PELAKSANAAN PENYIDIKAN PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA OLEH PENYIDIK DI POLRESTA PADANG JURNAL. Oleh ZULFATRIADI NPM:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. modern. Ini ditandai dengan kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Negara Republik Indonesia dan penyidikan oleh penyidik Badan Narkotika

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap yang dilakukan oleh pelakunya. Dalam realita sehari - hari, ada

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I BERKAS PENYIDIKAN

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Hukum acara pidana di Belanda dikenal dengan istilah strafvordering,

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Indonesia berkembang

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyelidikan dan Penyidikan. Pengertian penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan

ABSTRAK. Kata kunci : Pelaksanaan Penyidikan dan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik spiritual maupun

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

BAB III PENUTUP. bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional. Pemberantasan korupsi

PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

tertolong setelah di rawat RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo, kota Mojokerto. 1

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

ALUR PERADILAN PIDANA

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. sidang pengadilan. Penyidikan dilakukan oleh penyidik Polri untuk memperoleh

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini penulis telah melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR

SANKSI PIDANA TERHADAP PENYIDIK DALAM PENANGANAN PERKARA NARKOTIKA 1 Oleh : Stefano Junio Muaja 2

BAB I PENDAHULUAN. negara harus berlandaskan hukum. Dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang

Lex Crimen Vol. II/No. 4/Agustus/2013

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

melakukan penyidikan terhadap tindak pidana psikotropika dengan pelaku anak

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. cara yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana untuk mencari serta

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, baik dari sudut medis, psikiatri, kesehatan jiwa, maupun psikososial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 56 TAHUN 2003 SERI E.5

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB I PENDAHULUAN. Guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan teknologi. Adanya perkembangan dan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

Transkripsi:

PELAKSANAAN PENYIDIKAN PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA OLEH PENYIDIK DI POLRESTA PADANG JURNAL Oleh ZULFATRIADI NPM: 0810005600046 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG 2014 0

Pelaksanaan Penyidikan Penyalahgunaan Psikotropika Oleh Penyidik Di Polresta Padang ( Zulfatriadi, 0810005600046, Fakultas Hukum Universitas Tamansiswa Padang 2014, 76 Halaman ) ABSTRAK Penyidikan merupakan bagian dari proses penegakan hukum, yang diwujudkan dalam system peradilan pidana Indonesia. Penegakan hukum terhadap penyalahgunaan psikotropika di Kota Padang, telah mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Namun dalam kenyataannya justru semakin meningkatnya penegakan hukum terhadap penyalahgunaan psikotropika ini, masih banyak kasus - kasus penyalahgunaan psikotropika ini yang belum terungkap. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Pertama, Bagaimana pelaksanaan penyidikan terhadap penyalahgunaan psikotropika oleh penyidik di Polresta Padang? Kedua, Apakah kendala - kendala yang dihadap ipenyidik dalam proses penyidikan penyalahgunaan psikotropika di Polresta Padang? Ketiga, Apakah upaya upaya untuk mengatasi kendala kendala yang di hadapi dalam proses penyidikan penyalahgunaan psikotropika di Polresta Padang? Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis melakukan penelitian di Polresta Padang dengan metode pendekatan yuridis empiris ( sosiologis ), dimana dalam metode pendekatan yuridis empiris ini bersifat deskriptif. Disamping itu juga jenis data yang digunakan dalam memperoleh data dilapangan yaitu data primer dan data sekunder. Dalam pelaksanaan penyidikanpolresta Padang telah banyak mengalami peningkatan dalam proses penegakan hukum. Dalam proses penyidikan penyidik menghadapi beberapa faktor kendala, yakni :faktor perundang undangan, faktor aparat penegak hukum ( penyidik Polresta padang ), fakto rsarana dan prasarana, faktor kesadaran masyarakat terhadap hukum. Dalam mengatasi kendala yang dihadapi, penyidik harus memahami tentang tugas yang dihadapi, apa yang harus dipelajari dan apa yang harus di tanamkan dalam diri personil penyidik dan masyarakat. 1

A. Latar Belakang Psikotropika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi dalam kenyataannya penggunaan psikotropika banyak yang bertentangan dengan aturan yang berlaku. Perkembangan penyalahgunaan psikotropika dalam kenyataannya semakin meningkat, mendorong Pemerintah Indonesia menerbitkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 1 Dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tersebut yang dimaksud dengan psikotropika adalah Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis yang bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Pelaksanaan penyidikan terhadap penyalahgunaan psikotropika yang di lakukan oleh penyidik Polresta padang tidak berjalan dengan lancar, tapi juga mengalami hambatan hambatan yang signifikan, sehingga menjadi kendala dalam mendapatkan informasi yang lebih akurat. Sebagaimana yang penulis kutip dari keterangan Kepala Unit Penyelidikan Polresta Padang Ipda Sutrisno Dalam penyidikan yang dilakukan oleh penyidik Polresta padang tidaklah berjalan dengan mulus, hal ini disebabkan karena kekurangan informasi yang akurat, dan juga peran dari masyarakat dalam upaya pemberantasan tindak pidana psikotropika ini 1 Himpunan Peraturan Perundang undangan,fokus Media,Bandung,2011,Hlm 1 2

sangat minim, sehingga menyulitkan aparat penyidik dalam mencapai suatu keberhasilan dalam penyidikan. 2 Masyarakat selalu berharap agar kepolisian selalu serius untuk memberantas peredaran psikotropika. Kepolisian hendaknya lebih berperan aktif mencari informasi dan menyelidiki setiap adanya indikasi penyalahgunaan psikotropika di kota Padang, tentunya hal ini juga tidak terlepas dari peran masyarakat dalam memberikan informasi. Polisi sebagai ujung tombak penegak hukum tentu harus mampu memberi rasa aman dan menjauhkan masyarakat dari bahaya pengaruh psikotropika ini. Namun tentu dalam pelaksanaan penyidikan hingga ke penyelidikan, aparat kepolisian tentu tidak mudah dalam membuktikan kasus tersebut. Hal ini tentu tidak terlepas dari kendala - kendala yang di alami aparat polisi dalam proses penyidikan. Berdasarkan uraian diatas, dengan maraknya peredaran psikotropika, dengan memperhatikan beberapa kasus yang banyak beredar di media cetak, media elektronik, dan juga berdasarkan pengamatan penulis, walaupun sudah banyak dilakukan penindakan tegas sesuai aturan yang berlaku, tetapi kenapa masih banyak kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan psikotropika. Maka penulis tertarik untuk membahas masalah penyidikan penyalahgunaan psikotropika yang dilakukan oleh penyidik Polresta Padang sebagai penelitian atau tugas akhir. Adapun judul yang penulis pilih dalam penelitian ini adalah 2 Sutrisno, Kepala Unit Penyelidikan Polresta Padang, 5 April,2012 3

Pelaksanaan Penyidikan Penyalahgunaan Psikotropika Oleh Penyidik Di Polresta Padang. B. Rumusan Masalah Sebagaimana latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan yang akan diangkat dalam penulisan penelitian ini yakni: 1. Bagaimana pelaksanaan penyidikan terhadap penyalahgunaan psikotropika oleh penyidik Polresta Padang? 2. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam proses penyidikan penyalahgunaan psikotropika di Polresta Padang? 3. Apakah upaya upaya untuk mengatasi kendala kendala yang dihadapi dalam proses penyidikan penyalahgunaan psikotropika di Polresta Padang? C. Pelaksanaan Penyidikan Penyalahgunaan Psikotropika Oleh Penyidik Di Polresta Padang A. Pelaksanaan Penyidikan Penyalahgunaan Psikotropika Oleh Penyidik Polresta Padang Pelaksanaan penyidikan terhadap penyalahgunaan psikotropika di Kota Padang oleh penyidik Polresta padang, merupakan bagian dari kegiatan penegakan hukum terhadap kejahatan penyalahgunaan psikotropika dan obat obat terlarang (narkoba). Dalam proses pelaksanaan penyidikan terhadap penyalahgunaan psikotropika di Polresta padang, penyidik memulai pelaksanaan 4

penyidikan berawal dari laporan yang mana telah ada indikasi dalam penyalahgunaan psikotropika di suatu tempat, setelah di nyatakan bahwa benar terjadi penyalahgunaan psikotropika. Dengan adanya laporan ini maka penyidik lakukan proses dan mengeluarkan surat perintah dimulainya penyidikan ( SPDP ) sesuai dengan Pasal 109 ayat (2) KUHAP. Berdasarkan data yang diperoleh dari penyidik Polresta padang terhadap kasus kasus penyalahgunaan psikotropika yaitu : TABEL 1. DATA PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA TAHUN 2010 s/d 2012 TAHUN NO URAIAN 2010 2011 2012 KET 1 JUMLAH 94 56 103 *13 LP Tahun 2012 KASUS Sedang Dalam Sidik 2 SAI KARA 94 43 57 3 TERSANGKA 142 83 119 4 BARANG BUKTI Shabu : 74, 29 Gram 3 paket besar Shabu : 65, 13 gram 1 paket besar Shabu : 71,19 gram 3 paket besar *3 LP dilimpahkan ke POMAL * 5 LP dilimpahkan ke POM Extacy : 119 butir Extacy : 3 butir Extacy : 137 butir ( Sumber : Satuan Narkoba Polresta Padang ) 5

Berdasarkan data yang diperoleh dari Satuan Narkoba Polresta Padang tersebut dapat diperkirakan bahwa dari tahun 2010 s/d 2012 tingkat penyalahgunaan psikotropika mengalami peningkatan yang tentunya dikarenakan dari tahun ke tahun, anggota Kepolisian Satuan Narkoba Polresta Padang walaupun berhasil mengungkap jaringan jaringan atau sindikat pengedar dan pemakai narkoba di lingkungan Kota Padang, namun hingga pada tahun 2012 penyalahgunaan psikotropika masih mengalami peningkatan dari tahun tahun sebelumnya. Hal hal yang harus diperhatikan dalam penyelesaian perkara penyalahgunaan psikotropika harus berdasarkan kepada beberapa hal yaitu : 1. Laporan masyarakat Berdasarkan tugas dan fungsi kepolisian yang menjadi penegak hukum, pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat yang merupakan tempat bagi masyarakat untuk menyampaikan laporan dan aspirasi yang terkait dengan tindak pidana, apalagi permasalahan ini telah meresahkan kehidupan di tengah tengah msyarakat. 2. Tertangkap tangan oleh petugas atau penyidik Tertangkap tangan di sini sudah jelas pokok permasalahan yang terjadi, bahwa seseorang di nyatakan bersalah secara tertangkap tangan, seorang tersangka atau di duga bersalah apabila pada dirinya terdapat barang bukti ( BB ), saksi dan pelaku itu sendiri, dan 6

tertangkap oleh kalayak ramai yang secara jelas terlibat secara langsung dalam pidana tersebut. 3. Target operasi ( TO ) Berdasarkan tiga hal diatas maka yang perlu diproses oleh penyidik adalah bagaimana tahap tahap pelaksanaan penyidikan terhadap penyalahgnaan psikotropika yang berdasarkan kepada laporan dari masyarakat, maka diperlukan beberapa tahap yang penting dilakukan oleh penyidik, yakni ; 1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana atau penyalahgunaan psikotropika. 2. Penyelidik melaporkan kepada penyidik bahwa benar adanya tindak penyalahgunaan psikotropika, maka penyidik memberikan perintah dengan mengeluarkan surat perintah dimulainya penyidikan ( SPDP ). Dengan adanya surat ini maka penyidik langsung menuju TKP dengan melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian perkara, adapun tindakan yang dilakukan penyidik menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka, Dan penyidik juga bisa melakukan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab, dimana seorang penyidik melakukan tindakan diluar dari ketentuan yang didasarkan pada suatu kebijakan yang bertujuan untuk kepentingan bersama ( diskresi kepolisian ). 7

3. Adapun tindakan selanjutnya yang dilakukan oleh penyidik melakukan penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan serta mengumpulkan barang bukti dengan melakukan olah TKP, melakukan pemeriksaan dan penyitaan terhadap surat surat penting yang berkaitan dengan penyalahgunaan psikiotropika, memotret seorang tersangka dan mengambil sidik jari. Penahanan terhadap tersangka dilakukan selama 1 x 24 jam guna kepentingan penyelidikan untuk mengetahui benar atau tidaknya terjadi tindak pidana atau penyalahgunaan psikotropika. 4. Setelah dinyatakan bahwa tersangka benar melakukan tindak pidana serta semua tindakan di TKP selesai dan dilkukan penahan lanjutan terhadap tersangka. Penyidik melakukan pemberkasan terhadap perkara penyalahgunaan psikotropika, penyidik melakukan pemeriksaan terhadap tersangka untuk diminta keterangan atau alibi dari tersangka. 5. Memanggil seorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi, untuk saksi disini ada dua yakni ; Saksi dari korban atau masyarakat dan saksi ahli. 6. Penyidik memanggil saksi ahli, hal ini di perlukan karena saksi ahli ini sangat erat hubungannya dalam pemeriksaan perkara penyalahgunaan psikotropika. 8

7. Setelah pemeriksaan perkara selesai penyidik membuat berkas perkara, yang mana berkas perkara ini berisikan resume dari yang telah diproses dari awal hingga menetapkan seorang jadi tersangka dalam penyalahgunaan psikotropika. Dalam membuat berkas perkara ini penyidik tidak mengurangi ketentuan lain dalam undang undang. Pemberkasan dilakukan setelah dilakukan penahanan terhadap tersangka, sebagaimana yang di atur dalam Pasal 24 ayat (1) dan (2) KUHAP. Adapun waktu dalam menyelesaikan berkas perkara yaitu ; Penahanan dilakukan oleh penyidik selama 20 hari, apabila pemberkasan belum selesai maka diperpanjang menjadi 40 hari dengan izin dari penuntut umum, dan bila berkas belum selesai dapat diperpanjang menjadi 110 hari dengan izin dari Mahkamah Agung. Bila dalam waktu 110 hari pemberkasan belum selesai maka demi hukum tersangka harus dikeluarkan dari tahanan sebelum waktu pemberkasan berakhir, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 28 ayat (4) KUHAP. Setelah berkas perkara selesai, penyidik menyerahkan atau melimpahkan perkara kepda penuntut umum ( JPU ) yang diberi wewenang oleh kejaksaan. Dalam pelimpahan berkas perkara ini dilakukan dalam dua tahap yaitu ; a) Tahap pertama penyidik hanya menyerahkan berkas perkara saja,hal ini dilakukan untuk mengantisipasi tindakan penuntut umum yang melakukan pra penuntutan. 9

b) Tahap yang kedua penyidik menyerahkan tanggung jawab tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum ( JPU ). Pra penuntutan merupakan pengembalian berkas dari penuntut umum, hal ini terjadi apabila berkas yang dilimpahkan oleh penyidik dinyatakan belum lengkap oleh pihak kejaksaan ( penuntut umum ), pernyataan pengembalian berkas ini di tandai P 18 yang menyatakan berkas belum lengkap, dilanjutkan dengan P 19 yang merupakan pengembalian berkas yang disertai dengan petunjuk petunjuk dari pemberkasan kepada penyidik. Setelah pemberkasan diselesaikan oleh penyidik maka kembali dilimpahkan kepada kejaksaan dan dinyatakan lengkap oleh penuntut umum dengan dibuktikan adanya pernyataan P 21 yang menyatakan berkas lengkap dan penyidikan selesai dan dilanjutkan proses di pengadilan. B. Kendala-Kendala yang dihadapi oleh Penyidik Dalam Melakukan Penyidikan Penyalahgunaan Psikotropika di Polresta Padang Dari segi fungsinya sebagai penegak hukum, kepolisian dalam tugasnya melakukan tindakan reprensif atau pencegahan, Penyidikan merupakan bagian dari rangkaian sistem peradilan pidana di Indonesia. Sedangkan yang menjadi tujuan dari sistem peradilan pidana tersebut adalah : 1. Mencegah masyarakat menjadi korban tindak pidana atau kejahatan 2. Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana. 10

3. Mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi kejahatannya lagi. 3 Dalam pelaksanaan penyidikan oleh Sat Narkoba Polresta Padang terdapat beberapa kendala yang menghambat kinerja pihak penyidik. Dimana kendala kendala ini sangat berpengaruh dalam penegakan hukum, demi terlaksananya proses penegakan hukum maka harus diperhatikan beberapa faktor, diantaranya yaitu : 1. Faktor Peraturan Perundang Undangan Perundang undangan yang berkaitan dengan tindak pidana psikotropika ini adalah Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang psikotropika dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dimana dalam undang undang ini juga diatur mengenai pelaksanaan penyidikan terhadap tindak pidana psikotropika, yakni pada pasal 55 58 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 dan pada Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 pelaksanaan penyidikan terhadap penyalahgunaan psikotropika bukan pada penyidik polri saja tetapi dalam undang-undang ini diberikan juga kewenangan lebih kepada BNN untuk menyidik. Pada Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 ini kewenangan BNN antara lain: i. Menyelidik dan menyidik. ii. Mempercepat pemusnahan barang bukti. 3 Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana,, Bandung : Binacipta, 1996. hlm.15 11

iii. Menyadap pihak yang terkait penyalahgunaan dan peredaran narkoba. Disamping itu, polisi juga mempunyai tugas penting dalam menegakan undang undang, yang diaplikasikan lewat pelaksanaan penyidikan. Hal ini tidak lain karena kepolisian berada di lini terdepan dalam berprosesnya sistem peradilan pidana. 2. Faktor Aparat Penegak Hukum ( Penyidik Polresta Padang ) Sebagaimana telah dinyatakan dalam Pasal 13 Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian, dinyatakan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki tiga fungsi pokok yang mana dalam pelaksanaannya ketiga fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan. Ketiga fungsi kepolisian tersebut meliputi : 4 1. Sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban ditengah tengah masyarakat 2. Sebagai penegakan hukum yang berlaku 3. Sebagai pelindung, pengayom dan pelayan ditengah tengah masyarakat Dalam pelaksanaan dan pengemban fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia, membutuhkan kerjasama dari beberapa pihak yang melaksanakan fungsi nya sesuai dengan peraturan perundang undangan 4 Website Google ; http // www.metro.polri.go.id ( terakhir kali di kunjungi tanggal 23 agustus 2014 ) 12

yang menjadi dasar hukumnya masing masing, pihak pihak yang terkait meliputi : 1. Kepolisian khusus 2. Penyidik pegawai negeri sipil 3. Bentuk bentuk pengamanan swakarsa Secara umum kemampuan SDM dari para personel aparat Polresta Padang dalam menguasai pengetahuan mengenai psikotropika berdasarkan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini masih kurang maksimal. Secara sosiologis, aparat penegak hukum khususnya penyidik mempunyai kedudukan ( status ) dan peranan ( role ). Kedudukan ini mempunyai peranan yang sangat penting, dimana peranan tersebut memiliki unsur unsur, yakni : 5 1. Peranan yang ideal ( ideal role ) 2. Peranan yang seharusnya ( expected role ) 3. Peranan yang di anggap oleh diri sendiri ( perceived role ) 4. Peranan yang sebenarnya dilakukan ( actual role ) 5 Soejono Soekanto, Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 1983, Hlm 19 13

3. Faktor Sarana dan Prasarana Beberapa sarana dan prasarana yang tidak terpenuhi dengan baik tersebut adalah : a. Dana Penggunaan dana operasional yang besar dalam proses penyidikan penyalahgunaan Psikotropika ini antara lain : 1. Biaya labor 2. Tes urine 3. Memanggil saksi 4. Menyediakan penasehat hukum bagi tersangka. b. Laboratorium forensik Untuk mengungkap secara medis kasus psikotropika, harus ditunjang dengan keberadaan laboratorium forensik. Dimana, kegunaan laboratorium ini adalah untuk melakukan tes urine dan darah terhadap pelaku yang diduga pemakai. c. Alat pengukur atau penimbang barang bukti (BB) Psikotropika Untuk mengukur atau menimbang jumlah barang bukti psikotropika yang didapatkan dari pelaku secara akurat, Polresta Padang tidak mempunyai alat pengukur atau penimbang yang diperlukan tersebut. Karena ketiadaan ini, Polresta Padang bekerja sama dengan Pemko Padang untuk melakukan pengukuran atau penimbangan. Biasanya pihak 14

Polresta Padang meminta Bantuan kepada pihak pemilik PT. pegadaian yang mempunyai alat ukur tersebut. 4. Faktor Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam melakukan penyidikan, dukungan masyarakat sangat diperlukan. Sebab, masyarakat memiliki andil dalam memberikan laporan, pengaduan dan informasi kepada polisi terhadap dugaan tindak pidana psikotropika yang terjadi. Beberapa kendala yang membuat proses penyidikan menjadi terhambat tersebut itu meliputi : a. Kesadaran Untuk Menjadi Saksi b. Kesadaran Untuk Memberikan Laporan dan Informasi c. Kurangnya Pengetahuan Masyarakat Terhadap Psikotropika C. Upaya Untuk Mengatasi Kendala Kendala Yang Di Hadapi Dalam Proses Penyidikan Penyalahgunaan Psikotropika Adapun upaya upaya untuk mengatasi kendala kendala yang di hadapi dalam pelaksanaan penyidikan, yakni : 1. Penyidik harus bisa memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada masyarakat supaya masyarakat mau bekerja sama dengan kepolisian khususnya penyidik, penyidik harus memberikan sosialisasi tentang betapa pentingnya pengetahuan tentang undang undang, apalagi tentang tindak pidana. 15

2. Dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana, penyidik kepolisian harus meningkatkan sumber daya manusia dari personil penyidik sebagai aparat penegak hukum, dan yang pokok dari penyidik sendiri harus memahami tentang undang undang dan peraturan yang berlaku. 3. Apabila diperhatikan bahwa untuk kelancaran pelaksanaan tugas penyidikan dan untuk proses pemberkasan oleh penyidik saat sekarang ini sangat memprihatinkan, karena dalam proses penyidikan ini dibutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang pelaksanaan tugas, sehingga penyidikan dapat terlaksana secara optimal dan memuaskan. 4. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penyidikan, kurang sadarnya masyarakat dalam pencegahan terjadinya tindak pidana khususnya penyalahgunaan psikotropika, hal ini terjadi karena masyarakat merasa tidak nyaman terhadap apa yang akan mereka lakukan, mereka hanya mengutamakan keselamatan individu dan keluarga, begitu pentingnya rasa aman bagi masyarakat sehingga harus tutup mata akan apa terjadi di lingkungan masyarakat. Jadi dengan memberikan kenyamanan dan perlindungan kepada masyarakat 16

yang di iringi dengan sosialisasi akan penting nya hubungan masyarakat dengan aparat penegak hukum. D. Kesimpulan Hasil penelitian dan analisis terhadap pokok permasalahan, berikut diajukan beberapa kesimpulan yang terkait dengan identifikasi masalah dalam skripsi ini adalah : 1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap permasalahan dalam pelaksanaan penyidikan penyalahgunaan psikotropika di Kota Padang oleh penyidik Polresta Padang, pada dasarnya menghadapi banyak kendala dan hambatan sehingga proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik Polresta Padang tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, namun demikian sudah banyak hasil yang didapat dan dilaksanakan oleh penyidik dengan telah banyaknya kasus kasus yang telah diselesaikan dan dilimpahkan kepada kejaksaan dan pengadilan dan sudah divonis menurut aturan hukum yang berlaku. Walaupun pada kenyataannya akhir akhir ini peredaran psikotropika semakin meningkat dan meluas. 2. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan penyidik Sat Narkoba Polresta Padang, maka penyidik mengalami beberapa kendala yang signifikan dihadapi dalam proses penyidikan penyalahgunaan psikotropika dipolresta Padang yaitu antara lain : 17

a. Faktor Peraturan Perundang undangan b. Faktor Aparat Penegak Hukum ( Penyidik Polresta Padang ) c. Faktor sarana dan Prasarana d. Faktor Kesadaran Hukum 2. Dalam upaya mengatasi Kendala kendala yang dihadapi dalam proses penyidikan penyalahgunaan psikotropika, maka penyidik harus memahami tentang apa tugas yang dihadapi, apa yang harus di pelajari, apa yang harus di tanamkan dalam diri personil penyidik dan masyarakat, sehingga akan tercipta suatu hubungan yang baik antara penyidik dam masyarakat dalam memberantas penyalahgunaan psikotropika di tengah tengah masyarakat. Saran Mengacu pada hasil penelitian, berikut diajukan beberapa saran : 1. Penyidik dalam melaksanakan tugas nya sebagai penyidik diharapkan mampu dalam pelaksanaan penyidikan khususnya penyalahgunaan psikotropika, dan diharapkan bisa mengajak masyarakat untuk bisa mengerti Undang Undang dan hukum, serta mampu memberikan rasa rasa aman dan nyaman ditengah tengah masyarakat.. 2. Penyidik diharapkan dalam menghadapi tantangan yang ada dalam proses hukum penyalahgunaan psikotropika dan pidana lainnya, agar mampu memahami faktor faktor yang memperlambat proses pelaksanaan penyidikan tindak pidana, khususnya penyalahgunaan psikotropika. 18

3. Dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana, khususnya penyalahgunaan psikotropika, penyidik harus bisa lebih berperan baik itu terhadap sumber daya manusia penyidik, penerapan tentang Undang Undang, dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengetahuan tentang hukum, keberanian masyarakat dalam bertindak, dan khususnya kepada pimpinan instansi kepolisian agar mampu memberikan dukungan semaksimal mungkin kepada personilnya dalam menunjang pelaksanaan tugas yang di emban, serta melengkapi sarana dan prasarana yang di butuhkan dalam proses penyidikan. 19

E. Daftar Pustaka A. Buku - Buku Hari Susangka, Narkotika dan Psikotropika, Mandar Maju, Jakarta, 2003, Julian Lisa fr, Narkoba, Psikotropika dan Gangguan Jiwa, Sang Media, Jakarta, 2014 Adami chazawi, Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori Teori Pemidanaan Dan Batas Berlakunya Hukum Pidana. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001. Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2009. Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana, Binacipta, Bandung, 1996. Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakkan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Saleh, Roeslan, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Aksara Baru, Jakarta, 1981. Tirtaamidjadja, Pokok Pokok Hukum Pidana, Fasco, Jakarta, 1955. Wajowasito,S. Kamus Umum Belanda Indonesia, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1999. Redaksi Sinar Grafika, pelaksanaan KUHAP, Pedoman Pelaksanaan KUHAP, Sinar Grafika, Jakarta, 2013 B. Peraturan Perundang Undangan Undang Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika 20

PP No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP sebagaimana diubah dengan PP No. 58 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan KUHAP Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana C. Sumber lainnya Website Google ; http // hukum pidana.blogspot.com Website Google ; http // www.bahan kuliah.co.id Website Google ; http // bahan kuliah.co.id Website Google ; http // hukumonline.com Website Google ; http // jpuarifsuhartono.blogspot.com Website Google ; http // dimensiilmu.blogspot.com 21