BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan bangsa Indonesia bukan lagi bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 1. nasional (sisdiknas), pasal 1 ayat 1. hlm. 43.

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja sendiri. 1 Artinya bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru

BAB I PENDAHULUAN. belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, bertanggung

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab 1. Adapun tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENGANTAR. mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menengah kejuruan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. Desember Diakses pada tanggal 17

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penambahan, pengurangan, penggantian dan pengembangan yang selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009, hlm Juwariyah, Dasar-dasar Pendidikan Anak dalam AlQur an, Yogyakarta: Teras, 2010, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan, Holistika, Lombok, 2014, hlm, 58

A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN MEMBACA PETA LINGKUNGAN PROVINSI SETEMPAT DENGAN STRATEGI PICTURE AND PICTURE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3.

Oleh Marwanti Guru SDM Ambarbinangun ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Yogyakarta, 1998, hlm UU. RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem Pendidikan Nasional, CV, Mini Jaya

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dimana-mana. Kualitas pendidikan, di samping menjadi fokus kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

peningkatan kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan saranasarana pendidikan, dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pembaca dan hendak disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan dan ilmu yang lebih tinggi, serta sikap dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2013, hlm. 20.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang serius. Banyak kritikan dari praktisi pendidikan, akademisi dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan No.20 tahun 2003, Dinas Pendidikan Republik Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang ideal bagi kehidupan manusia. Tujuan pendidikan yang

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, maka dibentuklah lembaga yang menyediakan informasi yaitu

Departemen Agama Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, hlm.5.

an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions from the Latin word movere which means to move.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan agama harus terus diupayakan, dilaksanakan melalui proses pembelajaran, baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Sedangkan untuk mengembangkan fikiran dan perasaan peserta didik dalam proses kependidikan agama perlu didesain model pembelajaran yang tepat guna untuk mencapai keberhasilan pendidikan. 1 Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Apabila belajar dikatakan milik siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru. Mohamad Ali menyatakan upaya meningkatkan keberhasilan mengajar, merupakan tantangan yang selalu dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam profesi keguruan dan kependidikan. Kaitannya dengan pernyataan di atas, banyak upaya yang telah dilakukan, banyak pula keberhasilan telah dicapai, meskipun disadari bahwa apa yang telah dicapai belum sepenuhnya memberikan kepuasan sehingga menuntut renungan, pemikiran, dan kerja keras untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Kesejahteraan bangsa Indonesia bukan lagi bersumber pada sumberdaya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, modal sosial dan kredibilitas sehingga tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan pengetahuan menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja sebab perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu bangsa.agar lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai dengan standar mutu nasional dan internasional, maka kurikulum perli dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi. Hal ini dilakukan agar sistem pendidikan nasional dapat merespon secara pro aktif berbagai perkembangan 1 M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Bumi Aksara, Jakarta, 1995. Hal.73.

2 informasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan cara seperti itu, lembaga pendidikan tidak akan kehilangan relevansi program pembelajarannya terhadap kepentingan daerah dan karakteristik peserta didik serta memiliki fleksibilitas dalam melaksanakan kurikulum yang berdiversifikasi.basis kompetensi harus menjamin pertumbuhan keimanan dan ketaqwaan kapada Tuhan yang Maha Esa, penguasaan keterampilan hidup dan pengembangan kepribadian Indonesia yang kuat dan berakhlak mulia.tujuan pendidikan diantaranya menggali dan mengembangkan potensi iman atau fitrah manusia dan membentuk manusiayang berakhlak mulia. 2 Hal ini sesuai dengan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional Bab VI Bagian ke Sembilan Pasal 30 yang merumuskan pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai- nilai ajaran agama islam dan atau menjadi ahli ilmu agama. 3 Pembelajaran merupakan suatu kegiatan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar, pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator, yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (Learning Process). 4 Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran, maka termasuk didalamnya adalah agar siswa belajar untuk meningkatakan kedisiplinan dalam pembelajaran diantaranya manajemen kelas yaitu berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Ada beberapa metode pendekatan yang dilakukan dalam manajemen kelas diantaranya : pendekatan 2 Abadin Ibnu Rusd, Pemikiran Al Ghozali Tentang Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998. Hal.60. 3 UU Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas ). Pustaka Pelajar, Jakarta, 2005. hal. 24 4 Rudi Susilana, Media Pembelajaran, Bandung, CV Wacana Prima 2008 hal.1

3 otoriter, pendekatan intimidasi, pendekatan permisif, pendekatan pengajaran, pendekatan iklim sosio emosional, dan pendekatan modifikasi perilaku. Agar kondisi pembelajaran berjalan dengan baik, maka penggunaan Setting Class formasi U dapat meningkatkan kedisiplinan siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak formasi U digunakan untuk berbagai tujuan para peserta didik dapat melihat guru dan atau melihat media visual dengan mudah, dan mereka dapat saling berhadapan langsung satu dengan yang lain, susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada peserta didik secara cepat karena guru dapat masuk ke formasi huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi. Selain itu memungkinkan kelompok kecil yang terdiri dari tiga peserta didik atau lebih dapat keluar masuk dari tempatnya dengan mudah. 5 Sehingga motivasi dalam pembelajaran aqidah akhlak dengan penggunaan setting class formasi U berkaitan erat dengan keinginan siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran, karena motifasi sangat diperlukan bagi terciptanya proses pembelajaran dikelas secara efektif sehingga dengan sendirinya kedisiplinan siswa akan terwujudkan. Teori belajar disiplin mental psikologi daya memandang bahwa otak manusia terdiri dari sejumlah daya yang beraneka ragam. Belajar pada prinsipnya adalah malatih daya daya mental anak. 6 Peningkatan kedisiplinan siswa dapat diartikan sebagai cara penyajian suatu materi disiplin ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan. Peranan metode setting class ádalah suatu cara yang tepat sebagai alat untuk menciptakan proses peningkatan kedisiplinan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtidaiyyah terdiri dari empat mata pelajaran diantaranya adalah aqidah akhlak yang merupakan manivestasi pembuktian keimanan dan keyakinan pada diri seseorang untuk mencapai tingkatan keimanan yang kuat, dengan demikian pembelajaran aqidah akhlak 5 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, Semarang. Rasail Media Group, 2008.hal.58 6 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, Bandung, CV Wacana Prima, 2008.hal.28

4 memiliki aspek menekankan pada keyakinan dan norma perilaku yang berhubungan antara sesama manusia terlebih dengan Tuhan dan alam semesta. Classroom Action Research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru didalam kelas. Action research merupakan rangkaian reset-tindakan-riset-tindakan-..,yang dilakukan secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu terpecahkan. Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum atau (General). Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui perilaku guru, perilaku orang lain yaitu perilaku siswa, atau mengubah kerangka kerja yaitu mengubah kegiatan pembelajaran yang pada dasarnya menghasilkan perubahan dan peningkatan kualitas keseluruhan aspek tersebut. 7 Reformasi pendidikan adalah tuntutan yang mesti diupayakan, pendidikan seharusnya mereformasi visi dan misinya dengan menyeimbangkan kepentingan masyarakat, mereformasi sistem perundangundangan kearah sistem pendidikan yang lebih holistic dan komprehenshif, mengubah sistem pendidikan dari delivery system menuju proses pembelajaran yang mampu menggerakkan potensi intelektual, kreatifitas, dan kecerdasan emosional anak. Setiap pelaksanaan belajar mengajar pasti berakhir dengan suatu hasil, yang sering disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar berarti suatu penilaian hasil belajar baik berbentuk bilangan maupun huruf pencerminan yang telah dicapai oleh seorang pada suatu saat dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan salah satu rumpun mata pelajaran pendidikan agama islam (PAI) adalah Aqidah Akhlak, dimana materinya berkisar tentang doktrin - doktrin ajaran islam baik yang harus dikerjakan maupun yang harus ditinggalkan. Jadi Penididikan Aqidah Akhlak harus mencakup tiga ranah yaitu : Kognitif, Afektif dan Psikomotorik sehingga dapat diaplikasikan dalam 7 Muhammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas,( Bandung: CV Wacana prima, 2008)hlm. 88

5 kehidupan sehari hari dengan apa yang telah didapatnya. Padahal yang berkembang selama ini lebih cenderung pada lingkup ranah kognitif saja belum mencapai ranah afektif dan psikomotorik. Dalam pengajaran konsep aqidah akhlak di Madrasah guru diharapkan mampu menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disajikan melalui model setting class formasi U yang penuh dengan bentuk dinamis, peserta didik tentunya menekankan pentingnya membangun sendiri pengetahuan mereka dalam proses belajar mengajar. Mata pelajaran aqidah akhlak mencakup materi tentang hubungan manusia dengan Tuhanya dan hubungan manusia dengan manusia sangat cocok menggunakan setting class formasi U, karena peserta didik tidak hanya menerima dan memahami penjelasan dari guru tetapi lebih dari itu dituntut disiplin dalam pembelajaran. Dari uraian di atas menunjukan bahwa pembelajaran aqidah akhlak dibutuhkan metode pembelajaran yang relevan sehingga peserta didik dapat memahami materi pembelajaran yang telah disampaikan dengan disiplin serta dapat mengaplikasikan nya dalam kehidupan nyata. Dari latar belakang pemikiran diatas, penulis bermaksud mengangkat permasalahan tersebut menjadi skripsi dengan judul Upaya Peningkatan Kedisiplinan siswa Dalam Hasil Belajar Aqidah Akhlak Melalui Penggunaan Setting Class U ( Study Tindakan Kelas) Dikelas V MI Matholiul Huda Kedungwaru Kidul Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak ". B. Penegasan Istilah Berangkat dari latar belakang masalah diatas maka penulis akan memberi pembatasan permasalahan sebagai berikut: 1. Setting Class Formasi U Huruf U merupakan susunan untuk berbagai tujuan para peserta didik mamiliki permukaan untuk menulis dan membaca, para peserta didik dapat melihat media visual dengan mudah saling berhadapan langsung juga memudahkan memasangkan mereka, terutama ketika

6 terdapat dua tempat duduk dengan menyusun meja dan kursi seperti meja oblong, seperti setengah lingkaran. 8 2. Disiplin Disiplin adalah sikap dan perilaku taat pada aturan-aturan yang berlaku. Kedisiplinan adalah sikap yang harus mentaati peraturan yang berlaku pada sistem yang ada. Teori belajar disiplin mental psikologi daya memandang otak manusia terdiri dari sejumlah daya yang beraneka ragam belajar pada prinsipnya adalah melatih daya-daya mental anak. 9 3. Aqidah Akhlak Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenaranya oleh hati, yang mendatangkan ketenteraman jiwa menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun keragu-raguan 10 Akhlak adalah dari pengertian etimologis, akhlak bukan saja tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia tetapi juga norma mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan dan antara manusia dengan alam. 11 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang akan menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah: 1. Bagaimana Setting Class formasi U dikelas V MI Matholiul Huda Kedungwaru Kidul Karanganyar Demak? 2. Bagaimanakah Kedisiplinan Siswa Terhadap Hasil Pembelajaran Aqidah Akhlak dikelas V MI Matholi'ul Huda Kedungwaru Kidul Karanganyar Demak? 8 Mel Silberman Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif Pengantar Komarudin Hidayat 9 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, ( Bandung, CV Wacana Prima, 2008), hlm.28. 10 Zaky Mubarok dkk, Aqidah Islam ( Jogjakarta: UII Press. 1998, 2001)hlm. 30. 11 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak ( Jogjakarta : Pustaka Pelajar Off Set, 2007)hlm. 27.

7 3. Apakah Penggunaan Setting Class formasi U dapat meningkatkan kedisiplinan siswa Terhadap pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas V MI Matholiul Huda Kedungwaru Kidul Karanganyar Demak? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui model penggunaan setting class formasi U di MI Matholiul Huda Kedungwaru Kidul Karanganyar Demak. 2. Untuk mengetahui adanya peningkatan kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran aqidah akhlak dengan menggunakan setting class formasi U dikelas V MI Matholiul Huda Kedungwaru Kidul Karanganyar Demak. 3. Untuk mengetahui Penggunaan Setting Class formasi U dapat meningkatkan kedisiplinan siswa Terhadap pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas V MI Matholiul Huda Kedungwaru Kidul Karanganyar Demak? Penilitian yang penulis adakan mempunyai manfaat atau kegunaan baik secara teroritis maupun praktis. 1. Teoritis Secara teoritis, penelitian ini di harapkan dapat melengkapi referensi yang telah ada, sehingga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Disamping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi Penggunaan Setting Class Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Terhadap Hasil Pembelajaran Aqidah Akhlak ( Study Tindakan Kelas) Dikelas V MI Matholi'ul Huda Kedungwaru Kidul Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak. 2. Praktis Secara praktis penelitian ini dapat digunakan sebagai wahana untuk menerapkan pengetahuan di Sekolah dan hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.

8 E. Manfaat penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), penelitian tindakan kelas yang dimaksud adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan hasil pembelajaran berdasar pada tingkat kedisiplinan siswa serta praktik pembelajaran oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakantindakan tersebut 12 Adapun sesuai dengan tujuan penelitian, mengandung berbagai manfaat yang dapat memberikan kontribusi dari penulisan Skripsi ini antara lain : 1. Sebagai masukan bagi MI Matholi'ul Hudha Kedungwaru Kidul Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak untuk lebih kreatif menciptakan kegiatan pembelajaran. 2. Sebagai bahan awal untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengguaan setting class formasi U untuk meningkatkan kedisiplinan siswa terhadap hasil pembelajaran Aqidah Akhlaq MI Matholi'ul Hudha Kedungwaru Kidul Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak 3. Untuk merefleksi wawasan kualitas Pendidikan keagamaan yang mempunyai makna nilai-nilai Islam secara kualitas sehingga mampu mentransformasikan dalam realitas kehidupan yang terjadi MI Matholi'ul Hudha Kedungwaru Kidul Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak 4. Mampu mengaktualisasikan pendidikan keagamaan dengan cara pandang Islam sesuai dengan fitrah manusia. 5. Untuk meningkatkan kualitas keberagamaan insani berkepribadian secara Islami. 12 Rochiarti Wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. II,hlm.12.