BAB 1 PENDAHULUAN. menyerap 88% tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI PENCATATAN AKUNTANSI PADA USAHA WARALABA LOKAL (Studi Kasus pada Usaha Waralaba Warung Bakso Mandiri Bogor) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih

2016 MODEL KEMITRAAN BISNIS DONAT MADU CIHANJUANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia tergolong sangat prospektif karena

BAB I PENDAHULUAN. penjualan mesin jahitnya. Walaupun usaha Isaac Singer tersebut gagal, dialah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai

MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA. Tatap muka ke /03/2015 KwuAgroind/MerintisUsaha.2013

PELUANG BISNIS ALA GEROBAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Waralaba (franchise) merupakan suatu sistem bisnis yang telah lama dikenal

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan-pembangunan berkesinambungan. Pembangunan-pembangunan

Silakan jawab pertanyaan di bawah ini disertai alasan dari jawaban Anda.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG WARALABA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia yang demikian pesat tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. lapangan-lapangan pekerjaan baru, investasi-investasi yang dapat menjadi solusi

MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. objektif sehingga secara efektif bisa memberikan gambaran tentang

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya adalah sektor UKM. Berkaitan dengan hal ini, paling tidak terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi tingkat perekonomian maka, otomatis tingkat kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Dunia. Sumber : International Monetary Fund, World Economic Outlook Update (2015)

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang sangat pesat, hal ini tidak terlepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. lulusan sarjana tetap saja sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 1997, TENTANG WARALABA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dikunjungi serta memiliki fasilitas yang memadai untuk bersantai bersama

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Peranan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. adanya perjanjian franchise. Franchise, adalah pemberian hak oleh franchisor

MEMBANGUN BISNIS MAKANAN MELALUI MEDIA ONLINE

SKRIPSI. Diajukan oleh : Irma Dianita /FE/EA. Kepada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2011

BAB I PENDAHULUAN. dari kemiskinan. Pembangunan yang dilakukan oleh bangsa indonesia tidak hanya sebatas dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri pariwisata dunia semakin pesat yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak yang baik secara pribadi maupun terhadap orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah

Kewirausahaan dan Memulai Bisnis Kecil

BAB I PENDAHULUAN. interior sampai menawarkan menu makanan yang unik. Harga yang. Badan Pusat Statistik Jawa Tengah tahun 2012 diketahui bahwa sektor

KATA PENGANTAR. Penulis. Irsyad Anshori

Entrepreneurship and Inovation Management

BAB I PENDAHULUAN. ini pertumbuhan usaha waralaba (franchise) di Indonesia diperkirakan semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Data Jumlah Gerai Fried Chicken Lokal Indonesia. Kane fried chicken. Sabana Fried Chicken

BAB I PENDAHULUAN. rantai yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, di mana perdagangan

I. PENDAHULUAN. beberapa pihak yang berkompeten menyatakan bahwa sukses usaha di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam 10 tahun terakhir ini bisnis franchise tengah menjadi model bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perekonomian Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. banyak perbedaan. Untuk menjadi seorang pegawai dibutuhkan kepandaian, seperti

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia memiliki kemampuan potensial untuk bertindak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dalimunthe dengan

Cara Untuk Memasuki Dunia Usaha

BAB I PENDAHULUAN. baik dan benar. Salah satu kegiatan manajemen itu ialah kegiatan pemasarannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan kondisi persaingan yang semakin banyak antar perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu elemen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun Tahun Jumlah Pertumbuhan (%)

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

Definisi Waralaba ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. itu tidaklah mudah. Salah satu alternatif yang di ambil guna mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu. sebuah usaha bisa tumbuh menjadi besar.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi global yang cepat dan kompleks, Indonesia juga terpengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi banyak variabel diantaranya jual beli, barter sampai kepada leasing,

Kewirausahaan I Review Evaluasi Refleksi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyerahkan fee dari keuntungan yang diperoleh ke pemilik lisensi. Jenis

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah, antara lain dengan melakukan hubungan kontraktual dengan para pemasok dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini ditandai dengan banyaknya dari negara lain yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis ekonomi berlangsung di Indonesia, UKM merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di. ditampung sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang.

BAB I PENDAHULUAN. pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek perusahaan bertujuan. nilai perusahaan (Sutrisno dan Ali Djamhuri : 2011).

bermunculan lah pengusaha-pengusaha risol baru yang menjadi pesaing dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini telah diwarnai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri strategis di Indonesia. Industri. ini memberikan sumbangsih terbesar kedua dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) DI BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA. (Studi Pada Perjanjian Waralaba Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo) S K R I P S I

KEWIRAUSAHAAN-I MENGENALI PELUANG DAN MEMILIH JENIS USAHA. Didin Hikmah, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. dan bisnis untuk mengetahui suatu usaha tersebut layak atau tidak untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan industri baru bermunculan dengan berbagai macam bentuk,

BAB I PENDAHULUAN. memulai usaha dari nol, karena telah ada sistem yang terpadu dalam. berminat untuk melakukan usaha waralaba.

BAB 1 PENDAHULUAN. sejenis. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu memperbaiki kelemahan yang

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

PELUANG BISNIS DALAM BISNIS WARALABA (FRANCHISE) Erwandy S1-SI-2L STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BISNIS FRANCHISE

BAB I PENDAHULUAN. banyak aspek yang perlu menjadi pusat perhatian setiap perusahaan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk membangun jaringan pasar, aspek tersebut adalah : 1. Membangun sistem promosi untuk penetrasi pasar

BAB 5 KEWIRASWASTAAN 1. KEWIRASWASTAAN 2. PROSES KEWIRASWASTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

MENJALANKAN BISNIS. Ade Rismanto, ST.,MM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wirausaha di Indonesia sangat berperan dalam pembangunan ekonomi, hal ini terlihat dari jumlah usaha berskala kecil dan menengah di Indonesia yang mampu menyerap 88% tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto sebesar 40%, dan mempunyai potensi sebagai salah satu sumber penting pertumbuhan ekspor, khususnya ekspor non-migas (Indonesia Small Business Research Center, 2003), dalam Pinasti (2007). Banyak cara untuk cara menjadi seorang wirausahawan, antara lain dengan mendirikan bisnis baru ataupun membeli sistem bisnis yang telah ada dan telah berjalan, yaitu dengan sistem bisnis waralaba. Bagi masyarakat yang ingin menjadi pengusaha tetapi belum memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bisnis, waralaba atau franchise merupakan bisnis yang cocok bagi mereka karena tidak perlu membangun bisnis mulai dari nol, sehingga potensi kegagalan dalam memulai usaha sangatlah kecil, hal ini karena sistem tersebut telah teruji dan siap dijalankan oleh pembeli sistem bisnis tersebut (Hapsari, 2008). Di Indonesia, waralaba atau franchising dianggap sebagai salah satu alternatif strategi dalam pengembangan bisnis yang ideal. Hal itu dikarenakan kapasitas pasar yang dipengaruhi oleh struktur penduduk, daya beli dan pola konsumsi yang terbatas. 1

Fenomena yang menarik di beberapa tahun terakhir yaitu semakin tumbuh suburnya bisnis franchise atau waralaba lokal di Indonesia. Saat ini banyak sekali waralaba lokal yang kreatif menawarkan produk dan jasa yang menarik kepada masyarakat di kota-kota. Beberapa diantaranya membuka gerai-gerai di pusat perbelanjaan dan di jalan-jalan utama perkotaan yang lokasinya sangat strategis. Pertumbuhan bisnis waralaba di Indonesia kebanyakan bermunculan antara tahun 2006 hingga 2008. Pada dua tahun terakhir ini bisnis yang diwaralabakan mencapai 56,7%. Sedangkan antara 2000-2005, bisnis yang diwaralabakan hanya 35,4%. Gambar 1.1 Pertumbuhan waralaba di Indonesia Sumber : Buku Usaha Franchise Bank Indonesia tahun 2008 Konsep usaha Franchise ternyata lebih dominan daripada konsep business opportunity dengan persentase 58,8% berbanding 30,5%. Sebanyak 64, 3% waralaba di Indonesia masih dikuasai oleh pengusahalokal, sedang pengusaha asing 2

masih berada di 35,7 %. Hal ini terjadi karena sistem bisnis franchise atau waralaba begitu menarik dan menguntungkan bagi pengusaha kecil atau pengusaha lokal. Gambar 1.2 Profil Waralaba Indonesia 2008 Sumber : Buku Usaha Franchise Bank Indonesia tahun 2008 Berdasarkan data Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), dalam enam bulan pertama (hingga Juni 2009), total tercatat 1.010 usaha waralaba, dengan jumlah gerai mencapai 42.900 buah, serta mampu menyerap 819.200 tenaga kerja. Bandingkan dengan data 2008 yang mencatat 855 usaha waralaba, jumlah gerai31.827 buah, dan menyerap 523.162 tenaga kerja. Artinya, terjadi pertumbuhan bisnis Franchise yang luar biasa selama beberapa bulan. Lebih menggembirakan lagi, perusahaan lokal semakin merajai pasar Franchise di tanah air. Selama enam bulan terakhir, data AFI mengungkap, jumlah waralaba lokal mencapai 750 unit atau naik 20% dibanding tahun lalu yang tercatat sebanyak 600 unit. Adapun pertumbuhan waralaba asing relatif sedikit, yakni dari 255 unit pada 2008 menjadi 260 unit per Juni 2009. 3

Cepatnya pertumbuhan waralaba lokal, sekali lagi membuktikan bahwa waralaba local memiliki prospek bisnis yang tidak kalah bagus dibanding waralaba asing. Usaha franchise atau waralaba perlu dikembangkan lagi dalam rangka mendorong pertumbuhan dan pengembangan perekonomian rakyat Indonesia. Untuk meningkatkan peranan dan keikutsertaan masyarakat luas dalam usaha franchise atau waralaba ini, perlu adanya peran serta pengusaha kecil dan menengah, baik sebagai penerima atau pemberi franchise. Setiap pengusaha yang menjalankan usaha franchise atau waralaba wajib mendaftarkan usahanya, sehingga dapat diketahui perkembangan franchise atau waralaba secara nasional. Pertumbuhan bisnis franchise yang semakin berkembang menuntut pemerintah untuk menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba melalui Lembaran Negara Nomor 49 Tahun 1997 yang dalam perkembangannya telah dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba. Selain itu dalam hal pendaftaran usaha franchise atau waralaba, Menteri Perindustrian dan Perdagangan telah mengeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 259/MPP/Kep/7/2007 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba yang bermanfaat menciptakan tertib usaha dengan cara franchise atau waralaba serta untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. 4

Pembahasan akuntansi waralaba tidak terlepas dari unsur aktiva tak berwujud (intangible assets) menjadi ciri khas dari sistem ini.. Aktiva tak berwujud pada umumnya berada pada kondisi dengan tidak adanya eksistensi fisik dan tingkat ketidakpastiannya yang tinggi berkenaan dengan manfaat masa depan. Perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud merupakan suatu yang masih sulit dalam teori akuntansi, terutama pada ketidakpastian yang berkenaan dengan pengukuran nilai dan masa manfaat aktiva tersebut. Pendekatan akuntansi untuk aktiva tak berwujud dapat diklasifikasikan sesuai tingkat teori akuntansi: sintaksis, semantik dan perilaku.pada tingkat sintaksis terdapat dua pandangan: 1. Sumber-sumber yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tak berwujud harus disandingkan dengan pendapatan yang berhubungan. 2. Non monetary assets, perlu disandingkan dengan pendapatan hanya apabilaterdapat hubungan langsung diantara keduanya, karena hubungan langsung itu jarang dapat diidentifikasi, maka biaya yang dikeluarkan langsung dibebankan pada saat terjadinya. Pada tingkat semantik, aktiva tak berwujud harus dilaporkan sedemikian sehingga dapat diinterpretasikan. Aktiva tak berwujud sebagaimana aktiva yang lain adalah hak atas manfaat masa depan sehingga biaya untuk memperoleh aktiva tak berwujud harus dialokasikan pada masa penerimaan manfaat tersebut. 5

Persaingan bisnis franchise yang begitu pesat ternyata membawa berbagai dampak, terutama kegagalan waralabalokal yang belum bisa bersaing dengan waralaba asing. Untuk menanggulangi hal itu, pelaku franchise lokal diharapkan mengerti dan memahami konsep bisnis franchise dan memiliki pengetahuan dalam menerapkan akuntansi guna menunjang kelangsungan usahanya. Sebab akuntansi bukan hanya memberikan informasi tentang posisi keuangan usahanya,informasi yang dihasilkan dari sebuah laporan keuangan akan menjadi bahan pertimbangan bagi franchisor maupun franchisee baik dalam penyusunan anggaran, pengambilan keputusan baik jangka pendek maupun jangka panjang serta sebagai dasar yang efektif dalam kegiatan evaluasi kinerja dan keuangan suatu usaha kecil dan menengah. Selain penerapan akuntansi tentang konsep bisnis franchise, para pelaku franchise diharapkan memenuhi kewajiban-kewajiban mereka dalam menunjang kelangsungan usaha mereka, karena kesuksesan franchise tidak hanya terletak pada keberhasilan franchisor menjalankan usaha mereka. Bagi franchisee, kunci kesuksesan justru terletak pada kemampuan dan kedisiplinan franchisor dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Menurut Bije Widjajanto, setidaknya ada 4 kewajiban yang harus ditunaikan oleh franchisor, yakni: 1. Menyediakan supply bahan baku 6

2. Menyediakan petunjuk bisnis secara terperinci 3. Membangun strategi branding 4. Melakukan aktivitas support Selain itu franchisor juga harus memberikan prospektus penawaran waralaba dan melakukan pembinaan dalam bentuk pelatihan, bimbingan operasional manajemen, pemasaran, pengembangan kepada franchisee secara berkesinambungan. Penyebab utama permasalahan keberlangsungan hidup usaha (Going Concern) pada usaha franchise adalah pemahaman akuntansi. Hal ini akan menjadi masalah yang fataljika tidak di perhitungkan sejak dini oleh para pelaku usaha franchise. Going Concern (Kelangsungan usaha) adalah suatu asumsi akuntansi bahwa perusahaan akan berjalan terus sampai pada masa yang tidak dapat di tetapkan, atau cukup lama untuk melaksanakan rencananya (Sujana Ismaya, 2006). Dengan adanya kelangsungan usaha, maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Analisis kelangsungan usaha (Going Concern) sangat penting bagi para pelaku usaha. Karena dengan analisis ini, para pelaku usaha dapat lebih bijak dalam mengelola usahanya dan menjalankan operasional kerja usahanya dengan strategi bisnis yang baik. Kenyataan bahwa banyaknya pelaku franchise yang mengalami kebangkrutan karena buruknya pengelolaan keuangan suatu unit usaha. Hal tersebut 7

menjadi pendorong bagi pelaku usaha untuk lebih memperkaya pengetahuannya terutama tentang pengelolaan keuangan. Informasi yang dihasilkan dari sebuah laporan keuangan akan menjadi bahan pertimbangan pagi seorang pelaku franchise baik dalam penyusunan anggaran, pengambilan keputusan baik jangka pendek maupun jangka panjang serta sebagai dasar yang efektif dalam kegiatan evaluasi kinerja dan keuangan suatu usaha kecil dan menengah. Fenomena yang terjadi dikalangan pelaku franchise yaitu kenyataan bahwa urangnya pengetahuan dan penerapan akuntansi yang tidak menggunakan laporan keuangan yang baik namun hanya membuat pembukuan dan kurangnya pembinaan secara berkesinambungan menjadi fokus dalam pembahasan skripsi ini. Meliputi bagaimana peranan akuntansi franchise dan pembinaan franchisor dalam menunjang goingc concern usaha franchise di kota Bandung. Penelitian yang membahas tentang Akuntansi Franchise telah terlebih dahulu dilakukan oleh Ika Yuliani yang dilakukan pada tahun 2005 dengan judul Perlakuan Akuntansi dan Pajak Penghasilan atas Franchise Pada Perusahaan Pemegang Franchise Di Kota Surabaya. Hasil dari penelitiannnya dapat disimpulkan bahwa perlakuan akuntansi atas franchise meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian, pengungkapan telah diterapkan perusahaan sesuai dengan PSAK nomor 19 dan nomor 10. 8

Adapun perbedaan antara penelitan penulis dengan penelitian sebelumnya adalah pada subjek dan objek penelitian. Peneliti sebelumnya meneliti perlakuan akuntansi dan pajak penghasilan atas franchise pada perusahaan pemegang franchise, sedangkan penelitian kali ini meneliti peranan akuntansi franchise dan pembinaan franchisor dalammenunjanggoing concern perusahaan franchise di kota Bandung. Kemampuan franchisor yang menerapkan akuntansi franchise dalam usahanya tentu merupakan salah satu bentuk support system dari franchisor yang berkompeten. Selain itu komitmen franchisor dalam melakukan pembinaan secara terus-menerus mendorong usaha franchise yang dikelolanya sehingga akan mampu mewujudkan kelangsungan hidup usaha. Atas dasar uraian diatas maka penulis tertarik untuk lebih dalam membahas tentang Peranan Pengetahuan Akuntansi Franchise dan Pembinaan oleh Franchisor dalam Menunjang Going Concern Perusahaan Franchise di Kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Sesuai dengan permasalahan yang ada sekarang ini, dan sesuai dengan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana akuntansi franchise di kota Bandung. 2. Bagaimana pembinaan oleh franchisor di kota Bandung. 3. Bagaimana going concern perusahaan franchise di kota Bandung. 9

4. Seberapa besar peranan akuntansi franchise dan pembinaan oleh franchisor dalam menunjang going concern perusahaan franchise di kota Bandung 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penlitian Maksud dari penelitian ini secara umum adalah dimaksudkan untuk memperoleh dan menganalisa data guna mengetahui seberapa besar Peranan Akuntansi Franchisedan Pembinaan FranchisorDalam Menunjang Going ConcernPerusahaan Franchise di Kota Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui Peranan Akuntansi Franchisepada Perusahaan Franchise Kota Bandung 2. Mengetahui PembinaanFranchisorpada Perusahaan Franchise di Kota Bandung 3. Mengetahui seberapa besar pengaruh PerananAkuntansi FranchisedanPembinaanFranchisordalam menunjang going concernperusahaan Franchise di Kota Bandung 10

1.4 Kegunaan Penelitian Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh hasil yang dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.4.1.1 Kegunaan Praktis Data dan informasi serta hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk : 1. Penulis - Sebagai suatu pengalaman dan menambah pengetahuan mengenai Akuntansi Franchise dan Pembinaan Franchisor Dalam Menunjang Going Concern Perusahaan Franchise di Kota Bandung. - Sebagai suatu sarana untuk menambah menambah khasanah keilmuan serta wawasan dalam perkembangan ilmu akuntansi. - Untuk mengetahui realita yang terjadi di masyarakat berkaitan dengan inplementasi ilmu akuntansi sehingga menjadi bahan masukan ketika terjun di dunia usaha di waktu mendatang. - Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi Bidang Studi Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. 11

2. Bagi Perusahaan Franchise. - Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang keadaan suatu usaha yang menjadi objek penelitian berdasarkan hasil analisis yang objektif. - Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan sebagai bahan masukan berupa Peranan Akuntansi dan Pembinaan yang berkesinambunganbaik bagi franchisor maupun franchisee. 3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan bahan referensi untuk melakukan penelitian lanjutan yang berkenaan dengan penelitian ini 1.4.2 Kegunaan Teoritis Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menambah wawasan pembaca tentang Peranan Akuntansi Franchise dan Pembinaan Franchisor Dalam Menunjang Going Concern Perusahaan Franchise di Kota Bandung. serta sebagai bahan pembanding antara teori dan praktek nyata dalam suatu organisasi/entitas yang selanjutnya sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut. Selain itu penulis mengharapkan kiranya penelitian ini dapat berguna untuk menambah pegetahuan bagi para mahasiswa, khususnya mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. 12

1.5 Lokasi dan Waktu penelitian Dalam penyusunan penelitian skripsi ini, tempat dan lokasi pelaksanaan penelitian mengambil objek para pelaku Usaha Franchise di bawah binaan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Bandung, yang- beralamat di Komplek Perkantoran Puteraco Gading Regensi Blok A II no.9 Jl. Soekarno Hatta Bandungm dan dibawah binaan Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) diantaranya, CV Rabbani Asysa, Safhira, AutoBridal. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian dilakukan terhitung mulai tanggal 6 Juli sampai dengan 5 September 2012. 13