BAB I PENDAHULUAN. instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki,

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebijakan pendanaan untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengambilan keputusan, maka akuntansi sering disebut sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah

Prinsip-Prinsip Penganggaran

PENGELOLAAN KEUANGAN DAN PEMBIAYAAN DI SDN 2 MILANGODAA DI KECAMATAN POSIGADAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 48.A 2012 SERI : E A BEKPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 48.A TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Bertaraf Internasional sejak tahun pelajaran 2008/2009 (4 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan

IMPLEMENTASI AKUNTANSI KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun. Sekolah) yang menyediakan bantuan bagi Sekolah dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS). Penyusunan APBS seharusnya. dilakukan dalam waktu singkat sekitar satu bulan sebelum tahun

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB V PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

Journal of Economic Education

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS

BAB I INTRODUKSI. Bab I berisi mengenai introduksi riset tentang evaluasi sistem perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Staf Tata Laksana Administrasi, Staf Teknis Pendidikan didalamnya ada

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2008

MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH SEBAGAI BASIS KUALITAS PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah ditandai oleh pesatnya perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Otonomi merupakan salah satu aspek yang sangat urgen dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitikberatkan pada Pemerintah

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

Pembiayaan Pendidikan Perspektif PP 48 Tahun 2008 dengan Perpres 87 Tahun Bahan Kajian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlaq mulia dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memenuhi amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya masing-masing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. fungsi-fungsi dasar manajemen lainnya yaitu perencanaan dan pelaksanaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II GAMBARANUMUMDINAS PENGELOLAAN KEUANGANDAN ASETKABUPATEN ROKAN HULU. 2.1 Sejarah Singkat Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang


RINGKASAN SUBSTANSI PERUBAHAN UU 32/2004 BIDANG KEUANGAN DAN ASET DAERAH ISU-ISU/BAB UU 32/2004 USULAN DRAFT REVISI

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisionalis, dan kolot (Furqaini,Astri:2011). Undang-Undang No. 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan

PENGELOLAAN SUMBER DANA PENDIDIKAN DASAR. (Studi Situs SDN Todanan 1) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN DAN PELAPORAN KINERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembiayaan pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan (di sekolah). tujuan pendidikan yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dapat dicapai dengan adanya biaya pendidikan. Hampir tak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan tanpa biaya, proses pendidikan (di sekolah ) tidak akan berjalan dengan baik. Biaya (cost) pendidikan tidak hanya dalam bentuk uang, barang maupun tenaga (yang dapat dihargakan dengan nilai uang). Selain iuran siswa sarana fisik, buku-buku teks pelajaran tenaga kependidikan juga merupakan biaya. Bagaimana biaya itu diperoleh, derencanakan, dialokasikan, dan dikelola. Hal ini merupakan persoalan pembiayaan dan pendanaan pendidikan (educational finance). Menurut Suhardan,Riduwan,Enas, ( 2012 : 21 ) dalam bukunya yang berjudul Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, bahwa sumber-sumber biaya pendidikan antara lain dari (1) pemerintah seperti APBN dan APBD; (2) Sekolah (iuran siswa); (3) Masyarakat (sumbangan); (4) dunia bisnis (perusahaan) ; dan (5) berasal dari hibah. 1

2 Dalam teori dan praktik pembiayaan pendidikan, baik tataran makro maupun mikro, di kenal beberapa kategori biaya biaya pendidikan (Anwar, 1991;Gaffar,1991;Thomas,1972 dalam bukunya Supriyadi, 2010 : 4). Pertama biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung ( indirect cost). Kedua biaya pribadi (private cost) biaya pribadi adalah pengeluaran yang berasal dari dana pribadi ( keluarga ) untuk membiayai pendidikan atau dikenal juga pengeluaran rumah tangga (household expenditure). Selain dua hal diatas dikenal juga anggaran belanja pendidikan (educational budget) yang terdiri atas dua komponen,yaitu sumber dana (pendapatan), pemasukan atau penerimaan, yang kedua pengeluaran atau belanja. Dalam implementasinya belanja di sekolah dasar di kelompokkan menjadi tiga komponen antara lain belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal. Sumber dana di sekolah hendaknya dengan baik mulai dari perencanaan sampai dengan pelaporanya. Mulyono (2008:180-181), mengemukakan bahwa pengelolaan mengandung pengertian penentuan kebijaksanaan dalam pengadaan dan penggunaan keuangan untuk mewujudkan kegiatan organisasi kerja berupa kegiatan perencanaan, pengaturan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan. Undang- Undang nomor 15 tahun 2004 pasal (1), pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggunjawaban. Secara umum manajemen keuangan

3 merupakan pengendalian atas fungsi-fungsi keuangan dimana fungsi-fungsi ini diterjemahkan dalam kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi (Dirjen Dikdas, Kemdiknas, 2011 : 163). Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mulai tahun 2011 mengalami perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk Dana Penyesuaian untuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang APBN. Menurut Gronberg, Jansen, dan Taylor, ( 2011 ) dalam jurnalnya yang berjudul The Impact Of Facilities On The Cost Of Education. (terjemahan) menyatakan bahwa, Peningkatan kualitas pertanggungjawaban (accountability) mendorong peningkatan kualitas kinerja sekolah secara umum, pentingnya memahami hubungan antara biaya pendidikan, kualitas, kuantitas, dan peningkatan penerimaan. Sementara kebijakan bantuan BOS harus dikelola secara profesional untuk mendukung kegiatan belajar mengajar yang bermutu. Dana BOS yang diterima oleh sekolah dikelola secara mandiri melalui Manajeman Berbasis Sekolah (MBS). Dari sisi manajemen keuangan, MBS menuntut pengelola sekolah mampu melakukan perencanaan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mempertanggung-jawabkan pengelolaan dana secara baik, mandiri, transparan dan akuntabel.

4 Penelitian yang dilakukan Susanto, Widodo, Widyaningsih, ( 2011) yang berjudul Akuntabilitas Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah (Bos) Di Sekolah Dasar Negeri Kota Semarang, mengatakan bahwa hasil penggunaan dana BOS di SDN di Kota Semarang sudah sesuai dengan petunjuk teknis pengelolaan, namun ketentuan mengenai komponen yang boleh dan tidak boleh didanai oleh BOS tidak bisa dilaksanakan secara konsisten oleh sekolah. Hal senada diperkuat penelitian yang dilakukan Wijaya, (2009) dalam jurnal penelitianya yang berjudul Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah Terhadap Kualitas Pendidikan, studi ini memberikan penjelasan bahwa, pada dasarnya setiap sekolah sudah menyelenggarakan sistem pengelolaan keuangan yang baik, tetapi kadar substansi pelaksanaannya beragam antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya. Adanya keragaman tersebut tergantung kepada besar kecilnya tipe sekolah. Penelitian yang dilakuan oleh Sudarya, Suratno, Mulyasari dalam jurnalnya yang berjudul Model Manajemen Bantuan Operasional Sekolah Sekolah Dasar mengatakan: Walaupun pemerintah telah mengeluarkan panduan prosedur pelaksanaan BOS, pengamatan awal menunjukkan kecenderungan terdapat beberapa pola manajemen BOS. Hal ini dimungkinkan mengingat beragamnya kondisi dan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah. Keragaman model manajemen BOS disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: 1) perbedaan alokasi unit-unit pembiayaan terkait skala prioritas; 2) sumber daya yang ada dan sumber dana pendukung; dan 3) perbedaan jumlah peserta didik. Pemahaman dan konteks yang dihadapi kepala sekolah dipandang dapat mendasari keragaman model manajemen BOS.

5 Pengelolaan dana yang baik tidak terlepas dari prinsip ekonomis, efisiensi, efektifitas, transparansi, akuntabilitas, keadilan, kejujuran dalam pengelolaan dan pengendalian., Menurut Siskandar (2008:665) dalam Garmawandi, pada draf jurnalnya yang berjudul Peran Komite Sekolah Dalam Mendukung Sumber Pembiayaan Pendidikan Ditingkat Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah menyatakan sekolah melalui komite sekolah mendapatkan layanan perhatian secara optimal, terutama dari pihak stakeholder, dalam upaya peningkatan mutu secara berkesinambungan adalah adanya masyarakat untuk ikut mengembangkan dan memberdayakan komite sekolah sehingga tercipta hubungan partisipatif antara masyarakat dengan sekolah terhadap pembiayaan dan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas, transparan dan akuntabel. Mekanisme pelaporan dan dokumentasi proses BOS saat ini, masih menggunakan media tertulis atau manual dan bentuk penyimpanan media tertulis jelas kurang efisien, efektif dan kurang dapat diandalkan. Oleh karena itu, diperlukan untuk mengimplementasikan sistem informasi yang membantu terhadap pengelolaan dana BOS. Pemerintah menerbitkan Buku Panduan BOS setiap tahun. Selain pengelolaan yang baik dana BOS juga dilakukan pengawasan oleh dinas terkait. Menurut Kusna,Suib,Wahyudi, (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (Bos) menyatakan bahwa Evaluasi pengelolaan dana BOS dapat dilaksanakan oleh internal maupun

6 eksternal sekolah. Evaluasi internal dilaksanakan oleh evaluator sekolah yaitu Tim Manajemen BOS sekolah. Evaluasi internal lebih bersifat pembinaan dan evaluasi diri. Sedangkan evaluasi eksternal dilakukan oleh pihak luar sekolah yang telah diberikan mandat oleh pemerintah untuk memeriksa ataupun melakukan monitoring terhadap pelaksanaan program BOS yang dilaksanakan oleh sekolah. Pelaksana evaluasi eksternal dapat dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawas Daerah (Bawasda), maupun Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). ICW. (dalam Aliyudin Sofyan, 2012) mengutib "Sebagaimana diketahui, dokumen APBS, laporan keuangan dan SPJ merupakan dokumen penting dalam pengelolaan keuangan sekolah. Praktik korupsi sekolah ditutupi melalui rekayasa atau manipulasi laporan keuangan tersebut. Bahkan, dari pengalaman ICW, ditemukan banyak SPJ fiktif yang dimiliki oleh sekolah guna menutupi pengeluaran ilegal sekolah," katanya. Menurut Alkafi dalam Journal of Economic Education 1 (1) (2012) 60 yang berjudul Pengaruh Sim Menggunakan Aplikasi Software Sds++ Terhadap Efektifitas Pengelolaan Bos., mengatakan bahwa permasalahan pengelolaan program Bantuan Operasional di tingkat pelaksana sekolah antara lain : 1) Pengelolaan BOS di sekolah belum optimal dalam hal administrasi, transparansi, akuntabilitas dan pencitraan publik. 2) Sekolah belum membuat

7 laporan triwulanan penggunaan Secara periodik, dikarenakan adanya permasalahan sebagai berikut : Pada saat ini sebenarnya format standar pelaporan BOS telah ada dalam Panduan BOS namun dalam pelaksanaannya masih terdapat perbedaan dalam pembuatan format pelaporan, http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jeec. Sehingga Kemendiknas menerbitkan petunjuk teknis tentang pengelolaan dana BOS. Pemerintah memandang bahwa pendidikan merupakan investasi masa depan, oleh karena itu pemerintah ( negara ) secara terus menerus memperhatikan biaya pendidikan. Hal ini sesuai dengan pasal 31 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945 dinyatakan negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) serta anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), salah satu diantaranya adalah pemberian dana BOS. Penulis menentukan penelitian sengaja mengambil sampel di SD Negeri Belah I, karena SD Negeri Belah I letaknya di pusat kota kecamatan, jumlah siswa dan gurunya sudah memenuhi rasio standar pelayanan minimal (SPM), tingkat penghasilan orang tua rata-rata rendah, dan latar belakang pendidikan orang tua beragam, Penelitian awal kami peroleh bahwa akuntabilitas pengelolaan keuangan (dana BOS) sudah sesuai petunjuk teknis, namun dalam hal pembelanjaan dan pelaporanya belum dilakukan secara transparansi serta perlu pembenahan. Hasil temuan pengawasan dari Inspektorat Kabupaten Pacitan, dana BOS sudah dikelola dengan baik namun masih terdapat hal-hal

8 yang perlu dibenahi. Dari beberapa paparan di atas penulis melakukan penelitian tentang bagaimana akuntabilitas pengelolaan dana BOS serta partisipasi komite sekolah di SD Negeri Belah I Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan. B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka fokus dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Akuntabilitas Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SD Negeri Belah I Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan?. Dari fokus penelitian di atas penulis menjabarkan menjadi dua sub fokus penelitian yaitu: 1. Bagaimana transparansi pengelolaan dana BOS di SD Negeri Belah I Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan?. 2. Bagaimana partisipasi komite sekolah terhadap pengelolaan dana BOS di SD Negeri Belah I Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan?. C. Tujuan Penelitian Dua tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan tingkat transparansi pengelolaan dana BOS di SD Negeri Belah I Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan. 2. Mendeskripsikan partisipasi komite sekolah dalam pengelolaan dana BOS di SD Negeri Belah I Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan.

9 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang akuntabilitas, transparansi dan partisipasi komite sekolah terhadap pengelolaan dana BOS. b. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi penelitian lain, yang melakukan penelitian tentang dana BOS. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Dinas Pendidikan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran tentang akuntabilitas, transparansi dan partisipasi masyarakat yang dilaksanakan sekolah dalam pengelolaan dana BOS. b. Bagi Sekolah memberikan gambaran terhadap sekolah lain tentang akuntabilitas, transparansi dan partisipasi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan dana BOS c. Bagi Guru dapat memberikan pemahaman tentang berbagai permasalahan dalam pengelolaan dana BOS dan pentingnya hubungan yang harmonis antara komponen sekolah dengan komite sekolah. d. Bagi Masyarakat hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi yang jelas tentang pengelolaan dana BOS dan pentingnya hubungan harmonis dalam penyelenggaraan pendidikan.