BAB VI HASIL RANCANGAN. menggunakan konsep Blend With Nature. Pemilihan konsep blend with nature

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan

Bab V Konsep Perancangan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki beberapa objek wisata lain seperti Wisata Taman Air Sumber Udel,

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

DAFTAR ISI. Latar belakang proyek...3. Latar belakang topik/tema 8. Data Lokasi 9

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Hotel Resort di Batu ini menggunakan tema

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

Dari pertimbangan diatas dibuat konsep tata ruang

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1 gambar konsep bentuk bangunan (Sumber : analisis 2013)

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. permasalahan yang ada di site sehingga ditemukan alternatif tanggapan yang

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil rancangan adalah output dari semua proses dalam bab sebelumnya

BAB VI HASIL PERANCANGAN. digunakan adalah menggabungkan dari aspek-aspek mendasar seperti tema,

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang konsep perancangan yang

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep yang terdapat

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI. Hasil Rancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB 6 HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAGIAN DESKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

Transkripsi:

BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 DASAR PERANCANGAN Dasar perancangan Taman Wisata Alam di Mlalo Kabupaten Blitar menggunakan konsep Blend With Nature. Pemilihan konsep blend with nature pada perancangan taman wisata alam ini berdasarkan pada prinsip-prinsip dalam Arsitektur Organik sebagai tema dari perancangan dan integrasi Islam yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 30. Prinsip Arsitektur Organik itu sendiri meliputi: Horizontally, Sympathy with the site, Domestic symbolism, Truth to materials, Open planning, dan Character. Aplikasi konsep blend with nature berkaitan dengan objek perancangan yang bersifat rekreatif, edukatif, terapis, dan konservasi serta integrasi dengan nilai-nilai Islam dalam surat Al-Baqarah ayat 30. Berikut merupakan kesimpulan parameter dalam perancangan Taman Wisata Alam di Mlalo Kabupaten Blitar: 1. Rekreatif: segala sesuatu yang menarik, mempunyai nilai estetika dan mempunyai karakter atau ciri khas dengan mempertahankan unsur- unsur tradisional, penggunaan material setempat dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai dalam Islam serta menjaga keselarasan dengan alam sehingga berdampak pada suasana perasaan seseorang, tidak menimbulkan kemudlorotan dan kemaksiatan, dan adanya kesatuan dan keselarasan antara alam dengan objek perancangan.

2. Edukatif: segala sesuatu yang bersifat mendidik yang dapat diwujudkan melalui sebuah perancangan yang menyatu dan selaras dengan alam dan dapat mengarahkan seseorang menjadi lebih baik dan memberikan pengetahuan dan pengalaman sehingga dapat mendekatkan seseorang dengan Allah juga (ketauhidan). 3. Terapis: segala sesuatu yang berhubungan dengan penyembuhan, relaksasi, dan pemulihan kesegaran jasmani dan rohani yang dilakukan dengan menggabungkan unsur tekstur, aroma, suara, suasana, dan pemandangan dengan memperhatikan kondisi alam site dan ketersediaan material serta nilai- nilai Islam sehingga dapat menyegarkan kembali kondisi jasmani dan rohani seseorang. 4. Konservasi: segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha menjaga dan melestarikan alam baik dalam bentuk maupun fungsi secara optimal seperti pemanfaatan dan pengolahan air, mengurangi penebangan pohon, dan lain sebagainya dengan memperhatikan kondisi alam di site sehingga objek perancangan dapat menyatu dengan alam dan mengurangi dampak kerusakan yang terjadi di alam, 6.2 Penerapan Konsep pada Rancangan Penerapan konsep pada rancangan Taman Wisata Alam di Mlalo Kabupaten Blitar antara lain: 6.2.1 Penzoningan, Tata Masa, dan Sirkulasi Penzoningan pada konsep di Bab V meliputi: zona rekreasi (cottage, kolam pemancingan dan renang, pusat kuliner dan oleh-oleh, permainan

outbound, dan pemandangan alam), edukasi(kebun botani, taman baca, permainan outbound, dan budidaya ikan dan pemancingan), terapi (spa dan sauna, pemandangan alam, jogging track, dan taman relaksasi), dan konservasi. Pembagian zona ini berdasarkan pada fungsi dan ruang yang dibutuhkan dalam sebuah taman wisata alam. Selain itu, pembagian zona ini juga untuk mengurangi adanya kemudlorotan dalam ruang dan fungsi tersebut sehingga pada konsep penzoningan didapatkan pembagian ruang di tapak sebagai berikut: Gambar 6.1 Zona Pembagian Ruang dan Fungsi Sumber: Hasil Analisis, 2012

Berdasarkan hasil rancangan di atas dapat diketahui bahwa terdapat perubahan zona karena menyesuaikan dengan kondisi tapak yang berkontur dan adanya pengaruh iklim setempat terhadap fungsi aktivitas yang diwadahi di taman wisata alam ini. Perubahan ini juga bermaksud untuk memanfaatkan lahan yang ada sesuai dengan kebutuhannya sehingga mengurangi kesia-siaan dan mengurangi ruang-ruang negatif yang nantinya dapat menimbulkan kemaksiatan di kemudian hari. Sedangkan prinsip tata masa pada rancangan ini adalah menyesuaikan dengan kondisi tapak dimana masa tersebut dibangun. Selain itu, penataan masa ini juga berhubungan untuk mengurangi kemudlorotan pada objek rancangan. Pola tata masa pada rancangan lay out juga berdasarkan pada konsep rancangan yaitu blend with nature yang mencangkup aspek rekreatif, terapis, edukatif, dan konservasi. Blend with nature diaplikasikan dengan penataan masa yang menyesuaikan dengan bentuk tapak, perletakkan vegetasi, pengolahan kontur, pemanfaatan potensi alam (air terjun, material, sungai, pemandangan dan suasana alam) dan iklim setempat. Perbandingan antara luas bangunan yang terbangun dengan area terbuka sekitar 30:70 sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan alam.

6.2.2 Bangunan dan Ruang Luar (Lansekap) Hasil rancangan Taman Wisata Alam di Mlalo Kab. Blitar meliputi bangunan dan ruang luar. Berikut uraian gambar hasil rancangan Taman Wisata Alam di Mlalo Kab. Blitar : a. Cottage Penerapan konsep Blend with Nature yang rekreatif, edukatif, terapis, dan konservasi pada bangunan cottage terlihat dari pemakaian material setempat(bambu, batu alam, batu bata, dan kayu), penggunaan atap miring (menyesuaikan dengan iklim yang tropis), memaksimalkan fungsi bukaan, memasukkan unsur lansekap (tanaman, kolam, air) ke dalam ruang, penggunaan sistem panggung pada bangunan, dan ketinggian bangunan tak lebih dari 2 lantai.

Memaksimakan fungsi bukaan dan material setempat untuk menghemat energy dan biaya Gambar 6.5 Denah Lantai 1 Cottage Kolam dan Taman dalam ruang untuk menghadirkan alam dalam ruang dan mengalirkan udara baik di dalam ruang maupun luar luar sehingga aliran udara dapat mengenai semua bangunan Penggunaan atap miring pada bangunan ini menyesuaikan dengan iklim setempat yang cenderung tropis dengan curah hujan relatif tinggi Pemilihan bentuk jendela dan pintu yang mempunyai lubang pada bangunan ini berfungsi untuk memberikan efek visual di dalam ruang Gambar 6.7 Tampak Depan dan Samping Cottage Sistem panggung pada bangunan cottage ini berfungsi untuk menghindari perembesan air dan letak bangunan pada kontur dengan grading G2-G4 Meminimalkan bukaan pada dinding yang menghadap ke arah barat dan timur untuk mengurangi silau dan menggunakan dinding bamboo untuk menyaring cahaya pada dinding bagian ini Membedakan ketinggian lantai untuk menjaga kesucian Memaksimalkan fungsi bukaan dan void untuk mengalirkan udara di dalam ruang dan pencahayaan ketika siang hari Adanya tanaman di dekat bukaan berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam ruangan dan menghalangi pandangan ke dalam ruang Penggunaan material bambu dan batu alam pada rancangan ini untuk memanfaatkan material setempat dan efisiensi biaya Gambar 6.6 Denah Lantai 2 Cottage Gambar 6.8 Tampak Depan dan Samping Cottage 176

b. Plaza dan Pengelola Penerapan konsep Blend with Nature yang rekreatif, edukatif, terapis, dan konservasi pada plasa dan pengelola terlihat dari pemakaian material setempat(bambu, batu alam, batu bata, dan kayu), penggunaan atap miring dengan kesan atraktif (menyesuaikan dengan iklim yang tropis), memaksimalkan fungsi bukaan, memasukkan unsur lansekap (tanaman, kolam, air) ke dalam ruang, dan meminimalisasi luas bangunan yang dibangun dengan memanfaatkan lahan di bawah plasa untuk basement tempat parkir pengelola. Selain itu juga memudahkan akses baik bagi pengunjung maupun pengelola dengan memberikan tangga dan ram untuk mencapainya. Ram pada bangunan ini dibuat selandai mungkin dengan kemiringan sekitar 5 derajat sehingga para pejalan kaki seperti tidak merasakan adanya perbedaan ketinggian pada plasa. Sedangkan untuk penyandang cacat dan kereta bayi juga diberikan ram dengan kemiringan sekitar 7 derajat untuk akses mencapai plasa dan memberikan loket khusus pintu masuk khusus. 176

Pencapaian dari basement ke kantor pengelola menggunakan ram Memanfaatkan area ini sebagai loading dock sehingga tidak mengganggu sirkulasi pengguna lainnya Memanfaatkan void untuk mengalirkan udara dan pencahayaan ke dalam ruang Mengurangi bukaan pada bidang dinding sebelah barat dan timur untuk mengurangi silau Gambar 6.9 Denah Basement Gambar 6.11 Denah Kantor Pengelola Memberikan jarak (teras) ke dalam ruang yang mendapat intensits cahaya matahari yang banyak Ram dan loket masuk untuk kereta bayi dan penyandang cacat Dinding pengisi dinding menggunakan material bambu berfungsi untuk menyaring udara dan cahaya matahari ke dalam ruang Membedakan ketinggian lantai dari kamar mandi untuk menjaga kesucian Memasukkan unsur ruang luar ke dalam ruang sehingga memberikan suasana yang menyegarkan dan menyenangkan dan berfungsi untuk menyaring udara Penggunaan atap miring pada bangunan menyesuaikan dengan kondisi iklim dan lingkungan sekitar kawasan Menggunakan secondary skin (kisikisi) dengan bamboo untuk menyamarkan pandangan ke kamar mandi sehingga terjaga privasinya Ketinggian lantai pada bangunan berfungsi untuk mengalirkan udara dan memasukkan cahaya ke dalam basement sehingga dapat meminalisasikan biaya Gambar 6.10 Denah Plaza dan Kantor Pengelola Gambar 6.12 Tampak Depan Plaza dan Kantor Pengelola

Memberikan pembatas dan menyamarkan pintu dari pengunjung Pembatas (pagar) pada bangunan berfungsi sebagai pengaman dan pot bunga sehingga dapat menjaga keselamatan pengunjung karena ketinggian bangunan dan dapat menyaring udara yang masuk ke dalam ruang Adanya atap datar pada bangunan ini berfungsi untuk mengurangi air yang merembes langsung ke dinding Adanya teras untuk mengurangi silau cahaya matahari yang masuk ke dalam ruang Unsur bidang horizontal pada teras dan lantai berfungsi untuk keseimbangan dengan unsur vertikal sehingga bangunan tidak terkesan menyombnongkan diri dari alam c. Pusat Kuliner dan Oleh-Oleh 1 Penerapan konsep blend with nature yang rekreatif, edukatif, terapis, dan konservasi pada bangunan pusat kuliner dan oleh-oleh 1 adalah bangunan yang cenderung semi terbuka sehingga memaksimalkan pencahayaan dan pergantian udara, dan menghubungkan antara ruang luar dengan ruang dalam. Aplikasi lain konsep ini juga terlihat dari penggunaan material setempat, atap bangunan yang miring menyesuaikan dengan iklim setempat yang tropis, dan penyesuaian bangunan dengan kontur dimana bangunan ini dibangun. Gambar 6.13 Tampak Belakang Plaza dan Kantor Pengelola Bidang dinding ini menggunakan pengisi bambu untuk menyaring cahaya matahari yang masuk ke dalam ruang Mengurangi silau cahaya matahari berlebih dengan memberikan teras Penggunaan material bambu, bata, dan batu alam (setempat) pada bangunan ini untuk efisiensi biaya dan menyatukan dengan lingkungan sekitar Papan nama kawasan terletak di pagar pembatas sehingga memberikan nilai lebih pada pagar sebagai pengaman dan landmark Gambar 6.15 Denah Pusat Kuliner dan Oleh-Oleh 1 Gambar 6.14 Tampak Depan Plaza dan Kantor Pengelola

Permainan ketinggian dinding dan kolom memberikan kesan dinamis pada bangunan dan point of interest perubahan visual Menggunakan atap miring untuk menyesuaikan dengan iklim tropis dan lingkungan sekitar d. Pusat Kuliner dan Oleh-Oleh 2 Penerapan konsep blend with nature pada bangunan pusat kuliner dan oleh-oleh 2 adalah penggunaan material setempat, menggunakan sistem panggung, bangunan semi terbuka, penggunaan atap miring, dan memasukkan unsur lansekap ke dalam bangunan. Bangunan yang bersifat semi terbuka memungkinkan untuk memaksimalkan pencayahaan dan pergantian udara pada bangunan, menghubungkan ruang dalam dengan ruang luar seperti tidak terdapat sekat, dan memaksimalkan view ke luar bangunan karena potensi alam yang terletak di dekatnya adalah air Mempertegas enterance ke setiap kios dengan menggunakan batas pot bunga dan dinding Gambar 6.16 Tampak Depan Pusat Kuliner dan Oleh-Oleh 1 Mempertegas pintu samping dengan menggunakan kolom dan menyaring udara yang masuk dari selatan menggunakan dinding bambu terjun sehingga menimbulkan perasaan syukur dan kesadaran untuk menjaga dan melestarikan alam. Memasukkan unsur ruang luar ke dalam ruang menambah kesan alam pada ruang dan ketenangan dengan suara air Unsur vertikal yang monumental pada bangunan sebagai pengingat kepada Sang Pencipta Penggunaan material bambu, batu alam, kayu, dan bata (material setempat) Unsur Horisontal yang terbentuk dari meja saji memberikan kesan merendah dengan sekitarnya Adanya perbedaan ketinggian lantai dari permukaan tanah untuk menjaga kebersihan dan kesucian lantai Membedakan ketinggian lantai untuk lesehan dan jalan untuk menjaga kebersihan dan kesucian Memperjelas enterance pada ruang dengan lebar enterance dan memberikan jarak dengan ruang yang ada di dalam untuk mengurangi silau cahaya matahari yang masuk Gambar 6.17 Tampak Depan Pusat Kuliner dan Oleh-Oleh 1 Gambar 6.18 Denah Pusat Kuliner dan Oleh-Oleh 2

Menggunakan dinding dengan material bambu untuk ruang dengan keamanan lebih Kolom yang monumental sebagai penopang atap dan sarana untuk mengingat Allah Memanfaatkan bunga dan tanaman dalam pot untuk menyaring udara yang masuk pada ruang semi permanen dan batas lesehan Menggunakan atap miring untuk menyesuaikan dengan iklim tropis dan lingkungan sekitar Gambar 6.19 Tampak Depan dan Samping Pusat Kuliner dan Oleh-Oleh 2 Unsur horizontal pada bangunan memberikan kesan bangunan yang merendah dengan alam dan sekitarnya Penggunaan material bambu, kayu dan batu alam pada bangunan Dinding semi terbuka memberikan kesan ruang yang luas sehingga suasana menyatu dengan sekitarnya Ketinggian bangunan tidak melebihi ketinggian bangunan Gambar 6.20 Tampak Depan dan Samping Pusat Kuliner dan Oleh-Oleh 2

e. Kafe Lounge Penerapan konsep blend with nature pada bangunan kafe lounge adalah penggunaan material setempat, bangunan semi terbuka, dan penggunaan atap miring. Bangunan yang bersifat semi terbuka memungkinkan untuk memaksimalkan pencayahaan dan pergantian udara pada bangunan, menghubungkan ruang dalam dengan ruang luar seperti tidak terdapat sekat, dan memaksimalkan view ke luar bangunan. Penggunaan unsur air sebagai pembangkit suasana yang dramatis dengan bangunan yang dikelilingi oleh pohon. Sedangkan untuk ruang pengelola cenderung lebih tertutup untuk privasi bagi pengelola. Adanya bangunan ini juga sebagai salah satu fasilitas untuk pengunjung cottage karena letaknya yang berada di area cottage. Mempertegas enterance lobby cottage dengan kolom Unsur air pada bagian ini berfungsi sebagai point of interest dan menghadirkan suanasa nyaman dengan suaranya Adanya unsur horizontal dan vertikal pada bangunan memberikan kesan keseimbangan antara hubungan dengan alam dan Tuhan Dinding yang semi terbuka dengan bukaan memberikan kesan ruang dalam terhubung dengan ruang luar Membedakan ketinggian pel lantai untuk menjaga kebersihan dan kesucian Bentuk lengkung bangunan menyesuaikan dengan kontur yang ada di kawasan Gambar 6.22 Tampak Depan Kafe Lounge Tanaman dan dinding bamboo sebagai penyaring udara yang masuk Perbedaan ketinggian pel lantai dari tanah untuk menjaga kebersihan dan aliran air ketika hujan Memberikan teras pada bangunan yang menghadap ke arah barat untuk mengurangi silau yang masuk ke dalam ruang Memaksimalkan bukaan di sebelah selatan untuk memasukkan udara ke dalam ruang pengelola Memanfaatkan material setempat (bambu, bata, dan batu alam) Menggunakan atap miring untuk menyesuaikan dengan lingkungan sekitar Gambar 6.21 Denah Kafe Lounge Gambar 6.23 Tampak Depan Kafe Lounge Sumber : Hasil Rancangan, 2013

f. Mushola Penerapan konsep blend with nature yang rekreatif, edukatif, terapis, dan konservasi pada sarana penunjang mushola terlihat dari penyesuaian bangunan dengan letak bangunan dan iklim setempat, penggunaan material setempat, memaksimalkan fungsi bukaan untuk pencahayaan dan pergantian udara, ketinggian bangunan sekitar 5-7m, dan penggunaan unsur air. Menggunakan atap miring untuk menyesuaikan dengan kondisi iklim setempat Menggunakan bambu dan tanaman untuk menyaring udara yang masuk ke dalam ruang Meninggikan bangunan yang ruang sholat sehingga memberikan kesan monumental Arah hadap toilet tidak ke kiblat Memaksimalkan fungsi bukaan di sebelah selatan dan menyaring dengan dinding bambu Memberikan pembatas untuk tempat sholat laki-laki dan perempuan Unsur Horisontal pada bangunan yaitu teras berfungsi sebagai penyeimbang dan kerendahan bangunan terhadap lingkungan sekitar Adanya perbedaan ketinggian lantai untuk menjaga kesucian lantai Gambar 6.25 Tampak Depan Mushola Permainan kolom yang dinamis sebagai point of view ke dalam bangunan Membedakan toilet dan tempat wudlu untuk laki-laki dan perempuan Membedakan pintu masuk laki-laki dan perempuan ke dalam mushola dan memberikan perbedaan ketinggian lantai untuk menjaga kesucian di tempat sholat Menggunakan material setempat (bambu, batu alam, kayu, dan bata) Mempertegas enterance ke ruang sholat dengan tanaman Gambar 6.24 Denah Mushola Gambar 6.26 Tampak Depan Mushola

g. Pengelola dan Pengolahan Sampah Penerapan konsep blend with nature yang rekreatif, edukatif, terapis, dan konservasi pada bangunan pengelola dan pengolahan sampah terlihat dari penyesuaian bangunan dengan iklim setempat (atap, bukaan, dan orientasi bangunan), penggunaan material setempat, memaksimalkan fungsi bukaan untuk pencahayaan alami dan penghawaan alami pada ruang pengelola, pemilahan, penghalusan, dan pengkomposan. Menggunakan atap miring untuk menyesuaikan dengan iklim setempat Peninggian atap berfungsi untuk mengurangi panas akibat pengolahan sampah Memaksimalkan bukaan pada ruang pengolahan sampah sehingga udara tetap mengalir dan sehat Menyamarkan pintu masuk untuk sampah dari pengunjung dengan meletakkan di bagian samping Menyamarkan pintu toilet dengan kisi-kisi dari bambu Adanya unsur horizontal pada bangunan sebagai symbol kesatuan dengan alam dan tidak berkesan menyombongkan diri Gambar 6.27 Tampak Pengelola dan Pengolahan Sampah Memberikan perbedaan ketinggian lantai dari ruang pengolahan sampah untuk menjaga kesucian Memudahkan sirkulasi untuk pengolahan sampah organik Gambar 6.26 Denah Pengelola dan Pengolahan Sampah Memanfaatkan material setempat (bambu, batu alam, dan kayu) untuk efisiensi biaya Memanfaatkan bunga dan tanaman untuk menyaring udara Gambar 6.27 Tampak Pengelola dan Pengolahan Sampah

h. Ruang Luar (Ekterior) Ruang luar (eksterior) dalam perancangan taman wisata alam antara lain: Papan nama berfungsi juga sebagai pengaman Jalan enterance yang lengkung memberikan visual yang berbeda denan yang lurus Loket pembelian tiket dan pemeriksaan tiket Plaza sebagai pengganti dari rest area dan tempat berkumpul manusia serianggha dapat menjalin hubungan sosial Gambar 6.28 Eksteior Kawasan dari depan Suanasa kolam terapi untuk laki-laki dan cottage Selasar untuk pejalan kaki terbuat dari material kayu, selasar ini juga dapat berfungsi sebagai media rambat untuk tanaman Gambar 6.29 Eksteior Selasar Pejalan Kaki Gambar 6.30 Eksteior Kolam Terapi untuk Laki-Laki

Memanfaatkan bambu untuk permainan Gambar 6.33 Eksteior Kolam Pemancingan Gambar 6.31 Eksteior Area Bermain Air dan Playgournd Gambar 6.34 Eksteior Ruang Makan Terbuka Pusat Kuliner dan Oleh-OLeh Gambar 6.32 Eksteior Area Bermain Trust Fall Gambar 6.35 Detail Permainan Air

i. Ruang Dalam ( Interior) Hasil rancangan interior dalam perancangan taman wisata ala mini meliputi: Mengoptimalkan fungsi bukaan Rak berfungsi sebagai partisi dan pengaman pada tangga Loker pengelola Gambar 6.37 Interior Ruang Santai pada Cottage Gambar 6.36 Interior Ruang Tunggu dan Loker Pengelola Celah bambu berfungsi untuk menyaring udara dan cahaya Gambar 6.38 Interior Ruang Ganti dan Toilet Gambar 6.37 Interior Ruang Santai pada Cottage Gambar 6.39 Perspektif Loket Tiket

6.2.3 Struktur dan Utilitas Struktur yang digunakan dalam perancangan Taman Wisata Alam di Mlalo Kabupaten Blitar meliputi: a. Struktur Pondasi Penerapan konsep blend with nature dengan konteks struktur adalah lebih kepada kesesuaian penggunaan struktur dengan kondisi yang ada di tapak. Struktur pondasi pada rancangan taman wisata alam ini mengggunakan sistem pondasi footplat dan pondasi batu kali pertimbangan dari kondisi tapak yang merupakan kawasan berkontur dan jenis tanah kawasan. Berikut merupakan beberapa gambar penerapan struktur pondasi yang digunakan dalam rancangan taman wisata alam ini: b. Struktur Ikatan Bambu Gambar 6.40 Detail Struktur Pondasi Batu Kali Bambu merupakan salah satu material setempat yang dimanfaatkan dalam rancangan taman wisata alam ini. Perlakuan khusus jika menggunakan bambu tidak memakunya karena bambu rentan pecah oleh karena itu salah satu cara adalah dengan mengikatnya: Gambar 6.40 Detail Struktur Pondasi Footplat Pada bangunan cottage pertimbangan dalam penerapan penggunaan struktur pondasi footplat juga berdasarkan ketinggian bangunan cottage 2 lantai. Sedangkan pada bangunan berlantai 1 menggunakan pondasi batu kali maupun footplat tergantung dari dimana bangunan itu di buat. Berikut merupakan penerapan pondasi batu kali pada rancangan pengelola dan pengolahan sampah : c. Struktur Atap Gambar 6.41 Sambungan Bambu Struktur atap pada rancangan taman wisata ala mini adalah atap miring dimana kolom memikul balok dan balok memikul gewel. Berikut merupakan gambar detail sambungan pada atap cottage :

Gambar 6.42 Detal Sambungan kolom dengan Atap dan Balok

Sistem utilitas pada rancangan ini lebih ditekankan sistem utilitas yang dapat membantu usaha konservasi terhadap alam. Berikut merupakan beberapa sistem utilitas dalam rancangan taman wisata alam: Sistem Pengolahan Air Kotor Air kotor pada rancangan ini berasal dari kamar mandi, dapur, kolam renang, dan kolam pemancingan Air kotor yang berasal dari limbah kamar mandi dan dapur dialirkan ke bak-bak pengontrol kemudian dialirkan ke biofilter untuk didaur ulang kemudian hasil daur ulang air dialirkan ke tendon-tandon air untuk penyiraman tanaman dan pasokan air untuk kebakaran. Sedangkan air kotor yang berasal dari kolam renang di masukkan ke bak pengontrol kemudian dialirkan ke kolam pemancingan. Selanjutnya air kotor dari kolam pemancingan dialirkan bak pengontrol kemudian dialirkan ke resapan. Seperti ditunjukkan oleh garis warna kuning untuk bak pengontrol dan aliran air kotor dan warna ungu untuk air hasil daur ulang Sistem Pengolahan Air Bersih Sumber air bersih dalam rancangan ini berasal dari mata air, air terjun, dan daur ulang air kotor Air bersih yang berasal dari mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan di kamar mandi maupun dapur. Sedangkan air yang berasal dari air terjun dialirkan ke kolam renang kemudian dialirkan lagi ke kolam pemancaingan dan air bersih yang berasal dari daur ulang air dialirkan ke tandon untuk penyiraman dan kebakaran Sistem Penanggulangan Kebakaran Pada rancangan ini kecenderungan adanya kebakaran terjadi di area pengolahan sampah, resort, pusat kuliner dan oleh-oleh. Oleh karena itu, pelebaran jalan dilakukan untuk jalur pemadam kebakaran maupun jalur evakuasi. Selain itu, juga memberikan saluran hydrant setiap jarak 20-35m. pada gambar di samping jalur evakuasi dan titik hydrant ditunjukkan oleh garis warna merah Sistem Listrik Tenaga listrik utama di kawasan rancangan ini berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air dan cadangan genset. Pusat ME di kawasan ini terletak di basement. 178