TROPICAL FOREST CONSERVATION ACTION FOR SUMATRA (PROGRAM TFCA-SUMATERA)

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA STRATEGIS

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1

Siklus Hibah 4 TROPICAL FOREST CONSERVATION ACTION FOR SUMATERA (PROGRAM TFCA- SUMATERA) UNDANGAN UNTUK MENYAMPAIKAN PROPOSAL

UNDANGAN UNTUK MENYAMPAIKAN PROPOSAL HIBAH KHUSUS PROGRAM FASILITASI MITRA TFCA- SUMATERA

Pengumuman Pembukaan Siklus Hibah ke 5

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENYALURAN HIBAH

INSTRUKSI PENGADAAN JASA KONSULTAN EVALUASI PELAKSANAAN DAN TATAKELOLA PROGRAM TFCA-SUMATERA

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENYALURAN HIBAH

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

INSTRUKSI KEPADA PEMINAT EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM SIKLUS HIBAH 1 TFCA- SUMATERA

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENYALURAN HIBAH REVISI 1

Restorasi Ekosistem di Hutan Alam Produksi: Implementasi dan Prospek Pengembangan

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

STANDAR BAKU BIAYA MAKSIMUM MEKANISME HIBAH KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

KERANGKA KERJA (SCOPE OF WORK) DAN UNDANGAN PENYAMPAIAN PROPOSAL PROGRAM KONSERVASI SPESIES KARISMATIK SUMATRA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemetaan Keanekaragaman Hayati Dan Stok Karbon di Tingkat Pulau & Kawasan Ekosistem Terpadu RIMBA

UNDANGAN PENYAMPAIAN PROPOSAL PROGRAM KONSERVASI SPESIES KARISMATIK SUMATRA

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PENYUSUNAN WORKPLAN & PMP. Bogor / Medan Juni 2014

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Taman Nasional di Indonesia

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Kesepakatan Debt-for-Nature Swap AS-RI. Sisa Pembayaran Utang RI ke AS Tahun 1970-an Dialihkan untuk Membiayai Konservasi Hutan Sumatera

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

Hibah Pengetahuan Hijau

KERANGKA ACUAN EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA UNTUK SIKLUS HIBAH 2

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN. Cisolok Kabupaten Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Fasilitas Kemakmuran Hijau KEMITRAAN KAKAO LESTARI

ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM ORANGUTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL LENGKAP FORMAT DAN PEDOMAN UMUM PEMBUATAN PROPOSAL TFCA- SUMATERA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SERI PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENYALURAN HIBAH REVISI 2

REVITALISASI KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daer

VIII. PENUTUP. 8.1 Kesimpulan

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS &

TERM OF REFERENCE FASILITASI KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA ACARA MEMPERINGATI HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pembangunan Kehutanan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

PERMOHONAN PROPOSAL PELUANG HIBAH. Kemitraan Bentang Alam Berkelanjutan (SLP) Indonesia

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PANDUAN IDENTIFIKASI Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia. Oleh: Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Keuangan Taman Nasional di Indonesia:

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam Sejahtera Om Swastiastu

VISI HIJAU UNTUK SUMATRA

Policy Brief. Skema Pendanaan Perhutanan Sosial FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU. Fitra Riau

Transkripsi:

TROPICAL FOREST CONSERVATION ACTION FOR SUMATRA (PROGRAM TFCA-SUMATERA) UNDANGAN UNTUK MENYAMPAIKAN CONCEPT PAPER BAGIAN I DESKRIPSI PROGRAM A. LATAR BELAKANG Pulau Sumatera merupakan salah satu hotspot keanekaragaman hayati Paparan Sunda dan salah satu dari 34 wilayah di dunia yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati dengan endemisitas luar biasa namun juga mendapat tekanan yang besar sehingga menyebabkan kehilangan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi pula. Sejarah pembentukan dan sejarah perkembangan geologinya, menjadikan Sumatera memiliki variasi topografi yang beragam, dengan berbagai tipe ekosistem yang menjadi habitat beragam flora dan fauna oriental yang khas seperti Harimau, Gajah, Orangutan, Badak Sumatera, Mentok Rimba, Bunga Raflesia, dan lain-lain. Tingkat keanekaragaman taksa flora dan fauna juga relatif tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Akan tetapi lebih dari 260 spesies yang ada di Sumatera masuk ke dalam kategori terancam punah. Upaya perlindungan atau penyelamatan keanekaragaman hayati di Indonesia, termasuk di Sumatera, bukanlah hal yang baru. Pemerintah, telah mengalokasikan dana dan tenaga yang tidak sedikit untuk pengelolaan kawasan konservasi, termasuk sebagian diantaranya berasal dari dana bantuan donor internasional, baik melalui kerjasama bilateral maupun multi-lateral serta dari lembaga-lembaga organisasi non pemerintah baik nasional maupun internasional. Hingga saat ini, Pemerintah Indonesia telah menetapkan 134 unit kawasan konservasi di Pulau Sumatera, dengan total luas keseluruhan 5.742.196,17 ha dengan bagian terbesar berupa 11 unit Taman Nasional seluas 3.882.218,48 ha. Namun demikian, fakta lapangan menunjukkan bahwa antara tahun 1985 hingga 2007, tutupan hutan di Sumatera mengalami kerusakan yang sangat tinggi, yaitu 12 juta ha atau penurunan sebesar 48 persen tutupan hutan dalam 22 tahun akibat konversi hutan, pembalakan liar dan kebakaran hutan. Berdasarkan data Departemen Kehutanan (2008), periode 2003-2006 deforestasi di dalam kawasan hutan Pulau Sumatera adalah yang terbesar dibandingkan dengan pulau-pulau besar lainnya, yaitu sebesar 268.000 ha per tahun. Pulau Sumatera berkontribusi sebesar 22,8 % terhadap deforestasi total di Indonesia (1,17 juta ha per tahun). Hutan primer Sumatera yang masih tersisa hanya sekitar 29%,

padahal Sumatera membutuhkan tutupan hutan sekurangnya dari 40 % untuk tetap dapat menyangga kehidupan dan melindungi pusat konsentrasi keanekaragaman hayati penting Pulau Sumatera. Sebagian besar hutan primer yang tersisa terletak di dalam kawasan konservasi dan/atau kawasan lindung yang berada di dataran tinggi dan relatif lebih miskin keanekaragaman hayatinya dibanding dataran rendah. Analisis kesenjangan keterwakilan ekologis di dalam kawasan konservasi memperlihatkan bahwa banyak ekosistem penting Sumatera yang berada di luar kawasan konservasi (Kementerian Kehutanan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010), terutama di daerah-daerah dataran rendah. Sebagian besar ekosistem penting yang masuk di dalam jaringan kawasan konservasi berada di dataran tinggi. Oleh sebab itu menyelamatkan hutan yang tersisa di Sumatera baik yang berada di kawasan konservasi maupun yang berada di luarnya, menjadi sangat penting untuk saat ini. Penyelamatan tersebut dapat dalam bentuk perluasan atau penetapan kawasan konservasi baru dan pengelolaan hutan secara lestari sehingga mampu berfungsi untuk perlindungan keanekaragaman hayati beserta jasa yang ditimbulkannya. Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Indonesia, Yayasan KEHATI dan Conservation International Foundation telah menyepakati suatu perjanjian dalam kerangka pengalihan utang Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Amerika Serikat yang dimanfaatkan untuk memfasilitasi pembiayaan konservasi, perlindungan, restorasi (pemulihan) dan pemanfaatan sumberdaya hutan tropis secara lestari di Pulau Sumatera, yang selanjutnya disebut Program TFCA-Sumatera (Tropical Forest Conservation Action- Sumatra). Program TFCA-Sumatera berorientasi pada pengelolaan ekosistem prioritas di tingkat bentang alam (lansekap). Dalam hal ini, kawasan prioritas tersebut akan menjadi basis konservasi keanekaragaman hayati dalam skala bentang alam yang didukung oleh pengelolaan berkelanjutan dari seluruh elemen sumberdaya alam di sekitarnya, baik dalam lingkup kehutanan, pertanian (agroekosistem), pesisir dan pantai, pertambangan, pembangunan infrastruktur dan perekonomian. Pendekatan ini menekankan model kolaborasi antar pelaku pembangunan di berbagai sektor, guna mendorong dan mewujudkan konservasi hutan yang pada gilirannya berdampak pada pembangunan ekonomi wilayah secara berkelanjutan. Berdasarkan masalah yang ada dan intervensi program TFCA-Sumatera di atas, diharapkan terwujud kondisi dimana Pulau Sumatera menjadi wilayah yang mampu mewadahi kelestarian hutan hujan tropis & keanekaragaman hayati di dalamnya, serta menyangga tata kehidupan yang mapan dalam menghadapi dinamika sosial budaya dan pembangunan ekonomi wilayah yang dapat diselenggarakan secara bertanggung gugat (accountable). Intervensi strategis program TFCA-Sumatera mengutamakan kegiatan praktis di lapangan yang dapat didukung oleh kegiatan pengumpulan data yang tepat untuk pemantauan dan evaluasi. Kegiatan ini diharapkan dapat mendorong tata kepemerintahan yang baik (good governance) khususnya di bidang konservasi, pembuatan kebijakan dan penguatan kelembagaan, adopsi praktek-praktek terbaik (best practices) pengelolaan sumberdaya alam, pemberdayaan masyarakat dan pengembangan ekonomi lokal pada hamparan bentang alam yang kaya akan keanekaragaman hayati.

B. TUJUAN Program TFCA-Sumatera mengundang lembaga lokal di Sumatera (lembaga swadaya masyarakat/lsm, lembaga masyarakat (Kelompok Swadaya Masyarakat/KSM) dan perguruan tinggi) untuk menyampaikan concept paper yang menjelaskan mengenai pendekatan-pendekatan, strategi, dan cara pelaksanaan kegiatan konservasi hutan di Sumatera serta mengarah pada luaran (output) berikut: 1. Meningkatnya keefektifan pengelolaan hutan Sumatera yang berkelanjutan, termasuk pemanfaatan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat lokal; 2. Meningkatnya kinerja konservasi jenis-jenis satwa liar kunci (flagship species) Sumatera seperti Gajah, Orangutan, Harimau dan Badak, termasuk menjalin dan atau memelihara keterhubungan habitat-habitat kritis untuk menjamin populasi minimum yang viable. 3. Menurunnya laju deforestasi di bentang alam yang diprioritaskan. C. PRIORITAS Fokus Program TFCA-Sumatera adalah pada hamparan bentang alam yang kaya akan keanekaragaman hayati, mencakup ekosistem penting di dalam dan sekitar kawasan konservasi, serta wilayah koridor dan keterhubungan habitat (connectivity) dan kawasan agroekosistem di sekitarnya yang dikelola oleh masyarakat lokal. Pendekatan ini diharapkan akan memberikan kontribusi nyata bagi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim global, serta mendukung komitmen Presiden RI untuk mengurangi emisi karbon secara nasional sekurang-kurangnya sebesar 26% dengan kontribusi dari sektor kehutanan sebesar sekurang-kurangnya 14 % pada tahun 2020. Lima bentang alam (lansekap) prioritas program TFCA-Sumatera pada tahap awal mulai 2010 adalah: 1. Bentang alam Kerumutan-Semenanjung Kampar-Senepis; 2. Bentang alam Batang Toru; 3. Bentang alam Batang Gadis; 4. Bentang alam Taman Nasional Kerinci Seblat dan sekitarnya; dan 5. Bentang alam kawasan Ekosistem Leuser dan Taman Nasional Gunung Leuser. Program TFCA-Sumatera harus dilaksanakan berdasarkan pendekatan pengelolaan lansekap terpadu sebagai instrumen untuk memperbaiki kegagalan upaya masa lampau yang umumnya terfokus pada lokasi spesifik atau permasalahan tertentu, misalnya: pengelolaan taman nasional dan program pemberdayaan masyarakat. Program TFCA-Sumatera sangat menghargai pengelolaan kolaboratif yang dikembangkan para pihak dan dilembagakan dalam bentuk konsorsium atau lembaga kolaboratif lain yang melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan, baik LSM, Perguruan Tinggi, Pemerintah, Swasta dan Kelompok Masyarakat/KSM. Pembiayaan program TFCA-Sumatera akan disalurkan melalui LSM, Perguruan Tinggi dan Lembaga Masyarakat/KSM. D. PENDEKATAN Pendekatan konseptual yang harus diadopsi para pihak dalam mengusulkan concept paper untuk mendapatkan pendanaan program TFCA-Sumatera perlu dilakukan melalui pendekatan pengelolaan kolaboratif. Pengelolaan kolaboratif dan multipihak merupakan pendekatan kunci program TFCA- Sumatera yang diharapkan mampu meningkatkan sinergi para aktor dan keberhasilan upaya pelestarian keanekaragaman hayati pada skala lansekap serta dapat digunakan dalam menyusun strategi dan cara kerja kegiatan konservasi. Pengelolaan kolaboratif harus disusun oleh para aktor pembangunan yang memiliki kepentingan terhadap sumberdaya hayati dan ekosistemnya di dalam lansekap yang akan dikelola, baik penentu kebijakan (pemerintah), pengelola kawasan hutan (pemerintah maupun swasta),

pelaku pembangunan di tingkat tapak, LSM, lembaga masyarakat/ksm, Perguruan Tinggi dan aktoraktor pendukung lain yang relevan. Berdasarkan prinsip-prinsip, antara lain: kesinambungan bentang alam (konektivitas lansekap), populasi minimal yang mampu berkembang-biak secara normal, praktek pengelolaan yang baik (best management practices), prinsip kesetaraan/keadilan lintas generasi, prinsip kehati-hatian, dan prinsip tata kelola yang baik, para pihak diharapkan mampu menguraikan akar masalah yang dihadapi dalam pengelolaan keanekaragaman hayati pada skala lansekap yang menjadi prioritas program TFCA- Sumatera, serta mengusulkan cara mengatasi masalah dengan memahami akar masalah tersebut, baik melalui pendekatan kebijakan, kelembagaan dan rencana pengelolaan kolaboratif yang disepakati. Berdasarkan rencana kolaboratif tersebut dapat dirumuskan peran masing-masing pihak pada tingkat implementasi pengelolaan, termasuk sumberdaya yang diperlukan. Berbagai aktivitas/program yang merupakan bagian dari rencana kolaboratif dapat diusulkan untuk dibiayai program TFCA-Sumatera sepanjang sesuai dengan strategi dan kebijakan program TFCA-Sumatera. E. KEGIATAN YANG DAPAT DIDANAI OLEH PROGRAM TFCA-SUMATERA Secara garis besar lingkup kegiatan yang dapat didanai program TFCA-Sumatera meliputi 6 kegiatan kunci, yaitu: 1. Penetapan/perluasan kawasan konservasi baru dan restorasi, perlindungan serta pemeliharaan kawasan konservasi yang ada. 2. Pemulihan (restorasi), perlindungan dan pemanfaatan berbagai spesies tumbuhan dan satwa liar secara berkelanjutan. 3. Pengembangan dan implementasi pengelolaan sumberdaya alam sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah, termasuk praktek terbaik pengelolaan lahan dan ekosistem. 4. Pelatihan untuk meningkatan kapasitas ilmiah, manajerial dan teknis di bidang konservasi, baik pada tingkat individu maupun organisasi. 5. Penelitian dan identifikasi tumbuhan obat yang dapat di gunakan dalam penanggulangan penyakit dan peningkatan kesehatan manusia. 6. Pengembangan mata pencaharian masyarakat lokal yang hidup disekitar kawasan konservasi dan lindung yang mampu menjamin kelestarian sumberdaya alam. F. HASIL DAN INDIKATOR Program yang diusulkan diharapkan dapat mencapai hasil yang nyata dan terjangkau. Program yang diusulkan tersebut secara nyata memberikan perbaikan cara konservasi dan kondisi ekosistem hutan yang terukur dibandingkan data dasar yang telah dipersiapkan yaitu peningkatan efektivitas pengelolaan hutan, perlindungan spesies utama dan penurunan laju deforestasi, atau paling tidak secara nyata dapat menunjukkan perbaikan pada kondisi pemungkin (enabling condition) konservasi hutan. Tabel berikut memperlihatkan kombinasi beberapa indikator yang dapat dipakai untuk menilai keberhasilan program sebagai hasil dari bantuan program TFCA-Sumatera. Tabel berikut hanya merupakan contoh dan bersifat indikatif berdasarkan target kegiatan dalam program TFCA-Sumatera, bukan merupakan standar baku. Pihak yang mengusulkan dapat mencari indikator lain namun harus dapat dengan pasti mengukur paling tidak tiga (3) hasil yang diharapkan dan indikator yang ditetapkan:

Konsep kegiatan dapat menunjukkan/memberikan lebih dari satu indikator keberhasilan: Tabel 1. Kemungkinan-kemungkinan indikator keberhasilan dari kegiatan program TFCA-Sumatera No Indikator yang dapat dipantau Satuan ukuran 1 Pertambahan kawasan konservasi baru, perubahan restorasi habitat, hektar perluasan kawasan konservasi, pembangunan koridor satwa terancam dan konektivitas (keterhubungan antar kawasan konservasi), pembangunan/pemeliharaan bufferzones 2 Kawasan konservasi yang direstorasi hektar 3 Eradikasi invasive alien species (IAS) spesies, hektar, % eradikasi 4 Perlindungan kawasan konservasi: patroli, penegakan hukum, pembentukan Pasukan Pengamanan Swakarsa Jumlah patroli, penurunan kasus kejahatan terhadap kawasan hutan, terbentuknya pam swakarsa, dll. 5 Menurunnya tingkat gangguan terhadap kawasan konservasi: kasus/hektar perambahan, illegal logging, kebakaran 6 Peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan, diukur dengan metoda standar seperti METT, RAPPAM, EoH 1) untuk menurunkan ancaman dan tekanan serta meningkatkan pengelolaan e.g. % peningkatan keefektifan pengelolaan kawasan, atau disesuaikan dengan standar dalam metoda yang dipakai 7 Peningkatan populasi suatu spesies terancam punah Jumlah (individu) 8 Perlindungan spesies: patroli, penegakan hukum, PAM Swakarsa, Pembentukan Anti-poaching Unit Jumlah personil, jumlah patroli, jumlah unit anti perburuan, 9 Pembinaan populasi: reintroduksi, rehabilitasi, rescue populasi, Jumlah populasi, jumlah individu 10 Penyelamatan habitat hektar 11 Jumlah perusahaan swasta yang melaksanakan praktek pengelolaan SDA terbaik (best management practices) Jumlah peusahaan, hektar, lokasi, termasuk SDA yang dapat dilestarikan karena implementasi best practices 12 Penetapan HCVF di dalam lokasi perkebunan, pertambangan dll hektar hutan yang bisa dilestarikan 13 Karbon yang disimpan atau emisi yang dapat dicegah ton CO 2 1 METT = Management Effectiveness Tracking Tool adalah instrumen yang dikembangkan oleh WWF dan World Bank untuk menilai keefektifan pengelolaan kawasan konservasi di tingkat tapak (single site of protected areas); RAPPAM = Rapid Assessment and Prioritization of Protected Areas Management adalah instrumen yang dikembangkan oleh WWF untuk menilai keefektifan pengelolaan kawasan konservasi di tingkat sistem; EoH = Enhancement of Our Heritage adalah instrumen yang dikembangkan oleh World Heritage Committee bersama IUCN untuk menilai keefektifan pengelolaan kawasan konservasi di tingkat tapak, terutama situs-situs warisan dunia (world heritage).

G. INSTRUKSI BAGI PENGUSUL 1. PENERIMA HIBAH Pihak yang bisa mendapatkan hibah Organisasi yang dapat menerima hibah (eligible entity) dari Program TFCA-Sumatera adalah: a. Lembaga Swadaya Masyarakat bidang lingkungan, kehutanan dan konservasi; b. Masyarakat lokal dan organisasi berbasis masyarakat yang didirikan dan beroperasi di Indonesia, selain dari non-eligible entity. c. Lembaga lokal dari lembaga internasional atau regional lainnya yang memenuhi syarat, atau aktif di Indonesia, yang bukan merupakan non-eligible entity. International NGOs dimungkinkan menerima dana hibah sepanjang memenuhi aturan hukum Indonesia untuk membantu pencapaian tujuan Program. Prioritas tetap diberikan pada lembaga lokal. d. Universitas (Perguruan Tinggi) yang didirikan dan beroperasi di Indonesia, yang bukan merupakan noneligible entity. Pihak yang tidak bisa mendapatkan hibah Organisasi yang tidak dapat menerima hibah dari Program TFCA-Sumatera yaitu orang atau lembaga berikut termasuk yang berafiliasi padanya: a. Administrator program TFCA-Sumatera; b. Depositori, yaitu badan yang mengelola dan menyimpan dana program TFCA-Sumatera; c. Institusi pemerintah, lembaga pemerintah, dinas-dinas pemerintah, pemerintah daerah, kelurahan, perusahan pribadi dan umum termasuk koperasi dan asosiasi yang didanai pemerintah, militer, organisasi para militer, polisi, departemen atau institusi sejenis manapun kecuali universitas negeri yang didirikan dan beroperasi di Indonesia; d. Conservation International; e. Yayasan KEHATI; f. Lembaga dari Anggota Tidak Tetap OC (berlaku selama lembaga tersebut menjadi Anggota Tidak Tetap OC); g. Siapapun yang (i) namanya tercantum pada Daftar Orang Terlarang (prohibited person list), atau (ii) termasuk didalamnya dimiliki oleh, dikendalikan oleh, bertindak untuk dan atas nama, menyediakan bantuan, dukungan, sponsor atau layanan dalam bentuk apapun pada, atau dengan cara lain berhubungan dengan orang yang dimaksud atau dijabarkan dalam Daftar Orang Terlarang. Termasuk dalam Daftar Orang Terlarang adalah daftar yang dikeluarkan oleh PBB dan atau lembaga keamanan negara Indonesia serta the OFAC (Office of Foreign Assets Control of the US Treasury) List. h. Lembaga lainnya yang sewaktu-waktu ditetapkan oleh Oversight Committee. i. Asosiasi perusahan/industri dan Buruh j. Organisasi politik k. Individu/perorangan 2. DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT LOKAL Konsep yang diajukan ke program TFCA-Sumatera harus mampu menunjukkan pemahaman pengusul atas akar masalah yang dihadapi dan ketepatan pemilihan solusi, termasuk ukuran kinerja yang menunjukkan keberhasilan konservasi keanekaragaman hayati pada lansekap prioritas. Mengingat peran pemerintah dan masyarakat serta sektor swasta di dalam suatu lansekap sangat signifikan maka permohonan harus mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah dan lembaga masyarakat lokal serta swasta.

3. JANGKA WAKTU (LAMANYA) PROGRAM Secara umum program TFCA-Sumatera akan berlangsung selama 10 tahun sejak ditandatanganinya perjanjian, yaitu tanggal 30 Juni 2009 dan akan berakhir tahun 2018. Lembaga pengusul dapat mengajukan concept paper untuk usulan kegiatan yang bersifat jangka panjang (multi years) sampai dengan jangka waktu lima (5) tahun. Pemberian hibah dari Program TFCA-Sumatera akan berlangsung dua kali dalam setahun (sekitar bulan Maret dan September). Proses penerimaan usulan (proposal) akan dilakukan dalam dua (2) tahap. 1. Pada tahap pertama pemohon diminta untuk menyusun CONCEPT PAPER. 2. Concept paper yang diterima, maka prengusul akan diundang untuk menyampaikan FULL APPLICATION (proposal penuh/full proposal) yang diharapkan merupakan gabungan dari beberapa concept paper (joint program) di lansekap yang sama. Program TFCA-Sumatera dapat memberikan bantuan teknis (technical guidance) atau dukungan lain untuk penyusunan full proposal. Batas waktu untuk penyerahan concept paper adalah 30 hari sejak dikeluarkannya undangan ini atau 10 Juli 2010. 4. KETERSEDIAAN DANA Program TFCA-Sumatera memberikan kesempatan kepada pengusul yang mengajukan concept paper dengan usulan dana sampai dengan US$ 5 juta. Concept paper dapat diajukan oleh organisasi utama dengan sub-organisasi atau konsorsium organisasi. Namun demikian Program TFCA-Sumatera berhak untuk memberikan hibah tidak seluruh dana yang diajukan pemohon, atau bahkan tidak memberikan hibah sama sekali. 5. PENYERTAAN PEMBIAAYAN (COST SHARE) Lembaga pengusul diharapkan mempunyai dana pendamping dalam menjalankan program TFCA- Sumatera. Lembaga pengusul diharapkan mempunyai kemampuan untuk mencari sumber pendanaan lain yang sinergis dengan Program TFCA Indonesia. Kontribusi tunai ataupun in-kind sebesar 10% untuk proposal bernilai lebih dari US$ 500,000. Kalau ada donor lain yang punya pendanaan untuk mendukung program TFCA-Sumatera akan menjadi nilai plus untuk proposal yang dipertimbangkan. 6. LAIN-LAIN Undangan penyampaian concept paper ini merupakan dokumen resmi sebagai dasar untuk permohonan hibah. Penjelasan lisan dari pemohon tidak akan dipertimbangkan atau dinilai; hanya permohonan tertulis yang akan dinilai. Program TFCA-Sumatera hanya akan menilai permohonan yang sesuai dengan format yang telah digariskan. Undangan ini bukan merupakan komitmen untuk memberikan hibah atau komitmen untuk mendanai biaya yang timbul akibat penyiapan dan penyampaian permohonan.

BAGIAN II PERMOHONAN (APLIKASI) DAN PENYAMPAIAN INFORMASI UNTUK CONCEPT PAPERS A. PROSES PERMOHONAN Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) sebagai Administrator Program TFCA-Sumatera di Indonesia mengundang Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi (Kelompok) Masyarakat, Perguruan Tinggi, dan entitas lain sebagaimana dimaksud pada Bagian I.G.1 untuk menyampaikan Concept Paper singkat yang memperlihatkan pendekatan yang inovatif dalam konservasi hutan Sumatera. Proses ini merupakan proses dua tahap, yaitu: 1). Pengajuan concept paper; dan 2) Penyampaian proposal lengkap. Pemohon perlu menyampaikan concept paper singkat sebagaimana instruksi di bawah ini. Concept paper tersebut harus memperlihatkan pendekatan dan menggambarkan hasil yang akan dicapai, mengapa program TFCA-Sumetara perlu mendanai kegiatan tersebut, namun tidak perlu dalam format atau rinci seperti full proposal. Concept paper yang disampaikan akan dinilai oleh Tim berdasar kriteria sebagaimana tercantum dalam undangan ini. Concept paper yang dinilai paling tinggi kualitasnya akan diundang untuk mengikuti tahap kedua dengan menyampaikan proposal lengkap. Concept paper harus sudah diserahkan kepada Program TFCA-Sumatera paling lambat pada tanggal sebagaimana tercantum dalam butir I.3 di atas melalui alamat surat elektronik (email) berikut: tfcasumatra@gmail.com dengan di cc ke jerzy@kehati.or.id Hanya concept paper yang diterima sebelum batas waktu (deadline) akan diikutsertakan dalam penilaian. Permohonan yang berhasil akan diberitahukan secara tertulis oleh Program TFCA-Sumatera untuk memperluas concept paper tersebut menjadi permohonan dalam bentuk proposal penuh. Persyaratan rinci mengenai biaya dan teknis proposal akan disampaikan kepada pemohon yang berhasil. Pemohon agar tidak menyusun proposal penuh terlebih dahulu kecuali secara khusus diminta oleh Program TFCA-Sumatera-Yayasan KEHATI. B. FORMAT CONCEPT PAPER Concept paper ditulis dalam Bahasa Indonesia dan diformat dalam kertas berukuran standar A4 dengan spasi tunggal, font 12 point Times New Roman atau font yang setara dengan tepi (margin) tidak lebih dari 1 inchi atau 2,5 cm di setiap sisinya, dan setiap lembar diberi nomor halaman. Concept paper terdiri dari 3 bagian dengan total maksimum 6 halaman (tidak termasuk halaman sampul dan lampiran). Untuk penghematan kertas demi keberlanjutan hutan, dianjurkan untuk membuat dokumen di kedua sisi halaman bolak-balik dan sedapat mungkin membatas jumlah halaman lampiran. Format concept paper adalah sebagai berikut:

a. Halaman Sampul (cover page) 1. Nama dan alamat Organisasi (untuk organisasi utama dan anggota konsorsium, jika dalam bentuk konsorsium) 2. Contact person (lead contact person, alamat, telepon, fax, email) 3. Judul usulan kegiatan (program), wilayah geografis (lansekap), total anggaran yang diusulkan, jangka waktu pelaksanaan (tahun) 4. Status organisasi (legal entity) 5. Nama organisasi/donor lain dimana proposal yang sama sedang diajukan dan atau yang sedang mendanai kegiatan; 6. Tanda tangan dan nama pemohon (Direktur atau yang diberi wewenang) b. Usulan Teknis (maksimum 6 halaman) Concept paper terdiri dari: 1. Analisis situasi: latar belakang singkat mengenai pengembangan masalah atau ancaman, tantangan dan kesempatan/peluang serta mengapa perlu dilakukan aksi sehingga proposal ini diperlukan. Pada bagian ini dapat memasukkan kerangka logis (logical framework) atau pohon masalah (problem tree); 2. Pernyataan tentang sasaran dan tujuan, serta bagaimana tujuan tersebut berhubungan dengan upaya menghadapi ancaman dan tantangan dan memanfaatkan kesempatan yang ada di wilayah geografis/bentang alam dimaksud; 3. Jenis dan uraian kegiatan yang akan dilaksanakan 4. Metoda pendekatan, penekanan pada inovasi-inovasi yang dipakai/dilakukan, termasuk pendekatan kolaboratif, penyertaan pemangku pihak penentu, pelibatan masyarakat lokal, fokus terhadap gender, dll. 5. Hasil yang direncanakan dan ukuran-ukuran indikatif (indikator) untuk evaluasi hasil; 6. Pemantauan dan evaluasi tentang kegiatan yang dilakukan, termasuk metode atau cara yang akan digunakan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi. 7. Bentuk kemitraan yang diusulkan (LSM, Pemerintah dan atau aliansi dengan sektor swasta), termasuk jumlah dan sumber kontribusi dana pendamping (penyertaan pembiayaan) dalam bentuk tunai atau in kind, oleh pemohon; 8. Pernyataan singkat mengenai mengapa kegiatan yang direncanakan secara teknis dan finansial dapat dijalankan; 9. Keberlanjutan Proyek (Project Sustainability): bagaimana kegiatan yang direncanakan akan berlanjut setelah hibah berakhir; 10. Dana pendamping (Cost share): Sampaikan informasi yang mengindikasikan sumber-sumber finansial atau in kind yang akan tersedia. Dana pendamping atau matching program dari sumber lain, baik donor, LSM lain atau Pemerintah RI sebesar 10% diperlukan untuk kegiatan dengan usulan dana lebih dari US$ 500,000. Lampirkan komitmen tertulis dari organisasi lain, donor, atau individu; 11. Rencana anggaran, termasuk tipe anggaran bantuan yang dimohonkan dari program TFCA- Sumatera, dipisahkan dalam program costs dan indirect costs; c. Lampiran (termasuk kinerja pada masa yang telah lalu, kemampuan lembaga dan informasi pendukung lainnya) Tidak dibatasi jumlah halamannya tetapi diharapkan singkat. 1. Kegiatan singkat selama 5 tahun terakhir, termasuk penjelasan singkat tentang kegiatan, jumlah dana yang dikeluarkan, sumber dana (donor); 2. Pernyataan singkat sejarah organisasi, fokus utama, kemampuan dan tantangan;

3. Bagan organisasi; 4. Daftar personalia utama (tiga personalia utama) untuk proyek ini 5. Usulan peran dan tanggung jawab staff C. KRITERIA PENILAIAN Seluruh concept papers akan dinilai berdasarkan kriteria sebagai berikut: Kriteria Nilai maksimum Pendekatan Teknis 50 Kapasitas Teknis dan Administrasi 15 Hasil yang diprediksikan (indicator) dan rencana pemantauan dan evaluasi 15 Rekam jejak (Track Record) 10 Penyertaan dana pendamping dan atau matching program, dan atau efektivitas anggaran 10 D. PENYERAHAN CONCEPT PAPER Concept paper harus sudah diserahkan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Ditujukan kepada: Direktur Program TFCA-Sumatera 2. Apabila dalam bentuk soft copy melalui alamat email di atas sebelum pukul 18.00 pada tanggal 10 Juli 2010 atau 3. Apabila concept paper dalam bentuk dokumen cetak (print out), harus sudah dikirim melalui pos kilat khusus, atau perusahaan kurir paling lambat pada tanggal penutupan penerimaan (10 Juli 2010). Concept paper ditujukan kepada Sekretariat Program TFCA-Sumatera dengan alamat, Jl Bangka VIII No 3B Pela Mampang, Jakarta 12720. Telp : (+62-21) 719 9953, 719 9962; Fax : (+62-21) 7196530. 4. Konsep soft copy dikirim dalam berkas usulan teknis dikirim dengan format Microsoft Words dipisahkan dengan usulan biaya dalam format Microsoft Words atau Microsoft Excell. Untuk dokumen cetak usulan teknis dalam lembar terpisah dengan usulan biaya, tetapi dimasukkan dalam satu amplop; 5. Lampiran soft copy berbentuk peta, harus dikirim dalam format gambar, seperti jpeg atau tiff. Disampaikan oleh Sekretariat Program TFCA Sumatera Jl Bangka VIII No 3B Pela Mampang, Jakarta 12720. Telp : (+62-21) 7199953, 7199962; Fax : (+62-21) 7196530