BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemidanaan di Indonesia secara berangsur mengalami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam

PEMBINAAN TERHADAP ANAK PENGGUNA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK TANGERANG

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi hanya sekedar penjeraan bagi narapidana,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan masyarakat secara wajar. Istilah narkoba muncul sekitar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus suatu bangsa. Baik ataupun buruknya masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya kejahatan dilakukan oleh orang yang telah dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. di kota-kota besar saja juga merambah ke pelosok Indonesia. ditemukannya beberapa laboratorium narkotika di wilayah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sebutan penjara kini telah berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana bersikap, bertutur kata dan mempelajari perkembangan sains yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. tahun), termasuk anak yang masih dalam kandungan. 1 Anak adalah amanah

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1 Sebagai masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Sebagai Negara Hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA)

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku tindak pidana tersebut,yang memperoleh pidana penjara

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak. Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan saat ini dimana moralitas masyarakat telah dihegomoni oleh perkembangan budaya negatif yang

BAB I PENDAHULUHAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan, Pasal 9 Ayat (1) yang menegaskan : Pasal 2 sebagaimana disebutkan dalam Pasal 9 Ayat (1) Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak akan pernah sembuh. Berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Layanan perpustakaan..., Destiya Puji Prabowo, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penduduk Indonesia yang sangat besar jumlah pertumbuhan penduduknya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. maupun dewasa bahkan orangtua sekalipun masih memandang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. penyiksaan dan diskriminatif secara berangsur-angsur mulai ditinggalkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemidanaan terhadap Pecandu Narkotika merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah adalah mahluk sosial yang dianugrahkan suatu kebebasan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

BAB I PENDAHULUAN. berhak untuk mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before

BAB I PENDAHULUAN. Internasional. Tidak mustahil peredaran narkotika yang sifatnya telah

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan atas hak-hak yang dimilikinya. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun Peratifikasian ini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan. Kejahatan

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika. (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemidanaan di Indonesia secara berangsur mengalami peralihan dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan. Sistem kepenjaraan yang menekan pada unsur balas dendam dan diharapkan dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku, saat ini dianggap tidak efektif dan tidak berhasil menekan angka kejahatan khususnya di bidang penyalahgunaan narkotika di Indonesia. Kehidupan di penjara justru melemahkan ikatan dengan masyarakat, terlebih bagi anak pelaku penyalahgunaan narkotika. Keadaan seperti ini membuat sistem kepenjaraan ditinggalkan dan mengalami perubahan ide secara yuridis filosofis menjadi sistem pemasyarakatan yang kemudian diakomodasikan dengan kehadiran Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Tujuan sistem pemasyarakatan yang secara eksplisit tercantum dalam Pasal 2 Undang-undang No.12 Tahun 1995, yaitu membentuk warga binaan pemasyarakatan agar manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dan dapat berperan aktif dalam pembangunan, serta dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Seorang anak diharapkan memiliki kehidupan sosial yang baik, namun kondisi ini tidak selalu dapat dicapai. Berbagai latar belakang 1

2 memungkinkan seorang anak dapat terlibat dalam suatu perkara dalam hukum atau melakukan tindakan yang kurang / tidak disukai oleh masyarakat dan bahkan tak jarang anak melakukan tindakan atau perbuatan yang merusak dirinya sendiri seperti menggunakan narkotika dan sebagainya. Dewasa ini maraknya narkotika dan obat-obatan terlarang telah banyak mempengaruhi mental dan sekaligus pendidikan bagi para pelajar saat ini. Masa depan bangsa yang besar ini bergantung sepenuhnya pada upaya pembebasan kaum muda dari bahaya narkotika. Narkotika telah menyentuh lingkaran yang semakin dekat dengan masyarakat terkhusus pada anak-anak. Anak sebagai generasi penerus bangsa, mulai terjerat oleh narkotika yang merusak mental dan tak jarang juga menyebabkan kematian. Sebagai makhluk Tuhan yang kian dewasa, seharusnya masyarakat senantiasa berfikir jernih untuk menghadapi globalisasi teknologi dan globalisasi yang berdampak langsung pada keluarga, khususnya anak sebagai penerus bangsa. Hal ini menegaskan bahwa saat ini perlindungan anak dari bahaya narkotika masih belum cukup efektif. Walaupun pemerintah dalam UU Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 dalam pasal 20 sudah menyatakan bahwa negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak, namun perlindungan anak dari narkotika masih jauh dari harapan.

3 Masalah narkotika ini mulai muncul ke permukaan sebagai suatu penyebab yang sangat menakutkan dalam kaitannya dengan kehidupan generasi penerus bangsa sekitar awal tahun 80-an. Sebelum tahun itu, sering terdengar kata morphinis yang disandang oleh para pengguna narkotika. Hanya saja, saat itu belum banyak orang memperdulikan masalah ini karena pada umumnya penggunanya hanya merupakan kalangan elite saja. Seperti yang digambarkan dalam film-film, narkotika dalam bentuk morphin ini menjadi monopoli mafia-mafia dan menjadi komoditas berharga tinggi. Pada saat sekarang ini, narkotika tidak lagi sulit untuk didapatkan. Luasnya peredaran narkotika saat ini membuat banyak anak lebih mudah untuk mendapatkannya. Kasus narkotika setiap tahunnya mengalami kenaikan yang cukup drastis, yaitu : pada tahun 2012, mengalami kenaikan sebanyak 5.909 kasus (22,25 %), dimana pada tahun 2013 Polisi berhasil mengungkap 32.470 kasus narkotika dengan 40.057 tersangka narkotika. Menurut jumlah orang dan persentasenya, jumlahnya mengalami kenaikan sebesar 7.165 orang atau 21,78 %. Kasus narkotika jenis narkotika sepanjang 2013 terdapat 19.362 kasus, naik 9,38 % yaitu 1.660 kasus dibandingkan kasus tahun 2012 yaitu 17.702. Sementara itu kasus narkotika jenis psikotropika sebanyak 1.485 kasus, turun sebesar 7,48% atau sekitar 120 kasus dibandingkan pada tahun 2012 yaitu 1.605 kasus. Pada tahun 2013, kasus psikotropika berjumlah 1.723 orang, turun 10,63% atau 205 orang dibandingkan pada tahun 2012 yaitu 1.928 orang 1. Angka penyalahgunaan narkotika yang melibatkan anak-anak setiap tahunnya juga mengalami peningkatan. Ketua KPAI Asrorun 1 Juwita Trisna Rahayu, Jumlah Kasus Narkotika Tahun 2013, Diakses dari: http://jumlah kasus narkotika hampir 32.500 sepanjang 2013 - ANTARA News.htm

4 Ni'am Soleh mengatakan, pada tahun 2013 tercatat ada 21 kasus. Kemudian tahun 2014 naik menjadi 42 kasus 2. Beberapa penyebab penyalahgunaan narkotika yang sering kali di alami oleh remaja khususnya anak adalah: a. Kegagalan yang di alami dalam kehidupan b. Pergaulan yang bebas dan lingkungan yang kurang tepat. c. Kurangnya siraman agama d. Keinginan untuk sekadar mencoba 3. Narkotika adalah isu yang kritis dan rumit yang tidak bisa diselesaikan oleh hanya satu pihak saja. Karena narkotika bukan hanya masalah individu namun masalah semua orang. Mencari solusi yang tepat merupakan sebuah pekerjaan besar yang melibatkan dan memobilisasi semua pihak baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas lokal. Sangat penting untuk bekerja bersama dalam rangka melindungi anak dari bahaya narkotika dan memberikan alternatif aktivitas yang bermanfaat seiring dengan menjelaskan kepada anak-anak tentang bahaya narkotika dan konsekuensi negatif yang akan mereka terima. Dalam UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika sebenarnya menekankan prinsip rehabilitasi bagi penyalahgunaan narkotika. Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukkan selama ini masih banyak anak yang 2 AGUSTIAN ANAS, Pengguna Narkoba Dikalangan Anak Meningkat, Diakses dari : http://beritajakarta.com/read/10043/pengguna_narkoba_di_kalangan_anak_meningkat#.vcyex_kiq0 3 Bayu Pramutoko, Penyalahgunaan Narkotika Dikalangan Remaja, Diakses dari: http://bayu96ekonomos.wordpress.com/artikel-artikel/artikel-kesehatan/penyalahgunaannarkotika-di-kalangan-remaja/.

5 dihukum penjara karena terlibat penyalahgunaan narkotika. Bahkan saat anak menjadi pengedar atau pengguna, anak tersebut langsung diproses hukum. Seharusnya unsur-unsur pengedar harus diselidiki, karena besar kemungkinan anak-anak ini dimanfaatkan oleh orang dewasa, begitu pula unsur-unsur pengguna juga harus juga diselidiki penyebabnya. Pengadilan Pidana yang melibatkan anak-anak yang berkonflik dengan hukum khususnya anak-anak sebagai pelaku, masih belum mampu melindungi kondisi kebutuhan anak-anak yang harus dilindungi baik fisik maupun psikisnya. Pendekatan Restorative Justice sudah mulai diperkenalkan dalam sistem peradilan hukum di Indonesia, namun fakta di lapangan yang terjadi belum menunjukkan seperti yang diharapkan. Anakanak masih ditempatkan dan diperlakukan seperti orang dewasa dan diproses tidak dengan mengakomodasi kemampuan dan keberadaannya sebagai anak-anak. Dengan demikian hak-hak bagi anak yang berhadapan dengan hukum, belum sepenuhnya dapat terpenuhi 4. Pembinaan Terhadap Anak Pengguna Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan sangat penting dalam perkembangan mental anak pengguna narkotika, karena cepat atau lambat anak pengguna narkotika pada akhirnya akan kembali ke masyarakat. Berdasarkan latarbelakang masalah tersebut, ingin mengangkat permasalahan mengenai 4 Samuel Purba, dkk, 2013, Laporan Seminar Restorative Justice Peradilan Anak Sebagai Upaya Perlindungan Anak yang Berkonflik dengan Hukum, Jakarta, Arya Jaya Utama.

6 PEMBINAAN TERHADAP ANAK PENGGUNA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK TANGERANG. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengangkat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Pembinaan Terhadap Anak Pengguna Narkotika di LP Anak Tangerang? 2. Apakah Pembinaan Terhadap Anak Pengguna Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang sudah sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan dan UU Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan hukum ini adalah: 1. Untuk mengetahui pembinaan terhadap anak pengguna narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang. 2. Untuk mengetahui pembinaan terhadap anak yang merupakan pengguna narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Anak berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

7 D. Manfaat Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki kegunaan bagi pemecahan masalah yang diteliti. Adapun manfaat dari penelitian hukum ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan sumbangan pemikiran mengenai pembinaan terhadap anak yang merupakan pengguna narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang, khususnya hukum pidana mengenai Pembinaan Terhadap Anak Pengguna Narkotika Di LP Anak, sehingga memperkaya pengetahuan pembaca dan memberikan wawasan yang lebih konkrit, karena penelitian yang dilakukan ini tidak hanya berasal dari teori semata tetapi juga berdasarkan penerapan langsung dalam lingkup Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang. 2. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran kepada Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang dalam hal memberikan pembinaan bagi Anak Pengguna Narkotika di LP Anak Tangerang.

8 E. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh penulis sendiri dan bukan merupakan duplikasi dari hasil penelitian pihak lain. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lain adalah penelitian ini lebih menekankan pada aspek pembinaan terhadap anak pengguna narkotika di LP anak Tangerang, sedangkan beberapa penelitian lainnnya membahas tentang pembinaan anak pidana secara keseluruhan yang berada didalam Lembaga Pemasyarakatan Anak. Sejauh ini peneliti menemukan tiga penelitian yang memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian in i yaitu sebagai berikut : 1. Amalia Irfani, mahasiswa Fakultas Hukum Atma Jaya Yogyakarta, dengan judul Upaya Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIA Kutoarjo Dalam Melaksanakan Hak Pendidikan dan Pengajaran Bagi Anak Didik Pemasyarakatan. a. Rumusan Masalah 1. Upaya apa saja yang dilakukan oleh LP Anak kelas IIA Kutoarjo dalam melaksanakan hak pendidikan dan pengajaran bagi anak didik pemasyarakatan? 2. Kendala apakah yang dihadapi oleh LP Anak kelas IIA Kutoarjo dalam melaksanakan hak pendidikan dan pengajaran bagi anak didik pemasyarakatan?

9 b. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui upaya LP Anak kelas IIA Kutoarjo dalam melaksanakan hak pendidikan dan pengajaran bagi anak didik pemasyarakatan. 2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi LP Anak kelas IIA Kutoarjo dalam melaksanakan hak pendidikan dan pengajaran bagi anak didik pemasyarakatan. c. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan analisis terhadap data yang berhasil didapatkan dari penelitian ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran bagi anak didik pemasyarakatan, LP Anak Kutoarjo sudah berupaya melakukan kordinasi dengan instansi terkait untuk mewujudkan pendidikan dan pengajaran untuk anak didik pemasyarakatan baik dengan melaksanakan pendidikan formal maupun informal dengan melakukan pendidikan agama, pendidikan keterampilan dan juga bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Purwerejo Melalui Dinas Sanggar Kegiatan Belajar (UPTD-SKB) Kabupaten Purwerejo menyelenggarakan program Kelompok Belajar (Kejar) Paket A, B, C yang setara dengan SD, SMP dan SMA dan telah meluluskan beberapa orang siswa.

10 2. Kendala yang dihadapi antara lain kurangnya dana untuk mendukung kegiatan belajar mengajar agar dapat dilaksanakan dengan lebih baik misalnya kurangnya buku-buku pelajaran yang dapat digunakan untuk belajar dan juga kondisi psikologis anak didik pemasyarakatan selama di lembaga pemasyarakatan anak sehingga mempengaruhi minat untuk mengikuti pendidikan dan pengajaran. Selain itu masih kurangnya pihak pengajar yang ingin mengajar di lembaga pemasyarakatan anak dan tidak adanya kurikulum khusus yang diberikan oleh pemerintah khususnya departemen pendidikan untuk anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Anak kelas II A Kutoarjo. 2. Megawati Kurnia Lolodatu, Mahasiswi Fakultas Hukum Atma Jaya Yogyakarta, dengan judul Program LP Anak Kls IIA Kutoarjo dalam Proses Pembinaan Anak Pidana. a. Rumusan Masalah 1. Apakah program pembinaan LP Anak kelas II A Kutoarojo dalam proses pembinaan Anak Pidana mampu memperbaiki Anak Pidana agar dapat kembali ke dalam lingkungan masyarakat dan menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu menghargai dan mentaati norma-norma kehidupan dalam masyarakat?

11 2. Hambatan apa yang dihadapi oleh LP Anak Kelas IIA Kutoarjo dalam proses pembinaan Anak Pidana? b. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui program pembinaan program pembinaan LP Anak kelas II A Kutoarojo dalam proses pembinaan Anak Pidana mampu memperbaiki Anak Pidana agar dapat kembali ke dalam lingkungan masyarakat dan menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu menghargai dan mentaati norma-norma kehidupan dalam masyarakat 2. Mengetahui hambatan yang dialami LAPAS Anak kelas IIA Kutoarjo dalam melakukan program pembinaan Anak Pidana c. Kesimpulan 1. Program pembinaan Anak di LAPAS Anak Kutoarjo terdiri dari program pembinaan Kepribadian dan Program Kemandirian. Program Kepribadian meliputi : jasmani dan kesenian, pendidikan umum, pendidikan keagamaan. Jika dilihat program-program pembinaan yang penulis telah sebutkan sekilas terlihat bahwa LAPAS Anak Kelas IIA Kutoarjo telah sesuai dengan pemasyarakatan. Namun dalam kenyataananya program-program tersebut belum mampu untuk membina Anak Pidana secara khusus apalagi sesuai dengan tujuan Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan yaitu agar warga binaan pemasyarakatan

12 menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggungjawab, misalnya saja LAPAS Anak Kelas IIA Kutoarjo sangat menekankan program pendidikan tidak hnaya Anak Pidana. Semua jenis Anak didik Pemasyarakatan, namun program pembinaan pendidikan kejar paket yang dilakukan oleh LAPAS Anak Kelas IIA Kutoarjo belum jalan secara maksimal, guru yang telah ditentukan untuk mengajar di kelas sangat sering tidak hadir dibandingkan hadir, sehingga Anak Pidana yang sudah berniat mengikuti program ini hanya bisa menunggu atau balik ke kamar untuk tidur. 2. Pada dasarnya LAPAS Anak Kelas IIA Kutoarjo banyak mengalami hambatan untuk memaksimalkan program pembinaan terhadapa anak Pidana dan membuat program pembinaan tidak mampu memberikan pembinaan anak pidana sesuai dengan apa yang ingin dicapai. Bagi petugas LAPAS Anak Kelas IIA Kutoarjo sebagai narasumber mengatakan bahwa faktor kemalasan yang ada pada diri anak sangat melekat, dan juga lamanya Anak Pidana ditahan membuat anak Pidana enggan untuk mengikuti pembinaan, sedangkan bagi Anak Pidana sebagai responden, program pembinaan

13 yang ada saat ini belum memberikan efek positif bagi mereka, program pembinaan dirasa masih umum dan belum terdapat program pembinaan khusus untuk anak pidana. Penulis sendiri memberikan kesimpulan bahwa hambatan yang dimiliki oleh LAPAS Anak Kutoarjo adalah saat ini hanya sedikit petugas yang latar belakang pendidikannya professional, ini mengakibatkan kurang mampunya petugas LAPAS Anak untuk mendekati Anak Pidana sehingga mau mengikuti program pembinaan serta kurangnya inovasi dari petugas sendiri untuk memberikan program pembinaan yang sesuai dengan bakat dan minat anak. 3. Shcolastika Desi Corri Kartika, Mahasiswi Fakultas Hukum Atma Jaya Yogyakarta, dengan judul Peran Pendampingan dalam Pelaksanaan Pembinaan Anak Korban Penyalahgunaan Psikotropika di Lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Bantul. a. Rumusan Masalah 1. Apakah Pendamping sudah dapat melaksanakan perannya dalam pembinaan anak korban penyalahgunaan psikotropika di lingkungan LP Bantul? 2. Kendala apa yang dihadapi oleh pendamping dalam pelaksanaan pembinaan anak korban penyalahgunaan psikotropika di lingkungan LP Bantul?

14 b. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah pendamping sudah dapat melaksanakan perannya atau belum dalam pelaksanaan pembinaan anak korban penyalahgunaan psikotropika di Lingkunangan LP Bantul. 2. Untuk mengetahui kendala apa yang di hadapi oleh pendamping dalam pelaksanaan pembinaan anak korban penyalahgunaan psikotropika di Lingkunangan LP Bantul. c. Hasil Penelitian 1. Pendamping dalam prakteknya belum dapat melaksanakan semua perannya secara maksimal, hanya sebagian saja yang bisa dilaksanakan oleh pendamping dalam pembinaan anak korban penyalahgunaan psikotropika di lingkungan LP Bantul. Peran pendamping yang telah dapat dilaksanakan yaitu : sebagai fasilitator, sebagai trainer atau pelatih, sebagai pernecan, sebagai partisipator, sebagai mobilisator, peran konsultatif. Sedangkan peran pendamping yang belum dapat dilaksanakan adalah : sebagai peneliti, yaitu : melakukan analisis sosial yang berkaitan dengan anak ini belum dapat dilaksanakan karena tidak adanya tenaga ahli di bidang penelitian di LP yang dapat mendukung penelitian tersebut.

15 2. Yang dihadapi oleh pendamping dalam pelaksanaan pembinaan anak korban penyalahgunaan psikotropika di lingkungan LP Bantul yaitu : a. Diperlukan waktu yang cukup lama dalam melakukan pendampingan terhadap anak korban penyalahgunaan psikotropika, mengingat waktu yang sangat terbatas. b. Kurangnya sumber daya manusia yang professional khususnya dalam bidang psikologi. G. Batasan Konsep 1. Pembinaan Suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sistematis terencana dan teratur untuk meningkatkan, membimbing, mengarahkan, mengembangkan dan mengawasi guna mencapai tujuan yang telah disepakati. 2. Anak Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 3. Pengguna Orang yang menggunakan / memakai 4. Narkotika Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

16 perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. 5. Lembaga Pemasyarakatan Anak (LP Anak) Tempat pembinaan dan pendidikan bagi anak pidana, anak negara dan anak sipil. H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum empiris yaitu penelitian yang dilakukan berfokus pada perilaku masyarakat hukum. Penelitian ini dilakukan secara langsung kepada responden sebagai data utamanya yang didukung dengan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden tentang obyek yang diteliti sebagai data utamanya. Data sekunder terdiri dari : a. Bahan hukum primer yaitu data yang berupa peraturan perundangundangan berupa UU No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, PP No.31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan

17 atas Undang-undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, serta peraturan pendukung lainnya. b. Bahan hukum sekunder yaitu berupa fakta hukum, doktrin, asas-asas hukum, pendapat hukum dalam literatur, studi kepustakaan yang menjadi refrensi terhadap tema yang diangkat, jurnal hukum,hasil penelitian, dokumen, surat kabar, internet, majalah ilmiah yang berhubungan dengan permasalahan penelitian diatas. 3. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara : a. Studi Lapangan 1) Kuesioner Penulis mengajukan pertanyaan kepada responden berdasarkan kuesioner yang telah disusun sebelumnya oleh penulis tentang obyek yang di teliti (baik bersifat terbuka maupun tertutup) 2) Wawancara Penulis melakukan wawancara secara langsung dengan para pakar di bidang pembinaan terhadap anak pengguna narkotika berdasarkan pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya. Penulis juga akan melakukan wawancara terhadap warga binaan anak yang merupakan pengguna narkotika di LP Anak Tangerang.

18 b. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, menelaah, mempelajari tulisan yang berhubungan dengan obyek yang di teliti, bahan-bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. 4. Lokasi Penelitian Berdasarkan judul yang diteliti, maka penulis melakukan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang. 5. Populasi dan Sampel Di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang terdapat 105 anakanak yang merupakan pelaku tindak pidana yang teridri dari 97 anak yang adalah merupakan narapidana (anak yang telah mendapatkan putusan) dan 8 orang anak yang masih merupakan anak tahanan (belum mendapatkan putusan pidana). Akan tetapi, terkait dengan judul yang diteliti, penulis mengkhususkan pada anak pengguna narkotika. Oleh karena itu, peneliti mengambil data dari 20 orang anak yang merupakan warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang sebagai sampel dalam penulisan skripsi ini. 6. Responden dan Narasumber Responden dalam penelitian ini adalah anak yang merupakan pengguna narkotika yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang. Penulis memperoleh data dari responden melalui kuisioner yang dibagikan

19 kepada 20 orang anak pengguna narkotika yang merupakan bagian dari warga binaan anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang. Sedangkan untuk narasumber, penulis telah mewawancarai langsung Kepala Bagian Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang dan Kepala Sekolah Dasar di Lembaga Pemasyarakatan Anak di Tangerang. 7. Analisis Data Metode yang digunakan untuk mengkaji data yang diperoleh dalam penelitian adalah analisis kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami dan merangkai data yang telah dikumpulkan secara sistematis, pada akhirnya akan diperoleh suatu gambaran tentang masalah atau kondisi yang akan diteliti serta menggunakan metode berpikir deduktif yaitu pengambilan kesimpulan yang bersifat khusus. Pola pikir untuk menarik kesimpulan dimulai dari pernyataan yang bersifat umum menuju pada pernyataan yang khusus dengan menggunakan penalaran. Sumber data primer yang merupakan hasil wawancara langsung dengan responden dan narasumber yang merupakan obyek dalam penelitian ini untuk memaparkan hukum positif yang terkait dalam masalah yang di teliti. Sumber data primer kemudian akan dibandingkan dengan data sekunder yang merupakan peraturan perundang-undangan tentang Pemasyarakatan, Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, dan bahan hukum sekunder yang berupa buku-buku pendukung penelitian ini untuk memperoleh pemahaman, persamaan

20 pendapat dan perbedaan pendapat guna menjawab permasalahan tentang Pembinaan Terhadap Anak Pengguna Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang. I. Sistematika Penelitian Penulisan hukum yang berjudul Pembinaan Terhadap Anak Pengguna Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Anak yang sebagaimana penulis ajukan, maka penulisan ini dibagi menjadi tiga bab. Masing-masing bab terdiri dari sub-sub bagian yang merupakan pokok bahasan dari judul, adapun sistematika penulisan skripsinya adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab Pendahuluan ini didalamnya menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Tinjauan Pustaka, Batasan Konsep dan Metode Penelitian. BAB II : PEMBAHASAN Bab Pembahasan ini terdiri atas sub bab, diantaranya meliputi Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Narkotika, Tinjauan Umum Tentang Pembinaan Warga Binaan Anak di Lembaga Pemasyarakatan, Upaya Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang dalam Membina Anak Pengguna Narkotika di LP Anak.

21 BAB III : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis setelah melakukan penelitian hukum sebagai jawaban dari permasalahan.