BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. suci atau jalinan ikatan yang hakiki antara pasangan suami istri. Hanya melalui

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

DILEMATIKA PERIJINAN POLIGAMI. Oleh: Ahsan Dawi Mansur. Diskursus tentang poligami selalu menjadi kajian aktual.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup. sebagaimana firman-nya dalam surat Az-zariyat ayat 49 :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Hakikat Manusia Menurut Islam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya

Lingkungan Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. hati. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur an 1

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

RAPOR MERAH KAUM FEMINIS Kritik atas Relativitas Tafsir Feminisme terhadap Al-Quran. Nunuy Nurjanah

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

BAB V PENUTUP. telah terdapat beberapa kesimpulan sebagaimana berikut: perempuan tercermin dalam kalimat wa bimaa anfaqu min amwaalihim yang

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Menyoal Poligami dan Kendalanya Jumat, 26 Nopember 04

Oleh: Hj. Sasa Esa Agustiana S.H. PROBLEMATIKA RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

Pendidikan Agama Islam

PENGEJARAN DAN PEMBUNUHAN ISA AS. Pertanyaan Dari: H. Soekardi NBM , Baturetno (disidangkan pada hari Jum'at, 7 Shafar 1431 H / 22 Januari 2010)

LAMPIRAN TERJEMAH. No Bab Surah/Hadis Terjemah. 1 I QS. al-baqarah: 132 Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg

BAB IV. Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh Masyarakat. Tentang Praktik Poligami Di Bulak Banteng Wetan Kecamatan. Kenjeran Kota Surabaya.

BAB IV PENUTUP. 1. Hak-hak suami dalam memperlakukan istri yang nusyuz adalah 1)

ANTARA PRIA DAN WANITA

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

Tanya Jawab Edisi 3: Warisan Anak Perempuan: Syari'at "Satu Banding Satu"?

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari

MEMAHAMI KETENTUAN POLIGAMI DALAM HUKUM ISLAM Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi dapat juga

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

Islami. Pernikahan Dalam Islam

BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN. yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan, agama, budaya,

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Ada laki-laki, ada pula

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

BAB IV ANALISIS PERAN MEDIASI PERKARA SYIQAQ DI BP4 KOTA SEMARANG PASCA MUNAS KE XIV TAHUN 2009

KONSEP ANAK DALAM ISLAM

BAB IV PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH (PREMARITAL CHECK UP) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

rukhs}oh (keringanan), solusi dan darurat.

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling

BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer

Biodata. 2. Tempat Tanggal Lahir : Banjarmasin, 20 Januari Alamat : Jln Teluk Tiram Darat Gg Bakti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

Suatu ketika Rasulullah harus sedikit menegur Aisyah ketika sang Humaira cemburu berat.

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kaum Adam, Jadilah Pria Sejati

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai. Ketidakseimbangan jumlah antara laki-laki dan perempuan banyak

MATERI II PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA

EKSISTENSI MANUSIA. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA. Modul ke: Fakultas TEHNIK

Warisan Wanita Digugat!

BAB I PENDAHULUAN. menjadi khalifah Allah di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur an surat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

Potensi Muslimah Muslimah Berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri. 1 Pernikahan adalah

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

Bolehkah istri diperlakukan sebagai properti, seperti yang diakui oleh Manohara?

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hubungan cinta, kasih sayang dan kesenangan.

BAB VI PENUTUP. Setelah melihat data tentang relasi jender pada tafsir al-sya`râwî, dan

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tanpa menghilangkan kebutuhannya. 1. dengan ikatan hukum Islam, dengan memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB III PENAFSIRAN SURAT AN-NISA> AYAT 3 DAN 129 TENTANG POLIGAMI DAN RELEVANSINYA DENGAN FENOMENA POLIGAMI ZAMAN SEKARANG

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

BAB I PNDAHULUAN. Perpustakaan 2013), h Line) tersedia di blogspot. com/2012/12/pengertianimplementasi-menurut-para.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO.23 TAHUN 2004 TERHADAP PENDAPAT MUHAMMAD NAWAWI AL-BANTANI MENGENAI HUKUM SUAMI MEMUKUL ISTRI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemaknaan Keharmonisan Pernikahan Pemuda Dewasa Dini. berbunyi sebagaimana berikut :

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB II POLIGAMI DALAM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan Kedudukan perempuan dalam pandangan ajaran Islam tidak sebagaimana diduga atau dipraktekkan sementara masyarakat. Ajaran Islam pada hakikatnya memberikan perhatian yang sangat besar serta kedudukan terhormat kepada perempuan dan laki-laki. Dimata Allah Swt, mereka semua sama, hanya orang yang bertakwa saja yang dianggap mulia dimata Allah Swt, baik ia laki-laki maupun perempuan. Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Al-Hujurat [49]: 13 Artinya: Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari lelaki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal, sesungguhnya yang termulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha sebagai ulama Modern telah banyak memaparkan kontribusi pemikiran dalam kajian perempuan ini. Dalam tafsir mereka, Al-Manâr, kajian perempuan menjadi permasalahan serius dan mendapatkan porsi penjelasan yang cukup lumayan banyak baik dari perihal hak-hak yang didapatkan perempuan maupun perihal relasi antara laki-laki sebagai suami dengan perempuan sebagai istri dalam kehidupan rumah tangga. Pemikiran Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha selaku muridnya, ternyata tidak selamanya selaras dalam menafsirkan ayat-ayat tentang perempuan. Disatu sisi mereka berbeda pendapat penafsiran dan di sisi lain mereka kadang se- 126

127 pemikiran dan se-penafsiran. Salah satu contoh penafsiran mereka yang berbeda adalah penafsiran ayat yang oleh kebanyakan orang diduga sebagai ayat yang menerangkan tentang asal kejadian laki-laki dan perempuan QS. An-Nisâ[4]: 1 Abduh dan Ridha berbeda pendapat dalam penafsiran ayat ini. Abduh terlihat tidak begitu antusias dalam membahas ayat tersebut yang sering dijadikan landasan untuk menjelaskan tentang awal mula penciptaan manusia, selanjutnya ayat tersebut ia tafsirkan dengan tafsiran lain, karena memang menurutnya ayat tersebut tidak sepenuhnya menjelaskan masalah asal-usul perempuan. Abduh yang dikenal selalu mengedepankan rasio, meninggalkan jauh-jauh QS. An-Nisâ [4]: 1, untuk dijadikan argument dalam menjelaskan asal usul perempuan. Ia lebih senang menafsirkannya sebagai ayat pembuka (tamhîd) dalam pembicaraan tentang tanggung jawab terhadap anak yatim yang akan dikaitkan dengan ayat selanjutnya. Berbeda dengan Rasyid Ridha, ia sedikit menyinggung penafsiran ayat tersebut dengan mengutip beberapa pemikiran para ulama yang membawa ayat tersebut pada penafsiran tentang asal kejadian manusia. Menurutnya, kata nafs wâhidah bukan-lah Adam, itu hanya mâhiyah (eksistensi) yang dengan ini manusia bisa hidup. Dengan demikian kata zaujahâ, bukan hawa. Ia hanya menekankan bahwa setiap manusia terlahir dari yang berpasang-pasangan. Mengenai masalah poligami, Abduh melihat poligami dalam kacamata realitas keadaan yang terjadi saat itu, khususnya di daerah Mesir. Dengan pengayalahgunaan hukum poligami yang sering dijadikan alat untuk pemuasan nafsu belaka, menciptakan perlakuan kasar laki-laki terhadap istri, buruknya dampak psikologis anak-anak yang dihasilkan dari poligami dan ditambah dengan sulit sekali menjalankan konsep keadilan yang harus dijalankan dalam berpoligami, menurut Abduh, poligami yang tadinya mempunyai hukum mubâh menjadi haram dilakukan. Berbeda dengan Ridha yang cenderung untuk berpendapat sedikit lunak dengan mengakui poligami sebagai pilihan hidup dalam kondisi tertentu. Ridha menganggap, ketika istri mandul, dan suami merupakan seorang hyperseks, sehingga dikhawatirkan akan menyakiti si istri atau alasan-alasan lainnya, maka

128 seorang suami diperbolehkan untuk melakukan poligami, dan tentunya dengan persyaratan yang cukup ketat. Ketika berbicara tentang hak-hak perempuan, baik Abduh ataupun Ridha, sama-sama memiliki perhatian penuh terhadap hak-hak yang bisa didapatkan perempuan. Abduh dan Ridha memposisikan perempuan sama dengan laki-laki dalam segala bidang, baik dalam masalah mahar, thalak, waris, pendidikan, pekerjaan, kebebasan berpendapat dan berada dalam kancah perpolitikan. Mereka berdua ingin mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan, karena memang kaum perempuan sebenarnya sama derajatnya dengan laki-laki dimata Allah Swt. Meskipun demikian, Abduh tetap mempunyai batasan-batasan tertentu yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Abduh lebih cenderung memposisikan laki-laki sebagai pemimpin keluarga dibanding perempuan. Pemikiran Abduh ini tidak hanya didasarkan pada kewajiban nafkah yang dibebankan kepada laki-laki, juga disebabkan oleh lebih bijaknya laki-laki dalam mengambil keputusan-keputusan. Ketika berbicara ayat tentang kepemimpinan, Abduh meninggalkan jauhjauh penafsirannya dengan membawa ayat tersebut pada masalah diluar rumah tangga. Berbeda dengan Ridha yang menganggap ayat tersebut tidak hanya dalam rumah tangga, akan tetapi bisa dipakai untuk khithab yang lebih luas. Dengan menggunakan penafsiran yang lebih mendalam pada ayat ba dhohum ala ba adh, Ridha berpendapat, kepemimpinan tidak hanya bisa dipegang oleh laki-laki. Perempuan pun bisa menjadi pemimpin jika ia mampu. Dalam kaitannya dengan relasi antara suami istri dalam rumah tangga. Abduh dan Ridha dengan tegas menyatakan bahwa mereka berdua sangat mengutuk keras perlakukan kekerasan dalam rumah tangga. Walaupun dalam al- Qur an tertera aturan mengenai perempuan yang melakukan jalan nusyuz, termasuk diperbolehkannya memukul istri, menurut mereka itu merupakan yang amat harus dijauhi. Karena pada prinsipnya, Allah sangat mengharapkan dan mencintai suami istri yang menjalin hubungan rumah tangganya dengan penuh rasa kasih sayang dan cinta kasih. Allah membenci sekali tindak kekerasan dalam segala hal. Disamping tindak kekerasan, perlakuan kasar lainnya, seperti

129 memperalat istri, hanya menjadikan istri sebagai seorang budak yang bisa diperintah kapan saja, hal tersebutpun menjadi perhatian Abduh dan Ridha. Intinya, Abduh dan Ridha menginginkan relasi antara suami dan istri memang benar-benar sesuai dengan ayat yang menjelaskan tujuan dari sebuah pernikahan, yaitu QS. Ar-Rum [30]: 21 Artinya : Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya. Dan dijadikan-nya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. Tujuan dari terjalinnya suami istri dalam ayat diatas adalah terciptanya rasa kasih sayang diantara keduanya, tanpa ada diskriminasi, tindak kekerasan, tindak amoral, dan perbuatan buruk lain. Wallahu A lamu

130 2. Saran-saran Dari hasil penelitian tesis ini, ternyata banyak sekali kontribusi yang bisa didapatkan. Persoalan perempuan yang kadang terjadi di setiap masyarakat, banyak dibahas oleh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha dalam tafsir al-manar mereka. Abduh dan Rasyid Ridha telah memberikan pandangan-pandangan yang luas dalam menafsirkan ayat-ayat tentang perempuan. Konsep-konsep pemikiran mereka berdua yang selalu mengedepankan ishlâh dan kasih sayang dalam mengarungi bahtera rumah tangga harus lebih disosialisasikan kepada khalayak banyak. Masih banyak masyarakat yang butuh akan sosialisasi tata aturan dalam berumah tangga, sehingga tidak terjadi banyak kekerasan dalam rumah tangga yang mengakibatkan perempuan selalu menjadi bahan objek kekerasan tersebut. Untuk penelitian kedepan, dari hasil tesis ini setidaknya dapat diketahui bahwa pemikiran-pemikiran Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha selaku Guru dan Murid tidak selamanya selaras, dan dalam tesis ini hanya dikaji penafsiran mereka terhadap ayat-ayat tentang perempuan. Mungkin, dalam persoalanpersoalan lain, mereka berdua pun belum tentu se-pemikiran. Hal ini patut dan layak untuk dikaji lebih mendalam lagi.