BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

Untuk peningkatan taraf hidup masyarakat wilayah pesisir, maka harus dilakukan pembangunan. Namun, pembangunan tersebut harus juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan. untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KEMANFAATAN PEMETAAN ENTITAS ENTITAS EKOSISTEM DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

3.1 Metode Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

1BAB I PENDAHULUAN. memiliki garis pantai sepanjang km (Cappenberg, dkk, 2006). Menurut

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

DAFTAR PUSTAKA. 1. BAKOSURTANAL, Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Buku Tahunan. Bogor.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

02/03/2015. Sumber daya Alam hayati SUMBER DAYA ALAM JENIS-JENIS SDA SUMBERDAYA HAYATI. Kepunahan jenis erat kaitannya dengan kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai panjang garis pantai lebih kurang 114 km yang membentang

MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si

BUPATI BANGKA TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta fisiknya, Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang kedua setelah Canada) dan luas laut sekitar 5.8 km 2 atau 70% dari luas total Indonesia (MAPIPTEK dalam Widiastuti, 2004). Potensi yang besar tersebut akan bermanfaat bagi kesejahteraan kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia apabila ekosistem pesisir dan laut dipelihara dan dijaga keberlangsungannya. Jumlah penduduk yang semakin meningkat menjadi penyebab meningkatnya kebutuhan akan sumber daya alam. Semakin menipisnya sumber daya alam di daratan menyebabkan kegiatan pembangunan di wilayah pesisir akan meningkat pula. Kemudian, dalam Era Industrialisasi, wilayah pesisir dan lautan akan menjadi salah satu prioritas utama berfungsi sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, pariwisata, agrobisnis, pemukiman, transportasi dan pelabuhan. Potensi kekayaan sumberdaya di atas secara normatif dikuasai oleh negara untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat (Pasal 33 ayat 3 UUD 45). Untuk itu perlu pemetaan, perencanaan dan pengelolaan potensi kekayaan sumber daya alam yang lebih jelas. Pengelolaan wilayah laut di wilayah pesisir tidak dapat dipisahkan dengan pengelolaan wilayah darat. Wilayah darat-laut merupakan daerah interaksi antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang sangat dinamis dan saling mempengaruhi, dan rentan terhadap aktivitas manusia di darat, seperti aktivitas di sepanjang daerah aliran sungai (DAS). Tantangan utama pembangunan adalah memperbaiki kualitas kehidupan, pendidikan yang lebih baik, peningkatan standar kesehatan & nutrisi, pemberantasan kemiskinan, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual, dan penyegaran kehidupan bangsa. Dari tantangan utama diatas, dapat dirumuskan : Dengan demikian pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, 1

sikap-sikap masyarakat & institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. [SULASDI, 2006] Perspektif perencanaan pembangunan adalah perencanaan (melalui pendekatan fungsi) dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memenuhi tujuan pembangunan. Tiga Tujuan Inti Pembangunan, yaitu : (1) Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam barang kebutuhan hidup yang pokok : (pangan, sandang, papan, kesejahteraan & perlindungan keamanan). (2) Peningkatan standar hidup : (penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, peningkatan nilai-nilai kultural & kemanusiaan, menumbuhkan jati diri pribadi bangsa). (3) Perluasan pilihan-pilihan ekonomis & sosial : (kemandirian berbasis nilainilai kemanusiaan). [SULASDI, 2006] Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah yang mempunyai aktivitas ekonomi dan sosial yang sangat tinggi, terutama sebagai daerah penghasil bahan pangan, suplai air dan energi, perumahan dan rekreasi, transportasi, pertambangan, pengembangan industri, transportasi publik, pertahanan, penyaluran air buangan, dll. Sehingga wilayah pesisir merupakan zona yang paling potensial dalam meningkatkan tingkat ekonomi. Pembangunan pada suatu wilayah pada hakekatnya adalah melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya dalam rangka memenuhi tiga tujuan inti pembangunan. Setiap habitat tercipta dengan fungsi yang jelas, oleh karena itu ketika melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya wilayah pesisir dan laut tidak akan dapat terhindar dari pengerusakan lingkungan, yaitu melakukan suatu perubahan dari keadaan aslinya. Perubahan ini bisa memiliki akibat positif dan akibat negatif. Apabila kita berbicara lingkungan, komponennya adalah wilayah (abiotik) dan makhluk hidup (biotik), makna kerusakan disini diakibatkan dari ketidakseimbangan antara wilayah dengan makhluk hidup. Makna keseimbangan disini adalah wilayah tidak memberikan daya dukung terhadap makhluk hidup. 2

Pengetahuan yang mempelajari hubungan timbal balik antara wilayah dan makhluk hidup ini dikenal dengan istilah ekologi. Implementasi dari ekologi adalah ekosistem. Ekosistem membahas interaksi antara wilayah dengan makhluk hidup. Dengan adanya hubungan timbal balik antara keduanya akan menghasilkan keseimbangan. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat beragam sistem lingkungan (ekosistem). Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, padang rumput laut, pantai berpasir, pantai berbatu, pantai berlumpur, dan estuari atau muara; dan dapat juga berupa ekosistem buatan, seperti kawasan permukiman, pertanian, tambak, waduk, kawasan-kawasan industri yang secara tidak langsung cenderung mengganggu fungsi dan perilaku alami dari wilayah pesisir. Suatu ekosistem menyediakan tempat penyimpanan air, habitat untuk tanaman-tanaman dan hewan-hewan, pendaurulangan limbah dan pengontrolan banjir secara alami. Ekosistem yang sehat akan berfungsi sebagai suatu sumber daya budaya, menyediakan kenyamanan untuk tujuan non-konsumtif. Seperti berenang, menikmati kualitas estetika atau peribadatan dan spiritual. Ekosistem juga bermanfaat sebagai suatu sumber dari bahan-bahan dasar dan sumber daya yang dapat pulih sepert kayu, hewan-hewan dan tanaman makanan dalam bentuk obat-obatan dan produk-produk kosmetika. Ekosistem memiliki peranan penting dalam pembangunan pesisir dan laut. Ekosistem merupakan salah satu komponen dalam pembangunan wilayah pesisir dan laut. Keseimbangan antara kedua komponen ekosistem perlu dipertahankan. Konsep keberlanjutan memiliki makna bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan masa yang akan datang. Persoalannya adalah yang berkaitan dengan sumber daya. Jika dikaitkan dengan sumber daya, ada sumber daya yang pasti habis dan ada sumber daya yang bisa terbarukan (renewable resources). 3

1.2 Maksud dan Tujuan Suatu paradoks terbentuk dalam pengelolaan wilayah pesisir, dimana di satu sisi, terdapat sumberdaya wilayah pesisir yang melimpah di wilayah pesisir dengan masyarakat lokal yang kaya kearifan tradisional dalam pengelolaan sumberdaya yang ramah lingkungan. Namun, di sisi lain, masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari sumberdaya wilayah pesisir tersebut, justru menempati lapisan paling bawah dalam strata sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Hal ini tidak sesuai dengan tiga tujuan inti pembangunan. Bersamaan dengan itu, muncul pula fenomena kerusakan bio-geofisik lingkungan wilayah pesisir yang bersifat dapat merusak kelestariannya. Hal ini menunjukkan belum efisiennya pendayagunaan sumber daya pesisir dan degradasi fisik habitat utama pesisir (seperti terumbu karang, hutan mangrove dan estuaria) dari beberapa kawasan di dunia telah mencapai tingkat yang dapat mengancam kapasitas keberlanjutan (sustainable capacity) ekosistem laut untuk mendukung kehidupan manusia. Pengetahuan yang baik terhadap lingkungan ekosistem wilayah pesisir dapat membantu dalam proses perencanaan pembangunan di kawasan ini. Informasi mengenai ekosistem menjadi hal yang penting pada sebuah perencanaan pembangunan wilayah pesisir, oleh karena itu dibutuhkan klasifikasi entitas untuk menunjang pengetahuan terhadap wilayah pembahasan yang terkait. Pemetaan dikenal sebagai salah satu hal yang penting dalam proses perencanaan pembangunan. Pemetaan entitas ekosistem yang baik, akan sangat membantu dalam keefektifan perencanaan dan dapat menekan biaya yang diperlukan. Timbul suatu pertanyaan mengapa kerusakan lingkungan di Indonesia tidak dapat dikendalikan. Hal ini bergantung pada hukum, pada kualitas sumber daya manusia, dan pada perencanaan pembangunan yang tidak menerapkan prinsip keberlanjutan. Karena ingin menerapkan konsep keberlanjutan, yaitu memenuhi kebutuhan sekarang dan masa yang akan datang, maka sumber daya hayati dan sumber daya non hayati perlu diperhatikan. Mengingat keanekaragaman hayati laut adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan potensinya sangat besar, maka jika kita mengelola pemanfaatannya secara arif dan bijaksana. Salah satu caranya yaitu dengan melakukan pemetaan terhadap entitasentitas ekosistem dalam perspektif pembangunan wilayah pesisir. Tugas akhir ini berisi tentang pemetaan terhadap entitas entitas ekosistem wilayah pesisir, yang kemudian dapat memberikan kemanfaatan apabila dikaitkan dengan komponen-komponen utama pembangunan wilayah pesisir. Sedangkan tujuan 4

dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mendapatkan usulan standardisasi entitasentitas ekosistem wilayah pesisir yang diperlukan dalam rangka pembangunan wilayah pesisir. 1.3 Lingkup Pembahasan & Batasan Masalah Perencanaan pembangunan wilayah pesisir dapat dilakukan dengan bertitik tolak dari komponen-komponen utama penyusun pembangunan wilayah pesisir dan entitas-entitas ekosistem wilayah pesisir. Untuk melakukan perencanaan pembangunan wilayah pesisir, diperlukan informasi spasial mengenai karakteristik dan potensi serta manfaat yang dapat dihasilkan dengan mengelola potensi yang dimiliki oleh ekosistem pesisir. Lingkup pembahasan yang dilakukan dalam tugas akhir ini meliputi pengertian wilayah pesisir, pembangunan wilayah pesisir dan komponen-komponen utama pembangunan wilayah pesisir, pemetaan entitas-entitas ekosistem landai wilayah pesisir dan kemanfaatan pemetaan entitas-entitas ekosistem wilayah pesisir. Tinjauan dalam tugas akhir ini akan dibatasi pada entitas-entitas ekosistem landai wilayah pesisir, yaitu entitas hutan mangrove, entitas terumbu karang, entitas padang lamun, entitas padang rumput laut, entitas pantai berpasir, entitas pantai berbatu, entitas pantai berlumpur, dan entitas estuari atau muara. Kemudian akan diuraikan keterkaitan masing-masing entitas dengan komponen-komponen utama pembangunan wilayah pesisir dalam perspektif pembangunan wilayah pesisir. 1.4 Manfaat Hasil Kajian Dengan penulisan tugas akhir ini maka diharapkan dapat diketahui manfaat dipetakannya entitas-entitas ekosistem wilayah pesisir apabila dikaitkan dengan komponen-komponen pembangunan wilayah pesisir. Kemudian dapat dimanfaatkan dalam menentukan rencana dan strategi serta perumusan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan wilayah pesisir. Sehingga konsep keberlanjutan dapat diterapkan dalam rencana pembangunan wilayah pesisir, yaitu memenuhi kebutuhan sekarang dan masa yang akan datang. 5

1.5 Metodologi dan Sistematika Penulisan Metodologi dan sistematika penulisan tugas akhir yang digunakan dapat divisualisasikan secara skematik pada Gambar 1.1 di bawah ini. Gambar 1.1 Visualisasi Skematik Metodologi Pembahasan Metodologi pembahasan yang dilakukan adalah sebagai berikut : Studi literatur dari buku-buku terkait, penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, maupun dari sumber lainnya. Pengumpulan bahan. Melakukan penguraian entitas-entitas ekosistem wilayah pesisir. Melakukan pengklasifikasian terhadap entitas yang didapatkan berdasarkan perspektif pembangunan yang akan dilakukan di wilayah pesisir. Penarikan hipotesis. Penarikan kesimpulan. 6

Sistematika penulisan pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Bab I PENDAHULUAN Memuat latar belakang masalah, rumusan masalah & tujuan, batasan masalah, manfaat hasil kajian, metodologi pembahasan, dan sistematika penulisan. Bab II PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR Menguraikan tentang pengertian wilayah pesisir dan batasan wilayah pesisir, pembangunan wilayah pesisir, dan membahas secara umum mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir. Bab III PEMETAAN ENTITAS-ENTITAS EKOSISTEM Bab ini akan mendeskripsikan ekosistem-ekosistem landai wilayah pesisir, meliputi ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun, ekosistem padang rumput laut, ekosistem pantai berpasir, ekosistem pantai berbatu, ekosistem pantai berlumpur, dan ekosistem estuari atau muara, sampai kepada penglasifikasian entitas-entitas ekosistem dalam bentuk tabel. Bab IV KEMANFAATAN PEMETAAN ENTITAS ENTITAS EKOSISTEM DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR Bab ini menguraikan mengenai manfaat entitas-entitas ekosistem apabila dikaitkan dengan komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir. Bab V ANALISIS Pada bab ini akan dianalisis hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Bab VI PENUTUP Memuat kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan yang diperoleh disertai saran-saran dari penulis untuk pengembangan konsep lebih lanjut. 7