BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Wujud

BAB I PENDAHULUAN. harapan bangsa yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa menuju Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006).

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Sumberjambe 2016 BAB 1. PENDAHULUAN

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

BAB I PENDAHULUAN. Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

Suplemen. PHBS di Sekolah. Suplemen 2011

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini di Indonesia terdapat lebih dari sekolah negeri,

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP PERSONAL HYGIENE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN TLOGOMAS 2 MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa balita adalah masa emas tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam membesarkan anak menjadi bagian

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB I PENDAHULUAN. investasi sumber daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Usaha kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Setiap anak unik dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Nama saya Sam Hilda NH, saya adalah mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1980 ditingkatkan menjadi keputusan bersama antara Depdik-bud dan Depkes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI. Nur Hikmah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

PELATIHAN DOKTER KECIL DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SISWA DI SDN 2 LABUAPI

Risa Noverawati, Ridwan Setiawan, Asep Aep Indarna, S ABSTRACT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI. diaplikasikan pada bidang kesehatan (Azmi, 2013). Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Bersih Sehat (PHBS), saat ini telah menjadi perhatian dunia, hal ini karena

BAB I PENDAHULUAN. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun 2014, menunjukkan bahwa terdapat 84 temuan kasus diare.

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

Mido Ester J. Sitorus, SKM, M. Kes Dosen Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Sari Mutiara Indonesia ABSTRAK

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum,

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diupayakan pencapaiannya oleh pemerintah. Upaya ini sebagai langkah

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pencegahan penyakit dengan mengurangi atau menghilangkan faktor resiko

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah program pemerintah yang diluncurkan pada tahun 2006 yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat tidak sehat menjadi sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku sehat yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu meningkatkan kesehatan, berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat dan mampu mencegah penyakit. Sekolah sebagai salah satu sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan. Hal ini disebabkan karena banyaknya data yang menyebutkan bahwa munculnya sebagian penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah ( 6-10 th ) misalnya diare, kecacingan dan demam berdarah umumnya berasal dari sekolah (Maryunani, A. 2013). Menurut laporan dari Majalah Interaksi tahun 2007, menulis bahwa Badan Kesehatan Dunia WHO (2007) menyebutkan bahwa setiap tahun terdapat 100.000 anak meninggal akibat diare. Sementara itu, data dari Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa diantara 1000 penduduk terdapat 300 anak yang terjangkit diare sepanjang tahun. Dan pada Angka kejadian kecacingan mencapai angka 40-60% (Depkes, 2005) sedangkan berdasarkan hasil survey yang lain, anak Indonesia yang menderita penyakit kecacingan angkanya rata-rata berada di kisaran 30% (Depkes, 2010). Di kota 1

2 Ponorogo angka kejadian diare menduduki peringkat ke 7 dari 10 besar penyakit yang terdapat di puskesmas yaitu 19.249 orang atau sebanyak 3% (Dinkes Ponorogo, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo dengan jumlah responden 10 siswa di dapatkan hasil dari 8 indikator yang ada ditatanan sekolah hanya ada 3 indikator yang sudah di implementasikan dengan baik dan benar oleh semua siswa-siswi di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo. Ketiga indikator itu adalah membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok di sekolah, dan mengikuti olahraga rutin yang ada di sekolah, sedangkan 5 indikator lain yang tidak terimplementasi dengan baik adalah mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun tidak terimplementasi karena anak hanya mencuci tangan dengan air mengalir tetapi tidak menggunakan sabun, penggunakan jamban yang bersih dan sehat tidak terimplementasi dengan baik karena masih banyak anak yang tidak BAB maupun BAK di sekolah, jajan dikantin sekolah yang sehat tidak terimplementasi dengan baik karena masih ada anak yang jajan di luar sekolah dan kantin sekolah juga masih menyediakan jajanan ringan, dan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan setiap 6 bulan tidak terimplementasi dengan baik karena keterbatasan sarana dan prasarana, serta pemberantasan jentik nyamuk di sekolah secara rutin tidak terimplementasi dengan baik karena masih banyak anak yang tidak piket maupun membiarkan adanya genangan air di tempat-tempat terbuka seperti pot bunga.

3 Secara umum, Program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depkes RI, 2002). Faktor-Faktor yang mempengaruhi rendahnya pelaksanaan PHBS adalah faktor perilaku dan no perilaku fisik, faktor sosial ekonomi, faktor teknis, faktor geografi dan faktor kurangnya upaya promotif tentang kesehatan khususnya mengenai PHBS dari puskesmas dan instalasi kesehatan lain seperti puskesmas (Maryunani, A. 2013) Ketika PHBS tidak diterapkan di lingkungan sekolah hal ini akan menimbulkan berbagai dampak. Dari segi pendidikan ketika lingkungan sekolah kotor akan mempengaruhi kenyamanan siswa maupun guru saat proses belajar mengajar, lingkungan yang kotor juga dapat memicu munculnya berbagai macam penyakit seperti demam berdarah. Timbulnya berbagai macam penyakit dapat meningkatkan angka absensi siswa yang berdampak pada prestasi belajar siswa-siswa di sekolah tersebut. Kondisi lingkungan yang kotor juga akan mempengaruhi citra sekolah di lingkungan sekitar dan masyarakat.

4 Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang akan menggantikan orang-orang sebelumnya, maka dari itu wajib bagi kita untuk meningkatkan pendidikan kesehatan dan kebersihan anak karena kesehatan anak merupakan aset yang paling berharga dan anak yang sehat akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat pula. Cara yang tepat untuk meningkatkan kebersihan dan kesehatan anak yaitu dengan mengajarkan kepada anak dengan berbagai pemahaman dan berbagai metode agar mereka dapat menjadi anak yang bersih dan sehat (Febrianto dalamaprilia, Rika 2013). Penanaman nilai-nilai PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Dengan menerapkan PHBS di sekolah oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah, maka akan membentuk mereka untuk memiliki kemampuan dan kemandirian dalam mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat (Maryunani, A. 2013). Salah satu cara yang sangat efektif untuk meningkatkan perilaku atau kebiasaan hidup bersih dan sehat terutama pada anak yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan di sekolah, menyediakan sarana prasarana yang menunjang indikator PHBS dan implementasi PHBS yang baik di sekolah (Maryunani, A. 2013). Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang Implementasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Anak Sekolah di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo.

5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disampaikan, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana Implementasi Anak Sekolah dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tatanan Sekolah?. 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengidentifikasi Implementasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Anak Sekolah di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi IPTEK Dapat dijadikan penelitian lebih lanjut sebagai bahan dasar untuk meningkatkan pengetahuan anak sekolah tentang perilaku hidup bersih dan sehat sehingga menurunkan angka kejadian resiko terjadinya penyakit diare, disentri dan demam berdarah pada anak sekolah. 2. Bagi Institusi Sebagai masukan untuk mengembangkan kurikulum, khususnya mata kuliah keperawatan anak. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Anak Meningkatkan kesadaran pada anak untuk lebih menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.

6 2. Bagi Sekolah Dapat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah. 3. Bagi profesi keperawatan Dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada anak sekolah tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan sebagai bahan dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan profesi keperawatan di masa mendatang. 1.5 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang pernah dilakukan, antara lain : 1. Teguh Murjani (2010) Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Masyarakat. Menemukan bahwa sebagian masyarakat berperilaku baik dalam hidup bersih dan sehat. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada variabel yang akan diteliti, sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Dimana pada penelitian yang sudah dilakukan difokuskan pada perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan difokuskan pada perilaku hidup bersih dan sehat pada Anak sekolah. 2. Mochamad Setyo Pramono, dkk (2011). Peningkatan Pengetahuan Anak Anak Tentang PHBS dan Penyakit Menular Melalui Teknik KIE Berupa Permainan Elektronik. Penelitian ini adalah penelitian terapan berupa eksperimen untuk menguji teknik KIE yang dirancang dalam penelitian ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan anak-anak tentang PHBS dan

7 penyakit menular. Tahap pertama, objek penelitian yaitu anak-anak yang terpilih sebagai sampel diberi kuesioner untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mereka tentang PHBS dan penyakit menular. Tahap kedua mereka mendapat perlakuan berupa permainan game yang dimainkan selama minimal 2 kali dengan rentang waktu selama 2 minggu. Tahap ketiga mereka mendapat kuesioner yang sama seperti pada tahap pertama. Berdasarkan hasil uji menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan antara nilai rata-rata pengetahuan sebelum dan sesudah perlakuan. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pasa anak sekolah. Perbedaannya pada penelitian sebelumnya peneliti menggunakan variabel pengetahuan sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan variabel perilaku sebagai dasar penelitian. 3. Mohamad Julrisam Gomo, dkk (2012). Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Sekolah Pada Siswa Kelas Akselerasi di SMPN 8 Manado. Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan pada bulan Desember 2011 Januari 2012. Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa akselerasi A dan B yang berjumlah 56 siswa. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu total populasi dan jumlah sampelnya 56 siswa.hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan siswa akselerasi SMPN 8 Manado terhadap PHBS sekolah adalah baik, dimana 90,4% siswa mengetahui akan PHBS sekolah. Sikap siswa akselerasi SMPN 8 Manado terhadap PHBS sekolah adalah baik, dimana 89% setuju terhadap konsep PHBS sekolah. Tindakan siswa akselerasi

8 SMPN 8 Manado terhadap PHBS sekolah adalah baik, dengan 68% siswa mempraktekan pengetahuan mereka. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti PHBS di sekolah dan perilaku. Perbedaannya, pada penelitian sebelumnya peneliti menggunakan responden anak SMP sedangkan pada penelitian ini respondennya adalah anak SD. 4. Lilik Andayani (2013) Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Peran Guru Dalam Membentuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Anak Usia Pra Sekolah Di TK/BA Aisyiyah se-kecamatan Kota Ponorogo. Desain Penelitian menggunakan metode diskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 84 responden sebagian besar sebanyak 46 responden (54,8%) memiliki peran yang baik dan sebanyak 38 responden (45,2%) mempunyai peran buruk dalam membentuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) anak di sekolah.hal ini dipengaruhi oleh faktor usia, latar belakang pendidikan, lama menjadi guru dan sumber informasi. Persamaan dengan penelitian ini yaitu membahas tentang perilaku hidup bersih dan sehat dan metode penelitian diskriptif. Perbedaannya penelitian ini difokuskan pada anak sekolah sebagai perilaku PHBS. 5. Rika Aprilia (2013) Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Implikasi Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS mencuci tangan) pada Anak Jalanan di Kota Madiun. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan populasi anak jalanan yang berusia sekolah yang berada di kota madiun. Penelitian ini dilakukan pada bulan april 2013 dengan besar sampel 22 responden.

9 Metode penelitian menggunakan Accidental Sampling, pengumpulan data menggunakan kuesioner di bagikan pada anak jalanan yang berusia sekolah di kota madiun. Dari hasil penelitian didapatkan dari 22 responden didapatkan sebagian besar 13 responden atau (59,1%) anak jalanan berperilaku negative dan hampir setengahnya 9 responden atau (40,9%) anak jalanan berperilaku positif. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa anak jalanan mempunyai perilaku negative dalam mencuci tangan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan dan tidak adanya minat pada anak untuk mencuci tangan. 6. Tara Siyana, PW (2015) Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Identifikasi Ketersediaan Fasilitas Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tatanan Sekolah. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan populasi seluruh SD Negeri yang ada di Desa Ngrayun Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo. Metode penelitian ini menggunakan total sampling dengan banyaknya sampel adalah 7 sekolah dasar, pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ketersediaan fasilitas sangat diperlukan menginngat fasilitas dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Hal ini untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat sekolah dasar di lingkungan sekolah. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan desain penelitian deskriptif dengan variabel PHBS dan anak sekolah dasar. Sedangkan perbedaannya terletak pada metode pengambilan sampel dan pengumpulan data.