BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
2014 HUBUNGAN KEMAMPUAN LARI KECEPATAN MAKSIMAL DENGAN KEMAMPUAN CADENCEPADA ATLET SPRINT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

BAB I PENDAHULUAN. manusia sejak zaman Yunani kuno sampai dewasa ini. Gerakan-gerakan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Kemajuan olahraga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila

KONTRIBUSI TINGGI BADAN, BERAT BADAN, DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN LARI CEPAT (SPRINT) 100 METER PUTRA

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena

KORELASI WAKTU REAKSI DAN AKSELERASI TERHADAP PRESTASI LARI 100 METER MAHASISWA PUTRA SEMESTER II PROGRAM STUDI PENJASKESREK FKIP UNIVERSITAS RIAU

KONTRIBUSI TINGGI BADAN, BERAT BADAN, DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN LARI CEPAT ( SPRINT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia pernah memiliki beberapa pelari kenamaan di nomor elite.

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

H. Kajian Pustaka 1. Hakekat Belajar Mengajar Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

LARI JARAK PENDEK (SPRINT)

JURNAL HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK TUNGKAI BAWAH DAN KELINCAHAN DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IX SMP NEGERI 6 KEDIRI 2016/2017

ANALISIS SUDUT, PANJANG LANGKAH DAN FREKUENSI LANGKAH LARI ATLET PASI ACEH. Nyak Amir 1. Abstract

ANALISIS KELAJUAN GERAK PELARI 100 METER PADA KASUS PEMECAHAN REKOR DUNIA TAHUN 2008 DAN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Sprint atau lari cepat merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga

MAKALAH LARI JARAK JAUH, JARAK PENDEK, DAN JARAK MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu sarana dalam pembangunan bangsa, khususnya pembangunan dalam bidang jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lari (sprint) adalah nomor lari dengan kecepatan penuh sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. mother of sport. Semua negara di dunia memasukkan atletik sebagai cabang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

kisah sejarah baru. Lauryn Williams, Muna Lee, dan Torri Edwards, trio pelari AS, diharapkan bisa membuat prestasi baru.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

I. PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatan seperti: Sea Games, Asean Games, dan Olimpiade, PON,

2015 UJI VALID ITAS D AN RELIABILITAS KONSTRUKSI ALAT UKUR POWER END URANCE TUNGKAI

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu wujud yang bisa mengembangkan sumber daya manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. kejuaraan atletik. Pelaksanaan lompat dalam perlombaan atletik memerlukan

PENGARUH LATIHAN VARIASI SPEED LADDER DRILL TERHADAP HASIL LARI SPRINT 60 METER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI

SKRIPSI. Oleh : TRIANATA WAHYU SETYAWIDI NPM :

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

2015 PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK DI SDN SUKARASA BANDUNG

HUBUNGAN KECEPATAN LARI 60 METER DENGAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA PUTRA KELAS XI JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 2 SMAN 11 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup, serta upaya dengan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pesta Olahraga Negara-Negara Asia Tenggara (juga dikenal sebagai Sea

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membuat progam latihan untuk pembinaan kondisi fisik seorang atlet. Hal ini

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol. 3, No.1, Hal , Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. Tinju merupakan salah satu cabang olahraga bela diri, tetapi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. terutama nomor lari jarak pendek 200 meter, maka dari itu peneliti mencoba

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Olahraga merupakan aktivitas yang sangat penting untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. secara berencana dan bertahap untuk segala bidang diperlukan usaha-usaha untuk

2015 PENGARUH LATIHAN BARBELL LUNGES D AN D UMBELL ONE-ARM SHOULD ERS PRESS TERHAD AP HASIL TOLAK PELURU

PENGARUH DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI, KECEPATAN REAKSI DAN MOTIVASI TERHADAP KECEPATAN LARI JARAK PENDEK 100 METER PADA ATLET PPL PPROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRI KELAS VIII SMP

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar

Ika Novitaria Marani Universitas Negeri Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, ilmu pengetahuan dan

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT. Pengimbasan Model Pembelajaran Atletik di Kabupaten Bantul

PENGARUH LATIHAN FINDERS KEEPERS TERHADAP KECEPATAN LARI PADA ATLET ATLETIK KABUPATEN SIAK

2015 PERBAND INGAN KECEPATAN REAKSI D AN ANTISIPASI REAKSI PAD A PENJAGA GAWANG D ALAM OLAHRAGA SEPAKBOLA D AN FUTSAL

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbuka dan demokrasi. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lompat, lari, dan. lempar (Eddy Purnomo, 2007:1). Bila dilihat dari arti atau istilah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Yunani athon yang berarti kontes. Atletik merupakan cabang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. yang lemah dan pada keduanya ada kebaikan, sebagai seorang muslim wajib

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk melakukan aktifitas fisik, mengembangkan fungsional, yang berupa olahraga salah satunya adalah olahraga renang.

PENGARUH LATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP HASIL LARI SPRINT 50 METER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurcahyo, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Disusun oleh : Rihandoyo A BAB I PENDAHULAUAN. A. Latar Belakang. Atlet-atlet juara yang mampu memperoleh prestasi tertinggi dalam dunia

2016 PERBAND INGAN LATIHAN LARI UPHILL D AN LARI D OWNHILL TERHAD AP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PAD A ATLET FUTSAL

HUBUNGAN HASIL LARI 40 YARD DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH SISWA KELAS VIII SMPN 2 KECAMATAN SENTAJO RAYA JURNAL. Oleh DISLAGANA FARCE

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT COACHING CLINICS ATHLETICS

Kardiyono PENGARUH LATIHAN UPHILL TERHADAP HASIL AKSELERASI 30 METER CLUB ATLETIK GELAGAH WANGI DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. olahraga secara otomatis menjadi ukuran ketertinggalan prestasi olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. antusias masyarakat disetiap kegiatan-kegiatan olahraga. manusia untuk melakukan aktifitas fisik. Mengembangkan fungsional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Prestasi Indonesia pada Sea Games (Tahun ) (Sumber: Dikdik Zafar Sidik, 2010: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

CORRELATION ENDURANCE AND SPEED WITH THE RESULTS IN THE 800M MAN S ATHLETE ATHLETICS PASI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DAN POWER TUNGKAI TERHADAP WAKTU PEMBALIKAN RENANG GAYA BEBAS 100 METER

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari

BAB I PENDAHULUAN. yang terpendam tanpa dapat kita lihat dan rasakan hasilnya. Menindak lanjuti. mahluk yang butuh berinteraksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah atletik. Menurut Yoyo Bahagia (2000:7) Atletik merupakan cabang

Journal of Sport Sciences and Fitness

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah adalah jenis cabang olahraga yang disebut sebagai induk dari semua cabang olahraga, hal tersebut dapat dibuktikan dengan mengamati olahraga atletik yang didalamnya terdapat kegiatan fisik yang meliputi lari, jalan, lompat, dan lempar. Kegiatan fisik tersebut merupakan aktivitas jasmani alamiah yang biasa dilakukan oleh manusia pada umumnya. Semua aktivitas jasmani tersebut diperlombakan dalam nomor-nomor pada cabang olahraga atletik. Lari merupakan salah satu nomor dalam atletik yang diperlombakan,jarak dalam perlombaan lari ini pun bervariasi, salah satu yang paling dinanti dan merupakan nomor paling bergengsi adalah sprint atau lari jarak pendek. Lari jarak pendek mempunyai beberapa jarak perlombaan. Sidik (2009:1) mengatakan bahwa: Nomor sprint yang merupakan lari jarak pendek meliputi lari jarak 60 meter sampai jarak 400 meter termasuk lari gawang. Perbedaan antara lari jarak pendek, lari menengah, dan jarak jauh terletak pada kecepatan lari yang dilakukan oleh para pelari. Dapat kita amati pada perlombaan lari jarak pendek, setiap atlet berusaha lari secepat-cepatnya. Lari jarak pendek atau sprint adalah semua jenis lari yang sejak start hingga finish dilakukan dengan kecepatan maksimal, (Wibowo, 2012:14). Sesuai dengan tujuan lari sprint, maka untuk menjuarai nomor lari sprint seorang atlet lari jarak pendek membutuhkan kecepatan sebagai modal. Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan Sidik (2009:1) bahwa: yang dibutuhkan untuk semua nomor lari sprint dan gawang adalah kecepatan (speed), sesuai dengan pengertian bahwa sprint yang berarti lari dengan tolakan secepatcepatnya. Unsur kecepatan didalam nomor lari jarak pendek memang sangat dibutuhkan. Pakar olahraga lain seperti Bompa (1999:368) menerangkan bahwa: Speed is a determinant ability in many sports such as sprinting events. Kecepatan adalah faktor yang menentukan dalam cabang olahraga, salah satunya 1

adalah perlombaan lari jarak pendek. Karena dalam lari jarak pendek, kemampuan untuk menyelesaikan jarak secepat-cepatnya dapat mempersingkat waktu tempuh. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Harsono (1988:216) bahwa: Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Jarak yang dapat ditempuh dengan singkat merupakan hasil kecepatan gerak dari kontraksi otot yang kuat dan cepat. Komposisi otot pun turut menentukan kecepatan pada kontraksi otot. Sidik (2009:1) menjelaskan komposisi otot yang ideal serta kontribusinya dalam lari jarak pendek sebagai berikut: Kecepatan pada kontraksi otot tergantung pada komposisi otot. Proporsi dari serabut otot cepat (fast twitch fiber/ft) sangat erat kaitannya dengan gerakan kecepatan maksimal (maximum speed of movement). Pelari sprint yang baik secara normal memiliki persentase yang lebih tinggi pada serabut otot cepat (FT) dari pada pelari jarak jauh, yang lebih banyak proporsinya pada serabut otot lambat (slow twitch fiber/st). Konsep diatas menjelaskan bahwa serabut otot putih mendukung terciptanya gerakan kecepatan maksimal yang sangat dibutuhkan oleh pelari jarak pendek. Kontribusi komposisi serabut otot putih yang dominan pada otot dijelaskan pula oleh IAAF (2001:19) bahwa: Kecepatan merupakan hasil kontraksi otot, terutama pada komposisi atau susunan serabut otot. Proporsi atau perbandingan serabut-serabut kedut cepat (Fast Twich = FT), yang memiliki suatu kecepatan berkedut sampai 40 kali per detik dalam vitro, didalam otot-otot berkorelasi erat dengan gerakan kecepatan maximum. Sprinter yang baik biasanya memiliki suatu persentase yang tinggi dari serabut-serabut FT dibanding dengan pelari-pelari jarak jauh, yang otot-ototnya cenderung mengandung lebih banyak serabut-serabut kedut lambat (slow twich = ST) dengan kecepatan kedut hanya 10 kali per detik dalam vitro. 2

Mengenai Ungkapan tersebut mempertegas sprinter itu dilahirkan atau bakat bukan dibuat. Dengan demikian lari sprint 100 meter adalah atlet yang memiliki proporsi kedut cepat lebih dominan. Selain adanya faktor serabut otot, kecepatan seorang atlet lari jarak pendek dalam menempuh jarak sangat ditentukan oleh aspek biomekanika, yaitu panjang langkah dan jumlah langkah per detiknya. Senada dengan apa yang dikemukakan oleh Donati (1995:51) bahwa: Running speed is the product of stride length and stride frequency. Athletes achieve their maximum speed only by adopting a specific ratio between length and frequency of stride and any significant alternation in the length or the frequency will cause a reduction in speed. Kecepatan lari dihasilkan oleh panjang langkah dan frekuensi langkah. Para atlet dapat mencapai kecepatan maksimum hanya dengan menggunakan perbandingan yang tepat antara panjang langkah dan frekuensi langkahnya. Perubahan yang signifikan dalam panjang langkah dan frekuensi langkah akan menyebabkan penurunan kecepatan. Contoh, pelari yang mempunyai panjang langkah 2 meter dan melakukan 3 langkah per detiknya, akan berlari dengan kecepatan 6 meter per detik. Lari sprint 100 meter yang dicapai 9 10 detik memerlukan teknik dan pengaturan unsur-unsur lari yang sempurna, kesalahan sedikit saja akan mengurangi hasil waktu yang dicapai. Pada awal diperlombakannya lari jarak pendek kemampuan menempuh jarak 100 meter hanya dapat memasuki catatan waktu 10 koma sekiandetik. Memasuki dekade 80-an muncul atlet lari sprint 100 m yang mampu menembus catatan waktu dibawah 10 detik, dia adalah Ben Johnson dari Kanada, juara Olimpiade Seoul 1988. Ben Johnson meraih prestasi 100 m dengan catatan waktu 9,79 detik. Sangat disayangkan prestasinya tercoreng dengan kasus doping, gelar manusia saat tercepat saat itu jatuh ke tangan Carl Lewis dari AS dengan catatan waktu 9.92 detik. Catatan rekor lari sprint 100 meter dari tahun-ketahun semakin tajam. Angka 9 koma sekian detik kini menjadi sebuah impian bagi setiap pelari. Sejak itulah persaingan di nomor lari sprint 100 meter semakin memanas, karena setiap 3

atlet bersaing untuk menjadi yang tercepat. Pada Olimpiade Beijing 2008 muncul ke permukaan persaingan lari sprint 100 meter putra Usain Bolt (lahir di Trelawny, Jamaika 21 Agustus 1986 umur 22 tahun) adalah pelari Jamaika. Bolt yang memiliki postur tinggi berhasil finish pertama pada lari sprint 100 meter dengan catatan waktu 9,69 detik. Keberhasilan ini disusul dengan prestasi 19,30 detik pada jarak 200 m yang mengantarkannya meraih emas di nomor tersebut. Bolt nampaknya belum puas atas pencapaiannya pada Olimpiade Beijing lalu. Ambisinya untuk kembali memecahkan rekor dia capai pada saat Kejuaraan Dunia di Berlin 2009, rekor sprint jarak 100 meter dia pertajam menjadi 9,58 detik. Suatu hal yang mungkin disamai oleh atlet lain atas pencapaian Bolt tersebut. Hasil perlombaan dari atlet sprint dunia tidak hanya berupa catatan waktu. Tetapi ada data tentang kemampuan frekuensi langkah dan panjang langkah. Sehingga data tersebut dapat di evaluasi untuk kemajuan atletnya. Dari data yang diperoleh dapat kita amati bahwa frekuensi sprinter dunia dan China paling sedikit adalah 4,4 langkah per detik. Berikut data kemampuan frekuensi langkah disertai panjang langkah atlet sprint dunia serta data lain yang berkontribusi terhadap prestasi lari sprint: Tabel 1.1 Data parameter pelari cina dan pelari dunia Pada kejuaraan dunia tahun 1991 di tokyo Jepang (Sumber: NSA. Volume Six No. 2. (1991:11) Dikutip dari Bahagia (2005:75) Grup Prestasi Ratarata (detik) Jumlah Langkah Kecepatan Rata-rata (m/dtk) Frekuensi Langkah (perdetik) Panjang Langkah (m) Tinggi Badan (m) China 10.45 47.4 9.57 4.55 2.11 1.77 Dunia 10.02 44.6 9.89 4.44 2.25 1.81 Namun sayangnya prestasi sprinter Indonesia belum mampu menembus angka 9 detik. Sprinter Indonesia beberapa kali meraih emas pada nomor 100 4

meter di gelanggang Sea Games, catatan waktu sprinter Indonesia baru mampu menembus 10 koma sekian detik. Beberapa sprinter Indonesia berhasil menjuarai nomor lari sprint 100 meter pada gelanggang Sea Games. Suryo Agung Wibowo salah satu atlet yang pernah menjuarainya, bahkan dia adalah pemegang rekor Asia Tenggara pada nomor lari sprint 100 meter dengan catatan waktu 10,17 detik yang dicapai pada Sea Games Laos 2009. Sebelum pertandingan tingkat internasional, tentunya ada pertandingan nasional sebagai ajang pembibitan atlet untuk memperkuat tim nasional. Berikut adalah catatan waktu pada final 100 meter cabang olahraga atletik PON 2008 dan PON 2012: Rekor 100 meter PON : Mardi Lestari 10,17 detik (PON 1989) Final 100 meter Cabor PON 2012 Final 100 meter Cabor PON 2008 Nama Provinsi Catatan Waktu Nama Provinsi Catatan Waktu Iswandi NTB 10.41 Suryo Agung Wibowo Jawa Tengah 10.39 Fadlin NTB 10.48 Asrul Akbar Sumatera Barat 10.66 Franklin Ramses Papua 10.57 Avip Dwi Cahyo Jawa Timur 10.82 Farel Oktaviandi Jawa Barat 10.64 Sukari Jawa Timur 10.82 Mohamad Rozikin Jawa Timur 10.65 M. Fatoniah NTB 10.85 Yaspi Bobi Sumatera Barat 10.71 Taufik Rahmadi Sumatera Barat 10.86 Fernando Lumain Sulawesi Utara 10.74 John Herman Murai Papua 10.86 Lorenzo Kalimantan Andreas Timur 10.75 Agus Sulistio Riau DQ Sprinter Indonesia hanya mempunyai catatan waktu saja. Data tersebut dirasa belum cukup untuk meningkatkan prestasi. Untuk itu perlu adanya tes kemampuan cadence terhadap sprinter di Indonesia. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara kemampuan cadence dengan prestasi lari sprint 100 meter pada atlet sprint Unit Kegiatan Mahasiswa UPI Bandung. 5

A. Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, masalah penelitian yang penulis rumuskan adalah: Apakah terdapat korelasi yang signifikan antara kemampuan cadence dengan prestasi lari sprint 100 meter pada cabang olahraga atletik? B. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui korelasi antara kemampuan cadence dengan prestasi lari sprint 100 meter pada cabang olahraga atletik! C. Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini bermanfaat bagi pelatih maupun atlet sprint baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat secara teoriti. Dari segi teori, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi para pelatih atletik, khususnya pelatih lari sprint didalam proses identifikasi bakat atlet sprint berdasarkan pola langkah dan rumus cadence yang penulis gunakan didalam penelitian ini. Manfaat praktis. Dari segi praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu pedoman untuk menghitung frekuensi langkah per detik pada sprinter. 6

D. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi ini berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi. Bab I menjelaskan tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan struktur organisasi skripsi. BAB II menjelaskan tentang kajian teoritis dan juga memuat bahasan tentang kerangka pemikiran serta hipotesis. BAB III menjelaskan mengenai metode penelitian skripsi yang substansinya adalah lokasi penelitian, populasi, sampel, langkahlangkah penelitian, desain penelitian, prosedur pengambilan data, serta prosedur pengolahan dan analisis data. BAB IV menjelaskan tentang pengolahan, analisis data, dan diskusi penemuan. BAB V berisi kesimpulan dan saran. 7