Hendri Kijoyo Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Insttut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 150 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM)

Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja

Vol.3 No1. Januari

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

Studi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 20 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TEORI DASAR GELOMBANG BERJALAN DAN PEMBUMIAN (PENTANAHAN)

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching

BAB III LIGHTNING ARRESTER

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv di YOGYAKARTA

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

II. TINJAUAN PUSTAKA

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH

Analisa Sambaran Petir Terhadap Kinerja Arrester pada Transformator Daya 150 kv Menggunakan Program ATP

BAB III LIGHTNING ARRESTER

Model Arrester SiC Menggunakan Model Arrester ZnO IEEE WG

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

STUDY ON SURGE ARRESTER PERFORMANCE DUE TO LIGHTNING STROKE IN 20 KV DISTRIBUTION LINES. Agung Warsito, Abdul Syakur, Liliyana NS *)

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV

Dasman 1), Rudy Harman 2)

III. METODE PENELITIAN

SIMULASI DAN ANALISIS PENGARUH TEGANGAN LEBIH IMPULS PADA BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

PROTEKSI PETIR PADA TRANSISI SALURAN UDARA DAN BAWAH TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 kv

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI

KINERJA ARRESTER AKIBAT INDUKSI SAMBARAN PETIR PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

ANALISIS PENGARUH RESISTANSI PENTANAHAN MENARA TERHADAP BACK FLASHOVER PADA SALURAN TRANSMISI 500 KV

EVALUASI PERLINDUNGAN GARDU INDUK 150 KV PANDEAN LAMPER DI TRAFO III 60 MVA TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR

PERBANDINGAN WATAK PERLINDUNGAN ARESTER ZnO DAN SiC PADA PERALATAN LISTRIK MENURUT LOKASI PENEMPATANNYA

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

1. BAB I PENDAHULUAN

Analisa Pengaruh Sambaran Petir pada Jaringan Distribusi 13,8 kv di BOB PT. BSP - Pertamina Hulu Bandar Pedada Menggunakan Software ATP-EMTP

PENGGUNAAN ATP DRAW 3.8 UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 kv AKIBAT BACKFLASHOVER

SIMULASI INDUKSI SAMBARAN PETIR DAN KINERJA ARESTER PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

SISTEM PROTEKSI RELAY

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS TEGANGAN BERULANG TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR

METODE PENELITIAN. Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan

Perbandingan Tegangan Residu Arester SiC dan ZnO Terhadap Variasi Front Time

STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM :

Studi Analisis Gangguan Petir Terhadap Kinerja Arrester Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Menggunakan Alternative Transient Program (ATP)

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

SIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN PETIR DI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG KENTUNGAN 2 YOGYAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH

Tegangan Residu Keping Arester sebagai Fungsi dari Cacah Keping Arester

Simulasi Tegangan Lebih Akibat Sambaran Petir terhadap Penentuan Jarak Maksimum untuk Perlindungan Peralatan pada Gardu Induk

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin

STUDI ANALISA SISTEM KOORDINASI ISOLASI PERALATAN DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

ANALISIS RANGKAIAN GENERATOR IMPULS UNTUK MEMBANGKITKAN TEGANGAN IMPULS PETIR MENURUT BERBAGAI STANDAR

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling

KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merencanakan suatu sistem pengaman (Proteksi) yang ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Analisa Keandalan Isolator Pada Saluran Transmisi 150 kv Sirkit Ganda Waru-Bangil TUGAS AKHIR. oleh : Nama : Nifta Faturochman NIM :

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

PEMELIHARAAN LIGHTNING ARRESTER (LA) PADA GARDU INDUK KRAPYAK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI APP SEMARANG. Abstrak

OPTIMASI PENEMPATAN ARRESTER TERHADAP TEGANGAN LEBIH TRANSIEN PADA TRANSFORMATOR DAYA DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi pada musim hujan disaat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat

Rancang Bangun Pemotong Surja Tegangan Pada kwh Meter Tiga Fasa Menggunakan PCB (Printed Circuit Board)

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. Petir adalah suatu fenomena alam yang memiliki kekuatan sangat besar

BAB 8 ALAT PENGAMAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN. tegangan rendah yang biasanya tersambung ke rumah-rumah. Di lain sisi

Transkripsi:

Analisis Kinerja Arrester Tegangan Tinggi 150 kv pada GIS Tandes Terhadap Gangguan Impuls Petir dan Hubung Menggunakan Power System omputer Aided Design Hendri Kijoyo Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Insttut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Abstrak - Arrester telah banyak digunakan secara intensif untuk memberikan perlindungan terhadap dalam sistem tenaga terutama pada sistem bertegangan tinggi. Arrester adalah peralatan yang digunakan untuk mencegah terjadi nya kerusakan akibat ada nya tegangan tinggi transien yang berlebih. Arrester menyediakan jalur bagi arus akibat sambaran petir maupun tegangan transient ke tanah dengan tingkat impedansi yang rendah. Tegangan lebih transien yang mungkin terjadi antara lain disebabkan oleh impuls petir baik secara langsung maupun hantaran, tegangan transien dan impuls hubung. Kinerja dari arrester terutama pada tegangan tinggi sangat penting dalam perlindungan dan kontinuitas kerja sistem. Pada tugas akhir ini akan dibuat pemodelan dan simulasi kinerja arrester tegangan tinggi 150kV dengan mengambil contoh model pada GIS Tandes dan dimodelkan dengan menggunakan software PSAD sehingga dapat diketahui unjuk kerja arrester tersebut terhadap gangguan impuls petir dengan rata rata pemotongan arus sebesar 95% dan pada impuls hubung rata rata pemotongan arus oleh arrester sebesar 87.1%. Kata kunci : Saluran Udara Tegangan Tinggi ( SUTT ), Lightning Arrester, Front time, Tail time, Impuls petir, Impuls hubung, Power System omputer Aided Design (PSAD) 1. Pendahuluan Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di daerah tropis dengan tingkat curah hujan yang cukup tinggi sehingga memiliki intensitas sambaran petir yang cukup tinggi. Pada jaringan transmisi yang melalui daerah dengan potensi sambaran petir yang cukup tinggi, probabilitas terkena sambaran petir juga cukup besar. Saluran udara dianggap lebih efektif dalam penyaluran listrik melalui darat, terutama untuk tegangan tinggi. Karena itu saluran transmisi di Indonesia, terutama di pegunungan memiliki tingkat kemungkinan tersambar petir yang cukup tinggi. Sambaran petir dapat menyebabkan kegagalan induksi, backflashover dan tegangan induksi. Sambaran petir yang mengenai sistem tenaga listrik akan menimbulkan tegangan lebih baik sambaran secara langsung maupun tidak langsung. Tegangan lebih ini akan membahayakan peralatan apabila dibiarkan mengalir pada sistem dan tersalurkan ke beban. Oleh karena itu, pemasangan arrester bertujuan untuk meningkatkan upaya perlindungan terhadap tegangan lebih akibat sambaran petir. Arester petir memiliki kemampuan mengamankan peralatan listrik dari gangguan surja petir. Alat pengaman ini memiliki nilai tahanan yang tidak linier pada setiap tingkat tegangan dan arus. Data yang terdapat pada datasheet menunjukkan bahwa alat ini memiliki karakteristik dinamis yang penting untuk koordinasi proteksi khususnya proteksi surja petir.. Petir Petir atau halilintar merupakan gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan dimana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan yang beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya. Indonesia merupakan Negara tropis yang panas dan juga lembab. Kedua faktor ini merupakan faktor penting dalam pembentukan awan umulonimbus penghasil petir. Secara meteorology umum, didaerah tropis terbentuk siklon tropis yang jenis nya berbeda beda bergantung pada daerahnya. Siklus tropis adalah bagian penting dari sirkulasi atmosfer, yang memindahkan panas dari daerah katulistiwa kedaerah lintang yang lebih tinggi atau pun lebih rendah. Samudra Hindia dan perairan barat Australia adalah daerah pertumbuhan siklus tropis terbesar di dunia. Sehingga tingkat kemunculan petir di daerah ini juga cukup besar. 3. Gelombang Berjalan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih lagi pada tahun 1930-an. Persoalan gelombang berjalan sangant sukar, sehingga harus diadakan banyak penyederhanaan agar dapat digunakan untuk keperluan teknik.

Pada saat ini, gelombang berjalan telah diselidiki pada : 1. Kawat tunggal. Kawat majemuk 3. Kecepatan majemuk dari gelombang berjalan. Bebeapa sebab gelombang berjalan yang telah diketahui antara lain adalah sebagai berikut : 1. Sambaran kilat secara langsung pada kawat. Sambaran tidak langsung pada kawat 3. Operasi pemutusan (switching operation) 4. Busur tanah (arcing ground ) 5. Gangguan gangguan pada sistem oleh berbagai kesalahan Sebab sebab tersebut menimbulkan surja pada kawat, yaitu surja tegangan dan surja arus. Bila gelombang tegangan E pada Gambar 1 sampai pada titik a, maka arus yang bersamaan dengan tegangan itu akan mengisi kapasitor pada tergangan E. Muatan yang dibutuhkan untuk menaikkan tegangan pada satu satuan panjang adalah E.v Bila kecepatan merambat gelombang itu adalah v cm/ detik, maka jumlah muatan yang dibutuhkan untuk mengisi kawat sepanjang v cm tiap detik adalah E v. Muatan itu diberikan oleh arus uniform yang mengalir pada kawat. Untuk memberi muatan ev dalam satu detik dibutuhkan arus sebesar: I =.E.v... (1) Bila gelombang itu merambat sejauh x cm, maka energi elektrostatis yang ditimbulkan adalah sebesar : 1 W =.x.e...() Bila L adalah induktansi kawat untuk setiap cm, maka dalam waktu yang sama, energi elektrostatis pada kawat adalah : 1 W L = L.x.I... (3) Gelombang membutuhkan waktu t untuk merabat sepanjang x cm, maka kecepatan gelombang dapat dinyatakan dalam persamaan : x v =... (4) t E L L L Gambar 1 Kawat Transmisi Dengan Batere Energi yang diberikan oleh sumber energi ( batere ) adalah W e = E.I.t dan e L 1 1 v = E.I =.v.e + L.v.I atau E I (5) + L I E W = W + W Maka 1 1 E.I.t =.x.e + L.x.I dari persamaan ( 1 ) sebagai berikut : E 1 I = dan = v I v E I =. E. v dapat dinyatakan I Subtitusi = v pada persmaan ( 5 ) diperoleh E 1 v = atau v = 1 L + Lv v 1 Jadi v = ± cm/ detik... (6) L Kedua harga v diatas berlaku yaitu v positif untuk gelombang maju dan v negatif untuk gelombang mundur. Bentuk umum dari suatu gelombang berjalan dapat digambarkan pada Gambar. a Gambar Bentuk Umum Gelombang Berjalan

Dari bentuk umum gelombang berjalan, dapat diketahui beberapa spesifikasi gelombang berjalan yaitu : 1. Puncak (crest) gelombang, yaitu amplitudo maksimum gelombang dari gelombang. Muka gelombang t 1 (mikro detik ) yaitu waktu dari permulaan sampai puncak. Biasanya diambil 10% E sampai 90 % E. 3. Ekor gelombang, yaitu bagian dibelakang puncak. Panjang gelombang t adalah waktu dari permulaan sampai titik 50 % E pada ekor gelombang. 4. Polaritas, yaitu polaritas dari gelombang. Gelombang kilat tipikal merupakan bentuk paling mirip dengan bentuk gelombang surja kilat ( lightning surge ). Bentuk gelombang ini tergantung pada harga a dan b. Sebaliknya, bila spesifikasi gelombang diberikan a, b dan E dapat dicari dan bila E, a dan b diketahui, maka spesifikasi gelombang yaitu puncak, muka dan panjang gelombang dapat dicari pula. Persamaan diatas menyatakan hubungan antara t /t 1 untuk berbagai haraga tertentu dari b/a. Karena persamaan ini transcendental, maka untuk mencari harga t /t 1 harus dilakukan dengan cara mengisi harga harga tertentu. Grafik pada Gambar 3 menunjukkan hubungan antara : 1. at 1 sebagai fungsi dari b/a. E 1 /E sebagai fungsi dari b/a 3. t /t 1 sebagai fungsi dari b/a. Untuk harga harga t 1 dan t yang diketahui. dicari harga b/a, at 1 dan harga E 1 /E dari lengkung t /t 1 untuk kemudian dicari harga a dari at 1 dan b dari b/a. 4. Arrester Arrester adalah alat pelindung yang berfungsi melindungi peralatan tenaga listrik dengan cara mebatasi surja (surge) tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ke tanah. Sampai saat ini alat perlindungan terhadap petir yang paling sempurna bagi peralatan adalah arrester, sering disebut sebagai lightning arrester / surge diverter [1]. Pada intinya arrester memiliki dua unsur utama, yaitu sela bunga api (spark gap) dan tahanan non-linier / tahanan katub (valve resistor) yang dihubungkan secara seri. Batas bawah dan batas atas dari percikan ditentukan oleh tegangan sistem maksimum dan tingkat isolasi peralatan yang dilundungi. Namun dapat juga diterapkan cara khusus dengan menggunakan pengatur tegangan (voltage control), sehingga dapat disimpulkan bahwa pada arrester terdapat tiga komponen utama, yaitu sela api, tahanan non-linier, dan pengatur tegangan. Arrester sering pula disebut sebagai penangkap petir, yaitu alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir, selain itu juga berlaku sebagai jalan pintas (by-pass) bagi kilat atau petir sehingga tidak timbul tegangan lebih pada peralatan. Fungsi by-pass arrester tersebut dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak menggangu aliran arus daya system 50 Hz. Jadi pada kondisi normal arrester berperan sebagai isolator, namun pada saat timbul surja arrester berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan aliran arus yang tinggi. Perubahan fungsi arrester ini harus berlangsung secepat mungkin agar pemutus daya tidak sempat beroperasi sehingga kelangsungan system tetap tejaga. Untuk mendukung tujuan tersebut pun digunakan tahanan non-linier yang memiliki sifat mengecilnya nilai tahanan jika tegangan dan arus yang melaluinya besar sekali. Proses ini berlangsung sangat cepat sekali yaitu selama tegangan mencapai puncaknya. Karena itu drop tegangan yang terjadi dapat di minimalisir. Pada tahanan katub, bila tegangan lebih telah berlalu dan tegangan kembali ke nominal normal, maka nilai tahanan akan naik kembali sehingga arus susulan dibatasi sebesar 50 A. Arus susulan ini akan dipadamkan oleh sela api saat tegangan system mencapai nol pertama kali, sehingga alat ini berfungsi sebagai penutup arus. Pada arrester modern, pemadaman arus susulan dibantu dengan medan magnet. Gambar 3. Spesifikasi Gelombang Kilat Tipikal Dalam memilih arester yang sesuai untuk keperluan tertentu, beberapa faktor harus diperhatikan, antara lain : a. Kebutuhan perlindungan, berhubungan dengan kekuatan isolasi dari alat yang harus dilindungi dan karakteristik impuls arester.

b. Tegangan sistem, adalah tegangan maksimum yang mungkin timbul pada jepitan arester. c. Arus hubung singkat, faktor ini hanya diperlukan untuk arester jenis ekspulsi. d. Jenis arester, apakah arester jenis gardu, jenis saluran atau jenis distribusi. e. Faktor kondisi luar, apakah normal atau tidak ( 000 meter atau lebih di atas permukaan laut ), temperature dan kelembaban yang tinggi serta pengotoran. f. Faktor ekonomi, adalah perbandingan antara ongkos pemeliharaan dan kerusakan bila tidak ada arester atau bila dipasang arester yang lebih rendah mutunya. 5. PSAD Dalam simulasi ini menggunakan software PSAD (Power Systems omputer Aided Design), dikenal pula sebagai EMTD (Electromagnetic Transients including Direct urrent) yang merupakan bagian integral daripada PSAD sebagai mesin simulasi untuk interface grafis. EMTD menampilkan dan menyelesaikan persamaan differensial baik untuk system elektromagnetik dan elektromekanik dalam domain waktu. Hasil didapat dari kalkulasi berdasarkan standar waktu yang tetap, dan struktur program nya mewakili system control, baik dengan atau pun tanpa adanya system elektromaknetik maupun elektromekanik. Dapat dilihat pada Gambar 4 berikut tampilan awal dari pada PSAD. Simulasi dilakukan dengan memodelkan perangkat sistem dan arrester seperti yang terlihat pada Gambar 5 di bawah ini dengan menggunakan software PSAD. Gambar 5 Model Rangkaian Arester pada PSAD. 6. Hasil Simulasi Hasil simulasi untuk model ABB EXLIM dengan model petir 1./50 µs pada amplitudo 10 ka dapat dilihat pada Gambar 6, 7, 8. Dari simulasi tersebut, didapatkan arus petir maksimum yang terjadi yaitu sebesar 8.400 Ampere, sedangkan arus yang mengalir ke arester pada saat itu adalah sebesar 7.50 Ampere. Arus maksimum yang mengalir ke beban selama terjadi petir tersebut adalah 1.080 Ampere. Dari simulasi petir 1./50 µs dan amplitudo 10 ka ini dapat diketahui bahwa untuk model arester yang digunakan pada simulasi ini dapat memotong sekitar 89.5 % arus petir pada saat arus petir tersebut mencapai nilai maksimumnya, dan hanya sekitar 10 % dari arus petir yang diterima oleh peralatan. Tegangan sisa maksimum yang timbul pada beban saat dikenai petir ini adalah sebesar 443.760 Volt. Gambar 4 Tampilan awal Master Libraries PSAD Gambar 6 Grafik Arus Arester pada Simulasi dengan Petir 1./50 µs dan Amplitudo 10 ka

Gambar 7 Grafik Arus Beban pada Simulasi dengan Petir 1./50 µs dan Amplitudo 10 ka Gambar 10 Grafik Arus Arrester dan Arus Beban Maksimum pada Amplitudo Petir 10kA dengan Variasi Front Time Gambar 8 Grafik Tegangan pada Simulasi dengan Petir 1./50 µs dan Amplitudo 10 ka Simulasi pada model arester dengan memvariasi front time petir, sedangkan tail time tetap pada 0 µs dan amplitudo dibiarkan untuk pada 10 ka untuk amplitudo arus petir., didapatkan bahwa semakin besar front time yang diberikan, akan memberikan pengaruh pada besarnya waktu, arus maksimum yang mengalir pada arrester, arus maksimum yang diterima oleh beban, tegangan pada bus yang mengalami gangguan, dan juga tegangan transiennya. Seperti yang terlihat pada Gambar 9 berikut, semakin besar front time petir yang terjadi akan menyebabkan semakin kecilnya tegangan pada bus dan tegangan transien yang terjadi. Selain itu, semakin besar front time juga menyebabkan semakin lama nya tegangan mencapai maksimum. Dari Gambar 10 diatas dapat dilihat bahwa perubahan front time menyebabkan menurunnya nilai dari arus maksimum dan arus maksimum yang diterima beban, serta semakin lamanya arus mencapai maksimum. Simulasi juga dilakukan pada model arester dengan memvariasi waktu ekor (tail time) petir, sedangkan front time dibiarkan pada 5 µs dan amplitudo arus petir pada 10 ka, dapat diketahui bahwa semakin besar tail time petir yang terjadi, berpengaruh pada semakin besarnya arus yang mengalir pada arrester, arus yang masuk ke beban, tegangan pada bus yang terganggu, dan juga tegangan transiennya. Selain itu juga menyebabkan semakin singkat nya waktu mencapai puncak baik tegangan maupun arus yang terjadi. Seperti yang terlihat pada Gambar 11 berikut, semakin besar tail time petir yang terjadi akan menyebabkan semakin besarnya tegangan pada bus dan tegangan transien yang terjadi. Selain itu, semakin besar tail time juga menyebabkan semakin cepat nya tegangan mencapai maksimum. Gambar 9 Grafik Tegangan Bus dan Tegangan TFR Maksimum pada Amplitudo Petir 10kA dengan Variasi Front Time Gambar 11 Grafik Tegangan Bus dan Tegangan TFR Maksimum pada Amplitudo Petir 10kA dengan Variasi Tail Time

Gambar 1 Grafik Arus Arrester dan Arus Beban Maksimum pada Amplitudo Petir 10kA dengan Variasi Tail TIme. Dari Gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa perubahan tail time menyebabkan meningkatnya nilai dari arus maksimum dan arus maksimum yang diterima beban, serta semakin singkatnya arus mencapai maksimum. Untuk simulasi kondisi gangguan berupa Impuls hubung, parameter yang digunakan adalah menggunakan pendekatan dengan nilai t1 = 00 µs dan t = 500 µs. Dengan menggunakan kedua nilai tersebut dapat di cari nilai a dan b untuk parameter gangguan berdasarkan cara yang tertera pada Bab.3.4 dan.3.5. Didapatkan batasan yang digunakan untuk simulasi gangguan impuls hubung berupa: t1 = 00 µs t = 500 µs a = 31.5 b = 500 Hasil simulasi untuk model ABB EXLIM dengan model impuls hubung 00/500 µs pada amplitudo 10 ka dapat dilihat pada Gambar 13, 14, 15. Gambar 13 Arus Arrester dan Arus Maksimum pada Gangguan Impuls Hubung dengan Amplitudo 10kA Gambar 14 Arus Beban pada Gangguan Impuls Hubung dengan Amplitudo 10kA Gambar 15 Tegangan Bus dan Tegangan TFR pada Gangguan Impuls Hubung dengan Amplitudo 10kA 7. Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Rating lightning arrester pada sistem 150 kv adalah 13 kv bila ditanahkan langsung dan 165 kv bila tidak ditanahkan langsung.. Hasil simulasi pada gangguan impuls petir dengan short time (1./50 µs) menunjukkan hasil antara lain sebagai berikut : a. Rata-rata besar pemotongan arus oleh model arrester ABB EXLIM adalah 95%. b. Besar arus yang dilewatkan ke beban berkisar antara 1 sampai 5 ka. c. Besar tegangan TFR yang terjadi pada saat petir mencapai arus maksimal berkisar antara 400 kv sampai 650 kv. 3. Hasil simulasi pada gangguan impuls petir untuk variasi front time, hasil simulasi model arester ABB EXLIM menunjukkan semakin pendek front time akan mengakibatkan nilai arus dan tegangan yang semakin besar. 4. Hasil simulasi pada gangguan impuls petir, semakin pendek front time petir, maka tegangan sisa akan memiliki waktu mencapai puncak yang semakin singkat dan waktu pemulihan yang semakin lama.

5. Hasil simulasi pada gangguan impuls petir untuk variasi tail time, hasil simulasi model arester ABB EXLIM menunjukkan semakin besar atau panjang tail time akan mengakibatkan nilai arus dan tegangan yang semakin besar. 6. Hasil simulasi pada gangguan impuls petir, semakin panjang tail time petir, maka tegangan sisa akan memilikiwaktu mencapai puncak yang semakin singkat dan waktu pemulihan yang semakin lama. 7. Hasil simulasi pada gangguan impuls hubung dengan 00/500 µs menunjukkan hasil antara lain sebagai berikut: a. Rata-rata besar pemotongan arus oleh model arrester ABB EXLIM adalah 87.1%. b. Besar arus yang dilewatkan ke beban berkisar antara 0 sampai 1.5 ka. c. Besar tegangan TFR yang terjadi pada saat petir mencapai arus maksimal berkisar antara 400 kv sampai 550 kv. [14] Zoro H. Reynaldo. 004, Proteksi terhadap Tegangan Lebih Petir pada Sistem Tenaga Listrik, atatan Kuliah, Departemen Teknik ELektro ITB, Bandung. 9. Riwayat Penulis Penulis dilahirkan di Balikpapan, Kalimantan Timur pada 4 Agustus 1984, merupakan bungsu dari tiga bersaudara. Riwayat pendidikan penulis adalah TK Santa Meriam Balikpapan, SDK Santa Theresia Balikpapan, SLTPK Santo Mikail Balikpapan, SMUK St. Louis I Surabaya. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan S1-nya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan jurusan yang diambil adalah Jurusan Teknik Elektro dengan bidang studi Teknik Sistem Tenaga. Penulis dapat dihubungi melalui email qjonqjon@yahoo.com. 8. Daftar Pustaka [1] Arismunandar, A. 1975, Teknik Tegangan Tinggi, Pradnya Paramita, Jakarta. [] Arismunandar, Kuwara. 1993, Teknik Tenaga Listrik, Jilid, Pradnya Paramita, Jakarta. [3] Abduh, S. 001, Teknik Tegangan Tinggi, Salemba Teknik, Jakarta. [4] PSAD version 4. for Windows XP3 Pro SP, XP64 Pro, Vista 3, Vista 64 Users Manual. [5] Hill, Keith, Surge Arrester and Testing, Double Engineering ompany [6] Hutauruk, T.S. 1989, Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja, Erlangga, Jakarta. [7] IEEE WG 3.4.11, Modeling of Metal Oxide Surge Arresters, IEEE Transcations on Power Delivery, pp 30-309, January 199. [8] L. Tobing, Bonggas. 003, Peralatan Tegangan Tinggi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. [9] Mahmudsyah, Syariffuddin. 005, Diktat Kuliah Teknik Tegangan Tinggi : Petir dan Permasalahannya, ITS, Surabaya. [10] Mahmudsyah, Syariffuddin. Handout Kuliah Teknik Tegangan Tinggi, ITS, Surabaya [11] Tobing, B.L. 003, Peralatan Tegangan Tinggi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. [1 URL ( http://www.doblelemke.eu/media/files/media/ Techpapers/13- Schufft-Wolfgang-Impulse_Tes.pdf]) [13] www.abb.com/arresteronline/exlim-p.pdf