I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan salah satu Tujuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat universal dan mempunyai

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

I. PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan hidup. Pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu tempat untuk mengembangkan dan

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS

I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi Inti ke-2 yaitu melatih diri bersikap konsisten, rasa ingin tahu, bersifat

BAB I PENDAHULUAN. baik jika ada komunikasi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam kehidupan nyata merupakan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia manapun di planet bumi ini. Untuk menciptakan SDM yang

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

I. PENDAHULUAN. kemampuan atau potensi dan meningkatkan mutu kehidupan serta martabat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. pemerintah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam suatu negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya generasi muda, yang nantinya akan mengambil alih

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang menuntut setiap manusia untuk bersaing dan berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

I. PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

I. PENDAHULUAN. agar mampu memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ialah dengan pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka. menghasilkan perubahan yang positif dalam diri anak.

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu cara untuk mewujudkan tujuan negara tersebut adalah melalui pendidikan. Berdasarkan penjelasan atas Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya guna memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan potensi serta kepribadian mereka. Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 menjelaskan bahwa pendidikan bertujuan agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya guna menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif. Melalui pendidikan, manusia

dapat mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2 Terdapat beberapa mata pelajaran yang perlu disampaikan kepada peserta didik agar setiap peserta didik mampu menghadapi setiap perubahan. Salah satu mata pelajaran yang pertlu disampaikan adalah mata pelajaran matematika. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menjelaskan bahwa matematika merupakan ilmu universal dan perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar agar peserta didik memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Matematika juga merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern. Untuk menguasai dan menciptakan suatu teknologi di masa depan, maka diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Dengan demikian, matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia guna menghadapi perkembangan zaman. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 menyatakan salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah agar peserta didik dapat mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Dengan demikian peserta didik akan lebih mudah dalam menyelesaikan masalah-masalah matematis yang diberikan guru. Akan tetapi pada kenyataannya sebagian besar peserta didik menganggap bahwa matematika merupakan suatu mata pelajaran yang sulit dan membosankan, dan hanya sedikit sekali peserta didik yang menyukai mata pelajaran matematika. Hal

3 ini terjadi karena dalam proses pembelajaran matematika guru menggunakan metode belajar yang cenderung monoton dan tidak bervariasi. Sebagai contoh, metode yang digunakan adalah metode diskusi. Pembelajaran dengan metode diskusi yang selalu diulang-ulang dan tidak variatif membuat peserta didik bosan dalam kegiatan belajar. Hal ini terjadi karena peserta didik selalu melakukan aktivitas yang sama yakni berdiskusi dalam kelompoknya dan membahas apa yang didiskusikan bersama dengan guru. Seharusnya guru dapat menggunakan metode atau model pembelajaran yang lebih variatif agar tercipta suasana belajar yang menyenangkan sehingga peserta didik akan selalu aktif dan terus memunculkan ide kreatifnya dalam menyelesaikan masalah matematis yang diberikan dengan merepresentasikan masalah tersebut kedalam bentuk lain seperti ekspresi matematis, kata-kata, ataupun teks tertulis. Representasi merupakan ungkapan dari suatu ide matematika yang ditampilkan peserta didik sebagai bentuk yang mewakili situasi masalah guna menemukan solusi dari masalah tersebut. Representasi memiliki peranan penting dalam pembelajaran matematika, karena dengan representasi peserta didik akan lebih mudah dalam mengomunikasikan ide-ide matematis sehingga masalah-masalah matematis yang diberikan dapat diselesaikan dengan baik oleh peserta didik. Dengan demikian, peserta didik secara tidak langsung harus merepresentasikan masalah-masalah matematis ke dalam bentuk lain agar masalah tersebut dapat dipahami dan dapat ditemukan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun pada kenyataannya kemampuan peserta didik dalam merepresentasikan masalah matematis masih tergolong rendah.

4 Hasil survey TIMSS 2011 menunjukan bahwa kemampuan matematis di Indonesia berdaya saing rendah dengan negara-negara lain. Indonesia berada diurutan ke 38 dari 42 negara yang disurvey dengan rata-rata skor di Indonesia untuk kelas VIII adalah 386. Skor ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2007, dimana saat itu Indonesia menempati peringkat 33 dari 49 negara dengan skor 397. Sedangkan dalam studi ini skor rata-rata internasional yang harus dicapai adalah 500. Wardhani (2011: 1) menyatakan hasil survey kemampuan matematika yang masih rendah tersebut disebabkan oleh banyak faktor, salah satu penyebabnya antara lain siswa Indonesia pada umumnya kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik soal-soal pada TIMSS yang substansinya menuntut penalaran, argumentasi, dan kreatifitas dalam menyelesaikannya. Wardhani (2011: 22) juga menyatakan soal-soal TIMSS secara lebih spesifiknya mengukur kemampuan siswa dalam memilih, merepresentasikan, memodelkan, menerapkan, maupun memecahkan masalah. Sesuai dengan karakteristik soal-soal TIMSS, dapat dilihat bahwa kemampuan representasi matematis siswa di Indonesia masih rendah. Rendahnya kemampuan representasi matematis siswa juga terjadi di SMP Al- Kautsar Bandar Lampung. Hal ini didapat berdasarkan hasil observasi kelas dan wawancara dengan guru bidang studi matematika kelas VIII di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang diterapkan di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung belum variatif, masih berupa pembelajaran dengan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Siswa di SMP Al-Kautsar sudah terbiasa berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil, akan tetapi diskusi yang digunakan adalah diskusi biasa yakni siswa berdiskusi

5 dan membahas apa yang didiskusikan bersama guru. Sedangkan berdasarkan observasi kelas diketahui bahwa dalam proses pembelajaran siswa cenderung tidak dapat diam ditempat duduknya dan lebih senang untuk berpindah-pindah tempat untuk sekedar bertanya tentang pelajaran ataupun mengganggu temannya yang serius belajar. Selain itu, rendahnya kemampuan representasi matematis siswa ini dapat dilihat dari tes awal kemampuan representasi matematis siswa di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung. Hal ini ditunjukkan melalui jawaban beberapa siswa dalam menyelesaikan soal kemampuan representasi yang diberikan dengan contoh soal sebagai berikut: Rayhan sedang bermain-main di atas tanah basah. Ia membuat jejak kaki pada tanah basah tersebut. Rayhan menapakkan kakinya ke arah Selatan sebanyak 5 kali, kemudian dilanjutkan ke arah Timur sebanyak 12 kali. Dalam menapakkan kakinya, Rayhan menempelkan tumit kaki kirinya pada ujung kaki kanannya, kemudian tumit kaki kanannya ditempelkan pada ujung kaki kirinya, dan seterusnya. Berapa kali Rayhan harus menapakkan kakinya jika ia mulai berjalan langsung tanpa berbelok dari tempat semula ke tempat terakhir? Contoh jawaban-jawaban dari siswa adalah sebagai berikut: Siswa 1: 5 12 13 5 2 + 12 2 = 25 + 144 = 169 = 169 = 13

6 Siswa 2: Ke arah selatan: 5 kali = 5 2 = 25 Ke arah timur : 12 kali = + 12 2 = 169 5 2 + 12 2 = 25 + 144 = 169 = 169 = 13 Siswa 3: 12 2 + 5 2 = 199 + 25 = 169 = 13 Melihat pentingnya representasi matematis bagi siswa dan masih rendahnya kemampuan representasi matematis siswa di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung, maka untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa diperlukan suatu model pembelajaran yang sesuai. Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang diberikan melalui suatu representasi. Pembelajaran kooperatif juga memberikan efek terhadap sikap penerimaan atas perbedaan antarindividu, baik ras, keragaman budaya, jenis kelamin, sosial-ekonomi, dan lain sebagainya. Selain itu yang terpenting, pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok atau teamwork. Keterampilan ini sangat dibutuhkan siswa saat nanti terjun ke dalam masyarakat. Melihat karakteristik siswa SMP Al-Kautsar Bandar Lampung, salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah model pembelajaran yang membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat orang yang terdiri dari latar belakang yang berbeda, baik

7 jenis kelamin, agama, suku, dan kemampuan akademik untuk bekerja sama, saling membantu, dan pelaksanaannya dilakukan dengan langkah-langkah: kelompok, tinggal dan bertamu, berbagi, dan kelompok. Dengan aktivitas tersebut siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay two Stray (TSTS) untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa kelas VIII SMP Al- Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 yang kondisi siswanya kurang dapat merepresentasikan ide matematisnya dengan baik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, diajukan pertanyaan penelitian apakah kemampuan representasi matematis siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) lebih tinggi daripada kemampuan representasi matematis siswa dengan metode diskusi?. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa.

8 D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan kajian teoritis pembelajaran matematika khususnya terkait model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dilihat dari kemampuan representasi matematis siswa. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi siswa, guru matematika, dan peneliti lain. 1. Bagi siswa diharapkan dengan meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa maka siswa dapat menggunakan penalarannya dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam matematika. 2. Bagi guru diharapkan penelitian ini berguna sebagai bahan sumbangan pemikiran tentang model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan hubungannya dengan representasi matematis siswa. 3. Bagi peneliti lain diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan atau referensi pada penelitian yang sejenis. E. Ruang lingkup penelitian 1. Peningkatan dalam hal ini merupakan daya yang ditimbulkan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap kemampuan representasi matematis siswa. Pembelajaran TSTS dikatakan dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa apabila

9 peningkatan kemampuan representasi matematis siswa dengan model pembelajaran TSTS lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan representasi matematis siswa dengan metode diskusi. 2. Kemampuan representasi matematis merupakan kemampuan untuk mengungkapkan suatu ide matematika yang ditampilkan sebagai bentuk yang mewakili situasi masalah guna menemukan solusi dari masalah tersebut dan dapat diukur melalui indikator kemampuan representasi matematis yakni 1) Siswa dapat membuat gambar pola-pola geometri untuk memperjelas masalah; 2) Siswa dapat membuat model matematika; dan 3) Siswa dapat menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah matematika dengan kata-kata. 3. Pembelajaran dengan metode diskusi adalah suatu cara penyajian materi pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa dalam kelompokkelompoknya untuk berdiskusi mengumpulkan maupun bertukar pendapat, membuat kesimpulan, dan menyelesaikan masalah-masalah matematis yang diberikan guru secara bersama-sama. 4. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah model pembelajaran yang membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat orang yang terdiri kemampuan akademik yang berbeda untuk bekerja sama, saling membantu, dan pelaksanaannya dilakukan dengan langkah-langkah: kelompok, tinggal dan bertamu, berbagi, dan kelompok.