. 2, November 2016 144 dandibandingkan terhadap koefisien Analisis asosiasi antara kemampuan spasial dan kemampuan berpikir kreatif matematis dilakukan dengan cara mengelompokkan data siswa ke dalam tiga kategori tinggi, sedang, rendah untuk masing-masing kemampuan matematis tersebut. Setelah itu, data jumlah siswa yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabel kontingensi berukuran 3 3. Tabel 4 berikut ini menyajikan hasil pengelompokan datakemampuan geometri spasial dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Tabel 4. Tabel Kontingensi Kemampuan Spasial (KS) dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis (KBKM) Kemampuan KGS Total Tinggi Sedang Rendah KBKM Tinggi 12 8 0 30 Sedang 5 5 0 0 Rendah 0 0 0 0 Total 17 13 0 30 Berdasarkan Tabel 4 di atas terlihat bahwa terdapat 12 orang siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif dan spasial matematis tinggi; 8 orang siswa yang memiliki berpikir kreatif tinggi dan kemampuan spasial sedang; tidak ada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi dan kemampuan spasial rendah; 5 orang siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif sedang dan kemampuan spasial tinggi; 5 orang siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif sedang dan kemampuan spasial sedang; tidak ada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif sedang dan kemampuan spasial rendah; tidak ada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah dan kemampuan spasial tinggi; tidak ada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah dan kemampuan spasial Sedang; serta tidak ada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah dan kemampuan spasial rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat asosiasi antara kemampuan spasial dengan kemampuan berpikir kreatif matematis. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat asosiasi antara kemampuan spasial dan kemampuan berpikir kreatif matematis. REFERENSI Creswell, J.W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Learning and Teaching Scotland. (2004). Learning Thinking. Scotland: Learning and Teaching Scotland. National Council of Teacher of Mathematics. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, Virginia : NCTM. hlm. 232 Sabandar, J. (2007). Berpikir Reflektif. Makalah disajikan pada Seminar Nasional 2007. FPMIPA UPI, Bandung. Siswanto, R.D. (2014). Pengembangan Bahan Ajar dengan Pendekatan Saintifik pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VII SMP. Tidak diterbitkan: Bandung: UPI. 145 Vol. I, No. 2, November 2016

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjito, G. Y. (2007, 31 Oktober). Perbedaan Kemampuan Spasial yang Mendapat Pendidikan Musik Klasik; Tidak Mendapat Pendidikan Musik Klasik. Unika Atmajaya, Jakarta. Diperoleh dari http://lib.stmsjsys.ac.id/default.aspx?tabid =61&src=k&id=137186 Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sumarmo, U. et. al. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika untuk meningkatkan Kemampuan Intelektual Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian. Bandung: Lembaga Penelitian. Vol. I, No. 2, November 2016 146