BAB IV PROFIL LOKASI 4.1. Letak Geografis dan Kondisi Alam

dokumen-dokumen yang mirip
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

BAB VI PERUBAHAN EKOLOGIS DAN PENGARUHNYA TERHADAP NELAYAN

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh

PROFIL KECAMATAN BANDAR KHALIFAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

III. KEADAAN UMUM LOKASI

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN ALAK KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Sejarah Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an yang

GUBERNUR SULAWESI BARAT

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNBAUN SABU KEC. ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab III Karakteristik Desa Dabung

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis


Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Transkripsi:

34 BAB IV PROFIL LOKASI 4.1. Letak Geografis dan Kondisi Alam Desa Pulau Panjang merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Desa Pulau Panjang memiliki tiga pulau kecil, dimana dua diantaranya tidak berpenghuni. Pulau-pulau yang masuk dalam wilayah Desa Pulau Panjang adalah Pulau Burung, Pulau Tampakan dan Pulau Hantu. Pusat pemerintahan dan pulau yang berpenghuni berada di wilayah Pulau Burung. Sedangkan dua pulau lainnya (Pulau Tampakan dan Pulau Hantu) merupakan pulau yang tidak berpenghuni dan hanya ditumbuhi ekosistem mangrove. Secara geografis, desa ini berbatasan langsung dengan Desa Sungai Dua disebelah Utara, Pulau Suwangi/Kecamatan Batulicin disebelah Selatan, Desa Tungkaran Pangeran disebelah Barat, dan Selat Laut (Kabupaten Kotabaru) disebelah Timur. Posisi desa ini diapit oleh dua pulau besar, yakni Pulau Kalimantan disebelah Barat dan Pulau Laut disebelah Timur. Posisi yang demikian menjadikan wilayah pesisir desa ini padat akan lalu lalang transportasi laut, seperti speedboat, klotok, dan kapal-kapal tugboat. Perjalanan menuju desa tersebut hanya dapat ditempuh dengan perjalanan laut. Hal ini disebabkan tidak adanya jembatan penyebrangan yang menghubungkan Pulau Burung dengan Pulau Kalimantan. Jarak tempuh dari Ibu kota kecamatan ke Kantor Desa Pulau Panjang sekitar 3 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 30 menit (15 menit perjalanan laut, 15 menit perjalanan darat). Jarak dari pusat pemerintahan Kabupaten sekitar 14 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam sedangkan jarak dari ibukota Provinsi Kalimantan Selatan sekitar 265 kilometer dengan waktu tempuh 6 jam. Luas Desa Pulau Panjang kurang lebih 1562,5 Ha. Wilayah seluas itu diperuntukan untuk perumahan dan pekarangan, perkebunan, tambak, dan hutan mangrove. Ketinggian tanah di kawasan ini berkisar 0-5 meter diatas permukaan laut (dpl). Kelembaban udara rata rata berkisar antara 85 persen dan 92 persen dengan kelembaban maksimum tertinggi sebesar 99 persen di bulan Mei

35 sedangkan kelembaban minimum terendah terjadi di bulan Februari sebesar 55 persen. Temperatur udara rata rata berkisar antara 24,5 o C dan 27,1 o C, dengan suhu udara maksimum tertinggi pada bulan Januari dan Juli sebesar 34 0 C dan minimum terendah sebesar 21 0 C di bulan Juni. Jumlah curah hujan tertinggi terjadi di bulan Juli yaitu 389,4 mm dan terendah di bulan April yaitu 137,1 mm (BPS Kabupaten Tanah Bumbu, 2009). 4.2. Penduduk dan Mata Pencaharian Menurut para orang tua dan para sesepuh di Pulau Panjang, asal usul leluhur mereka berasal dari Sulawesi. Itulah sebabnya, sebagian besar penduduk Pulau Panjang adalah orang Bugis. Kehadiran orang Banjar yang ada di Pulau Panjang lebih banyak disebabkan oleh ikatan perkawinan dengan penduduk setempat atau bertugas sebagai pegawai negeri, seperti guru SD atau aparat desa. Sekalipun demikian, orang Bugis tetap mendominasi struktur masyarakat di desa ini. Jumlah penduduk Pulau Panjang 250 jiwa yang terdiri dari 67 KK yang terdiri atas 126 laki-laki dan 124 perempuan (Tim Pemetaan Swadaya, 2011). Akan tetapi, pencatatan data kependudukan ini di masing-masing instansi berbeda-beda. BPS Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2009 mencatat penduduk di Desa Pulau Panjang mencapai 330 jiwa dengan 106 KK. Sedangkan Kantor Desa Pulau Panjang pada tahun yang sama mencatat jumlah penduduk sebanyak 479 jiwa dengan 115 KK. Tabel 2 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Golongan Umur No Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 0-4 16 11 27 2 5-9 15 12 27 3 10-14 7 15 22 4 15-19 7 10 17 5 20-24 12 10 22 6 25-29 16 10 26 7 30-34 12 8 20 8 35-39 8 10 18 9 40-44 5 7 12 10 45-49 8 7 15 11 50-54 7 6 13 12 55 ++ 13 18 33 Jumlah Penduduk 126 124 250 Sumber : Tim Pemetaan Swadaya Desa Pulau Panjang 2011

36 Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa rasio beban tanggungan (dependency ratio) di Desa Pulau Panjang adalah 77,3. Artinya, dalam setiap 100 orang usia produktif menanggung 77,3 orang usia non-produktif. Sedangkan rasio jenis kelamin (sex ratio) 101,7 laki-laki per 100 perempuan. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan atau pekerjaan yang masih berkaitan langsung dengan pemanfaatan hasil-hasil laut. Selain itu, yang saat ini mulai dikembangkan adalah usaha pembudidayaan rumput laut (Gracillaria spp). Selebihnya, merupakan petani kebun dan buruh bangunan. Akan tetapi, yang perlu diingat adalah bahwa kebanyakan masyarakat Desa Pulau Panjang tidak menggantungkan hidupnya dari satu sumber penghasilan saja, sebagian besar memiliki pola nafkah ganda dan mengikutsertakan seluruh anggota rumah tangga untuk mencari sumber-sumber penghasilan. 4.3. Sarana dan Prasarana Prasarana sosial yang terdapat di Desa Pulau Panjang mencakup bidang keagamaan, pendidikan dan kesehatan. Di bidang keagaman, dengan jumlah penduduk mayoritas beragama Islam, maka sarana keagamaan yang ada hanyalah sarana yang berhubungan dengan agama Islam, yakni Masjid. Secara umum, masjid merupakan tempat anggota masyarakat mengadakan kegiatan keagamaan seperti: sholat, pengajian, upacara keagamaan dan merupakan tempat penyebaran informasi (penyebaran berita kematian dan undangan untuk berkumpul). Kegiatan lain dilakukan setelah jum atan dan setelah sholat maghrib di malam jum at untuk menyelesaikan beberapa masalah dan konflik sosial. Di bidang pendidikan, desa ini memiliki SD (Sekolah Dasar) dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Fungsi SD ini sangat penting untuk memberikan pendidikan dasar bagi masyarakat Pulau Panjang, seperti pemahaman baca tulis, kemampuan berhitung dan pengetahuan-pengetahuan dasar lainnya. Sebelum SD ini didirikan pada tahun 1996, masyarakat Pulau Panjang yang ingin bersekolah harus menempuh jarak kurang lebih 3 kilometer dengan menggunakan klotok (perahu kecil) untuk dapat sampai ke sekolah tujuan yang berada di Desa Tungkaran Pangeran di Pulau Kalimantan. Jarak tempuh yang jauh dan akses menuju sekolah yang cukup sulit menyebabkan banyak masyarakat yang memilih

37 untuk tidak sekolah dan lebih memilih untuk mengikuti pekerjaan orang tuanya sebagai nelayan. Selain di bidang pendidikan, ada juga sarana di bidang kesehatan berupa Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) yang berada di RT 01. Poskesdes didirikan pada tahun 2009 dengan bantuan dana dari APBD Kabupaten Tanah Bumbu. Namun demikian, walaupun secara fisik bangunan sudah ada tetapi pemanfaatannya sampai dengan saat ini belum optimal. Poskesdes hanya dimanfaatkan untuk keperluan posyandu saja yang hanya dilaksanakan sebulan sekali. Hal ini dikarenakan tidak ada tenaga medis (Mantri, Bidan, dan Dokter) yang ditugaskan di tempat tersebut. Tidak ada sama sekali kendaraan roda dua di desa ini. Masyarakat Pulau Panjang terbiasa beraktivitas dengan berjalan kaki. Akan tetapi, untuk menunjang kelancaran aktivitas warga, di wilayah RT 02 Desa Pulau Panjang terdapat jalan darat yang berupa rabat beton. Pembangunan jalan beton ini merupakan realisasi proyek Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan 2010. Jalan beton ini sangat penting dalam memperlancar kegiatan usaha di desa. Pasalnya, di wilayah RT 02 terdapat kelompok pembudidaya rumput laut yang pada saat-saat tertentu mengangkut hasil panennya melewati jalur darat. Namun demikian, jalan yang terdapat di RT 01 masih merupakan jalan tanah yang kondisinya licin dan becek. Dari sisi tempat tinggal atau perumahan warga dapat dikelompokan kedalam tiga kategori, yakni: rumah permanen, rumah semi permanen, dan darurat. Sebanyak 37 rumah permanen, 18 semi permanen dan 5 darurat, dari total 60 rumah warga yang ada didesa ini (Tim Pemetaan Swadaya, 2011). 4.4. Kondisi Perikanan Kabupaten Tanah Bumbu mempunyai potensi sumberdaya kelautan dan perikanan dengan karakteristik fisik panjang garis pantai 162,895 km yang terbentang dari Kecamatan Simpang Empat sampai dengan Kecamatan Satui dan luas wilayah perairan laut (batas pengelolaan 4 mil dari kabupaten) sebesar 653,4 km 2 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kalsel, 2010), memungkinkan untuk

38 pengembangan budidaya perikanan laut, pariwisata pantai dan perhubungan antar pulau dengan memperhatikan pengelolaan lingkungan. Berdasarkan data PPI Batulicin tahun 2007 hingga April 2010 didapatkan bahwa produksi perikanan laut di Kabupaten Tanah Bumbu sejak 2007 - April 2010 sebesar 18.770,42 ton dari 26 jenis ikan yang didaratkan di PPI Batulicin. Setiap tahun terjadi kenaikan produksi perikanan. Dari tabel 3 terlihat bahwa tangkapan jenis ikan kembung, layang, ketombong dan tongkol adalah jenis yang paling tinggi setiap tahunnya. Pada tahun 2007 produksi ikan tongkol mencapai puncaknya yaitu sebesar 5.134 ton, namun pada tahun-tahun berikutnya cenderung menurun. Tabel 3 Produksi Perikanan Laut Kabupaten Tanah Bumbu berdasarkan Data PPI tahun 2007-2010 No Jenis Ikan Jumlah Jenis Ikan (ton) 2007 2008 2009 2010 (hingga April 2010) 1 Kembung 822,8 750,9 1.357,60 280,05 2 Layang 917,3 1.378,1 2.589,60 636,15 3 Ketombong 372,4 414,5 326,10 129,65 4 Tongkol 513.4 865,0 1.046,40 473,65 5 Tenggiri 107,2 140,6 213,50 54,65 6 Bandeng 260,6 292,8 272,10 202,40 7 Bawal 147,9 131,8 168,30 34,70 8 Udang 14,1 19,1 12,50 7,80 9 Cumi-cumi 38,95 113,90 111,60 64,90 10 Cepa 124,4 130,9 100,20 49,40 11 Bogor 41,6 95,8 74,90 72,30 12 Serisi 60,9 62,4 70,70 67,33 13 Como-como 63,7 122,0 45,10 17,35 14 Selar 71,4 93,2 173,20 4,10 15 Manyung 10,2 9,1 22,80 7,50 16 Belanak 1,6 33,7 2,30-17 Talang-talang 10,9 17,0 10,80 1,20 18 Kakap merah 2,6-32,50 7,55 19 Tembang 28,7 57,9 39,30 7,00 20 Trakulu 65,4 94,8 48,70 33,40 21 Bagong/Semar 103,3 151,0 47,80 6,15 22 Selangat 141,2 295,8 102,00 15,85 23 Mujair 1,8 - - - 24 Lemuru/Sarden - - - 39,75 25 Baronang - - - 3,95 26 Ikan jenis lain 162,1 161,1 131,40 38,34 Total bulanan (ton) 4.084,5 5.431,4 6.999,40 2.255,12 Sumber: PPI Batulicin Kab. Tanah Bumbu, Thn. 2007 s.d 2010

39 Hal ini berbeda dengan tangkapan nelayan yang berada di Pulau Panjang. Sebagian besar nelayan di desa ini menangkap lebih banyak ikan jenis kakap, kakap merah, bawal dan kerapu. Ikan jenis ini lebih mudah ditemui dibandingkan tongkol, kembung dan bandeng. Hal ini dikarenakan alat tangkap dan armada tangkap nelayan Pulau Panjang yang masih sangat tradisional. Ukuran dan kekuatan armada tangkap yang ada, serta tingkat efektivitas dan kualitas alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan Pulau Panjang diduga mempengaruhi usaha penangkapan ikan di kawasan tersebut. Nelayan-nelayan di Pulau Panjang hampir keseluruhannya menggunakan armada tangkap yang bersifat tradisional. Armada tangkap yang digunakan yakni berupa balapan/klotok, swan dan ketinting 4. Armada tangkap jenis ini hanya dilengkapi mesin berukuran 5-24PK. Sedangkan alat tangkap yang digunakan diantaranya adalah rempa, rengge, rawai, rakang, dan pancing 5. Kegiatan penangkapan ikan di laut dan di sungai atau selat bagi nelayan mengenal dua musim, yaitu musim paceklik dan musim panen yang sekaligus menandai rotasi atau jadwal penangkapan ikan. Musim paceklik biasanya dimulai akhir Juni sampai akhir Oktober. Sedangkan musim panen ikan terjadi pada awal bulan Januari sampai dengan April. Pada saat musim melaut ini para nelayan sangat intensif melaut dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, seperti mempersiapkan alat tangkap, perahu maupun bahan bakar. Selain dua musim tersebut yang terjadi berbulan-bulan, nelayan Pulau Panjang juga mengenal dua musim lainnya yang terjadi dua minggu sekali, yakni konda dan nyorong. Konda merupakan situasi dimana air laut tenang, tidak ada gelombang dan pasang surut terjadi tidak terlalu ekstrem. Konda terjadi pada tanggal 6-11 dan 18-23 sesuai kalender/perhitungan bulan. Pada saat musim konda, nelayan lebih banyak yang mempergunakan waktunya dengan memancing. Hal ini dikarenakan ombak yang tenang dan pasang surut yang tidak terlalu 4 Klotok merupakan jenis perahu dengan panjang ± 8 sampai 10 meter dan lebar 1-1,5 meter yang dilengkapi dengan mesin berkekuatan 24-30 PK. Perahu jenis swan berukuran ±5x0,75 meter dengan mesin maksimal 20PK.Sedangkan ketinting, dilengkapi dengan jenis mesin masing-masing 5-10 PK dan berukuran lebih kecil dari perahu jenis swan. 5 Rempa merupakan jenis jaring net dengan ukuran 5-8 inch yang dipergunakan untuk menangkap kakap. Rengge merupakan jenis jaring net dengan ukuran 6-9 inch yang dipergunakan untuk menangkap bawal. Rawai merupakan alat penangkap ikan yang terdiri dari ratusan mata pancing. Rakang merupakan alat penangkap kepiting yang berbentuk bundar dengan jaring-jaring ditengahnya sebagai perangkap.

40 ekstrem. Selain konda ada juga musim nyorong, yakni situasi pasang surut yang sangat ekstrim. Artinya, kondisi air laut yang mengalami pasang surut di luar kondisi biasanya. Musim nyorong biasanya terjadi pada tanggal 12-17 dan 24-30 sesuai kalender bulan. Musim ini biasanya dimanfaatkan oleh nelayan dengan mencari kepiting. Pada saat pasang, biasanya kepiting masuk kedalam hutan mangrove untuk mencari substrat makanan. Dengan demikian banyak nelayan yang memasang perangkap di hutan mangrove untuk mendapatkan kepiting. Alat penangkap kepiting yang digunakan bernama rakang. 4.5. Kondisi Ekosistem Pesisir Salah satu keunikan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah adanya ekosistem mangrove dan terumbu karang. Adanya ekosistem mangrove dengan ketebalan yang sangat besar di sepanjang pantai, cukup besar pengaruhnya dalam meredam gelombang maupun kecepatan arus. Semua pulau yang tersebar di Selat Laut (Pulau Burung, Pulau Tampakan, Pulau Hantu, Pulau Swangi, Pulau Anak Swangi, dan Pulau Sungai Dua) memiliki karakteristik wilayah berupa ekosistem hutan mangrove dan hutan dataran rendah. Sebagian pulau-pulau tersebut dan perairan Selat Laut merupakan kawasan Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 329/Kpts-II/1987 tanggal 14 Oktober 1987 seluas 66.650 Ha. Selanjutnya wilayah Pulau-Pulau tersebut termasuk dalam kawasan Cagar Alam dan Cagar Alam Laut sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 26 tahun 2008 dan SK Menteri Kehutanan Nomor : 435 tahun 2009. Kondisi mangrove di wilayah Desa Pulau Panjang kondisinya masih cukup lebat dan rapat terutama di Pulau Tampakan (441.399 Ha). Meski demikian berdasarkan pengamatan terlihat adanya abrasi di ujung Utara Pulau Burung. Dibagian lain dari Pulau Burung, Pulau Hantu dan Pulau Tampakan belum sampai terjadi abrasi yang signifikan, namun mangrove yang berada di bagian pantai lebih jarang. Kemungkinan penyebab salah satunya adalah seringnya kapal tongkang ditambatkan di pohon-pohon mangrove yang menyebabkan kerusakan hutan mangrove di Pulau Burung dan Tampakan. Selain itu, kerusakan ekosistem mangrove disebabkan juga adanya alih fungsi lahan. Hal ini dapat dilihat secara

41 visual dengan adanya pembukaan lahan mangrove untuk pemukiman, tambak dan pembangunan pelabuhan khusus. Sedikitnya terdapat enam pelabuhan khusus batubara yang beroperasi di kawasan pesisir Pulau Panjang. Kehadiran pelabuhan khusus tersebut baik langsung maupun tidak langsung jelas akan memberikan dampak bagi keberadaan ekosistem mangrove. Selain itu, perlu diingat juga akan adanya aktifitas penebangan pohon mangrove untuk kayu bakar. Gambar 4 Pelabuhan Khusus Batubara di Kawasan Pesisir Pulau Panjang Selain mangrove, ekosistem pesisir yang tidak kalah pentingnya adalah terumbu karang. Dalam kerangka ekologis, terumbu karang merupakan tempat mencari makan dan tempat hidup berbagai organisme hewan maupun tumbuhan laut seperti ikan, penyu, udang, kerang dan rumput laut. Keberadaan terumbu karang dengan berbagai fungsinya sangat penting untuk dipertahankan. Gugusan terumbu karang yang terdapat di Desa Pulau Panjang yaitu di bagian utara Pulau Tampakan (Gusung Payung), sebelah Barat Pulau Hantu (Tunurappu) (Dinas Kelautan dan Perikanan Kalsel, 2010). Pada umumnya karang terumbu yang ada kondisinya sudah banyak yang rusak, terutama yang letaknya dekat dengan daratan pantai yang penuh

42 aktifitas manusia dan sedimentasi yang tinggi. Hal ini akan mengancam keberlanjutan ekosistem terumbu karang, terlihat dengan tingginya aktivitas pelayaran baik kapal tongkang, nelayan dan kapal lainnya juga banyaknya bagan tancap yang tersebar terutama di perairan muara Selat Laut dan sekitarnya. Pengaruh adanya bahan pencemar akibat aktivitas di laut dan di darat serta tingginya tingkat sedimentasi juga turut berpengaruh terhadap kehidupan terumbu karang karena bahan pencemar dan sedimen dapat menutup polip karang sebagai pembentuk utama terumbu karang. Kerusakan terumbu karang ini menurut nelayan berakibat pada sulitnya menentukan daerah penangkapan dan berkurangnya hasil tangkapan. Dengan segala kondisi dan potensi sumberdaya pesisir yang dimiliki Desa Pulau Panjang, Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu berencana untuk mengembangkan daerah ini sebagai kawasan pariwisata. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor tumpuan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Peluang pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Tanah Bumbu masih sangat terbuka lebar dan dapat dijadikan sebagai salah satu unggulan. Keunggulan tersebut antara lain sebagai daerah tujuan wisata dengan beberapa obyek berupa wisata bahari (terumbu karang), wisata alam, wisata panorama, dan wisata budaya.