PRODUKSI TUMPANGSARI KACANG MERAH (VIGNA ANGULARIS) DAN BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA) DI ATAP (ROOFTOP CULTURE) PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Usaha budidaya telah dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi

KAJIAN MODEL TANAM DAN WAKTU TANAM DALAM SISTEM TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BENIH JAGUNG

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

GROWTH AND YIELD RESPONSE SWEET CORN (Zea mays L. saccharata) IN INTERCROPPING SYSTEM WITH MUNG BEAN (Vigna radiata L.)

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

STUDY OF BROCCOLI (Brassica oleracea L.) AND LEEK (Allium porrum L.) INTERCROPPING SYSTEM IN VARIOUS PLANT SPACING

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

II. TINJAUAN PUSTAKA. satuan waktu rata-rata selama periode tertentu. Pengukuran laju pengisian biji

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr)

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK HAYATI (Bio organic fertilizer) UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans Poir)

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nerty Soverda dan Yulia Alia Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi Jalan Raya Mendalo Darat.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENGARUH WAKTU TANAM BAWANG PREI (Allium porum L.) PADA SISTEM TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

THE EFFECT OF SPACING AND PLANTING TIME SOYBEAN OF GROWTH AND YIELD SOYBEAN (Glycine max) ON SUGAR CANE (Saccharum officinarum L.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 3 JULI-2013 ISSN :

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI PADA BERBAGAI JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG BOGOR PADA BERBAGAI TINGKAT KERAPATAN TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN*

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.) AKIBAT PERLAKUAN VARIETAS DAN KONSENTRASI ZPT DEKAMON

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan komoditas yang menjadi salah

HASIL DAN PEMBAHASAN

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

BAHAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) adalah tanaman serealia yang potensial

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Volume 11 Nomor 2 September 2014

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional.

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan energi masih menjadi salah satu perhatian besar di

Pertumbuhan dan Hasil Dua Klon Ubijalar dalam Tumpang Sari dengan Jagung. Growth and Yield of Two Sweetpotato Clones in Intercropping with Maize

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

MODIFIKASI LINGKUNGAN MIKRO MELALUI PEMANFAATAN MULSA DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (GLYCINE MAX.

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa)

Vol 2 No. 1 Januari - Maret 2013 ISSN :

PEMANFAATAN TEPI BEDENGAN TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DENGAN BERBAGAI TANAMAN SELA DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN

PENGARUH PEMBERIAN AIR DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

PENGARUH TUMPANG SARI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

THE EFFECT OF THE KINDS OF FERTILIZER AND WEED CONTROL TIME ON GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN (Zea mays saccharata)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL SAINS AGRO

PERTUMBUHAN DAN HASIL VARIETAS JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DALAM TUMPANGSARI KACANG TANAH (Arachis hipogeae L.)

Uji Aplikasi Pupuk Lengkap Bioorganik Cair untuk Meningkatkan Hasil Tanaman Jagung Manis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. makanan pokok pengganti beras. Sentra produkasi jagung di Indonesia berada di

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.)

KAJIAN PENGGUNAAN PUPUK BIOURIN SAPI DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

PENGARUH VOLUME PEMBERIAN AIR DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGREK Dendrobium undulatum

PENDAHULUAN. Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan

Citra Puluhulawa, , Dibimbing oleh Moh.Ikbal Bahua, Nurmi, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk Organik Cair.

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

Transkripsi:

P R O S I D I N G 4 PRODUKSI TUMPANGSARI KACANG MERAH (VIGNA ANGULARIS) DAN BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA) DI ATAP (ROOFTOP CULTURE) Agus Suryanto, Sitawati, Euis Elih Nurlaelih 1) 1) Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia email: asrfp@ub.ac.id PENDAHULUAN Ketahanan pangan akan selalu menjadi isu terpenting dalam kehidupan manusia di dunia karena tidak akan ada kehidupan tanpa makanan. Sementara keterbatasan lahan untuk kegiatan pertanian akan terus terjadi seiring dengan pertumbuhan penduduk dan peningkatan pembangunan di berbagai bidang. Oleh karena itu, inovasi di bidang pertanian berupa kegiatan budidaya di lahan terbatas sangat dibutuhkan saat ini dan dimasa yang akan datang. Selain itu, kondisi perkotaan yang sangat minim pekarangan atau bahkan tidak terdapat halaman rumah, sehingga Rooftop Gardening merupakan solusi untuk berkebun di atap rumah atau gedung. Rumah akan lebih produktif karena menghasilkan sayur- sayuran dan buahbuahan segar setiap hari sekaligus meningkatkan gizi keluarga, bahkan juga bisa untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Pemanfaatan taman atap sebagai lahan pertanian kini mulai dikembangkan seiring dengan keterbatasan lahan pertanian di perkotaan. Secara ekonomi, Keuntungan yang di dapat melalui adanya roof garden yakni menambah ruang aktif, mereduksi air bangunan akibat curah hujan, dan menambah nilai estetika suatu bangunan (Kuhn, 1995). Dalam melakukan budidaya pertanian untuk roof garden tentu diatur tanaman yang tidak mempunyai perakaran dalam, relatif tahan kekurangan air, tahan dan tumbuh baik pada temperature yang tinggi, perakaran dan pertumbuhan batang yang tidak mengganggu struktur bangunan, dan mudah dalam pemeliharaan. Kriteria tanaman tersebut digunakan acuan dalam pemilihan tanaman dan pemeliharaan. Keberadaan taman di atas atap (roof garden) akan menimbulkan bertambahnya beban. Timbunan tanah dan tanaman akan menambah beban mati, beban angin, dan tambahan beban air pada atap bangunan. Iklim mikro pada tanaman yang di tanam di atap gedung berbeda dengan tanaman yang di tanam di lahan. Suhu dan angin pada tanaman yang ditanam di atap gedung lebih tinggi daripada tanaman yang ditanam di lahan biasa, sedangkan kelembaban tanaman yang di tanam di atap gedung lebih kecil. kriteria tanaman untuk roof garden antara lain, tanaman tidak berakar dalam sehingga mampu tumbuh baik dalam pot atau bak tanaman, relatif tahan terhadap kekurangan air, perakaran dan pertumbuhan batang yang tidak mengganggu struktur bangunan, tahan dan tumbuh baik pada temperature lingkungan yang tinggi dan mudah dipelihara. Penanaman tanaman roof garden dengan sistem tumpangsari diharapkan dapat lebih mengefisienkan tempat yang sempit namun memberikan hasil yang optimal. Tumpangsari tanaman kacang merah (Phaseolus Vulgaris L.) yang biasa ditanam di pekarangan dengan tanaman bawang merah (Allium Ascalonicum L) diharapkan mampu memberikan memberikan out put maksimal. Lebih lanjut Guritno (2011) menjelaskan tumpangsari adalah penanaman dua jenis tanaman atau lebih yang dilakukan secara bersama-sama dalam sebidang lahan yang sama. Menurut Syarif (2004), tanaman memiliki periode kritis pada fase tertentu dan cekaman pada periode kritis dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil. Pada sistem penanaman tumpangsari, kompetisi antar tanaman pada periode kritis dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan hasil yang tidak optimal. Sehingga, diperlukan pengaturan jenis

P R O S I D I N G 5 dan waktu tanaman yang tepat agar tidak terjadi kompetisi. Manfaat tumpangsari menurut Efendi (2008) adalah dapat meningkatkan produktivitas lahan dan akan menjamin penutupan tanah sepanjang tahun dan dapat mengurangi erosi. Wahdiati (1990) menyatakan bahwa tumpangsari memiliki keuntungan produktivitas lahan tinggi, mengurangi resiko kegagalan panen, efisiensi dalam penggunaan sarana dan produksi, penekanan gulma dan mengurangi erosi sedangkan menurut Supriyatman (2011) suatu lahan yang ditanami dua atau lebih tanaman akan memberikan total produksi lebih besar dibandingkan bila hanya satu tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL) pola tumpang sari tersebut dengan jumlah dari umur panen tumpang sari. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di Rooftop Gedung Sentral, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Kota Malang pada ketinggian tempat ±460 m dpl dan rata-rata suhu udara harian antara 20-28 o C. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan Juni 2016. Bahan yang digunakan antara lain, bibit kacang merah Varietas Lokal dan bibit bawang merah Varietas Filipina, dan pestisida nabati Bio-care dengan bahan aktif jamur Beauveria bassiana 10 8 cfu.ml -1 Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dibandingkan dengan kontrol (Orthogonal Kontras) yang terdiri dari 2 faktor dan 3 ulangan. Perlakuan dalam RAKF diulang sebanyak 3 kali, yaitu K = Monokultur KM, Faktor I :Jumlah Tumpangsari BM (J1 = 1 tanaman, J2 = 2 tanaman, J3 = 3 tanaman), Faktor II : Umur Panen Tumpangsari BM (U1 = 20 hari, U2 = 40 hari, U3 = 60 hari). Parameter untuk tanaman utama meliputi bobot basah dan bobot kering kacang merah, bobot basah polong / tanaman. Sedangkan parameter yang digunakan tanaman sela yaitu bobot basah dan bobot kering tanaman. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf 5% untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan yang diberikan, jika terdapat hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji BNT dengan taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem penanaman monokultur kacang merah memiliki bobot segar biji kacang merah yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem penanaman tumpang sari kacang merah dan bawang merah. Hasil bobot segar biji kacang merah yang lebih tinggi ditunjukkan pada perlakuan jumlah 1 tanaman sela bawang merah dengan umur panen 20 hst. Sedangkan bobot segar biji kacang merah yang lebih rendah ditunjukkan pada perlakuan penanaman 3 bawang merah dengan umur panen bawang erah 60 hst, namun tidak berbeda nyata dengan penanaman 3 bawang merah dengan umur panen 40 hst. Tabel 1. Total Bobot Segar Biji Kacang Merah per Tanaman

P R O S I D I N G 6 BM + Umur Panen Monokultur KM Tumpangsari KM + BM 1 BM 2 BM Bobot Segar Biji Kacang Merah (g/tanaman) 21,71 B 15,84 A 18,26 e 17,17 d 16,25 c 15,97 c 15,68 c 15,65 c 3 BM 14,82 b 14,75 ab 14,06 a BNT 5 % 0,74 Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom sama menunjukan tidak berbeda nyata, huruf besar berdasarkan uji Orthogonal Kontras dan huruf kecil berdasarkan uji BNT 5%, HST: Hari Setelah Tanam, BM: Bawang Merah, KM: Kacang Merah. Peningkatan bobot polong berkaitan dengan besar fotosintat yang dialirkan ke bagian polong, jika transport fotosintat pada polong tinggi, maka ukuran polong semakin besar dan bobot polong akan meningkat (Falah, 2009). Selain itu, faktor yang berperan dalam menentukan produksi tanaman yaitu luas daun dan hasil fotosintesis yang dihasilkan daun berupa fotosintat. Bobot polong kacang merah yang tinggi pada sistem penanaman monokultur dibandingkan dengan sistem penanaman tumpang sari pada tanaman kacang merah dan tanaman sela bawang merah dikarenakan kompetisi dalam mendapatkan lingkungan tumbuh yang optimal seperti unsur hara, cahaya, suhu, kelembaban dan ruang tumbuh tidak telalu tinggi. Indayani et al. (2000) menyatakan bahwa kompetisi antar tanaman akan terjadi pada saat tanaman mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan tanaman tertentu. Kemampuan suatu tanaman dipengaruhi oleh daun dan akar yang merupakan bagian yang berperan aktif dalam kompetisi. Luas daun dan jumlah daun pada tanaman akan meningkatkan kompetisi, Sehingga, tingkat kompetisi tanaman akan tinggi dan menurunkan hasil tanaman. Menurut Suwarto et al. (2005), Ketika dua atau lebih jenis tanaman tumbuh bersamaan akan terjadi interaksi, sehingga setiap jenis tanaman harus memiliki ruang yang cukup untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan meminimumkan kompetisi. Gomez dan Gomez (2007) menambahkan bahwa beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam sistem tanam tumpangsari yaitu (1) pengaturan jarak tanam, (2) populasi tanaman, (3) umur panen tiap-tiap tanaman dan (4) kepekaan tanaman terhadap persaingan selama daur hidupnya (Syarif, 2004). Waktu tanam yang berbeda mempengaruhi produksi tanamanm karena waktu tanam berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan tingkat kecepatan pertumbuhan vegetatif serta dominansi tanaman dalam menguasai ruang, sehingga tanaman yang dominan

P R O S I D I N G 7 dan memiliki fase vegetatif cepat mampu berkompetisi dalam mendapatkan air, nutrisi dan cahaya dibandingkan dengan pertumbuhan vegetatifnya yang lambat dan akan berpengaruh pada produksi tanaman. Tabel 2. Bobot Segar Total per Polibag Bawang Merah dan Bobot Kering Total Per Polibag Akibat Perlakuan Jumlah Tanaman Bawang Merah dan Umur Panen Bawang Merah pada Tumpangsari Kacang Merah dan Bawang Merah. Keterangan: BM + Umur Panen Bobot Segar Bawang Merah (g/polibag) Bobot Kering Bawang Merah (g/polibag) 1 BM 6,22 ab 0,47 a 12,62 cd 0,98 ab 39,13 f 4,80 e 2 BM 7,77 bc 0,88 ab 17,42 de 1,43 bc 49,48 g 7,73 f 3 BM 2, 30 a 1,82 cd 19,08 e 2,82 d 49, 85 g 9,05 g BNT 5 % 5,15 0,61 Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom sama menunjukan tidak berbedanyata, huruf besar berdasarkan uji Orthogonal Kontras dan huruf kecil berdasarkan uji BNT 5%, HST: Hari Setelah Tanam, BM: Bawang Merah, KM: Kacang Merah. Bobot segar bawang merah pada penanaman 2 dan 3 bawang merah dengan umur panen 60 hst menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan bobot segar bawang merah dengan hasil yang lebih rendah ditunjukkan oleh perlakuan jumlah 1 tanaman sela bawang merah pada umur 20 hst dan perlakuan jumlah 3 tanaman bawang merah dengan umur panen 20 hst. Bobot kering bawang merah dengan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya ditunjukkan pada perlakuan penanaman 3 bawang merah dengan umur panen 60 hst. Hal tersebut disebabkan pada kemampuan tanaman dalam mengabsorbsi energi matahari optimal dalam proses fotosintesis. Jarak tanam yang lebih rapat pada jumlah tanaman yang lebih tinggi mengakibatkan kompetisi dalam jumlah cahaya yang diabsorbsi oleh tanaman, sehingga proses fotosintesis kurang optimal pada tanaman yang mendapatkan sedikit cahaya matahari (Sarjiyah, 2002). Penurunan kuantitas dan kualitas cahaya yang diserap oleh tanaman akan mengakibatkan penurunan jumlah fotosintat dan berpengaruh pada produksi tanaman.

Tabel 3. Hasil perhitungan LER (Land Equivalent Ratio) Pola Tanam Hasil Produksi ton/ha Kacang Merah Bawang Merah Monokultur 28,51 22,65 Tumpangsari 23,54 21,01 P R O S I D I N G 8 Nilai LER Pada Tabel 3. Menunjukkan bahwa hasil nilai (Land Equivalent Ratio) pada tumpangsari tanaman kacang merah dan bawang merah didapat nilai 1,74. Evaluasi keberhasilan suatu bentuk pola tanam tumpangsari dapat dilihat dengan cara mengevaluasi efisiensi penggunaan lahan (Land Equivalent Ratio). Berdasarkan nilai Land Equivalent Ratio(LER) (Tabel 3) menunjukkan bahwa sistem tumpangsari tanaman kacang merah mampu meningkatkan produktivitas lahan. Hasil nilai Land Equivalent Ratio (LER) yaitu 1,74. Hal ini sejalan dengan penelitian Sektiwi (2013) yang menyatakan bahwa tumpangsari kacang tanah dengan jagung dengan perlakuan kombinasi waktu tanam kacang tanah menghasilkan NKL yang tinggi dan menunjukkan bahwa penggunaan lahan efisien. Menurut Guritno (2011) yang menyatakan bahwa hasil perhitungan LER semakin mendekati angka 2 menunjukkan bahwa pola tanam tumpangsari semakin efisien dalam penggunaan lahan. Hiebsch et al. (1995) menambahkan bahwa nilai LER >1 menunjukkan pertanaman monokultur memerlukan lahan yang lebih luas daripada tumpangsari agar diperoleh hasil yang sama dengan yang diperoleh pada tumpangsari. Jumlah pertanaman per satuan luas merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil yang tinggi. Pengaruh jarak tanaman yang lebar dapat menaikkan hasil tiap tanaman. Sebaliknya jarak yang sempit mengakbatkan persaingan pemanfaatan cahaya, air, unsur hara dan faktor tumbuh lainnya diantara tanaman yang tumbuh berdekatan KESIMPULAN Tumpang sari pada tanaman utama menurunkan bobot kering tanaman utama bila populasi tumpang sari 3 tanaman dengan umur panen 60 hst. Nilai NKL tumpang Sari kacang merah dan bawang merah 1 tas dengan umur panen 20 hst memiliki nilai NKL 1.74. DAFTAR PUSTAKA Efendi, S. 2008. Cropping System Suatu Cara Untuk Stabilitas Produksi Pertanian. Penataran PPS Bidang Agronomi dalam Pola Bertanam. Lembaga penelitian Bogor. Falah, R. N. 2009. Budidaya Jagung Manis. Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang. Gomez, A.A. dan K. A. Gomez. 2007. Multiple Cropping in the Humid Tropic of Asia. Terjemahan. Andalas Press. Padang Guritno, B. 2011. Pola Tanam Di Lahan Kering. Universitas Brawijaya Press. Malang. Hiebsch, C. K.,F. Tetio-Kagho, A. M. Chirembo, and F.P. Gardner. 1995. Plant Density and Soybean Maturity in a Soybean-Maize Intercrop. Agron. J. R-03527. Indayani, Neny, Nasrullah, dan D. Priyanto. 2000. Kegiatan Biometrika Daya Saing antara Varietas Kedelai pada Pertananaman Campuran dan Baris Berseling. Agrosains 13 (2) : 183-184. Kuhn, M. 1995. Rooftop Resources City Farmer. Canada s Office of Urban Agriculture Book Jilid II. Canada. 1,74