INOVASI DALAM SISTEM PENAHAN BEBAN GRAVITASI UNTUK GEDUNG SUPER-TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
Bottom-Up Construction pada Gedung 48 Lantai dengan 5 Besmen Plaza Indonesia II Jakarta

BAB III METODOLOGI. penjelas dalam suatu perumusan masalah. Data sekunder berupa perhitungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. mengetahui metode di lapangan, maka dibuatkan gambar shop drawing. Dimana

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN SALEMBA RESIDENCES LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KAJIAN KEANDALAN STRUKTUR TABUNG DALAM TABUNG TERHADAP GAYA GEMPA

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SHERWALL PADA GEDUNG BANK BCA CABANG RUNGKUT SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. struktur baja yang digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembangunan

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan struktur yang kuat, aman dan murah. Baja adalah salah satu

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN THE BELLEZZEA OFFICE JAKARTA SELATAN MENGGUNAKAN FLAT SLAB

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Pengumpulan Data. Pengolahan Data. Penyajian Data. Perbandingan Data.

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

BAB III METODOLOGI PERANGANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan

TUGAS AKHIR RC

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

PENERAPAN DAN PELAKSANAAN APARTEMEN UNTUK MBR DENGAN SISTEM PRACETAK PENUH BERBASIS MANUFACTUR OTOMATIS

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dinding ( wall ) adalah suatu struktur padat yang membatasi dan melindungi

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DENGAN SISTEM FLAT SLAB DAN SHEAR WALL

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

PENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) KOTA PROBOLINGGO DENGAN METODE SISTEM RANGKA GEDUNG

Modifikasi Perencanaan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta Dengan Metode Pracetak

Modifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. basement dan Roof floor. Dimana pelat lantai yang digunakan dalam perencanaan

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

BAB 1 PENDAHULUAN. pertemuan (function hall / banquet hall). Ruang pertemuan yang luas dan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Dasar-dasar Perancangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Fasilitas rumah atau asrama yang dikhususkan untuk tempat tinggal

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia tidak dapat lepas dari

TONNY RIZKYA NUR S ( ) DOSEN PEMBIMBING :

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

BAB I PENDAHULUAN. dua dari banyak faktor yang dapat memancing orang dari luar daerah untuk datang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan SNI Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan berkembangnya zaman maka beriringan pula dengan berkembangnya

EKO PRASETYO DARIYO NRP : Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG BPK RI SURABAYA MENGGUNAKAN BETON PRACETAK DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penggunaan bahan konstruksi dan sistem strukturnya. Pada perencanaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

PERENCANAAN ULANG GEDUNG POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN BETON PRACETAK

BAB VII PENAMBAHAN BALOK STRUKTUR LANTAI ATAP AKIBAT BEBAN GONDOLA DAN ROOF TANK

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

Lotte World Tower, Seoul, South Korea

MAHASISWA ERNA WIDYASTUTI. DOSEN PEMBIMBING Ir. HEPPY KRISTIJANTO, MS.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dinding geser pelat baja (Steel Plate Shear Walls, SPSW) sebenarnya

PELAT SATU ARAH DAN BALOK MENERUS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR FLAT PLATE BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG EMPAT LANTAI TAHAN GEMPA

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara vertikal yaitu Pembangunan gedung bertingkat. bangunan gedung yang tepat sangat diperlukan.

LEMBAR PENILAIAN DOKUMEN TEKNIS ke 03 TOWER THAMRIN NINE DEVELOPMENT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan berdasarkan permodelan struktur yang telah selesai. Pembebanan diberikan

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat menuntut adanya sarana dan prasarana yang menunjang. Salah satu

Shanghai World Finansial Center Shanghai, China

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB III METODOLOGI. LAPORAN TUGAS AKHIR III 1 Perencanaan Struktur Gedung Perkantoran Badan Pusat Statistik

Ada dua jenis tipe jembatan komposit yang umum digunakan sebagai desain, yaitu tipe multi girder bridge dan ladder deck bridge. Penentuan pemilihan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi utamanya di dalam bidang

Transkripsi:

INOVASI DALAM SISTEM PENAHAN BEBAN GRAVITASI UNTUK GEDUNG SUPER-TINGGI Jessica Nathalie Handoko Davy Sukamta ABSTRAK Kesuksesan pengembangan sebuah gedung super-tinggi sangat ditentukan oleh kecepatan pembangunan atau speed of construction gedung yang bersangkutan. Durasi pelaksanaan konstruksi akan mempengaruhi biaya proyek (overhead, preliminary cost, bunga uang atau cost of money) dan aliran penerimaan dana untuk pengembang. Efisiensi biaya dan waktu, serta efektivitas pelaksanaan ini bergantung pada sistem penahan beban gravitasi yang dipilih. Oleh karena itu, dalam merancang gedung super-tinggi, tidak hanya sistem penahan beban lateral saja yang perlu diperhatikan. Sistem penahan beban gravitasi juga memerlukan kajian khusus. Gedung Indonesia-1 adalah salah satu contoh gedung super-tinggi dengan jumlah lantai sebanyak 63 tingkat dan memiliki 7 lapis besmen. Bila menggunakan konstruksi beton yang umum diterapkan di Jakarta, siklus pekerjaan per lantai akan berkisar 7-8 hari. Dengan bobot gedung yang besar, panjang efektif tiang bor yang dibutuhkan juga semakin dalam. Karena pekerjaan fondasi dan struktur atas selalu berada di jalur kritis pembangunan, inovasi sistem penahan beban gravitasi sangatlah diperlukan untuk mempersingkat waktu pelaksanaan konstruksi. Studi beberapa alternatif solusi dilakukan untuk menentukan sistem penahan beban gravitasi. Dari beberapa alternatif yang dapat digunakan, sistem yang dipilih adalah balok baja komposit dan kolom beton. Untuk mempercepat proses instalasi struktur baja, digunakan erection column sebagai penyokong sementara sebelum kolom beton selesai dikerjakan. Erection column didesain untuk menahan berat sendiri struktur baja dan beban konstruksi sesuai dengan tahap pekerjaan struktur atas. Selain lebih ringan dibandingkan konstruksi beton, siklus pekerjaan 4-5 hari per lantai dapat diterapkan sehingga terjadi penghematan waktu pelaksanaan konstruksi sekitar 9 bulan. Inovasi sistem penahan beban gravitasi dan penggunaan erection column dalam metode konstruksi Gedung Indonesia-1 akan dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini. Kata kunci: Inovasi, Kecepatan, Gedung Super-Tinggi, Beban Gravitasi, Balok Komposit, Erection Column. Seminar dan Pameran HAKI 2016 - "Innovations in Structural and Engineering Construction" 1

INOVASI DALAM SISTEM PENAHAN BEBAN GRAVITASI UNTUK GEDUNG SUPER-TINGGI Jessica Nathalie Handoko Davy Sukamta 1. Pendahuluan Seiring dengan perkembangan urbanisme vertikal, mulai bermunculan bangunan gedung super-tinggi. Tentunya, perancangan gedung super-tinggi memiliki tantangan tersendiri. Selain desain terhadap beban angin dan gempa yang cukup kompleks, masalah yang kerap kali timbul terkait dengan durasi pelaksanaan konstruksi, serta bobot gedung yang relatif besar. Karena kedua hal ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap biaya proyek (overhead, preliminary cost, bunga uang atau cost of money) dan aliran penerimaan dana untuk pengembang, perlu dipikirkan bagaimana cara mempersingkat dan mempermudah pelaksanaan konstruksi, sekaligus mengatasi masalah bobot gedung tersebut. Dalam hal ini, tidak hanya sistem penahan beban lateral saja yang perlu diperhatikan. Sistem penahan beban gravitasi juga memerlukan kajian khusus. Efisiensi biaya dan waktu, serta efektivitas pelaksanaan konstruksi bergantung pada sistem penahan beban gravitasi yang dipilih. Oleh karena itu, studi untuk menentukan sistem penahan beban gravitasi dibutuhkan pada tahap awal perencanaan, seperti pada kasus Proyek Indonesia-1. 2. Uraian Proyek Proyek Indonesia-1 (China Sonangol Tower) berlokasi di Jl. Thamrin, Jakarta. Bangunan ini berdekatan dengan Gedung Kedutaan Jepang dan Gedung Plaza Indonesia dengan total area pengembangan sekitar 170,000 m 2. Bangunan terdiri dari dua gedung, Menara Utara dan Menara Selatan, yang berdiri di atas 7 lapis besmen. Tinggi arsitektural kedua gedung adalah 303 m, tetapi tinggi struktural gedung sedikit berbeda. Menara Utara memiliki tinggi struktural 303 m, sedangkan Menara Selatan memiliki tinggi struktural 299.4 m. Dengan tinggi struktural mencapai 300 m, kedua gedung dapat dikategorikan sebagai gedung super-tinggi. Kesuksesan pengembangan sebuah gedung super-tinggi, termasuk Gedung Indonesia- 1, sangat ditentukan oleh kecepatan pembangunan atau speed of construction gedung yang bersangkutan. Bila menggunakan konstruksi beton yang umum diterapkan di Jakarta, siklus pekerjaan per lantai akan berkisar 7-8 hari. Dengan bobot gedung yang besar, panjang efektif tiang bor yang dibutuhkan juga semakin dalam. Karena pekerjaan fondasi dan struktur atas selalu berada di jalur kritis pembangunan, inovasi sistem penahan beban gravitasi sangatlah diperlukan untuk mempersingkat waktu pelaksanaan konstruksi. Seminar dan Pameran HAKI 2016 - "Innovations in Structural and Engineering Construction" 2

Gambar 1. Denah Site Proyek Indonesia-1 3. Pemilihan Sistem Penahan Beban Gravitasi Studi dilakukan pada tahap awal perencanaan Gedung Indonesia-1 untuk menentukan sistem penahan beban gravitasi. Pada dasarnya, sistem penahan beban gravitasi dari suatu bangunan gedung terdiri atas dua bagian, yaitu sistem lantai dan elemen vertikal. Berikut ini adalah berbagai pilihan yang dapat digunakan sebagai sistem penahan beban gravitasi. Tabel 1. Sistem Penahan Beban Gravitasi Sistem Lantai Elemen Vertikal Pilihan Pelat beton + balok beton Pelat beton + balok baja komposit Pelat beton di atas metal deck + balok beton Pelat beton di atas metal deck + balok baja komposit Kolom beton Kolom baja Kolom baja komposit Corewall atau shear wall Untuk mengatasi beban gempa dan beban angin, Gedung Indonesia-1 akan menggunakan corewall beton dan outrigger yang berlokasi di lantai refuge. Corewall beton dan outrigger ini juga akan bekerja sama dengan kolom perimeter sebagai elemen vertikal untuk menahan beban gravitasi. Seminar dan Pameran HAKI 2016 - "Innovations in Structural and Engineering Construction" 3

Gambar 2. Denah Arsitek Lantai Tipikal Gambar 3. Corewall Beton dan Outrigger Ada beberapa kombinasi sistem penahan beban gravitasi yang dapat diterapkan pada Gedung Indonesia-1. Tabel 2. Alternatif Sistem Penahan Beban Gravitasi Gedung Indonesia-1 Sistem Lantai Elemen Vertikal Alternatif 1 Pelat beton di atas metal deck + Kolom beton balok baja komposit Alternatif 2 Pelat dan balok beton Kolom baja komposit Alternatif 3 Pelat dan balok beton Kolom beton Seminar dan Pameran HAKI 2016 - "Innovations in Structural and Engineering Construction" 4

Sistem Penahan Beban Gravitasi Alternatif 1: Balok Baja Komposit & Kolom Beton Sistem Lantai Pelat beton di atas metal deck Tebal pelat lantai tipikal 140 mm dengan mutu beton 25 MPa untuk seluruh lantai. Dengan adanya metal deck, pelat lantai tipikal dapat dicor tanpa menggunakan perancah (bentang pelat dibatasi sehingga tidak diperlukan perancah). Balok baja komposit Tinggi balok baja lantai tipikal bervariasi dari 400~600 mm dengan mutu baja f y = 350 MPa dan f u = 450 MPa. Sambungan balok baja komposit ke kolom beton menggunakan sambungan sendi (pinned connection). Elemen Vertikal Kolom beton Corewall beton Dimensi kolom bervariasi dari 1800x2500~800x800 (kolom outrigger) dan 1400x1400~800x800 (kolom gravitasi) dengan mutu beton 70 MPa~40 MPa Sistem Penahan Beban Gravitasi Alternatif 2: Balok Beton & Kolom Baja Komposit Sistem Lantai Pelat beton Tebal pelat lantai tipikal 120 mm dengan mutu beton 50 MPa~25 MPa Balok beton Elemen Vertikal Kolom baja komposit Corewall beton Dimensi balok lantai tipikal 350x800 (di bagian tengah) dan 350x1000 (di sepanjang perimeter) Kolom baja dibungkus dengan beton dengan mutu beton 70 MPa~40 MPa. Perkiraan dimensi kolom baja yang diperlukan W14x370~W14x145 dengan mutu baja f y = 350 MPa dan f u = 450 MPa. Dimensi kolom final setelah dibungkus dengan beton bervariasi dari 1800x2500~800x800 (kolom outrigger) dan 1400x1400~800x800 (kolom gravitasi). Sistem Penahan Beban Gravitasi Alternatif 3: Balok Beton & Kolom Beton Sistem Lantai Pelat beton Tebal pelat lantai tipikal 120 mm dengan mutu beton 50 MPa~25 MPa Balok beton Elemen Vertikal Kolom beton Corewall beton Dimensi balok lantai tipikal 350x800 (di bagian tengah) dan 350x1000 (di sepanjang perimeter) Dimensi kolom bervariasi dari 1800x2500~800x800 (kolom outrigger) dan 1700x1700~1000x1000 (kolom gravitasi) dengan mutu beton 70 MPa~40 MPa Seminar dan Pameran HAKI 2016 - "Innovations in Structural and Engineering Construction" 5

(a). Alternatif 1 (b). Alternatif 2 & 3 Gambar 4. Denah Struktur Lantai Tipikal Setiap alternatif memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan perbandingan dari ketiga alternatif tersebut. Tabel 3. Perbandingan Sistem Penahan Beban Gravitasi Kecepatan konstruksi Fondasi Alternatif 1 Alternatif 2 & 3 Dapat dioptimasi hingga siklus per 7-8 hari per lantai lantai berkisar 4-5 hari. Panjang efektif tiang bor untuk Panjang efektif tiang bor untuk tower footprint berkisar 60~65 m. tower footprint berkisar 84~91 m. Biaya konstruksi Tinggi bersih di bawah balok struktur Dengan panjang efektif tiang bor ini, waktu pelaksanaan pekerjaan fondasi menjadi lebih singkat sekitar 3 bulan dibanding Alternatif 2 dan 3. Bila ditinjau hanya dari biaya sistem lantai, Alternatif 1 merupakan sistem termahal. Namun, setelah memperhitungkan biaya fondasi dan waktu, sistem ini merupakan solusi yang paling ekonomis. Dengan tinggi lantai tipikal 4.8 m, tinggi bersih di bawah balok struktur berkisar 4.0 ~ 4.2 m. Ruang untuk instalasi MEP dan plafon menjadi lebih besar dibanding Alternatif 2 dan 3. Semakin dalam panjang efektif tiang bor, risiko kelongsoran pada saat pengerjaan tiang bor juga semakin tinggi. Dengan tinggi lantai tipikal 4.8 m, tinggi bersih di bawah balok struktur berkisar 3.8~ 4.0 m. Seminar dan Pameran HAKI 2016 - "Innovations in Structural and Engineering Construction" 6

Kontraktor Hanya beberapa kontraktor baja nasional yang mempunyai kapabilitas untuk mengerjakan konstruksi baja ini Kontraktor sudah terbiasa mengerjakan konstruksi beton Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Alternatif 1 memberikan lebih banyak keuntungan dari sisi desain, biaya, maupun pelaksanaan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, sistem penahan beban gravitasi yang dipilih untuk Gedung Indonesia-1 adalah Alternatif 1, dimana sistem lantai berupa pelat beton di atas metal deck dan balok baja komposit, dengan elemen vertikal berupa kolom beton yang dimodifikasi. 4. Penggunaan Erection Column Sebagai Inovasi Dalam Metode Konstruksi Kolom beton digunakan sebagai elemen vertikal dari sistem penahan beban gravitasi Gedung Indonesia-1. Dengan dimensi kolom yang relatif besar, pengecoran satu kolom akan memakan waktu yang cukup lama. Bila instalasi struktur baja harus mengikuti siklus pengecoran kolom beton, masa konstruksi akan menjadi panjang, hampir sama seperti konstruksi beton pada umumnya. Untuk mempercepat proses instalasi struktur baja, struktur baja harus dapat dipasang tanpa menunggu kolom beton selesai dicor. 4.1 Fungsi Erection Column Agar balok baja dapat dipasang terlebih dahulu dan pelat dapat dicor, dibutuhkan penyokong sementara. Dalam kasus ini, digunakan erection column berupa kolom baja. Lokasi erection column sama dengan lokasi kolom final. Saat kondisi akhir, erection column ini akan terbungkus dengan beton. Meskipun erection column menjadi komposit dengan kolom beton, kontribusi erection column terhadap kapasitas kolom diabaikan pada saat desain kolom beton. Gambar 5 di bawah ini menunjukkan konsep pelaksanaan pekerjaan struktur atas Gedung Indonesia-1. 5-6 Lantai Core Wall Erection Column 3 Lantai Bare Steel 3 Lantai Balok Baja Komposit Struktur Final Gambar 5. Konsep Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas Gedung Indonesia-1 Seminar dan Pameran HAKI 2016 - "Innovations in Structural and Engineering Construction" 7

Gambar 6. Contoh Detail Kolom Beton Dengan Erection Column Adanya erection column juga dapat menyederhanakan detail sambungan balok baja ke kolom beton. Balok baja dari erection column sampai ke tepi kolom beton dapat dipersiapkan terlebih dahulu sebagai erection beam dengan sambungan jepit (moment connection). Setelah itu, keseluruhan bentang balok baja dapat disambung ke erection beam dengan menggunakan sambungan sendi (pinned connection). Gambar 7. Detail Sambungan Balok Baja Dengan Erection Beam & Erection Column Seminar dan Pameran HAKI 2016 - "Innovations in Structural and Engineering Construction" 8

Erection column dan erection beam diinstalasi bersamaan dengan tulangan kolom seperti yang dapat dilihat pada Gambar 8. Dengan sistem ini, siklus pekerjaan 4-5 hari per lantai dapat diterapkan (lebih cepat 3 hari per lantai bila dibandingkan dengan konstruksi beton pada umumnya) sehingga total penghematan waktu pelaksanaan pekerjaan struktur atas sekitar 6 bulan. Gambar 8. Ilustrasi 3D Erection Column, Erection Beam, & Tulangan Kolom 4.2 Tahap Pekerjaan Struktur Atas Struktur baja dirancang untuk naik enam lantai sebelum erection column dibungkus beton dengan menggunakan prinsip unequal height and synchronous rise. Meskipun beberapa komponen struktur memiliki ketinggian yang berbeda, tetapi komponen struktur tersebut akan naik secara sinkron sesuai dengan tahap pekerjaan struktur atas. Berikut ini adalah tahap pekerjaan struktur atas Gedung Indonesia-1 berdasarkan asumsi siklus pekerjaan 3 hari per lantai. Seminar dan Pameran HAKI 2016 - "Innovations in Structural and Engineering Construction" 9

Gambar 9. Tahap Pekerjaan Struktur Atas Gedung Indonesia-1 4.3 Analisis dan Desain Erection Column Erection column dirancang untuk menahan berat sendiri dan beban konstruksi sesuai dengan tahap pekerjaan struktur atas. Analisis dan desain dilakukan dengan bantuan program ETABS. Pemodelan dilakukan sesuai dengan kondisi aktual, yaitu dengan memodelkan erection beam. Seminar dan Pameran HAKI 2016 - "Innovations in Structural and Engineering Construction" 10

Beban: Berat sendiri struktur Beban konstruksi: LL=100 kg/m bekerja pada balok baja LL=100 kg/m 2 bekerja pada pelat bila pelat sudah dicor Kombinasi pembebanan: 1.4D 1.2D + 1.6L Gambar 10. Pemodelan ETABS: Erection Column & Erection Beam Tahap 1 Sesuai dengan urutan ke-1 dari tahap pekerjaan struktur atas: struktur baja lantai 1 dipasang. Tahap 2 Sesuai dengan urutan ke-2 dari tahap pekerjaan struktur atas: struktur baja lantai 2 dipasang. Seminar dan Pameran HAKI 2016 - "Innovations in Structural and Engineering Construction" 11

Tahap 3 Sesuai dengan urutan ke-3 dari tahap pekerjaan struktur atas: struktur baja lantai 3 dipasang. Tahap 4 Sesuai dengan urutan ke-4 dari tahap pekerjaan struktur atas: struktur baja lantai 4 dipasang, cor pelat lantai 1. Tahap 5 Sesuai dengan urutan ke-5 dari tahap pekerjaan struktur atas: struktur baja lantai 5 dipasang, cor pelat lantai 2. Seminar dan Pameran HAKI 2016 - "Innovations in Structural and Engineering Construction" 12

Tahap 6 Sesuai dengan urutan ke-6 dari tahap pekerjaan struktur atas: struktur baja lantai 6 dipasang, cor pelat lantai 3. Tahap 7 Sesuai dengan urutan ke-7 dari tahap pekerjaan struktur atas: struktur baja lantai 7 dipasang, cor pelat lantai 4 dan kolom lantai 1. Seminar dan Pameran HAKI 2016 - "Innovations in Structural and Engineering Construction" 13

Tahap 8 Sesuai dengan urutan ke-8 dari tahap pekerjaan struktur atas: struktur baja lantai 8 dipasang, cor pelat lantai 5 dan kolom lantai 2. dst Tiga lantai pelat beton belum dicor sehingga balok baja didesain sebagai bare steel. Tiga lantai pelat beton sudah dicor sehingga balok baja didesain sebagai balok baja komposit. Selain pengecekan dari aspek kekuatan struktur, deformasi yang terjadi juga harus dijaga agar tidak melampaui batas yang diizinkan. Berikut ini adalah dimensi erection column yang diperoleh dari hasil perhitungan. Tabel 4. Dimensi Erection Column Gedung Indonesia-1 Lantai Menara Utara Menara Selatan Lantai 1 Lantai 3 HP14x73 HP14x73 Lantai 4 Lantai 40 HP12x63 HP12x63 Lantai 41 Lantai 49 HP10x57 HP12x63 Lantai 50 Atap HP10x42 HP12x63 5. Kesimpulan Inovasi dalam sistem penahan beban gravitasi sangat dibutuhkan, terutama untuk gedung super-tinggi. Dengan sistem penahan beban gravitasi yang tepat; biaya, waktu, serta pelaksanaan konstruksi menjadi lebih efektif dan efisien. Pada kasus Gedung Indonesia-1, sistem penahan beban gravitasi menggunakan balok baja komposit dan kolom beton yang dimodifikasi. Dengan sistem ini, penghematan waktu pelaksanaan konstruksi sekitar 9 bulan (3 bulan penghematan waktu pelaksanaan pekerjaan fondasi, 6 bulan penghematan waktu pelaksanaan pekerjaan struktur atas). 6. Daftar Pustaka Concept Design Report Indonesia-1 (China Sonangol Tower). Jakarta: PT. DavySukamta Konsultan. Laporan Perhitungan Struktur Atas Indonesia-1 (China Sonangol Tower). Jakarta: PT. DavySukamta Konsultan. Sukamta, Davy (2016). Inovasi Dalam Desain Struktur dan Konstruksi Gedung Super-Tinggi. Seminar Haki 2016. Seminar dan Pameran HAKI 2016 - "Innovations in Structural and Engineering Construction" 14