BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).


BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan berkeadilan. Sedangkan misinya yaitu meningkatkan derajat kesehatan

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. terjun ke dunia kerja. Di SMK terdapat banyak bidang kejuruan, salah satunya

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berkualitas bagi suatu organisasi harus ada kinerja yang

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Mulyasa (2010) bahwa, pembangunan sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecelakaan kerja yang menimpa pekerja disebuah proyek. konstruksi bisa terjadi karena faktor tindakan manusia itu sendiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA PETERNAK AYAM RAS DI KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM TAHUN 2011 SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerja rumah sakit agar produktivitas pekerja tidak mengalami penurunan. (1)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan kejuruan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kesehariannya disibukkan dengan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh tenaga kerja di bengkel las (Widharto, 2007). Industri pengelasan merupakan industri informal yaitu industri yang

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

BAB I PENDAHULUAN. setingggi-tingginya. Menurut Depkes RI (2007), rumah sakit sebagai salah satu

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

BAB 1 : PENDAHULUAN. pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

Daftar Lengkap Passing Grade SMK Negeri DKI Jakarta

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

Informed Consent. Pesetujuan menjadi Responden

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Minat Baca Dengan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Produktif Di Smk

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. hekekatnya untuk membangun suatu Negara dibutuhkan individu individu yang

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki berbagai fungsi didalam peningkatan produktivitas kerja dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan.undang-undang No. 1 Tahun 1970 menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI SMK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

KESELAMATAN KERJA PADA PENGERJAAN BENGKEL

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. produktivitasnya. Standar operasional perusahaan pun otomatis mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu bangsa atau negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di dunia industri. Perkembangan teknologi telah mengangkat standar hidup manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Data dari badan pusat satistik, data proyeksi angkatan kerja Indonesia tahun pekerja Indonesia berjumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. sakit karena pekerjaan tersebut, baik itu berupa cidera, luka-luka, atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Program dan Kegiatan UPTD Balai Latihan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

MEMPELAJARI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI METAL STAMPING PART

MANAJEMEN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN PERLUASAN HOTEL MERCURE 8 LANTAI PONTIANAK

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

STUDI TENTANG HAMBATAN SISWA KELAS I LISTRIK DI SMK NEGERI 2 MAKASSAR DALAM PELAKSANAAN PRAKTIKUM PEKERJAAN MEKANIK ELEKTRO (PME)

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pembangunan nasional, khususnya dalam menyiapkan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah di bidang kesehatan dan keselamatan kerja adalah

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower,

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. besar (Priatna,1997 dalam Carissa, 2012). Bengkel pengelasan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu menciptakan tenaga kerja terampil sesuai dengan bidang keahlian. untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program (1, 2) kejuruannya. Sebagai salah satu institusi pendidikan, SMK akan mencetak tenaga kerja yang bekerja sebagai pekerja pelaksana atau supervisor tingkat pemula, dimana pekerjaan tersebut berhubungan langsung dengan berbagai peralatan, perkakas, mesin-mesin bertenaga, bahanbahan tertentu yang berbahaya dan akan menghadapi berbagai situasi tempat kerja yang mengandung unsur bahaya (hazard). Tempat pekerjaan tersebut menuntut penguasaan teknis bidang masing-masing, dengan memahami karakteristik alat berarti juga mengenali potensi bahaya yang dikandung oleh alat tersebut. Maka seorang operator tidak sekedar menjalankan (3, 4) alat, melainkan mampu mengoperasikan alat dengan cara yang aman. Cara menghindarkan kecelakaan kerja seminimal mungkin adalah dengan menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Maka untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan tenaga kerja yang tidak hanya terampil dan cekatan, namun juga dibutuhkan kedisiplinan mulai dari proses penanganan bahan mentah sampai pemasaran produk industri. Sebagai wadah pembentukan calon tenaga kerja, SMK harus berusaha dalam pembentukan sumber daya

manusia yang terampil dan sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Sehingga diharapkan siswa dapat menyesuaikan diri untuk memenuhi kebutuhan tuntutan kerja di dunia industri. (3) Penerapan K3 tidak akan berhasil tanpa partisipasi yang baik dari orang yang menjalaninya, maka partisipasi harus mendapat perhatian yang besar dalam menerapkan program K3. Pendapat Suma mur (1987) diperkuat dengan pendapat Waldrom H.A (1989) yang mengatakan bahwa kecelakaan kerja bisa terjadi dari dua penyebab, yaitu dari manusianya sendiri yang persentasenya sebesar 85% karena keadaan yang tidak aman (unsafe action) dan keadaan tidak aman dari lingkungan kerja (unsafe condition) yang persentasenya 15%. Berdasarkan pendapat dua peneliti tersebut untuk memberlakukan kesadaran K3 sangat di pengaruhi oleh kemauan atau peran serta manusianya sendiri. (5) Pendidikan teknologi dan kejuruan yang ada di Indonesia, dapat dikategorikan memiliki risiko tinggi bagi Keselamatan dan Kesehatan para guru, siswa dan tekinisi yang berasal dari praktek kerja sehar-hari, tidak hanya akan berdampak kepada warga sekolah yang terlibat di dalam praktek, namun juga dapat berdampak terhadap masyarakat sekitar termasuk pengunjung. Beberapa potensi sumber bahaya yang dapat mengancam pada pendidikan teknologi dan kejuruan antara lain adalah terpapar radiasi, sinar kimia, biologi, infeksi, alergi, listrik, dan fisik seperti terkilir (muscoletal trauma disorder, low back-paint), terpeleset, terjatuh, tergores, tertusuk, dan terbentur, tergantung dari jenis praktek yang diselenggarakan. Selain itu termasuk berbagai hal (situasi, dan kondisi) yang dapat menyebabkan timbulnya kesalahan atau kelalaian (6, 7) (nermiss, human error) selama bekerja. Praktek kerja di pendidikan teknologi dan kejuruan dapat menimbulkan risiko kecelakaan yang menjadi potensi tersembunyi berupa ancaman kerugian dari berbagai sisi. Terutama yang berhubungan dengan finansial, serta berkurangnya tingkat produktivitas, dan kepercayaan

pelanggan, menimbulkan protes pelanggan sampai dengan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Kelipatan dari terjadi kondisi tidak aman tersebut seperti halnya gunung es dimana dampak lanjutan yang tak segera nampak, akan lebih besar dan tak terukur. (6) Mengingat betapa pentingnya K3 dalam dunia kerja, maka disetiap pendidikan teknik diharuskan untuk mengajarkan materi pelajaran yang berhubungan dengan K3, oleh sebab itu pelajaran wajib yang harus disertakan dalam kurikulum pendidikan teknik adalah materi pelajaran yang menyangkut K3. Tujuan mempelajari K3 nantinya diharapkan setiap siswa setelah mempelajari K3 bisa menerapkan secara sadar bagaimana pola-pola K3 yang sudah diajarkan dapat diterapkan di setiap waktu bekerja. (5) K3 merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undangundang Nomor 13 tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian K3, diharapkan tenga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu K3 dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi unsur yang ada dalam K3 tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi. (8, 9) Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam prakteknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar K3. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Pada saat bekerja tidak jarang ditemui berbagai macam kecelakaan dalam bentuk cidera atau luka. (8) Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana para pekerja beraktifitas sehari-hari mengandung banyak bahaya, langsung maupun tidak langsung bagi keselamatan dan kesehatan

pekerja. Bahaya-bahaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai bahaya getaran, kimia, radiasi, thermal, pencahayaan, dan kebisingan. Risiko bahaya yang dihadapi tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja yang diakibatkan karena kombinasi dari berbagai faktor seperti tenaga kerja, peralatan kerja, dan lingkungan kerja. Kecelakaan di saat bekerja menjadi ancaman di dalam setiap kegiatan kerja, maka dari pada itu pencegahan kecelakaan kerja harus dilakukan, baik di lingkungan industri kerja maupun di dunia pendidikan misalnya SMK, sebagai dasar pembentukan tenaga kerja yang propesional. Pembekalan pengetahuan tentang K3 yang di ajarkan oleh guru bertujuan untuk menjaga K3 siswa pada saat bekerja di sekolah dan nantinya bisa menjadi bekal pada saat bekerja di dunia kerja. Sehingga setelah diberikannya penegetahuan tentang K3 maka siswa diharapakan dapat menerapkan K3 khususnya dalam pelajaran praktek yang berhadapan dengan bahan, peralatan, dan perlengkapan kerja yang memiliki potensi bahaya. (10) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan K3, penelitian yang dilakukan oleh Parsaoran Tamba tentang partisipasi siswa di dalam pelaksanaan K3 di SMK Negeri 2 Manado, menunjukkan bahwa pengetahuan mempengaruhi siswa dalam berpartisipasi dalam kegiatan K3. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Nur Ahsan Dachfid, tentang hubungan antara pemahaman kognitif K3 dengan kemampuan psikomotorik K3 pada praktikum batu di SMK 2 Salatiga, diketahui bahwa terdapat hubungan antara pemahaman kognitif K3 siswa (5, 10) dengan kemampuan psikomotorik K3 siswa. Menurut Teori Lawrence Green perilaku seseorang ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Pengetahuan tentang K3 diperoleh siswa dalam mata pelajaran K3 di kelas X, kemudian siswa akan meresponnya dengan cara menolak atau menerima pengetahuan tersebut dan terwujud (7, 8)

dalam tindakan yang berulang-ulang sehingga akan berbentuk perilaku. Sikap siswa terhadap K3 dengan cara merespon K3 pada saat mata pelajaran praktek dan tindakan peserta didik dilakukan dengan cara menerapkan K3 pada saat mata pelajaran praktek. Sehingga akan tercapai suatu hal yang diinginkan dalam penerapan K3 yaitu terhindar dari kecelakaan kerja. (21) Kota Padang merupakan kota terbesar di pesisir barat Pulau Sumatera dan merupakan ibukota Sumatera Barat. Kota Padang juga terkenal dengan kota pelajar dimana dibuktikan dengan adanya Universitas Andalas yang merupakan universitas negeri tertua di luar pulau jawa. Untuk sekolah menengah atas Terdapat 62 buah SMA/MA swasta dan negeri. Sedangkan untuk Sekolah Menengah Kejuruan, terdapat 48 buah SMK negeri dan swasta, dimana 14 diantaranya adalah SMK negeri, yang masing-masing memiliki program keahlian. (11) Program keahlian yang ada di SMK di Kota Padang salah satunya program keahlian teknik, pada pendidikan teknik memliki potensi sumber bahaya seperti terkilir, terpeleset, terjatuh, tergores, tertusuk, dan terbentur, tergantung dari jenis praktek yang diselenggarakan. SMK Negeri 5 Padang merupakan Sekolah Teknik Menengah yang ada di kota Padang, mengingat potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari kegiatan praktek, maka setiap siswa dibekali dengan pengetahuan tentang K3 berupa penyampaian materi dan modul yang diberikan oleh guru bidang studi K3. SMK Negeri 5 Padang beralamat di Jalan Beringin No.4 Lolong Padang dengan jumlah siswa 1192 orang, memiliki delapan program studi keahlian teknik yang terdiri dari Teknik Gambar Bangunan (Arsitek), Teknik Kontruksi Batu Beton (Teknik Sipil), Teknik Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik, Teknik Audio Video (Elektronika), Teknik Permesinan, Teknik Otomotif Kendaraan Ringan, Teknik Otomotif Sepeda Motor dan Teknik Komputer dan Jaringan.

Kegiatan yang dilakukukan di SMK Negeri 5 Padang adalah, pengoperasian mesin, membubut, pengoperasian alat pengelasan, kelistrikan otomotif, peralatan tangan mekanik listrik, pekerjaan pembesian, pengecoran beton, perakitan komputer, pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sensitif, memperbaiki kerusakan engine, rangka serta kelistrikan pada sepeda motor, pemasangan instalasi penerangan dan tenaga listrik. Pada kegiatan praktek di workshop SMK Negeri 5 Padang berdasarkan wawancara dan observasi yang penulis dapatkan, masih ada siswa tidak melaksanakan aturan tentang keselamatan kerja yang sudah dipasang di dinding workshop, diantaranya adalah masih ada siswa yang tidak menggunakan baju praktek, beberapa siswa mengobrol dan bergurau bersama temannya disaat menggunakan peralatan atau sedang bekerja, dan masih ada siswa yang tidak menggunakan alat Alat Pelindung Diri (APD) pada saat melakukan praktek. Berdasarkan survey awal, 7 dari 10 orang siswa jurusan teknik otomotif SMKN 5 Padang pernah mengalami kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang pernah terjadi pada saat melakukan praktek adalah, tersengat listrik, terjatuh karena bergurau dengan teman, terjadinya hubungan singkat pada kawat sehingga menimbulkan percikan bunga api, terpeleset karena sisa tumpahan minyak yang tidak dibersihkan, terinjak benda tajam dari sisa-sisa bahan praktek yang tidak dibersihkan, terjepit alat pemotong, kaki tertimpa batu, tertusuk obeng dan satu orang siswa jurusan otomotif ketika magang di salah satu bengkel di kota Padang mengalami cidera di kepala karena terjepit per mobil saat bekerja. Berdasarkan hal tersebut, sehingga penulis tertarik untuk meneliti tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Siswa jurusan otomotif di SMK Negeri 5 Padang Tahun 2016.

1.2 Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adalah faktorfaktor apa saja yang berhubungan dengan tindakan K3 siswa jurusan teknik otomotif di SMK N 5 Padang. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan K3 siswa jurusan teknik otomotif di SMK N 5 Padang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahui distribusi frekuensi tindakan terhadap K3 siswa jurusan teknik otomotif di SMK N 5 Padang. 2. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan tentang K3 siswa jurusan teknik otomotif di SMK Negeri 5 Padang. 3. Diketahui distribusi frekuensi sikap terhadap K3 siswa jurusan teknik otomotif di SMK Negeri 5 Padang. 4. Diketahui distribusi frekuensi pengawasan guru terhadap K3 siswa jurusan teknik otomotif di SMK Negeri 5 Padang. 5. Diketahui hubungan pengetahuan dengan tindakan K3 siswa jurusan teknik otomotif di SMK Negeri 5 Padang. 6. Diketahui hubungan sikap dengan tindakan K3 siswa jurusan teknik otomotif di SMK Negeri 5 Padang. 7. Diketahui hubungan pengawasan guru dengan tindakan K3 siswa jurusan teknik otomotif di SMK Negeri 5 Padang.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi SMK Negeri 5 Padang Dapat dijadikan masukan bagi pihak SMK N 5 Padang khususnya jurusan teknik otomotif setelah diketahuinya tentang tindakan K3 siswa dan hubungannya dengan pengetahuan tentang K3, sikap terhadap K3 serta pengawasan guru sehingga dapat melatih siswa jurusan teknik otomotif dalam menerapkan Keselamatan dan kesehatan kerja pada saat bekerja. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai masukan untuk penelitian lebih lanjut dalam pengembangan ilmu bidang K3, serta tersedianya data bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan K3 siswa jurusan teknik otomotif di SMK Negeri 5 Padang. 3. Bagi peneliti Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang tindakan K3 siswa jurusan teknik otomotif di SMK Negeri 5 Padang serta dapat mengaplikasikan ilmu selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 5 Padang untuk diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan K3 dilihat dari pengetahuan, sikap dan pengawasan dari guru terhadap tindakan K3 siswa jurusan teknik otomotif di SMK Negeri 5 Padang.