LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI LABORATORIUM BIOSISTEM (HEWAN COBA) Dosen Pengampu: dr. Nur Laili Susanti, S. Ked. Asisten: Khoirul Muaddibah

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 1. Mencit Putih (M. musculus)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. control group design. Pada jenis penelitian ini, pre-test tidak dilakukan

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

INSTRUKSI KERJA PENGAMBILAN DARAH, PERLAKUAN, DAN INJEKSI PADA HEWAN COBA

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003)

5 KINERJA REPRODUKSI

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

BAB IV METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB 3 METODE PENELITIAN

Gambar 6. Desain Penelitian

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

BAB III METODE PENELITIAN. RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan menggunakan 2 faktor (macam diet dan

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Desember Januari 2015 di kandang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. &

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli - Agustus 2012 di Desa. Alam Panjang Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar.

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jantan dengan bobot badan rata-rata 29,66 ± 2,74 kg sebanyak 20 ekor dan umur

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

BAB 3 METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik. mengambil telur itik liar dan dieramkan dengan ayam sehingga itik yang menetas

BAB IV METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karena penelitian ini dilakukan dengan membuat manipulasi yang diatur

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 25 September 17 Oktober 2012 di unit kandang

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 7 minggu, pada 12 Febuari--29 Maret 2012

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

MATERI DAN METODE. Materi

Transkripsi:

LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI LABORATORIUM BIOSISTEM (HEWAN COBA) Dosen Pengampu: dr. Nur Laili Susanti, S. Ked Asisten: Khoirul Muaddibah Nama : Nadia Anisah Tahani NIM : 12620031 Tanggal Pengumpulan: 16 Mei 2013 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2013

DAFTAR ISI BAB I... 3 PENDAHULUAN... 3 1.1.LATAR BELAKANG... 3 1.2.RUMUSAN MASALAH... 3 1.3.TUJUAN... 4 BAB II... 5 TINJAUAN PUSTAKA... 5 BAB III... 8 METODE PENELITIAN... 8 3.1.ALAT DAN BAHAN... 8 3.1.1.ALAT... 8 3.1.2.BAHAN... 8 3.2.LANGKAH KERJA... 9 3.2.1. Pemeliharaan dan Pemberian Nutrisi Hewan Coba... 9 3.2.2. Injeksi Hewan Coba... 9 3.3.FLOW CHART... 10 3.3.1.Pembuatan Kandang... 10 3.3.2.Pembuatan Pakan Mencit (Konsentrat)... 11 BAB IV... 12 HASIL DAN PEMBAHASAN... 12 4.1.GAMBAR PERCOBAAN... 12 4.2.PEMBAHASAN... 13 BAB V... 16 PENUTUP... 16 5.1.KESIMPULAN... 16 5.2.SARAN... 16 DAFTAR PUSTAKA... 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Ilmu kedokteran yang semakin berkembang di masa sekarang, menjadikan pemanfaatan hewan sebagai obyek percobaan juga terus berkembang. Hewan yang digunakan sebagai obyek percobaan disebut hewan coba. Merupakan hewan yang sengaja dikembang biakkan dan digunakan untuk uji coba dan penelitian di Laboratorium. Beberapa contoh hewan yang biasa digunakan sebagai hewan coba antara lain adalah tikus putih dan mencit putih. Merupakan hewan yang sering digunakan pada penelitian biomedis, pengujian, dan pendidikan. Kebutuhan hewan coba pada dunia medis sangat erat, maka dibutuhkan adanya perkembang biakkan mencit putih dengan jumlah yang banyak. Adapun faktor pendukung supaya mencit putih dapat berkembang biak dengan baik adalah adanya kandang yang merupakan tempat hidupnya harus dibuat senyaman dan seaman mungkin hingga menyerupai habitat asalnya. Selain itu, hewan coba yang akan digunakan sebagai obyek penelitian harus dalam keadaan sehat dan mendapatkan nutrisi yang cukup. Oleh karena itu, pemberian imunisasi dan vitamin juga harus diberikan pada mencit putih. Pemberian ini dapat dilakukan dengan metode injeksi. Praktikum kali ini akan dikenalkan dan dilakukan cara pembuatan kandang mencit yang baik, pemberian dosis dan cara injeksi pada mencit putih, sehingga diharapkan praktikan dapat mengetahui pengetahuan dasar mengenai teknik perawatan hewan coba sebelum praktikan memulai praktikum pada tingkat yang lebih spesifik dengan menggunakan hewan coba sebagai obyeknya. 1.2.RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dari praktikum mengenai hewan coba ini adalah: 1. Bagaimana mengetahui teknik pemeliharaan hewan coba? 2. Bagaimana mengetahui teknik pemberian nutrisi pada hewan coba?

3. Bagaimana mengetahui teknik melakukan injeksi pada hewan coba? 1.3.TUJUAN Tujuan dari praktikum mengenai hewan coba ini adalah: 1. Untuk mengetahui teknik pemeliharaan hewan coba 2. Untuk mengetahui teknik pemberian nutrisi pada hewan coba 3. Untuk mengetahui teknik melakukan injeksi pada hewan coba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mencit merupakan hewan yang paling umum digunakan pada penelitian laboratorium sebagai hewan percobaan, yaitu sekitar 40-80%. Mencit memiliki banyak keunggulan sebagai hewan percobaan, yaitu siklus hidup yang relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah dalam penanganannya (Moriwaki, 1994). Mencit (Mus muculus) dan tikus (Ratus norvegicus) merupakan omnivora alami, sehat, dan kuat, profilik, kecil, dan jinak. Selain itu, hewan ini juga mudah didapat dengan harga yang relatif murah dan biaya ransum yang rendah (Peter, 1976). Mencit putih memiliki bulu pendek halus berwarna putih serta ekor berwarna kemerahan dengan ukuran lebih panjang dari pada badan dan kepala. Mencit memiliki warna bulu yang berbeda disebabkan perbedaan dalam proporsi darah mencit liar dan memiliki kelenturan pada sifat-sifat produksi dan reproduksinya (Nafiu, 1996). Mencit memiliki taksonomi sebagai berikut (Arrington, 1972): Kingdom Filum Klas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Mamalia : Rotentia : Muridae : Mus : Mus musculus

Mencit harus diberikan makan dengan kualitas tetap karena perubahan kualitas dapat menyebabkan penurunan berat badan dan tenaga. Seekor mencit dewasa dapat mengkonsumsi pakan 3-5 gram setiap hari. Mencit yang bunting dan menyusui memerlukan pakan yang lebih banyak. Jenis ransum yang dapat diberikan untuk mencit adalah ransum ayam komersial (Smith, 1988). Kandungan protein ransum yang diberikan minimal 16%. Kebutuhan zatzat makanan yang diperlukan untuk pemeliharaan mencit adalah protein kasar 20-25%, kadar lemak 10-12%, kadar pati 44-55%, kadar serat kasar maksimal 4% dan kadar abu 5-6% (Smith, 1988). Air minum yang diperlukan oleh setiap ekor mencit untuk sehari berkisar antara 4-8ml. Seekor mencit mudah sekali kehilangan air sebab evaporasi tubuhnya tinggi. Konsumsi air minum yang cukup akan digunakan untuk menjadi stabilitas suhu tubuh dan untuk melumasi pakan yang dicerna. Air minum juga dibutuhkan untuk menekan stress pada mencit yang dapat memicu kanibalisme (Malole & Pramono, 1989). Hewan percobaan yang dipelihara untuk tujuan penelitian, umumnya berada dalam suatu lingkungan yang sempit dan terawasi. Walaupun kehidupannya diawasi, namun diusahakan agar proses fisiologis dan reproduksi termasuk makan, minum, bergerak dan istirahat tidak terganggu. Hewan percobaan ditempatkan dalam kandang-kandang yang disusun pada rak-rak didalam suatu ruangan khusus. Kandang harus dirancang untuk dapat memberikan kenyamanan dan kesejahteraan bagi hewan tersebut (Anggorodi, 1973). Mencit-mencit yang dipergunakan untuk penelitian yang lama ditempatkan dalam kandang yang berukuran 22,5 cm X 10 cm untuk tiga ekor mencit (Peter, 1976). Penutup lantai kandang atau bedding, merupakan penyerap untuk menampung kotoran termasuk air kencing dan sisa-sisa makanan. Pemakaian bedding mempunyai tiga tujuan, yaitu untuk menyerap kotoran, melengkapi bahan sarang dan untuk isolasi panas (Green, 1968).

Bahan untuk bedding ini dapat berasal dari bahan-bahan limbah industri atau hasil pasca panen, seperti serbuk gergaji kayu, tatal kayu, sekam padi, potongan jerami kering, tongkol jagung, ampas bit gula kering dan butiran tanah liat (Peter, 1976). Bak makanan berbentuk mangkok atau anyaman kawat yang disediakan dalam masing-masing kandang. Tempat minum berupa botol dengan ukuran tertentu diletakkan terbalik dengan mulut botol dipasang selang karet dan ujungnya disamping dengan pipa kaca (Anggorodi, 1973). Penjagaan kesehatan dan kebersihan merupakan tindakan yang sangat penting dalam suatu pemeliharaan hewan laboratorium dan saran fisik yang menunjangnya. Ruangan, kandang serta kelengkapannya harus secara rutin dipelihara. Berbagai macam cara dapat diterapkan, tergantung kepada keperluan, materi dan biaya (Anggorodi, 1973). Cara ideal memegang mencit yaitu dengan memegang bagian tengah ekor mencit. Leher dipegang dengan tangan kanan dan jangan terlalu ditekan, jari telunjuk dan ibu jari memegang kuduk dan jari kelingking mengempit ekor (Moriwaki, 1994). Mus muculus jantan dan betina muda sukar untuk dibedakan. Mus musculus betina dapat dikenali karena jarak yang berdekatan antara lubang anus dan lubang genitalnya. Testis pada Mus musculus jantan pada saat matang seksual terlihat sangat jelas, berukuran relatif besar dan biasanya tidak tertutup oleh rambut (Muliani, 2011). Rute penggunaan obat dengan cara (Anief, 1990): a. Melalui rute oral b. Melalui rute parenteral c. Melalui rute inhalasi d. Melalui rute membran mukosa seperti mata, hidung, telinga, vagina, dsb e. Melalui rute kulit f. Melalui rute intra muscular

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.ALAT DAN BAHAN 3.1.1.ALAT 1. Bak plastik 1 buah 2. Kawat jaring 1 buah 3. Botol minum 1 buah 4. Serutan kayu (sekam) secukupnya 5. Wadah makanan 1 buah 6. Spuit 1 cc (Needle 24) 1 buah 7. Neraca analitik 1 buah 8. Sarung tangan 1 buah 9. Lap/serbet 1 buah 3.1.2.BAHAN 1. Mencit (Mus musculus) 2 ekor 2. Aquades 4-8 ml 3. Alkohol 70% 2-5 tetes 4. Makanan mencit (konsentrat) 16 gram

3.2.LANGKAH KERJA 3.2.1. Pemeliharaan dan Pemberian Nutrisi Hewan Coba 1. Disiapkan kandang mencit: a. dibersihkan bak plastik b. diisi bak dengan serutan kayu (sekam) c. ditempatkan wadah makanan dan botol minum pada posisi yang tepat d. dibuat tutup bak dengan kawat jaring diatas bak plastik 2. Ditempatkan mencit pada bak plastik 3. Disiapkan makanan mencit: konsentrat sedikit dibasahi air lalu dibentuk bulat dengan tujuan agar mencit dapat mengerat makanan tersebut sehingga dapat memakannya dengan mudah. Pemberian makanan dilakukan setiap hari sebanyak 5-8 gram 4. Dibersihkan kandang, tempat minum, dan makan mencit setiap hari 3.2.2. Injeksi Hewan Coba 1. Cara memegang mencit a. dipegang ekor sampai pangkal ekor b. melalui bagian belakang tubuh, digenggam dengan telapak tangan dan dengan jari telunjuk dan jempol secara perlahan diletakkan disamping kiri dan kanan leher c. tangan yang lainnya digunakan untuk menyuntik 2. Perhitungan Dosis Hewan Coba Volume dosis untuk hewan coba dikonversi dari dosis pada manusia dengan dikalikan faktor konversinya. Untuk mencit, faktor konversinya yaitu

0,0026. Contoh: diketahui dosis sebuah zat pada manusia yang tertulis di etiket 200 mg/70kg BB, maka dosis mencit = 200 x 0,0026 = 0,52 mg. 3. Cara Melakukan Injeksi Intramuscular a. mencit dipegang dan dikondisikan senyaman mungkin b. spuit diisi dengan bahan yang akan disuntikkan c. sebelumnya disemprot bagian yang akan disuntikkan dengan alkohol 70% d. ditusukkan jarum tegak lurus pada tengah-tengah paha e. bahan perlakuan disuntikkan perlahan 3.3.FLOW CHART 3.3.1.Pembuatan Kandang Disiapkan bak plastik, sekam, wadah pakan, botol minum, dan penutup Dicuci alat-alat tersebut dengan air Dilap dan dikeringkan dengan tisu/kain Diisi bak plastik dengan sekam secukupnya Dimasukkan wadah pakan dengan posisi yang tepat Dimasukkan mencit (Mus musculus) Ditutup kandang dengan penutup (kawat) Ditutup kandang dengan penutup (kawat) Diisi botol minum, ditempatkan di posisi yang tepat

3.3.2.Pembuatan Pakan Mencit (Konsentrat) Dinyalakan neraca analitik, dilakukan tare Ditimbang wadah pakan, dilakukan tare Ditimbang pakan 16 gram, dicatat Diambil wadah pakan yang telah berisi pakan, dilakukan tare Dimatikan neraca analitik Ditambahkan sedikit air pada pakan mencit Dibentuk bulat-bulat kecil dan dibentuk-bentuk Diletakkan pakan mencit dalam kandang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.GAMBAR PERCOBAAN Perlakuan Literatur / Keterangan Gambar kandang mencit (Mus musculus) Gambar serutan kayu (sekam) Gambar mencit (Mus musculus)

4.2.PEMBAHASAN Praktikum yang dilakukan di Laboratorium Biosistem ini dilakukan tiga percobaan, antara lain yaitu pembuatan kandang, pemberian nutrisi, dan injeksi pada mencit (Mus musculus). Pada pembuatan kandang yang dilakukan dengan menggunakan bak plastik sebagai wadah atau alat utama dalam pembuatan kandang. Yang harus dilakukan pertama kali adalah bak plastik yang harus dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu menggunakan air kran yang mengalir sampai bersih untuk menghilangkan kotoran yang ada dalam bak plastik sehingga meminimalisir adanya bakteri atau mikroba yang dapat tumbuh dan berkembang biak didalam bak plastik tersebut. Selain itu, membersihkan bak plastik juga bertujuan supaya mencit tidak mengalami gangguan mental atau stres karena tempat tinggalnya tidak nyaman sebelum ia digunakan untuk objek penelitian. Sesuai dengan pernyataan menurut Anggorodi (1973), hewan percobaan yang dipelihara untuk tujuan penelitian, umumnya berada dalam suatu lingkungan yang sempit dan terawasi. Walaupun kehidupannya diawasi, namun diusahakan agar proses fisiologis dan reproduksi termasuk makan, minum, bergerak, dan istirahat tidak terganggu. Pembersihan selesai, kemudian serutan kayu (sekam) dimasukkan ke dalam bak plastik sebagai alas mencit beraktivitas. Menurut Green (1968), proses ini dinamakan bedding, merupakan penyerap untuk menampung kotoran termasuk air kencing dan sisa-sisa makanan. Pemakaian bedding mempunyai tiga tujuan yaitu, untuk menyerap kotoran, melengkapi bahan sarang, dan untuk isolasi panas. Menurut Lane-Petter (1976), pembuatan alas mencit dapat berasal dari bahan limbah industri atau hasil pasca panen, seperti serbuk gergaji kayu, tatal kayu, sekam padi, dan lain-lain. Perlakuan selanjutnya yaitu melakukan penimbangan konsentrat (pakan mencit) sebanyak 16 gram untuk dua ekor mencit perhari. Berkisar antara 5-8 gram untuk satu ekor mencit harus diberikan dan diganti setiap hari supaya pakan mencit yang diberikan selalu dalam keadaan fresh dan bebas dari kontaminan yang berasal dari kotoran mencit ataupun yang lainnya. Akan tetapi menurut Smith dkk. (1988), mencit harus diberikan makanan dengan kualitas tetap karena

perubahan kualitas dapat menyebabkan penurunan berat badan dan tenaga. Seekor mencit dewasa dapat mengkonsumsi pakan 3-5 gram setiap hari. Pembuatan pakan mencit dilakukan setelah menimbang pakan mencit sudah dilakukan. Sebanyak 16 gram pakan mecit diberi sedikit air dan dibentuk bulat-bulat supaya mencit dapat dengan mudah memakannya. Dimasukkan dua ekor mencit ke dalam kandang mencit yang sudah dibuat. Menurut Moriwaki (1994), cara ideal memegang mencit yaitu dengan memegang bagian tengah ekor mencit. Leher dipegang dengan tangan kanan dan jangan terlalu ditekan, jari telujuk dan ibu jari memegang kuduk dan jari kelingking mengempit ekor. Setelah mencit sudah didalam kandang, kandang segera ditutup dengan menggunakan kawat yang sudah disediakan dan tidak diperkenankan menggunakan plastik atau alat lain yang tidak terdapat lubang-lubang kecil supaya ada ventilasi sehingga udara dapat masuk dan keluar dengan bebas pada kandang mencit tersebut. Pemberian minum pada mencit dilakukan dengan botol yang sudah disediakan yang diisi dengan air kran. Akan tetapi, lebih utama apabila menggunakan air masak sebagai minuman mencit supaya air yang diminum mencit tidak mengandung kontaminan. Menurut Malole dan Pramono (1989), air minum yang diperlukan oleh setiap ekor mencit untuk sehari berkisar antara 4-8 ml. Kemudian menurut Anggorodi (1973), tempat minum berupa botol dengan ukuran tertentu diletakkan terbalik dengan mulut botol dipasang selang karet dan ujungnya disambung dengan pipa kaca. Percobaan ketiga yaitu proses injeksi pada mencit dilakukan menggunakkan teknik injeksi intramuscular, yakni pada bagian paha mencit. Menurut Anief (1990), rute penggunaan obat salah saatunya dengan cara melalui rute intramuscular. Sebelumnya, dilakukan pengambilan mencit dari kandang dengan diambil ekor mencit menggunakan tangan kanan. Setelah itu tekuk dibagian leher belakang dipegang dan tidak sampai mengenai kuku supaya tidak terjadi luka pada mencit. Kemudian bagian paha mencit dibersihkan menggunakan alkohol pada kapas supaya bakteri yang ada pada bagian paha mati. Proses injeksi dilakukan dengan menggunakan spuit dan hanya dapat dilakukan

untuk satu kali pemakaian, untuk menghindari adanya penularan penyakit. Adapun cara injeksi dilakukan sejajar dengan kulit sehingga tidak melukai atau menyakiti mencit. Menurut Anggorodi (1973), penjagaan kesehatan dan kebersihan merupakan tindakan yang sangat penting dalam suatu pemeliharaan hewan laboratorium dan saran fisik yang menunjang.

BAB V PENUTUP 5.1.KESIMPULAN Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Teknik pemeliharaan hewan dilakukan dengan menyediakan kandang yang dibuat sedemikian rupa dengan habitat aslinya 2. Pemberian nutrisi untuk seekor mencit berkisar antara 5-8 gram pakan serta minum mencit 4-8 ml dengan menggunakan air matang dan pakan serta minum mencit diganti setiap hari 3. Beberapa teknik injeksi pada hewan coba antara lain, subkutan pada kulit dekat pundak, intramuscular pada bagian paha, vena pada ekor, oral pemberian melalui mulut, intra-peritorial pada perut. Sebelum injeksi dilakukan, pada bagian yang akan diijnjeksi disterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol 70% 4. Pemberian dosis pada hewan coba dikonversi dengan pemberian pada dosis manusia (dibuat perbandungan) 5.2.SARAN Ketelitian dan keterampilan dalam pembuatan kandang lebih dilakukan dengan lebih intensif lagi.

DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. (1973). Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: Gramedia. Anief, M. (1990). Perjalanan dan Nasib Obat dalam Badan. Yogyakarta: UGM Press. Arrington, L. (1972). Introductory Laboratory Animal. The Breeding, Care, and Management of Experimental Animal Science. New York: The Interstate Printers and Publishing, Inc. Green, E. (1968). Biology of The Laboratory Mouse. New York: Hill Book. Malole, M., & Pramono, C. S. (1989). Penggunaan Hewan Percobaan di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Bogor: IPB. Moriwaki, K. (1994). Genetic in Wild Mice. Its Application to Biomedical Research. Tokyo: Karger. Muliani, H. (2011). Pertumbuhan Mencit (Mus Musculus L) Setelah Pemberian Biji Jaraj Pagar (Jatropha curcas) White Mouse (Mus Musculus L) Growth Exposed to Barbados Nut's Seed. Bioma, 73-79. Nafiu, L. O. (1996). Kerenturan Fenotipik Mencit Terhadap Ransum Berprotein Rendah. Bogor: IPB. Peter, W. L. (1976). The Laboratory Mouse. New York: Edinburg. Smith, B. (1988). Pemeliharaan, pembiakan, dan Penggunaan Hewan Coba di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press.