Prokrastinasi Pada Mahasiswa Dalam Penyelesaian Skripsi. Priska Devy Anggraeni Pembimbing : Dra. M.M. Nilam Widyarini, Msi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. waktu yang telah ditentukan sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB III METODE PENELITIAN

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Iskandar (2009), penelitian kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB III METODE PENELITIAN. komunitas, atau bahkan suatu bangsa (Poerwandari 2011). tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif atau kualitataif dilakukan dengan mempertimbangkan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. pandangan dasar pendekatan kualitatif menuprut Staruss dan Corbin. organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sesuatu yang berada di luar individu, manusia tidak secara sederhana

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai jika didekati dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju. dengan tata cara hidup orang dewasa (Ali dan Ansori, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Fokus penelitian ini adalah eksplorasi kematangan sosial anak peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut Moleong

Transkripsi:

Prokrastinasi Pada Mahasiswa Dalam Penyelesaian Skripsi Priska Devy Anggraeni Pembimbing : Dra. M.M. Nilam Widyarini, Msi ABSTRAKSI Di lingkungan Perguruan Tinggi, selalu dapat ditemukan adanya mahasiswa yang mengalami prikrastinasi (penundaan) dalam penyelesaian skripsinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat fenomena yang terjadi pada mahasiswa yang mengalami penundaan (prokrastinasi) dalam penyelesaian skripsinya, baik yang masih melakukan penundaan, maupun yang sudah bisa mengatasi perilaku prokrastinasinya tersebut. Pertanyaan penelitian ini adalah : bagaimana gambaran prokrastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi, mengapa prokrastinasi terjadi pada mahasiswa dalam masa penyelesaian skripsi, dan bagaimana mengatasi prokrastinasi pada mahasiswa dalam menyelesaikan skripsinya. Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan bagaiman upaya pemecahan yang harus dilakukan serta tujuan penelitian, karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir yang dalam masa penyelesaian skripsinya yang tidak tepat wakti, dan mahasiswa tingkat akhir yang telah dapat mengatasi prokrastinasinya dalam pembuatan skripsi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode atau pendekatan kulitatif. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan diarahkan pada pengalaman atau peristiwa yang terjadi di masa kini dan di masa lalu dalam kehidupannya menyangkut penundaan skripsi yang dilakukan. Fokus perhatian yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menekankan pada metode-metode tertentu yang penting dalam perjalanan hidupnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga subjek melakukan prokrastinasi pada tugas skripsinya. Pada subjek satu dan subjek dua masih melakukan penundaan pada penyelesaian skripsinya sampai saat ini, sedangkan subjek tiga pernah melakukan penundaan pada penyelesaian skripsinya beberapa waktu yang lalu tetapi saat ini sudah dapat mengatasinya. Kata kunci : Penundaan / prokrastinasi, skripsi, mahasiswa.

PENDAHULUAN Latar belakang Masalah Dalam setiap tahunnya di setiap Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta, selalu meluluskan beribu-ribu mahasiswa dari beragam fakultas dari berbagai jurusan yang tersedia di Perguruan Tinggi tersebut. Banyak mahasiswa yang masih harus menempuh kuliah melebihi batas waktu normal sehingga penyusunan skripsi akhirnya juga tertunda. Akibatnya banyak mahasiswa yang belum bisa bahkan tidak mampu untuk menyelesaikan skripsi dalam rentang waktu normal untuk lulus kuliah. Dalam bahasa psikologi, terdapat istilah prokrastinasi yang menunjukkan suatu perilaku yang kurang disiplin dalam penggunaan waktu. Penundaan (procrastination) berasal dari kata berbahasa latin yang artinya tentang hari esok (Jerry & Newcombe, 2005). Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan untuk menunda dalam memulai maupun menyelesaikan kinerja secara keseluruhan untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berguna, sehingga kinerja menjadi terhambat, tidak pernah menyelesaikan tugas tepat waktu, serta sering terlambat dalam menghadiri pertemuan-pertemuan (Tuckman, 2007). Prokrastinasi akademik banyak berakibat negatif. Karena melakukan penundaan, banyak waktu terbuang dengan sia-sia. Tugas menjadi terbengkalai, bahkan bila diselesaikan hasilnya menjadi tidak maksimal. Penundaan juga bisa mengakibatkan seseorang kehilangan kesempatan dan peluang yang datang (Rizvi, 2007). Hasil penelitian Yosh (2007) menunjukan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu masalah yang menimpa sebagian besar anggota masyarakat luas, dan pelajar pada lingkungan yang lebih kecil. Sekitar 25% sampai dengan 75% dari pelajar atau mahasiswa melaporkan bahwa prokrastinasi merupakan suatu masalah dalam lingkup akademis mereka. Penyelesaian skripsi yang tertunda, tentunya dikarenakan berbagai macam faktor yang ada di lingkungan sekitar. Prokrastinasi pada mahasiswa dapat disebabkan oleh faktor-faktor internal seperti kemampuan inteligensi, kesehatan fisik dan psikis, motivasi, dan sebagainya. Orang dengan motivasi rendah cenderung akan melakukan prokrastinasi dibandingkan dengan orang yang motivasinya tinggi. Prokrastinasi pada mahasiswa juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti faktor SES (status ekonomi sosial), keluarga atau pola asuh orang tua, peer group, sibuk bekerja, sarana dan prasarana untuk penyelesaian skripsi tersebut, kurangnya informasi yang diperoleh, kurang atau tidak adanya dukungan moral dan spiritual dari Significant Others, dan sebagainya (Ferrari & Ollivete, 2007). Menurut Lindgren (Dalam Jerry & Newcombe, 2005) dalam pendekatan kognitif menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pengalaman mereka terhadap situasi yang

dikaitkan dengan tujuan. Perilaku individu dapat diprediksi apabila diketahui bagaimana individu mempersepsikan situasi dan apa yang diharapkan. Ditegaskan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi mengenai diri mereka dan lingkungan sekitarnya, sehingga apa yang dilakukan merupakan cerminan dari lingkungan sekitarnya, dan persepsi merupakan salah satu prediktor perilaku individu. Lebih lanjut Hurlock (Dalam Tuckman, 2007) menambahkan bahwa persepsi individu dapat memotivasi perilakunya lebih lanjut. Objek persepsi yang dinilai tidak menyenangkan, maka perilakunya negatif, seperti halnya mahasiswa yang menganggap mengumpulkan data untuk dapat menyusun skripsi adalah hal yang sulit dan tidak menyenangkan, maka mahasiswa tersebut cenderung melakukan prokrastinasi dalam menyelesaikan tugas skripsinya. Namun, individu yang mempersepsikan suatu objek secara positif akan mengkondisikan individu secara psikologis sebagai motivasi bagi individu untuk berperilaku positif. Dikatakan juga bahwa tingkat prokrastinasi akademik seseorang akan semakin meningkat seiring dengan makin lamanya studi seseorang. Jika pada masa remaja seseorang sudah melakukan prokrastinasi akademik, diasumsikan pada saat menjadi mahasiswa tingkat prokrastinasi akademiknya semakin meningkat (Tuckman, 2007). Berbagai hasil penelitian juga menemukan bahwa faktor eksternal yang juga mempengaruhi prokrastinasi akademik seseorang, antara lain gaya pengasuhan orang tua: yang menemukan bahwa kondisi lingkungan yang rendah pengawasan membuat prokrastinasi akademik juga lebih banyak dilakukan daripada lingkungan yang penuh pengawasan (Millgram dalam Yosh, 2007). Ahli efisiensi Ivy Lee (Dalam Jerry & Newcombe, 2005) berpendapat bahwa halhal yang harus dilakukan sebagai salah satu langkah dalam mengatasi prokrastinasi antara lain merencanakan untuk hari ini yaitu dengan memikirkan apa yang akan dilakukan dalam rangka menyelesaikan skripsi, dan menentukan prioritas dan tujuan. Prioritas adalah nilai-nilai yang tertanam dengan dalam tentang apa yang penting dalam kehidupan. Tujuan adalah hal-hal yang ingin dicapai atau lihat untuk terjadi. Tujuan sebaiknya ditetapkan sesuai dengan prioritas. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa prokrastinasi sudah ada sejak dahulu. Banyak mahasiswa yang belum juga menyelesaikan kuliah karena penyelesaian skripsinya tertunda. Namun sangat disayangkan bahwa beberapa mahasiswa baru kurang belajar dari pengalaman terdahulu, sehingga mereka tetap saja melakukan prokrastinasi dalam bidang akademiknya. Padahal banyak contoh yang dapat diambil dari para seniornya akibat perilaku prokrastinasi, seperti kehilangan banyak peluang yang datang, harus menempuh kuliah lebih lama dari yang seharusnya karena belum juga dapat menyelesaikan skripsi. Selain itu, banyak

waktu terbuang sia-sia yang seharusnya lebih bisa dimanfaatkan untuk keberhasilan. Maka diperlukan cara untuk bisa mengurangi dan mengatasi perilaku prokrastinasi agar mahasiswa dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk lulus tepat pada waktunya. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu : 1. Manfaat Teoritis. Diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang psikologi pendidikan dan psikologi klinis, khususnya tentang prokrastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi. Selain itu juga penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti lain. 2. Manfaat Praktis. Berawal dari masalah tersebut diatas, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi para pengajar (dosen), mahasiswa, orangtua, perguruan tinggi, maupun masyarakat secara umum tentang prokrastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi. Juga dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya prokrastinasi akademik pada mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi. Dengan demikian, sebab-sebab prokrastinasi tersebut dapat dihindari sehingga penyelesaian skripsi oleh mahasiswa dapat lebih lancar. TINJAUAN PUSTAKA Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok atau jika digabungkan menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya (Carleton, 2007). Penundaan atau penghindaran tugas yang kemudian disebut prokrastinasi tidak selalu diartikan sama dalam perspektif budaya dan bahasa manusia. Misalnya pada bangsa Mesir kuno mengartikan prokrastinasi dengan dua arti, yaitu menunjukkan suatu kebiasaan yang berguna untuk menghindari kerja yang penting dan usaha yang impulsif, juga menunjukkan suatu arti kebiasaan yang berbahaya akibat kemalasan dalam menyelesaikan suatu tugas yang penting untuk nafkah hidup, seperti mengerjakan ladang ketika waktu menanam sudah tiba. Jadi pada abad lalu prokrastinasi bermakna positif bila penunda sebagai upaya konstruktif untuk menghindari keputusan impulsif dan tanpa pemikiran yang matang, dan bermakna negatif bila dilakukan karena malas atau tanpa tujuan yang pasti (Carleton, 2007). Prokrastinasi dapat dikatakan sebagai salah satu perilaku yang tidak efisien dalam menggunakan waktu, dan adanya kecenderungan untuk tidak segera memulai suatu pekerjaan ketika menghadapi suatu tugas. Sehingga seseorang mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan sesuatu dengan sangat berlebihan, maupun gagal dalam

menyelesaikan tugas sesuai batas waktu yang telah ditentukan, dikatakan sebagai seorang yang melakukan prokrastinasi (Jerry & Newcombe, 2005). Prokrastinasi dapat dipandang dari berbagai segi. Prokrastinasi bisa dikatakan hanya sebagai suatu penundaan atau kecenderungan menunda-nunda memulai suatu pekerjaan. Namun prokrastinasi juga bisa dikatakan penghindaran tugas, yang diakibatkan perasaan yang tidak senang terhadap tugas dan ketakutan untuk gagal dalam mengerjakan tugas. Prokrastinasi juga bisa sebagai suatu trait atau kebiasaan seseorang terhadap respon dalam mengerjakan tugas (Carleton, 2007). Pada kalangan ilmuwan istilah prokrastinasi untuk menunjukan pada suatu kecenderungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Seseorang yang mempunyai kecenderungan untuk menunda atau tidak segera memulai suatu kerja, ketika menghadapi suatu kerja atau ketika menghadapi suatu tugas disebut sebagai seorang yang melakukan prokrastinasi. Menurut Glenn (Dalam Rizvi, 2007) prokrastinasi berhubungan dengan berbagai sindrom-sindrom psikiatri. Prokrastinator biasanya mempunyai pola tidur yang tidak sehat, mempunyai depresi yang kronis, menjadi penyebab stres, dan berbagai penyebab penyimpangan psikologis lainnya. Menurut Watson (Dalam Rizvi, 2007) penyebab prokrastinasi berkaitan dengan takut gagal, tidak suka pada tugas yang diberikan, menentang dan melawan kontrol, mempunyai sifat ketergantungan dan kesulitan dalam membuat keputusan. Dengan demikian, dari berbagai pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi adalah perilaku yang tidak efisien dalam menggunakan waktu dan cenderung untuk tidak segera memulai suatu pekerjaan. Prokrastinasi juga bisa dikatakan sebagai penghindaran tugas dan cenderung untuk menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Jenis-jenis Tugas pada Prokrastinasi Prokrastinasi dapat dilakukan pada beberapa jenis pekerjaan. Peterson (Dalam Jerry & Newcombe, 2005) mengatakan bahwa seseorang dapat melakukan prokrastinasi hanya pada hal-hal tertentu saja atau pada semua hal, sedangkan jenisjenis tugas yang sering ditunda oleh prokrastinator yaitu pada tugas pembuatan keputusan, tugas-tugas rumah tangga, aktivitas akademik, pekerjaan kantor dan lainnya. Peterson (Dalam Jerry & Newcombe, 2005) menambahkan bahwa prokrastinasi akademik dan non-akademik sering menjadi istilah yang digunakan oleh para ahli untuk membagi jenis-jenis tugas di atas menjadi : a. Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus, b.prokrastinasi non-akademik adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non-formal atau tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari,

misalnya tugas rumah tangga, tugas sosial, tugas kantor dan lain sebagainya. Menurut Green (Dalam Tuckman, 2007) jenis tugas yang menjadi objek prokrastinasi akademik adalah tugas yang berhubungan dengan kinerja akademik. Perilaku-perilaku yang mencirikan penundaan dalam tugas akademik dipilah dari perilaku lainnya dan dikelompokkan menjadi unsur prokrastinasi akademik. Solomon dan Rothblum (Dalam Tuckman, 2007) menyebutkan 6 area akademik untuk melihat jenis-jenis tugas yang sering diprokrastinasi oleh pelajar, yaitu tugas mengarang, belajar menghadapi ujian, membaca, kinerja administratif, menghadiri pertemuan, dan kinerja akademik secara keseluruhan. Ferrari (Dalam Rizvi, 2007) membagi prokrastinasi menjadi dua : a. Functional procrastination, yaitu penundaan pengerjaan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat, b. Disfunctional procrastination, penundaan yang tidak bertujuan, berakibat jelek dan menimbulkan masalah. Ada dua bentuk disfunctional procrastination : 1). Penundaan dalam mengambil keputusan (Decisional procrastination), merupakan sebuah antaseden kognitif dalam menunda untuk memulai melakukan suatu kerja dalam menghadapi situasi yang dipersepsikan penuh stress. Prokrastinasi dilakukan sebagai bentuk coping yang digunakan untuk menyesuaikan diri dalam pembuatan keputusan yang dipersepsikan penuh stress. Jenis prokrastinasi ini terjadi akibat kegagalan tugas, yang kemudian menimbulkan konflik dalam diri individu, sehingga Ia menunda untuk memutuskan masalah. decisional procrastination berhubungan dengan kelupaan dan kegagalan proses kognitif. 2). Avoidance procrastination atau behavioral procrastination adalah suatu penundaan dalam perilaku tampak. Penundaan dilakukan sebagai suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk dilakukan. Dalam penelitian ini, jenis prokrastinasi yang diteliti adalah prokrastinasi akademik, adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik yaitu penundaan dalam penyelesaian skripsi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi dapat dikategorikan menjadi dua macam (Ferrari & Olivete, 2007), yaitu faktor internal dan faktor eksternal. A. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu. Orang dengan motivasi rendah cenderung akan melakukan prokrastinasi dibandingkan dengan orang yang motivasinya tinggi. Berbagai hasil penelitian juga menemukan aspek lain pada diri individu yang turut mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan perilaku prokrastinasi yaitu rendahnya kontrol diri. B. Faktor eksternal

adalah faktor-faktor yang terdapat diluar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut berupa faktor SES (Status Ekonomi Sosial), keluarga atau pola asuh orang tua, peer group, sibuk bekerja, sarana dan prasarana untuk penyelesaian skripsi tersebut, kurangnya informasi yang diperoleh, kurang atau tidak adanya dukungan moral dan spiritual dari Significant Others, dan sebagainya. Dalam pola asuh, tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subjek penelitian anak wanita. Dan ibu yang memiliki kecenderungan melakukan procrastination menghasilkan anak wanita yang memiliki kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi pula (Ferrari & Ollivete, 2007). Ferrari dan Ollivete (2007) juga menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi dilihat dari teori perkembangan prokrastinasi adalah sebagai berikut : a. Psikodinamik. Penganut psikodinamik beranggapan bahwa pengalaman masa kanak-kanak mempengaruhi perkembangan proses kognitif seseorang ketika dewasa, terutama trauma. Seseorang yang pernah mengalami trauma akan suatu tugas tertentu, misalnya gagal menyelesaikan tugas sekolahnya, akan cenderung melakukan prokrastinasi ketika seseorang tersebut dihadapkan lagi pada suatu tugas yang sama. Seseorang tersebut akan teringat kepada pengalaman kegagalan maupun perasaan tidak menyenangkan yang pernah dialami dimasa lalu, sehingga ia menunda mengerjakan tugasnya, yang dipersepsikan akan mendatangkan perasaan seperti masa lalu. b. Behavioristik. Penganut psikologi behavioristik beranggapan bahwa perilaku prokrastinasi akademik muncul akibat proses pembelajaran. Seseorang melakukan prokrastinasi akademik karena dia pernah mendapatkan reinforcement atas perilaku tersebut. Seseorang yang pernah merasakan sukses dalam melakukan tugas kuliahnya dengan melakukan penundaan, cenderung akan melakukan lagi perbuatannya. Sukses yang pernah ia rasakan akan dijadikan reward untuk mengulangi perilaku yang sama dimasa yang akan datang. c. Kondisi lingkungan. Perilaku prokrastinasi akademik juga bisa muncul pada kondisi lingkungan tertentu. Kondisi yang menimbulkan stimulus tertentu bisa menjadi reinforcement bagi munculnya perilaku prokrastinasi. Kondisi yang rendah dalam pengawasan akan mendorong seseorang untuk melakukan prokrastinasi akademik, karena tidak adanya pengawasan akan mendorong seseorang untuk berperilaku tidak tepat waktu. d. Cognitive behavioral. Prokrastinasi akademik terjadi karena adanya keyakinan irrasional yang dimiliki oleh seseorang. Keyakinan irrasional tersebut dapat disebabkan oleh suatu kesalahan dalam mempersepsikan tugas skripsi, seseorang memandang tugas tersebut sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan (aversiveness of the task and fear of failure). Oleh karena itu seseorang merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugasnya secara memadai, sehingga

seseorang menunda-nunda dalam menyelesaikan tugas tersebut. Fear of failure adalah ketakutan yang berlebihan untuk gagal. Seseorang menunda-nunda mengerjakan tugas skripsinya karena takut jika gagal menyelesaikannya sehingga akan mendatangkan penilaian yang negatif akan kemampuannya. Akibatnya seseorang menunda-nunda mengerjakan tugas yang dihadapinya. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui mengapa terjadi prokrastinasi pada mahasiswa, dilakukan pengumpulan data berdasarkan faktor-faktor penyebab prokrastinasi yang meliputi faktor internal, faktor eksternal, dan faktor-faktor berdasarkan teori-teori perkembangan. Ferrari dan Ollivete (2007) mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik pada mahasiswa dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati dengan ciri-ciri berupa : a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi. b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja actual. d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Menurut dua ahli prokrastinasi. Joseph Ferrari, Ph.D., professor psikologi dari De Paul University di Chicago, dan Timothy Pychyl, Ph.D., professor psikologi dari Carleton University Ottawa (2008), banyak penyebab yang membuat orang terjerat kebiasaan buruk ini. Untuk mengetahuinya, ada 10 informasi penting yang perlu diketahui tentang ciri-ciri prokrastinasi, yaitu : a. Sekitar 20 persen masyarakat mengidentifikasikan dirinya sebagai pengidap kronis prokrastinasi. Bagi mereka, prokrastinasi adalah gaya hidup meskipun bukan berarti kegagalan dalam beradaptasi. b. Prokrastinasi bukanlah hal sepele, meskipun sebagai budaya kita tidak menganggap hal ini sebagai masalah. Kebiasaan ini merupakan wujud dari problem serius pengendalian diri. c. Prokrastinasi bukanlah masalah dalam manjemen waktu atau perencanaan. Para pengidap prokrastinasi tidaklah berbeda dalam hal memperhitungkan waktu, meskipun mereka lebih optimis ketimbang yang lain. Menyuruh seseorang yang sering menunda-nunda untuk membeli agenda mingguan seperti halnya menyarankan penderita depresi kronis untuk tetap tersenyum, ujar Dr. Ferrari. d. Sifat prokrastinasi terbentuk dari lingkungan dan bukan akibat faktor keturunan. Kebiasaan ini tumbuh tidak secara langsung dalam keluarga dan merupakan respon terhadap gaya otoriter yang diterapkan oangtua. Kekejaman serta dominasi sang ayah dapat menghambat perkembangan anak untuk dapat mengatur dirinya sendiri, menginternalisasi perhatiannya sendiri dan kemudian belajar untuk bertindak terhadap mereka. Prokrastinasi bahkan bisa menjadi salah satu untuk pembebasan. e. Prokrastinasi dapat memprediksikan tingginya konsumsi alkohol diantara mereka

yang minum minuman keras. Para pengidap prokrastinasi cenderung minum lebih banyak dari yang diinginkan sebagai manifestasi generalisasi masalah dalam pengendalian diri. f. Para pengidap prokrastinasi kerap membohongi dirinya sendiri, misalnya mengatakan Saya merasa lebih suka melakukannya esok hari atau Saya biasa bekerja dalam tekanan. Namun faktanya, mereka tidak bergegas keesokan harinya untuk bekerja atau melakukan yang terbaik disaat berada dalam tekanan. Selain itu, mereka melindungi perasaan dirinya dengan mengatakan Ini tidaklah penting. Kebohongan besar yang biasa dilakukan prokrastinator adalah bahwa tekanan waktu akan membuat mereka menjadi lebih kreatif. Buktinya, mereka tidak berubah untuk menjadi lebih kreatif, mereka hanya merasanya. Mereka justru memboroskan modal mereka sendiri. g. Pengidap prokrastinasi secara aktif mencari-cari kekacauan atau kebingungan, khususnya seseorang yang tidak memiliki komitmen serius. h. Secara garis besar, ada tiga tipe pengidap prokrastinasi didasarkan atas alasan yang berbeda. Tipe Arousal atau pencari ketegangan, yang menunggu hingga menit-menit akhir untuk panik. Tipe Avoidance atau penghindar, yang mungkin menindari atau bahkan takut sukses. Tipe Decisional, yang tidak bisa membuat keputusan. Dengan tidak membuat keputusan, mereka menjadi terbatas dari tanggung jawab akan hasil dari sebuah kejadian. i. Ada begitu besar kerugian yang disebabkan prokrastinasi. Kesehatan adalah salah satunya. Bila dikaitkan dengan akademis, mahasiswa pengidap prokrastinasi cenderung bermasalah dengan kekebalan tubuh, lebih sering terserang flu dan batuk, masalah pencernaan serta imsonia. Selain itu, prokrastinasi merugikan diri sendiri dan orang lain dengan cara mengalihkan beban tanggung jawab pada orang lain yang lalu menjadi menyesal. Prokrastinasi merusak kekompakan tim di temapat kerja dan hubungan pribadi. j. Pengidap prokrastinasi sebenarnya dapat mengubah perilaku mereka, namun membutuhkan banyak sekali konsumsi energi fisik. Hal itu berarti seseorang merasa telah terbunah secara internal. Pemulihannya dapat dilakukan dengan cara terapi perilaku yang terstruktur. Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan gambaran mengapa terjadi prokrastinasi pada mahasiswa, dilakukan pengumpulan data berdasarkan ciri-ciri prokrastinasi dan jenis-jenis tugas pada prokrastinasi menurut Ferrari dan Ollivete (2007). Semakin lama seorang mahasiswa menunda untuk menyelesaikan tugas skripsi hingga mendekati batas waktu yang ditentukan, semakin besar pula kemungkinan ia mengerjakan tugas tersebut secara tidak optimal atau bahkan tidak selesai sama sekali (Tribun-Batam, 2007). Dalam hal ini, penyelesaian dari masalah prokrastinasi terletak pada diri sendiri. Yang harus dilakukan antara lain : a. Membenahi diri, dengan mengetahui secara pasti apa yang menjadi penyebab seseorang gemar menunda-nunda untuk menyelesaikan

skripsi. b. Dengan berpikir bahwa tidak akan ada yang membantu menyelesaikan tugas, maka harus mengerjakan sendiri. c. Membuat penilaian tentang diri sendiri dan perhatikan apakah itu semua cocok dengan cara yang selama ini digunakan dalam menyelesaikan skripsi. d. Mengetahui apakah lebih banyak keuntungan daripada kerugiannya. e. Mengenali sasaran yang ingin di capai dan membuat keputusan yang realistis tentang cara melakukan tugas tersebut dan membuat skala prioritas. f. Membangkitkan motivasi diri, dengan membuat daftar kelebihan-kelebihan yang dimiliki serta tugas-tugas yang disukai dan sudah berhasil diselesaikan. g. Kecemasan tentang kualitas hasil pekerjaan hanya akan menghambat dalam penyelesaian tugas tersebut. Mengingat keuntungan yang didapatkan bila menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. h. Mengucapkan kata-kata setiap kali keinginan menunda pekerjaan datang seperti: Tak ada orang yang sempurna. Mencoba untuk sempurna hanyalah ilusi yang membuat saya justru enggan melakukan apa-apa. Atau Jauh lebih mudah bila saya mengerjakannya sekarang daripada mengerjakannya pada menit-menit terakhir dan memperburuk segalanya (Tribun-Batam, 2007). Menurut Letham (2007), dampak perilaku prokrastinasi dapat dibagi menjadi dua yaitu dampak positif dan dampak negatif. a. Dampak Positif Prokrastinasi : Untuk mengubah perilaku agar tidak menunda-nunda pekerjaan atau tugas agar selesai tepat waktu, Untuk menghilangkan pikiran negatif bahwa apa yang dilakukan prokrastinator adalah hal yang terbaik untuk melengkapi tugas atau pekerjaannya, Memberi pengertian bagaimana prokrastinasi dapat mempengaruhi terbuangnya waktu secara sia-sia dan menurunkan kesenangan dalam melakukan berbagai hal/pekerjaan, Prokrastinasi mengutamakan apa yang ingin kita kerjakan sekarang atau hari ini. b. Dampak Negatif prokrastinasi : Prokrastinasi sebagai faktor munculnya stress karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan dan keinginan/gagal dalam pencapaian target yang diinginkan, Prokrastinasi sebagai penghambat kebahagiaan, bisa mempengaruhi kesehatan dan produktivitas, Hal-hal yang terjadi karena adanya prokrastinasi adalah keterlambatan yang diikuti kecemasan dan rasa panik saat usaha yang dilakukannya gagal atau hasil kurang memuaskan, Prokrastinasi menimbulkan kelelahan karena tidak ada waktu yang efektif dalam mengerjakan tugas, sulitnya pencapaian keinginan/hasil yang diinginkan, dan kondisi tubuh yang lemah saat mengerjakan tugas. Prokrastinasi bukan hanya akibat dari kelelahan tapi juga penyebab kelelahan, Prokrastinasi dapat menyebabkan seseorang membuang waktu dengan sia-sia, kehilangan harga diri, tidak kompetitif, tidak percaya diri, cemas, menipu diri sendiri, dan merasa dirinya tidak sempurna, Proktastinasi membuat seseorang sulit untuk mengatur waktu dengan baik dalam mengerjakan suatu tugas, Prokrastinasi membuat seseorang

memandang suatu tugas adalah suatu hal yang paling sulit, paling membosankan dan paling tidak menyenangkan. Menurut penulis, dampak pada prokrastinasi lebih bersifat negatif. Karena sebuah penundaan akan mengakibatkan banyak waktu yang terbuang sia-sia dan dapat menghilangkan kesempatan yang ada. Prokrastinasi pada Mahasiswa dalam Penyelesaian Skripsi Penundaan yang dilakukan dengan sengaja dan berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak diperlukan dalam pengerjaan tugas disebut dengan prokrastinasi (Peterson dalam Jerry & Newcombe, 2005). Banyak mahasiswa yang menunda untuk mengerjakan tugas-tugas dari dosen, maupun menunda belajar untuk menghadapi ujian, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak penting bagi mereka, mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai batas waktu yang ditentukan, sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan sesuatu dengan sangat berlebihan, maupun gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai batas waktu yang telah ditentukan, dikatakan sebagai seorang yang melakukan prokrastinasi, disebut seorang prokrastinator. Dengan begitu, dapat pula dikatakan bahwa istilah yang ada dalam dunia mahasiswa tentang SKS, yang dibelokkan kepanjangannya menjadi Sistem Kebut Semalam. Dengan demikian, prokrastinasi akademik pada mereka dapat dikatakan sebagai suatu masalah. Prokrastinator sebenarnya sadar bahwa dirinya menghadapi tugas-tugas yang penting dan bermanfaat bagi dirinya (Sebagai tugas primer), akan tetapi dengan sengaja menunda-nunda secara berulangulang (kompulsif), hingga muncul perasaan tidak nyaman, cemas dan merasa bersalah dalam dirinya. Mahasiswa yang menganggap mengumpulkan informasi untuk dapat menyusun skripsi adalah hal yang sulit dan tidak menyenangkan, maka mahasiswa tersebut cenderung melakukan prokrastinasi dalam menyelesaikan tugas skripsinya. Namun, mahasiswa yang mempersepsikan suatu tugas skripsi secara positif maka hanya kemungkinan kecil mahasiswa tersebut melakukan prokrastinasi. Penyelesaian skripsi merupakan salah satu syarat untuk lulus di Perguruan Tinggi. Dengan melakukan prokrastinasi pada tugas skripsinya, mahasiswa yang bersangkutan masih harus menempuh kuliah lebih dari yang seharusnya dijadwalkan. Untuk itu diperlukan cara mengatasi prokrastinasi agar penundaan pada tugas skripsinya dapat teratasi. Adapun langkah yang dapat dilakukan dalam mengatasi prokrastinasi anatara lain merencanakan untuk hari ini yaitu dengan memikirkan apa yang akan dilakukan dalam rangka menyelesaikan skripsi, dan menentukan prioritas dan tujuan. Prioritas adalah nilainilai yang tertanam dengan dalam tentang apa yang penting dalam kehidupan. Tujuan adalah hal-hal yang ingin dicapai atau lihat

untuk terjadi. Tujuan sebaiknya ditetapkan sesuai dengan prioritas. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat membantu mahasiswa dalam menyelesaikan skripsinya tepat waktu. METODE PENELITIAN Penelitian in bertujuan untuk mengetahui gambaran prokrastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi, juga untuk mengetahui mengapa prokrastinasi terjadi pada mahasiswa dalam masa penyelesaian skripsi. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana mengatasi prokrastinasi agar mahasiswa dapat menyelesaikan skripsinya tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Oleh sebab itu pendekatan yang tepat adalah pendekatan kualitatif. Menurut Basuki (2006) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu realitas sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif dengan positivismenya. Peneliti menginterpretasikan bagaimana subjek memperoleh makna dari lingkungan sekeliling, dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku mereka. Penelitian dilakukan dalam latar (Setting) yang alamiah (Naturalistic) bukan hasil perlakuan (Treatment) atau manipulasi variabel yang dilibatkan. Subjek Penelitian Dalam penelitian kualitatif, pemberian batasan pada partisipan merupakan sesuatu hal yang penting yang perlu dilakukan berkenaan dengan pengontrolan keabsahan dan keajegan penelitian (Banister, dkk. dalam Poerwandari, 1998). Penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan gambaran mengenai prokrastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi. Untuk itu peneliti menetapkan karakteristik subjek yang akan menjadi sampel penelitian ini sebagai berikut : Subjek mahasiswa tingkat akhir yang dalam masa penyelesaian skripsinya yang tidak tepat waktu, Subjek telah dapat mengatasi prokrastinasinya. Menurut Patton (Dalam Poerwandari, 1998), tidak ada aturan yang baku mengenai jumlah subjek yang harus diambil dalam penelitian kualitatif. Jumlah subjek sangat tergantung pada apa yang ingin diketahui peneliti, tujuan penelitian, konteks saat itu, apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumber daya yang tersedia. Dengan fokus penelitian kualitatif pada kedalaman dan proses, maka penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah subjek sedikit. Dalam penelitian ini, peneliti berencana untuk mengambil subjek sebanyak 3 orang. Subjek yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan teori

perkuliahan, yang melakukan prokrastinasi akademik sehingga penyelesaian skripsinya tertunda, dan subjek yang telah dapat mengatasi prokrastinasi pada skripsinya. Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah metode wawancara dan observasi. Metode Wawancara Menurut Kartono (Dalam Heru Basuki, 2006) interview atau wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Jenis-jenis wawancara dapat di bagi menjadi : Menurut Sasaran Perorangan; Wawancara Perorangan, Wawancara Kelompok. Menurut Prosedurnya ; Wawancara Bebas, Wawancara Terstuktur, Wawancara Kombinasi Menurut Patton (Dalam Poerwandari, 1998) ada tiga pendekatan dalam memperoleh data melalui wawancara yaitu wawancara informal, wawancara dengan pedoman umum, dan wawancara dengan terstandar yang terbuka. Dalam wawancara ini digunakan pedoman wawancara kombinasi. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan penulis mengenai aspek-aspek apa saja yang harus dibahas atau ditanyakan, sekaligus menjadi daftar pengecek apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dalam pedoman wawancara ini terdiri dari sejumlah daftar pertanyaan yang sifatnya terbuka. Pertanyaan-pertanyaan itu dapat berubah atau berkembang sesuai dengan respon atau jawaban responden akan tetapi tetap diarahkan sesuai topik penelitian. Adapun peneliti menggunakan bentuk wawancara tersebut untuk memperoleh banyak data dari subjek untuk memberikan gambaran selengkap-lengkapnya dan mendalam sesuai dengan topik penelitian. Metode Observasi Selain menggunakan metode wawancara, dalam penelitian ini juga akan digunakan metode observasi sebagai metode penunjang. Menurut Kartono (Dalam Heru Basuki, 2006) pengertian observasi diberi batasan sebagai berikut : studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Selanjutnya dikemukakan tujuan observasi adalah mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi dari inter relasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena sosial serba kompleks dalam pola-pola kulturil tertentu. Observasi Participant Pengamat melakukan penelitian dengan mengamati secara langsung subjek yang diteliti dengan atau tanpa sepengetahuan responden. Observasi Non Participant Pada kondisi ini peneliti dapat melakukan pengambilan data dari responden walaupun mereka tidak hadir secara langsung ditengah-tengah responden. Observasi tidak langsung ini semakin banyak dilakukan sesuai dengan kemajuan teknologi komunikasi yang canggih, seperti penggunaan telepon, televisi jarak jauh, dan

jasa satelit komunikasi yang dapat digunakan dalam dunia penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi non participant dengan mengamati secara tidak langsung subjek penelitian untuk memperoleh data. Observasi dilakukan hanya pada saat wawancara dengan subjek, karena peneliti tidak mengikuti kegiatankegiatan subjek untuk melihat prokrastinasi. Alat Bantu Penelitian Panduan wawancara yang dibuat peneliti berupa pertanyaan dasar pada wawancara yang mencakup hal-hal yang relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana gambaran prokrastinasi pada mahasiswa dlam penyelesaian skripsi, mengapa prokrastinasi terjadi pada mahasiswa dalam masa penyelesaian skripsi, dan bagaimana mengatasi prokrastinasi pada mahasiswa dalam menyelesailan skripsinya. Setelah peneliti membuat panduan wawancara, peneliti juga menyiapkan alatalat dan tabel yang digunakan dalam observasi. Observasi hanya dilakukan pada saat wawancara berlangsung, karena peneliti menggunakan observasi non participant dengan tidak mengikuti kegiatan-kegiatan subjek untuk melihat prokrastinasi. Peneliti menyiapkan alat tulis untuk mencatat hasil dari wawancara yang harus dicatat secara manual dengan menggunakan pulpen dan Alat Perekam (Tape recorder) yang berfungsi untuk merekam proses wawancara yang berlangsung. Keabsahan dan Keajegan Penelitian Untuk menjamin keabsahan dari penelitian ini, maka digunakan triangulasi data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data yang diperoleh. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Patton (dalam Poerwandari, 1998) melihat konsep triangulasi dalam kerangka yang luas. Triangulasi dapat dibedakan dalam 4 macam, yaitu :a. Triangulasi data. Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data dari hasil wawancara subjek penelitian dan orang-orang terdekat subjek, selain itu juga ditunjang dengan observasi. Namun dalam penelitian ini observasi hanya dilakukan pada saat wawancara berlangsung, karena peneliti menggunakan observasi non participant dengan tidak mengikuti kegiatan-kegiatan subjek untuk melihat prokrastinasi. b. Triangulasi pengamat. Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data. c. Triangulasi teori. Yaitu penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah

dijelaskan dalam bab 2 untuk digunakan dalam mengumpulkan data tersebut. d. Triangulasi metodologis, Yaitu penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara, metode observasi, atau metode kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara dan observasi. Namun observasi yang dilakukan sangat terbatas, yaitu hanya pada saat wawancara berlangsung. Konstruk lain yang diusulkan Lincoln dan Guba (dalam Poerwandari, 1998) adalah dependability, menggantikan istilah reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Melalui konstruk dependability peneliti memperhitungkan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti, juga perubahan dalam desain sebagai hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang setting yang diteliti. Yang dapat dilakukannya adalah mengkonsentrasikan diri pada pencatatan rinci fenomena yang diteliti, termasuk interelasi aspek-aspek yang terkait. Teknik Analisis Data Analisis data menurut Patton (dalam Moleong, 1999) adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan variasi dasar. Ia membedakan dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan hubungan antara dimensi-dimensi uraian. Menurut Poerwandari (1998) langkah yang harus dilakukan adalah mengorganisasikan datanya dengan rapih, sistematis dan selengkap mungkin, setelah itu langkah yang harus dilakukan adalah koding (pengkodean). Pada proses koding ini dimulai dengan menyusun transkip verbatim (kata demi kata) dari data hasil wawancara, lalu memberikan kode-kode atau penomoran disebelah kanan atau kiri transkip. Pemberian kode-kode atau penomoran dapat dilakukan secara urut dari satu baris ke baris lain atau dilakukan pada tiap-tiap paragraf baru, selanjutnya peneliti memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu. Kode yang dipilih haruslah kode yang mudah diingat dan dianggap paling tepat mewakili berkas tersebut dan tidak lupa selalu mencantumkan tanggal disetiap berkas. Dalam penelitian ini dilakukan koding dengan menyusun transkip verbatim (kata demi kata) dari data hasil wawancara, dan selalu mencantumkan tanggal disetiap berkas.

HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Perilaku Prokrastinasi Subjek 1, Subjek 2, dan Subjek 3 Pertanyaan Penelitian Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Kesimpulan Gambaran prokrastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi 1. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi Subjek melakukan penundaan untuk memulai maupun menyelesikan kerja pada tugas yang dihadapi. Subjek melakukan penundaan untuk memulai maupun menyelesikan kerja pada tugas yang dihadapi. Subjek melakukan penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi. Subjek 1, 2 dan 3 melakukan penundaan pada tugas skripsinya. Tapi sampai saat ini yang melakukan penundaan hanya subjek 1 dan 2, sedangkan subjek 3 saat ini sudah dapat mengatasi penundaannya. 2. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas Subjek tidak mengalami keterlambatan dalam mengerjakan tugas-tugasnya untuk urusan sekolah. Subjek melakukan keterlambatan dalam mengerjakan tugas skripsinya. Subjek mengerjakan tugas tersebut jika waktunya sudah dekat. Subjek melakukan keterlambatan dalam pembuatan tugas skripsinya. Subjek selalu terlambat mengumpulkan tugas-tugasnya di kampus. Subjek 1 tidak menglami keterlambatan dalam pembuatan tugasnya, namun subjek 2 dan 3 mengalami keterlambatan dalam pembutan tugasnya. 3. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual Subjek mengalami kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Namun significant others tidak mengetahui tentang hal ini. Ada kesenjangan waktu yang dilakukan subjek antara rencana dan kinerja aktual. Rencana yang telah dipersiapkan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut tergantung dari kondisi perasaan subjek saat itu. Ada kesenjangan waktu yang dilakukan subjek antara rencana dan kinerja aktual. seringkali tidak sesuai dengan yang sudah direncanakannya tersebut. Subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 mengalmi kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual

Pertanyaan Penelitian Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Kesimpulan 4. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan Subjek melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan seperti jalan-jalan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Namun significant others tidak mengetahui mengenai hal ini. Subjek melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan skripsinya. Hal tersebut diungkapkan significant others seperti melakukan hobinya yaitu bermain futsal. Namun subjek sendiri tidak mengakuinya. Subjek tidak melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada ia harus membuat skripsinya. Subjek 1 dan 2 melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan skripsinya, sedangkan subjek 3 tidak melakukannya. 5. Jenis-jenis prokrastinasi o Functional procrastination o Disfunctional procrastination -Decisional procrastination -Avoidance procrastination Menurut subjek, subjek memiliki ciri-ciri jenis prokrastinasi yang lebih menonjol pada functional procrastination. Subjek dalam mengerjakan skripsi biasanya mencari informasi yang lebih lengkap dan akurat. Namun menurut significant others, subjek memiliki ciri-ciri jenis prokrastinasi yang lebih menonjol pada jenis Disfunctional Procrastination bentuk decisional procrastination. subjek menunda untuk membuat skripsinya dalam kondisi lelah dan stress setelah bekerja. Menurut subjek, subjek memiliki ciri-ciri jenis prokrastinasi yang lebih menonjol pada Disfunctional Procrastination bentuk decisional procrastination. subjek menunda untuk membuat skripsinya dalam kondisi stress tuntutan dari dosen pembimbing. Namun menurut significant others, subjek memiliki ciri-ciri jenis prokrastinasi yang lebih menonjol pada jenis functional procrastination. Subjek dalam mengerjakan skripsi biasanya mencari informasi yang lebih lengkap dan akurat. Subjek memiliki ciri-ciri jenis prokrastinasi yang lebih menonjol pada jenis functional procrastination. Dalam mengerjakan skripsinya, ubjek biasanya mencari informasi yang lebih lengkap dan akurat terlebih dahulu sebelum I menemui dosen pembimbingnya. Subjek 1, dan subjek 3 memiliki ciriciri jenis prokrsatinasi functional procrastination, sedangkan subjek 2 memiliki ciri-ciri dysfunctional procrastination bentuk decitional procrastination.

Pertanyaan Penelitian Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Kesimpulan Mengapa prokrastinasi terjadi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi 1. Faktor Internal Motivasi Kondisi fisik Kondisi Psikologis Subjek melakukan penundaan pada skripsinya karena rasa malas dan lelah setelah bekerja di kantor. Namun significant others tidak mengetahui hal ini. Faktor internal dalam diri subjek mempengaruhi perilaku prokrastinasi subjek. Subjek tidak suka motivasi yang terlalu berlebihan, dan jika subjek kurang enak badan biasanya perasaan subjek menjadi tidak baik dan akhirnya subjek malas untuk mengerjakan sesuatu termasuk malas mengerjakan skripsinya. Motivasi subjek menurun karena rasa malas untuk melanjutkan setelah masa liburan semerteran. Ada faktor internal yang membuat subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 melakukan penundaan dalam pembuatan skripsinya, seperti rasa malas karena setelah bekerja di kantor dan masa liburan, perasaan yang tiba-tiba berubah. 2. Faktor status ekonomi Subjek tidak mengalami kendala dalam faktor ekonomi untuk membiayi kuliahnya, dikarenakan subjek memiliki penghasilan sendiri dan pihak kantor membantu untuk membiayai kulih subjek. Subjek tidak mengalami kendala dalam faktor ekonomi untuk membiayi kuliahnya, dikarenakan orangtua subjek yang cukup berada dan mampu untuk memenuhi kebutuhan subjek. Faktor ekonomi tidak mempengaruhi perilaku penundaan subjek dalam pembuatn skripsinya. Subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 tidak mengalami kendala dalam faktor ekonomi untuk pembuatan skripsinya. 3. Keluarga / Pola asuh Pola asuh yang diterapkan orangtua pada subjek adalah rendah pengawasan, sehingga mempengaruhi perilaku prokrastinasi subjek Keluarga kurang mendukung tentang pembuatan skripsi subjek. subjek menganggap bahwa itu bukan urusan mereka karena subjek yang menjalaninya. Dan pola asuh yang diterapkan orangtua di rumah pada subjek tergolong permisif, yaitu orangtua membiarkan subjek melakukan apa yang diinginkan. Pola asuh yang diterapkan orangtua pada subjek terbilang longgar karena sejak kecil subjek diberi kebebasan untuk mengambil keputusan. Subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 berasal dari keluarga yang pola asuhnya adalah rendah pengawasan dari orangtua mereka.

Pertanyaan Penelitian Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Kesimpulan 4. Peer group / Teman Subjek terpengaruh oleh sebaya teman-temannya yang juga belum menyelesaikan skripsinya. Namun significant others kurang faham mengenai hal ini. 5. Kesibukan Penyusunan skripsi subjek yang tertunda dikarenakan kesibukannya dengan pekerjaan di kantor. Subjek terpengaruh oleh temantemannya yang juga belum menyelesaikan skripsinya. Penyusunan skripsi subjek yang tertunda dikarenakan kesibukannya mengikuti pengulangan kelas dan ujian mandiri untuk memperbaiki nilai-nilainya yang dirasa kurang. Subjek mendapat dukungan dari teman-temannya dalam pembuatan skripsinya. Penundaan yang terjadi pada subjek dikrenakan kesibukannya dengan pekerjaan kantor Subjek 1 dan subjek 2 terpengaruh oleh teman-temanya dalam melakukan penundaan, sedangkan subjek 3 tidak terpengaruh Subjek 1, dan subjek 3mengalami kesibukan dengan pekerjaannya di kantor sehingga menunda skripsinya, sedangkan subjek 2 sibuk memperbaiki nilai-nilainya 6. Sarana dan prasarana Subjek tidak memiliki kendala dengan sarana dan prasarana dalam penyusunan skripsinya. Subjek tidak memiliki kendala dengan sarana dan prasarana dalam penyusunan skripsinya. Subjek tidak memiliki kendala dengan sarana dan prasarana dalam penyusunan skripsinya. subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 tidak memiliki kendala dengan sarana dan prasarana dalam penyusunan skripsinya. 7. Dukungan Subjek mendapat dukungan yang baik dari orangtua dan dosen pembimbingnya. Dalam pembuatan skripinya, subjek tidak mendapat dukungan yang baik dari orangtua maupun dari dosen pembimbingnya sendiri. subjek menganggap bahwa subjek yang menjalaninya jadi subjek merasa orangtua tidak perlu banyak ikut campur. Subjek mendapat dukungan dari keluarga, teman-teman dan dosen pembimbingnya. Subjek 1, dan subjek 3 mendapat dukungan yang berasal dari orangorang disekitar mereka. Sedangkan subjek 2 kurang mendapat dukungan.

Pertanyaan Penelitian Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Kesimpulan 8. Faktor berdasarkan teori perkembangan - Psikodinamik - Behavioristik - Kondisi lingkungan - Cognitive Behavioral faktor yang lebih mempengaruhi perilaku prokrastinasi subjek adalah faktor kondisi lingkungan. Dikarenakan pola asuh yang rendah pengawaasan dari orangtua subjek sendiri. Banyak faktor mempengaruhi perilaku prokrastinasi subjek, diantaranya karena subjek mempersepsikan pembuatan skripsi adalah hal yang berat dan tidak menyenangkan. Selain itu, dari pengalaman masa kanak-kanak subjek dan kondisi yang rendah pengawasan dari orangtua juga mempengaruhi perilaku penundaannya. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku prokrastinasi subjek, diantaranya karena subjek sudah melakukan kebiasaan penundaannya sejak ia kecil. Selain itu juga adanya perasaan subjek takut akan kegagalan untuk hasil yang telah ia kerjakan Subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 melakukan penundaan dikarenakan berbagai macam faktor salah satunya faktor berdasarkan teori perkembangan. Bagaimana mengatasi prokrastinasi pada mahasiswa dalam menyelesaikan skripsinya 1. Membenahi diri Subjek mencoba untuk membenahi diri dengan cara ingin menghilangkan sifat malas dari diri subjek. Namun significant others tidak memberi keterangan tentang hal ini. Subjek mencoba mengatasi perilaku prokrastinasinya dengan cara membenahi diri dengan berpikiran positif dan berusaha membedakan antara kegiatan di rumah dengan kegiatan di kampusnya. Yang dilakukan subjek untuk mengatasi perilaku penundannya pada pembuatan skripsinya adalah dengan cara mengetahui secara pasti apa penyebab dari perilaku penundaan yang ia lakukan selama ini. Subjek 1 dan subjek 2 mencoba membenahi diri untuk mengatasi penundaannya namun belum berhasil. Tetapi subjek 3 melakukan pembenahan diri dan berhasil mengatasi penundaannya. 2. Harus mengerjakan sendiri Subjek tidak harus mengerjakan skripsinya sendiri. Ia berharap bantun dari orang lain untuk membuat skripsinya. Namun significant others tidak memberi keterangan tentang hal ini. Dalam menyusun skripsinya subjek tidak mengerjakan sendiri karena dia dibantu oleh temannya. Namun, significant others tidak mengetahui tentang hal tersebut. Dalam pembuatan skripsinya, subjek selalu mengerjakannya sendiri tanpa meminta bantuan dari orang lain. Subjek 1 dan subjek 2 tidak sendiri dalam mengerjakan skripsinya, tetapi subjek 3 mengerjakannya sendiri.