BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bali merupakan propinsiyang masyarakatnya menganut sistem

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN jiwa dengan kenaikan 1,49% per tahun. 1 Upaya pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tidak segera mendapatkan pemecahannya. Jumlah penduduk yang besar dapat. menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan setiap keluarga.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk yang sangat tinggi dan sangat padat. Di dunia, Indonesia berada pada posisi

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

I. PENDAHULUAN. tinggi dan tidak terkendalikan akan berpengaruh terhadap semakin menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA BERENCANA PADA KELOMPOK IBU DI WILAYAH PUSKESMAS I SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dapat diatasi. Permasalahan ini antara lain diwarnai jumlah yang besar

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan sumber daya alam yang tidak

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN


BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Sensus Penduduk tahun 2000 menunjukkan, penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif,

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berencana Indonesia) dan pelaksanaannya masih tersembunyi. Tahun demi tahun

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. menghambat proses pembangunan. Hal ini banyak terjadi, terutama di negara negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Soekanto, 1995:431 (dalam Atika, 2011) proses pembangunan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami peningkatan tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

I. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini diakui bahwa program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang selalu meningkat di setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia. dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004).

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB I PENDAHULUAN. maka dampak buruk akan segera terjadi. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. adalah ledakan penduduk. Ledakan penduduk dapat mengakibatkan laju

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan yang menjadi pembeda

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian. Dari segi kuantitas atau jumlah penduduk, hasil Sensus

I. PENDAHULUAN. mengalami masalah kependudukan. Masalah kependudukan di Indonesia tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bali merupakan propinsiyang masyarakatnya menganut sistem kekerabatan berdasarkan prinsip purusa (patrilineal). Sistem kekerabatan patrilineal yang dianut oleh masyarakat Bali atau sistem kebapakan atau kapurusa. Menurut masyarakat Bali, khususnya yang beragama Hindu, hal ini mengandung arti bahwa seorang pria (kapurusa) dalam keluarga, bertanggung jawab atas sebagian besar kewajiban (swadharma) yang harus dilaksanakan oleh keluarga bersangkutan (Dyatmikawati, 2008). Jadi dengan kata lain peranan anak laki-laki di Bali lebih berpengaruh dibanding dengan anak perempuan. Pulau Bali terkenal dengan citra keajegan budayanya. Citra ini membuat Bali selalu dibayangkan memiliki kultur-tradisi yang senantiasa tegar (ajeg). Dengan demikian, homogenisasi identitas orang Bali diikuti oleh kontruksi citra bahwa budaya mereka senantiasa kuat dan lentur menghadapi arus perubahan zaman. Seperti halnya citra yang tertanam pada budaya Minang, budaya Bali juga dianggap memiliki kesolidan dan kekenyalan dalam menghadapi modernitas maupun Globalitas (Dwipayana, 2005). Budayayang masih melekat di Bali saat ini adalah sistem tata nama orang Bali, yaitu pemberian nama atau penamaan kepada setiap anak yang lahir sesuai dengan urutan kelahirannya. Penamaan dibagi berdasarkan sistem kasta/keturunan dan urutan kelahiran anak. Anak di Bali memiliki urutan penamaan hingga anak 1

2 keempat. Anak pertama dimulai dari penggunaan nama Gede yang berarti besar, atau wayan yang berarti wayah yang berarti tua atau Putu berarti anak atau Luh untuk anak wanitanya. Anak kedua diberi nama Made yang berasal dari kata madya dan berarti tengah yang sapaannya sering disebut dengan Kadek. Anak kedua juga disebut Nengah. Anak ketiga diberi nama Nyoman atau Komang, yang diambil dari kosa kata anom yang berarti muda. Anak keempat disebut Ketut, yang etimologinya diambil dari kata kitut yang berarti ekor (Antara, 2012). Uraian tersebut, tentu memunculkan berbagai persoalan baru. Persoalan pertama adalah jika dalam suatu keluarga tidak terdapat anak laki-laki tentu akan memunculkan persoalan dalam hal pewarisan dan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan jumlah anak yang nantinya mempengaruhi jumlah keluarga ideal pada masyarakat Bali. Persoalan kedua adalah adanya benturan antara budaya tata nama masyarakat Bali dengan program pemerintah yang dikenal dengan Program Keluarga Berencana (KB). KB yang mempunyai slogan untuk keluarga yang ideal adalah dua anak cukup akan berhadapan dengan budaya Bali yang ajeg yakni dengan empat anak. KB merupakan gerakan dari pemerintah merujuk pada suatu masa dimana ide tentang penanganan masalah kependudukan dumulai dan disosialisasikan ke tengah-tengah masyarakat yang kemudian menunjuk pada masa pemerintah meneguhkan komitmen politiknya untuk menangani masalah kependudukan secara serius dengan membatasi angka kelahiran (BKKBN, 1995). Mengacu pada hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk di Bali mencapai 3.890.757 jiwa atau hampir 4 juta jiwa. Jumlah penduduk tahun 2010

3 ini meningkat pesat dari sensus penduduk tahun 2000 yang berjumlah 3.146.999 jiwa atau mengalami rata-rata laju pertumbuhan 2,14% tiap tahunnya (Wingantara, 2012). Ini bisa jadi menandakan bahwa budaya Bali yang ajeg perlahan berhasil menurunkan kepopuleran KB, yang pada tahun 1970 sempat manjadikan Bali sebagai propinsi dengan urutan teratas tingkat nasional dalam pelaksanaan KB dengan menggunakan kontrasepsi jangka panjangnya di kalangan masyarakat Bali. Desa Sobangan merupakan desa yang berada di Kabupaten Badung, Propinsi Bali, yang hingga saat ini masih melestarikan budaya Bali dengan sistem kekerabatan patrilinealnya. Jumlah penduduk Desa Sobangan 3.486 jiwa dengan 964 kepala keluarga, sebagian masyarakat Desa Sobangan bekerja sebagai petani (BPS, 2012). Hasil sensus penduduk tahun 2012 di Desa Sobangan menunjukan bahwa rata-rata keluarga di Desa Sobangan memiliki anak yang jumlahnya lebih dari dua anak yakni rata-rata 3,6 anak/kepala keluarga. Petani yang merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat di Desa Sobangan menarik untuk di cermati terkait pengambilan keputusan untuk menentukan jumlah keluarga ideal di kalangan keluarga petani. Melihat persoalan tersebut, sikap atau peranan pengambilan keputusan suami-istri dalam suatu keluarga di Bali menjadi hal yang menarik untuk diamati. Dikemukakan oleh Sudarta dan Artini (1999) bahwa dalam suatu keluarga umumnya suami (kepala keluarga) dan istrinya merupakan simbol yang paling dihormati dan pemegang kekuasaan tertinggi atau sentral pengambil keputusan dalam keluarga mereka, yang sangat mempengaruhi kelangsungan hidup mereka.

4 Sistem kekerabatan patrilineal yang dianut oleh masyarakat Bali, juga ikut memberikan corak terhadap peranan suami maupun istri dalam pengambilan keputusan (Sudarta, 2007). Sistem kekerabatan patrilineal masyarakat Bali, disamping istri mengikuti suami atau tinggal di pihak kerabat suami, istri juga tidak berhak mewarisi harta kekayaan. Hal ini berarti bahwa sumber daya pribadi istri sangat terbatas yang dapat disumbangkan ke dalam keluarga mereka. Sumber daya pribadi yang terbatas ini membawa implikasi bahwa wewenang istri dalam pengambilan keputusan pada berbagai bidang menjadi sangat terbatas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudarta (2002), mengenai pengambilan keputusan sumai-istri dalam bidang sosial budaya pada masyarakat patrilineal Bali menujukkan bahwa, masih dominannya pengaruh suami dalam menentukan keputusan. Berdasarkan uraian di atas, menarik untuk dikaji melalui suatu studi mikro, bagaimanakah pengambilan keputusan suami-istri keluarga petani dalam menentukan jumlah keluarga idealdi Desa Sobangan, Kabupaten Badung, Propinsi Bali.Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengambilan Keputusan Suami-Istri Keluarga Petani dalam Menentukan Jumlah Keluarga Ideal pada Masyarakat Patrilineal Bali B. Rumusan Masalah Adapun masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pola pengambilan keputusan suami-istri keluarga petani dalam menentukan jumlah keluarga ideal pada masyarakat patrilineal Bali?

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan pengambilan keputusan suami-istri keluarga petani dalam menentukan jumlah keluarga ideal pada masyarakat patrilineal Bali. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pola pengambilan keputusan suami-istri keluarga petani di Desa Sobangan. b. Untuk mengetahui persepsi suami-istri keluarga petani mengenai program Keluarga Berencana. c. Untuk mengetahui persepsi suami-istri keluarga petani tentang kedudukan anak laki-laki dalam keluarga. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Melalui penelitian ini diharapkan peneliti mampumengembangkan ilmu keperawatan di bidang komunitas dan maternitas berkaitan tentang budaya Bali dan peran suami-istri keluarga petani dalam menentukan jumlah keluarga ideal. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam merencanakan dan mengembangkan program keluarga berencana di Bali, guna mengatasi pesatnya laju pertumbuhan penduduk di Bali. b. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan mengenai jumlah keluarga ideal di Bali.

6 c. Bagi peneliti, sebagai tambahan informasi dan pengetahuan dalam bidang keperawatan maternitas dan komunitas yang hubungannya dengan jumlah keluarga ideal. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengambilan keputusan suami-istri keluarga petani dan keluarga berencana telah bnyak dilakukan, akan tetapi berkaitan dengan jumlah keluarga ideal dan budaya setempat belum banyak dilakukan. Berdasarkan pengamatan terbatas yang diketahui oleh peneliti dalam penelusuran kepustakaan, masih sedikit penelitian tentang jumlah keluarga ideal di Bali. Adapun kajian yang pernah dilakukan sebagai berikut 1. Ekayanthi (2005) melakukan penelitian tentang Persepsi Pria Pasangan Usia Subur Terhadap Partisispasi Pria Dalam Program Keluarga Berencana di Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan Propinsi Bali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pria pasangan usia subur terhadap partisipasi pria dalam program KB. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan populasi penelitian seluruh suami dari pasangan usia subur (PUS) di Kecamatan Tabanan. Hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa jenis metode kontrasepsi pria paling banyak digunakan pria pasangan usia subur adalah kondom. Penelitian Ekayanthi dengan penelitian yang akan dilakukan sama-sama dilakukan di Propinsi Bali dan meneliti tentang KB, namun terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kabupaten dan desa tempat dilaksanakan penelitian. Kabupaten dan desa tempat dilaksanakannya

7 penelitian Ekayanthi bertempat di Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, sementara penelitian yang akan dilakukan bertempat di Desa Sobangan, Kabupaten Badung. 2. Sudarta (2002) tentang Pengambilan Keputusan Suami-Istri Keluarga Petani di Bidang Sosial Budaya (Studi Kasus di Desa Ayunan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung). Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif yang didukung secara kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pengambilan keputusan suami-istri keluarga petani di bidang sosial budaya. Hasil penelitian pengambilan keputusan di bidang sosial budaya suami lebih dominan, dengan kata lain suami memerlukan perundingan bersama istri dalam menentukan pilihan atau sikapnya. Persamaan penelitian Sudarta dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama meneliti tentang pola pengambilan keputusan pada suami-istri keluarga petani. Perbedaan penelitiannya terletak pada bidang dan lokasi tempat penelitian. 3. Syarief (2003) tentang Partisipasi Suami Dalam Keluarga Berencana Pada Kebudayaan Matriarkhat di Desa Korong Gadang Kec. Kuranji Kodya Padang-Sumbar. Penelitian ini menggunakan rancangan survei deskriptif kuantitatif dan didukung interpretatif secara kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah tingkat pengetahuan, sikap, dan prilaku atau partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada kebudayaan matriarkhat. Hasil penelitiannya yaitu tingkat pengetahuan suami tentang KB relatif tinggi (54,2%), sikap suami terhadap KB relatif rendah (51%), dan menurut pendapat tokoh masyarakat, pada dasarnya adat dan

8 kebudayaan Minangkabau tidak mempertentangkan masalah KB dan KB pada pria/suami. Persamaan penelitian Syarief dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama meneliti tentang program KB dan perbedaannya adalah pada metode penelitian yang digunakan.