Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing pada Penyimpanan Suhu Kamar

dokumen-dokumen yang mirip
Ketahanan Susu Kambing Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau dari Uji Didih dan Alkohol

Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase

Susunan Redaksi Indonesia Medicus Veterinus. Pimpinan: I Wayan Batan. Wakil Pimpinan: Muhsoni Fadli

Kualitas Susu Kambing Selama Penyimpanan pada Suhu Ruang Berdasarkan Berat Jenis, Uji Didih, dan Kekentalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kualitas Susu Segar pada Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Alkohol, Derajat Keasaman dan Angka Katalase

Uji Organoleptik dan Tingkat Keasaman Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar

Mutu Susu Kambing Peranakan Etawa yang Disimpan pada Suhu Ruang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ketahanan Susu Segar pada Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Tingkat Keasaman, Didih, dan Waktu Reduktase

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawa Selama Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Rasa, ph dan Uji Alkohol

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

KETAHANAN SUSU KUDA SUMBAWA YANG DISIMPAN PADA SUHU RUANG DITINJAU DARI TOTAL ASAM, UJI DIDIH DAN UJI WARNA SKRIPSI. Oleh : Noer Syaiful Hakim

BAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju,

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DALAM SUHU BEKU TERHADAP KADAR PROTEIN,KADAR LEMAK DAN KADAR ASAM LAKTAT SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE)

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol

Ketahanan Susu Kuda Sumbawa Ditinjau dari Waktu Reduktase, Angka Katalase, Berat Jenis, dan Uji Kekentalan

Kualitas Susu Kuda Sumbawa pada Penyimpanan Suhu Ruang

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

PENGARUH BAHAN PENGEMAS DAN LAMA PENDINGINAN TERHADAP KEASAMAN DAN ANGKA REDUKTASE SUSU PASTEURISASI

I MADE ADITYA SASTRAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

NOER SYAIFUL HAKIM¹, I KETUT SUADA¹, I PUTU SAMPURNA²

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PAPER BIOKIMIA PANGAN

D I N A M I K A R E K A S A T W A V o l. 8 N o. 1, 5 M a r e t 2015 KUALITAS SUSU KAMBING POST THAWING PADA BERBAGAI LAMA SIMPAN DI SUHU KAMAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan nama sapi Grati. Bentuk dan sifat sapi PFH sebagian besar

EVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI

MATERI DAN METODE. Metode

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

Ketahanan Daging Rendang Tanpa Pemasakan Ulang Selama Penyimpanan Suhu Ruang Berdasarkan Uji Reduktase dan Organoleptik

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KETAHANAN SUSU KUDA SUMBAWA PADA PENYIMPANAN SUHU RUANG DITINJAU DARI TINGKAT KEASAMAN (ph), UJI ALKOHOL, UJI BAU DAN UJI RASA SKRIPSI

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penyediaan Pakan Pemeliharaan Hewan Uji

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

UJI KUALITAS SUSU Latar Belakang Tujuan Praktikum

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

CARA PEMANASAN, SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MASA SIMPAN SUSU KAMBING

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau

Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia Vol. 1(1): 20-25, April 2017

BAB I PENDAHULUAN. Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang

PENGGUNAAN GAYA CENTRIFUGASI TERHADAP PENGUJIAN KANDUNGAN LEMAK PADA SUSU PEMERAHAN SAPI DENGAN SUSU RENDAH LEMAK PASTEURISASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada

PASCA PANEN SUSU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 1997 / 1998

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PASTEURISASI TERHADAP MUTU SUSU SELAMA PENYIMPANAN

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan domestik. orang wisatawan berkunjung ke kota ini.

RINGKASAN PENDAHULUAN

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR DAN LEMARI PENDINGIN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN PADA DADIH KERBAU DENGAN METODA KJELDAHL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

Zat makanan yang ada dalam susu

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Hasil analisis sifat fisik susu kambing segar. 9,70±0,10 8,37 10,45 3) Minimal 8,0

BAB I PENDAHULUAN. dalam susu dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Di dalam kehidupan sehari-hari,

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

KUALITAS PROTEIN SUSU SAPI SEGAR BERDASARKAN WAKTU PENYIMPANAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian berlangsung mulai tanggal 23 Juli 2011 sampai dengan 23 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Ternak perah adalah ternak yang dapat memproduksi susu lebih dari yang

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

I MADE ADITYA SASTRAWAN, IDA BAGUS NGURAH SWACITA, I MADE SUKADA

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Restu Ilham NIM

BAB I PENDAHULUAN. lengkap dan telah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Susu dapat

Kualitas dan Potensi Dadih Sebagai Tambahan Pendapatan Peternak Kerbau di Kabupaten Kerinci

Transkripsi:

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing pada Penyimpanan Suhu Kamar EMI HAMIDAH, I MADE SUKADA, IDA BAGUS NGURAH SWACITA Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Jl.P.B.Sudirman Denpasar Bali tlp. 0361-223791 ABSTRAK Susu merupakan media cair yang mempunyai komposisi sangat lengkap, sehingga tidak dapat bertahan lama dalam waktu lama bila disimpan pada suhu kamar. Susu yang disimpan pada suhu kamar akan mudah rusak jika tidak mendapat perlakuan seperti pasteurisasi, pendinginan/pembekuan, dan pemanasan. Dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing mengandung protein relatif lebih tinggi, yaitu 4,3% dibanding susu sapi 3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas susu kambing PE post-thawing pada penyimpanan suhu kamar ditinjau dari uji didih, uji alkohol, dan uji derajat asam. Penelitian ini diulang sebanyak 6 kali setiap hari sekali dengan waktu penyimpanan pada suhu kamar selama 0 jam, 2 jam, 4 jam dan 6 jam. Kesimpulannya bahwa susu kambing PE post-thawing yang disimpan pada suhu kamar tidak melebihi 2 jam, sehingga susu kambing PE beku setelah di-thawing harus segera diminum. Kata kunci : susu kambing PE post-thawing, penyimpanan pada suhu kamar ABSTRACT Milk is a liquid medium has a composition very complete, so it can not persist for long periods when stored at room temperature. Milk stored at room temperature would be easily damaged if not treated like pasteurization, refrigeration/freezing, and heating. This research aims to determine the quality of goat milk PE post-thawing at room temperature storage in terms of the boiling test, alcohol test, and degree of acid test. This research was repeated 6 times every other day with a four-treatment storage at room temperature for 0 hour, 2 hours, 4 hours and 6 361

hours. Based on the results of research concluded that goat milk PE post-thawed stored at room temperature can only survive for 2 hours, so the goat milk PE frozen after in-thawing should be drunk immediately. Key words : goat milk PE post-thawing, stored at room temperature PENDAHULUAN Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan akan protein hewani semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup manusia. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia karena kelezatan dan komposisinya yang ideal selain itu susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh, semua zat makanan yang terkandung didalam susu mudah dicerna dan dimanfaatkan oleh tubuh (Ressang dan Nasution, 1982). Susu murni adalah susu yang diperoleh dari hasil pemerahan dan belum mendapat perlakuan, dan susu murni yang belum mengalami proses pemanasan disebut susu segar (Dirkeswan, 1983). Susu merupakan sumber energi karena mengandung laktosa dan lemak, sumber zat pembangun karena mengandung protein dan mineral serta sebagai bahan-bahan pembantu proses metabolisme seperti mineral dan vitamin. Secara kimiawi susu normal mempunyai susunan sebagai berikut: air (87,20%), lemak (3,70%), protein (3,50%), laktosa (4,90%), dan mineral (0,07%) (Sumudhita, 1989). Susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Susu yang banyak dijual dan dikenal di pasaran adalah susu sapi. Sebenarnya susu kambing tidak kalah nilai gizinya dibandingkan dengan susu sapi. Hanya karena faktor kebiasaan dan ketersediaannya maka susu sapi lebih menonjol di pasaran (Sumudhita, 1989). Susu merupakan media cair yang mempunyai komposisi sangat lengkap, sehingga tidak dapat bertahan lama dalam waktu lama bila disimpan pada suhu kamar. Susu yang disimpan pada suhu kamar akan mudah rusak jika tidak mendapat perlakuan seperti pasteurisasi, pendinginan/pembekuan, dan pemanasan (Ressang dan Nasution, 1982). 362

Pemanfaatan kambing di Indonesia baru terbatas sebagai penghasil daging, sedangkan sebagai penghasil susu masih sedikit. Kambing yang umumnya dipelihara adalah kambing Peranakan Etawah (PE), karena kambing ini merupakan salah satu jenis kambing yang menghasilkan susu untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Jenis kambing PE merupakan jenis kambing yang memiliki produktivitas tinggi dan daya tahan yang lebih baik. Kambing PE banyak dipelihara oleh masyarakat di Indonesia dan tersebar luas diseluruh wilayah pedesaan karena mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan mempertahankan diri terhadap lingkungan yang kurang baik (Davendra dan Burns, 1994). Kandungan protein susu kambing relatif lebih tinggi, yaitu 4,3% dibanding susu sapi 3% (Sunarlim, 1992). Pada waktu susu berada di dalam ambing ternak yang sehat atau berada beberapa saat setelah keluar, susu merupakan suatu bahan murni, hygienis, bernilai gizi tinggi, dan mengandung sedikit bakteri yang berasal dari ambing, atau boleh dikatakan susu masih steril, bau dan rasanya tidak berubah dan tidak berbahaya untuk diminum. Setelah beberapa lama berada di luar, susu sangat peka terhadap pencemaran bakteri karena di dalam susu terkandung semua zat yang disukai oleh bakteri seperti protein, mineral, karbohidrat, lemak, dan vitamin sehingga susunan dan keadaannya akan berubah (Suardana dan Swacita, 2004). Selain susu sebagai bahan makanan sangat penting artinya bagi manusia dan ternak, susu juga merupakan media yang dapat menyebarkan penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang dapat menular dari manusia ke hewan atau sebaliknya (milk borne disease). Oleh karena itu, pemeriksaan kualitas susu sebelum dimanfaatkan atau sebelum pengolahan sangat perlu untuk kesehatan konsumen (Saleh, 2004). Banyak persoalan yang dihadapi dalam pengolahan, penyimpanan dan penggunaan susu karena stabilitasnya mudah terganggu. Usaha dalam memenuhi kebutuhan akan susu dilakukan dengan berbagai cara yang tetap dikaitkan dengan jaminan kualitas, karena kualitas susu merupakan faktor penting bagi kesehatan konsumen (Dirkeswan, 1983). Susu yang dihasilkan harus segera ditangani dengan cepat dan benar. Hal ini disebabkan sifat susu yang sangat mudah rusak dan mudah terkontaminasi. Salah satu cara supaya susu tidak cepat rusak yaitu dengan pembekuan. Susu yang dibekukan biasanya dilakukan untuk menjaga kualitas dan kandungan gizi susu. Thawing (mencairkan) susu pada suhu kamar tidak boleh lebih dari 2 jam karena bakteri akan mudah berkembang (Gunawan, 2010). 363

Menurut Suardana dan Swacita (2004), pengujian terhadap kualitas susu dapat dilakukan berdasarkan keadaan dan susunan susu. Pemeriksaan kualitas susu berdasarkan keadaannya, antara lain meliputi uji didih, uji alkohol, dan uji derajat asam. Uji didih, uji alkohol, dan uji derajat asam dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa derajat keasaman susu secara tetrimetri dan untuk mengetahui baik tidaknya susu, sehat dan layak dikonsumsi, apabila susu tetap dalam keadaan homogen berarti susunya masih dalam keadaan baik dan layak untuk dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumudhita (1989), bahwa kualitas susu dapat dilihat dari susunan dan keadaan proteinnya. Semakin tinggi kadar keasaman susu maka kualitas susu semakin rendah. Susu menjadi asam karena akibat perombakan laktosa menjadi laktat yang disebabkan oleh bakteri asam laktat. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka dalam penelitian ini akan diteliti tentang kualitas susu kambing PE post-thawing pada penyimpanan suhu kamar ditinjau dari uji didih, uji alkohol, dan uji derajat asam. MATERI DAN METODE Sampel berupa susu kambing PE beku yang diambil di distributor di daerah Badung, dimana susu tersebut berasal dari Desa Pucaksari, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng. Susu diambil sebanyak 500 ml dalam keadaan beku dan diambil sebanyak 6 kali ulangan setiap hari sekali. Setelah itu sampel langsung dibawa ke lab Kesmavet untuk dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan styrofoam dan didalamnya diisi dengan batu es. Pengujian terhadap kualitas susu meliputi uji didih, uji alkohol dan uji derajat asam. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, larutan 0,1 N NaOH, spiritus, aquades, dan larutan phenolphthalein 2% (dalam alkohol 96%). 1. Uji didih Susu sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan penjepit, panaskan tabung reaksi sampai susu mendidih. Uji didih positif ditandai dengan adanya gumpalan yang menempel pada dinding tabung reaksi, menunjukkan susu tidak baik, sedangkan tidak adanya gumpalan menandakan uji didih negatif (Suardana dan Swacita, 2004). 364

2. Uji alkohol Susu sebanyak 3 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 3 ml alkohol 70%. Tabung dikocok perlahan-lahan. Uji alkohol positif ditandai dengan adanya butiran susu yang melekat pada dinding tabung reaksi, sedangkan tidak terdapatnya butiran menandakan uji alkohol negatif (Suardana dan Swacita, 2004). 3. Uji derajat asam ( SH) Susu sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam 2 botol Erlenmeyer. Pada botol Erlenmeyer pertama dimasukan indikator phenolphthalein sebanyak 0,4 ml, sedangkan botol Erlenmeyer yang ke-2 sebagai kontrol. Botol Erlenmeyer pertama dititrasi dengan NaOH 0,1N setetes demi setetes sambil digoyang-goyangkan sampai terbentuk warna merah muda, pada kondisi ini sudah tercapai bagian antara asam dan basa. Jumlah NaOH 0,1N yang dipakai dikali empat karena jumlah ml susu yang dipakai 10 ml, seharusnya 100 ml (Suardana dan Swacita, 2004). Data uji didih, uji alkohol, dan uji derajat asam yang diperoleh dari 6 kali ulangan, dirataratakan dan dicari simpangan bakunya atau standar deviasi (SD), kemudian diuraikan secara deskriptif (Sampurna, 2006). HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kualitas susu kambing PE post-thawing pada suhu kamar ditinjau dari uji didih dan uji alkohol menunjukkan bahwa penyimpanan mulai dari 0 jam dan 2 jam hasilnya negatif, sedangkan penyimpanan selama 4 jam dan 6 jam menunjukkan hasil positif. Pada uji derajat asam susu yang disimpan pada suhu kamar selama 0 jam dan 2 jam diperoleh rata-rata uji derajat asamnya adalah 6,2 SH ± 0,2190 dan 6,6 SH ± 0,2097, sedangkan penyimpanan selama 4 jam dan 6 jam hasil rata-rata derajat asamnya 7,2 SH ± 0 dan 7,6 SH ± 0. Susu yang hasilnya negatif pada uji didih dan alkohol menunjukkan susu tidak pecah dan kualitasnya bagus, sedangkan susu yang hasilnya positif menunjukkan susunya pecah dan kualitasnya sudah tidak bagus. Pada uji derajat asam susu yang derajat asamnya tidak melebihi standar (4,5-7,0 SH) kualitas susu menunjukkan kualitasnya bagus, sedangkan derajat asamnya yang melebihi standar 4,5-7,0 SH menunjukkan kualitas susunya tidak bagus. Ini membuktikan bahwa penyimpanan susu post-thawing tidak lebih dari 2 jam. 365

Berdasarkan hasil penelitian susu yang disimpan pada suhu kamar selama 0 jam dan 2 jam menunjukkan kualitasnya masih bagus, sedangkan penyimpanan selama 4 jam dan 6 jam menunjukkan kualitasnya tidak bagus ditinjau dari uji didih, uji alkohol, dan uji derajat asam. Hasil uji didih dan uji alkohol yang positif ditandai dengan adanya gumpalan susu yang melekat pada dinding tabung reaksi akibat dari pecahnya susu karena presipitasi kasein susu (Dirkeswan, 1977). Sedangkan pada uji derajat susu menunjukkan jumlah antara asam dan basa sudah sama dengan menggunakan NaOH 0,1 N dan phenolphthalein sebagai indikator dan susu menunjukkan warna pink (seperti terlihat pada gambar). Gambar 1. Uji Didih (+) Gambar 2. Uji Alkohol (+) Gambar 3. Uji Derajat Asam Adapun syarat yang ditetapkan menurut SK Dirjen Peternakan Departemen Petanian No 17 tahun 1983, susu yang beredar harus memenuhi persyaratan kualitas yaitu uji didih dan alkohol adalah negatif (Dirjen Peternakan, 1983). Dari hasil uji didih dan uji alkohol menunjukkan bahwa susu kambing PE post-thawing yang disimpan pada suhu kamar selama 0 jam dan 2 jam tersebut memenuhi persyaratan susu di Indonesia dan masih berkualitas bagus serta layak untuk dikonsumsi, sedangkan penyimpanan selama 4 jam dan 6 jam yang hasilnya positif tidak memenuhi persyaratan susu di Indonesia sehingga tidak layak dikonsumsi. Hal yang paling utama menyebabkan bahwa susu yang ujinya positif pada uji didih adalah karena derajat asamnya tinggi. Hal ini ditunjukkan pada uji derajat asam hasilnya lebih dari 7,0 SH. Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan pecahnya susu pada uji didih adalah karena susu yang memang sudah pecah, mengandung kolostrum, kambing dalam masa kering kandang (tidak berlaktasi), dan penyakit mastitis (Saleh, 2004). Faktor lain seperti adanya 366

kontaminasi kuman pada saat produksi atau faktor kebersihan, penyimpanan, transportasi dan distribusi susu juga merupakan hal yang paling dominan menentukan pecahnya susu (Dirjen Peternakan, 1983). Masalah kebersihan susu akan sangat menentukan kesehatan dan kualitas susu itu sendiri sehingga perlu mendapatkan pengawasan dan perhatian mengingat susu selain sebagai bahan pangan yang bernilai gizi tinggi juga mudah rusak dan merupakan media yang sangat baik untuk tumbuh dan berkembangnya bakteri apabila tidak ditangani secara bersih. Pecahnya susu menyebabkan kualitas susu rendah sehingga tidak layak dikonsumsi, karena adanya kemungkinan bahwa kadar asam yang terkandung dalam susu tinggi. Apabila susu ini kemudian dikonsumsi maka kemungkinan akan dapat menyebabkan terjadinya milk borne disease. Milk borne disease adalah penyakit yang disebabkan tertelannya agen penyakit melalui air susu. Gejala yang paling umum terlihat adalah gangguan percernaan seperti sakit perut, mencret/diare dan/atau muntah. Pada uji alkohol menurut Buda et al., (1988), kasein dalam susu dapat dikoagulasi oleh asam yang terbentuk dalam susu sebagai aktivitas dari mikroba. Kasein yang telah mengalami koagulasi bila diendapkan oleh asam lemah akan membebaskan kalsium (Ca) dan bila diendapkan oleh alkohol akan menghasilkan kalsium-kasienat dalam keadaan seperti ini susu dikatakan pecah. Demikian pula halnya bila susu lama berada dalam suhu tinggi serta susu yang telah asam mengakibatkan pengendapan kasein (Sumudhita, 1989). Pada uji derajat asam berdasarkan hasil penelitian dari 6 kali ulangan susu yang disimpan pada suhu kamar selama 0 jam dan 2 jam rata-rata derajat asamnya 6,2-6,6 SH, sedangkan penyimpanan selama 4 jam dan 6 jam rata-rata derajat asamnya 7,2-7,6 SH. Hasil ini menunjukkan bahwa susu kambing yang disimpan pada suhu kamar selama 0 jam dan 2 jam memenuhi persyaratan susu di Indonesia dan penyimpanan selama 4 jam dan 6 jam tidak memenuhi persyaratan susu di Indonesia. Hal yang menyebabkan bahwa susu yang disimpan pada suhu kamar selama 4 jam dan 6 jam rata-rata derajat asamnya lebih tinggi dari 7,0 SH kemungkinan karena terjadinya kontaminasi dari luar dan kondisi kambing perah itu sendiri serta pengaruh lingkungan. Kontaminasi dari luar bisa disebabkan karena pada proses pemerahan tidak hygienis yaitu tangan pemerah dan ambing kambing yang tidak dicuci terlebih dahulu dan dibasuh dengan air hangat, serta wadah penampungan air susu yang tidak steril karena memakai botol bekas. Susu dalam 367

ambing kambing sehat dapat mengandung 500 bakteri permililiter susu dan jumlah ini akan meningkat apabila kambing dalam keadaan sakit. Dari jumlah ini terdapat bakteri-bakteri pembentuk asam laktat seperti Lactobacillus. Bakteri-bakteri tersebut termasuk dalam golongan bakteri asam laktat (BAL) yang secara normal berada dalam susu (Buckle et al., 1987). Angka derajat asam pada berbagai kondisi susu memperlihatkan angka yang berbedabeda. Susu dengan kandungan bahan kering (komponen nutrisi pada susu seperti protein, karbohidrat, mineral, lemak dan vitamin) yang lebih besar akan mempunyai derajat asam yang lebih rendah dan sebaliknya susu dengan bahan kering yang lebih rendah memiliki derajat asam yang lebih tinggi (Lampert, 1975), demikian juga susu pada minggu pertama, setelah beranak (kolostrum) dan susu yang tercemar oleh bakteri mempunyai derajat asam yang tinggi, sedangkan ambing kambing yang terkena mastitis derajat asamnya lebih tinggi. Hal tersebut menyebabkan perubahan-perubahan mineral dalam susu (Buckle et al., 1987). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kualitas susu kambing PE post-thawing pada penyimpanan suhu kamar akan semakin menurun ditinjau dari uji didih, uji alkohol, dan uji derajat asam dan hanya dapat bertahan selama 2 jam. SARAN Saran yang dapat diberikan kepada konsumen agar susu yang telah di-thawing harus segera diminum karena hanya bertahan selama 2 jam, kepada distributor disarankan memperhatikan kondisi susu dan suhu freezer/lemari pendingin agar tetap terjaga, sedangkan bagi produsen agar memperhatikan kesehatan kambing, sanitasi kandang, peralatan, dan transportasi, serta kesehatan pemerah sehingga dapat mengurangi kontaminasi yang dapat menyebabkan keasaman (kerusakan) pada susu. UCAPAN TERIMA KASIH Dengan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drh. Ida Bagus Ngurah Swacita, MP dan Bapak Drh. I Made Sukada, M.Si, selaku Pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu, tenaga, perhatian untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyusun jurnal ini. 368

DAFTAR PUSTAKA Buda, K., K. Sulandra, I.A. Okarini, A. Suryana, I.G.P. Jamasuta, dan H. Martini. (1988). Air Susu dan Hasil Olahannya. Universitas Udayana Denpasar. Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan M. Wootton. (1987). Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Jakarta: Universitas Indonesia Press. P.p. 270-281. Davendra, C. dan M. Burs. (1994). Produksi Kambing di Daerah Tropis. ITB Bandung. Dirkeswan, (1977). Manual Kesmavet. No. 6/1977. Seri; Susu. Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta. Dirkeswan, (1983). Manual Kesmavet. No. 28/II/1983. Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta. Hal; 35-43. Dirjen Peternakan, (1983). Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan No.17/KPTS/DJP/Deptan/83. Tentang Syarat-syarat Tata Cara Pengawasan dan Pemeriksaan Kualitas Susu Produksi Dalam Negeri. Gunawan, E. (2010). Susu Segar Kambing Etwah. http://bogor.olx.co.id/susu-kambing-etawaiid-171433800. Tanggal Akses 27 April 2011 Hadiwiyoto, S. (1983). Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Yogyakarta. Penerbit Liberty. Lampert, L. M. (1975). Modem Dairy Pruducts. 3 rd Ed. Chemical Published, Co. Inc. New York. Hal 1-24, 25-36, 37-48, 499-560. Ressang, A.A., A.M. Nasution. (1982). Pedoman Mata Pelajaran Ilmu Kesehatan Susu (Milk Hygiene). Edisi 2. Fakultas Kedokteran Hewan, IPB. Bogor. Saleh, E. (2004). Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Program Studi Produksi Ternak. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Sampurna, I.P. (2006). Metodelogi Ilmiah. Fakultas Kedokteran Hewan Unud. Denpasar. Sumudhita, M.W. (1989). Air Susu dan Penanganannya. Program Studi Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar. Hal; 1-45. Sunarlim. (1992). Usaha Berternak Kambing Etawah. http://www.smallcrab.com/ Forex/172-usaha-beternak-etawah. Tanggal Akses 22 Desember 2010. Suardana, I.W. dan I.B.N. Swacita. (2004). Food Hygiene. Petunjuk Laboratorium. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Denpasar. 369