BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Citra Diri tentang Ciri-ciri Perkembangan Seksual Sekunder

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. antara manusia yang satu dengan yang lainnya. perkembangan yang terjadi pada remaja laki-laki meliputi tumbuhnya rambut,kulit

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pikiran mengamati dan menggali pengalaman, termasuk emosi.

Perkembangan Individu

BAB 2 Tinjauan Pustaka

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

PROFIL PENYESUAIAN DIRI PADA PERUBAHAN FISIK PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP N 4 BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL

PSIKOLOGI REMAJA PRODI KEBIDANAN F.KEDOKTERAN UB. Oleh. Estalita Kelly

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

KERANGKA TEORI. dilarang. 1 Teori labeling memiliki dua proposisi, pertama, perilaku menyimpang bukan

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keseluruhan, termasuk karakteristik fisik dan fungsional dan sikap. terhadap karakteristik tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA. Nanang E.G. 15 Juli 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

MASA KANAK-KANAK AKHIR. Rita Eka Izzaty

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan. dirinya (Havighurst dalam Monks, dkk., 2002, h.22).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Menurut Monks

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. No. Skripsi : 091/S/PPB/2013 pertengahan dan akhir masa anak-anak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nadia Aulia Nadhirah, 2013

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

Transkripsi:

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Citra Diri tentang Ciri-ciri Perkembangan Seksual Sekunder 1. Citra Diri a. Pengertian Penilaian tentang fisik atau tubuh sendiri oleh beberapa ahli dinamakan citra diri (Tilaar, 1981). Citra diri merupakan salah satu segi dari gambaran diri yang berpengaruh pada harga diri (Centi, 1993). Citra diri merupakan bagian dari konsep diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik. Citra diri dipengaruhi oleh pemikiran mengenai apa yang dimaksud keindahan atau kebugaran dan bentuk tubuh yang ideal menurut seseorang. Citra diri merupakan gambaran seseorang mengenai fisiknya sendiri (Pratt, 1994). Senada dengan hal tersebut, Burns (1993) mengatakan bahwa citra diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri sebagai makhluk yang berfisik, sehingga citra diri sering dikaitkan dengan karakteristik-karakteristik fisik termasuk di dalamnya penampilan seseorang secara umum, ukuran tubuh, cara berpakaian, model rambut dan pemakaian kosmetik. Pendapat ini didukung oleh Susanto (2001), citra diri merupakan konsep yang kompleks meliputi kepribadian, karakter, tubuh dan penampilan individu. 7

8 Menurut Centi (1993) citra diri merupakan hal yang subyektif, menurut penglihatan sendiri. Keadaan dan penampilan diri pada gilirannya dipengaruhi oleh norma yang dijumpai atau dihadapi. Pendapat ini didukung oleh Burns (1993) mengatakan bahwa citra diri merupakan sumber utama dari banyak kepuasan, karena citra diri merupakan proses dimana individu menguji kapasitas-kapasitasnya menurut standart-standart dan nilai-nilai pribadinya yang telah diinternalisasikan dari masyarakat. La Rose (1996), menyebutkan bahwa citra diri adalah gambaran tubuh sendiri yang dibentuk dalam pikiran untuk menyatakan suatu cara penampilan tubuh seperti cantik, dan jelek. Citra diri ini penting dalam proses evaluasi diri dan juga penting dalam pengembangan konsep diri. Hal tersebut didukung oleh Maltz (1996), yang menyatakan bahwa citra diri adalah konsepsi seseorang mengenai orang macam apakah dirinya. Ini merupakan produck masa lalu beserta sukses dan kegagalannya, penghinaan dan kemenangannya, serta orang lain bereaksi terhadap dirinya. Kussein (1997), berpendapat bahwa pada dasarnya citra diri adalah penafsiran seseorang secara subyektif pada dirinya sendiri, oleh karena itu sering terjadi kekeliruan dalam menafsirkan karena individu mengabaikan faktor-faktor obyektif yang ada. Contohnya remaja putri menganggap bahwa tubuh mereka kegemukan walaupun pengamatpengamat lainnya menilai mereka tidak kegemukan. Memiliki bintik-

9 bintik diwajah maupun memakai kaca mata dapat dianggap sebagai cacat besar, dan memiliki cacat fisik mungkin dapat dipandang sebagai keadaan puncak yang mengarah pada perasaan tidak puas dan penolakan terhadap fisik. Hadisubrata (1997), menyatakan bahwa citra diri bersifat subyektif, sebab hanya didasarkan pada interpretasi pribadi tanpa mempertimbangkan atau meneliti lebih jauh kenyataan benarnya. Penelitian tersebut tidak didasarkan pada apa yang sebenarnya dipikirkan oleh orang lain, tetapi didasarkan pada interpretasi pribadi terhadap apa yang menurut pendapatnya dipikirkan oleh orang lain tentang kenyataan dirinya dan penilaian itu dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, dapat terjadi orang yang secara obyektif memiliki banyak kelebihan namun citra dirinya negatif. Hadisubrata (1997), menjelaskan bahwa orang yang memiliki citra diri positif akan mengembangkan watak-watak seperti percaya diri, menghargai diri sendiri, menerima diri sendiri, mengembangkan potensinya seoptimal mungkin. Sebaliknya orang yang memiliki citra diri negatif akan mengembangkan watak-watak seperti rendah diri, membenci diri sendiri, pemalu, dan watak-watak lain yang menghambat penyesuaian sosial dalam pergaulan. Melihat dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud citra diri adalah gambaran individu mengenai penampilan fisik dan perasaan yang menyertainya baik dalam bagian-

10 bagian tubuhnya maupun terhadap keseluruhan tubuh berdasarkan penilaiannya sendiri. Citra diri dipengaruhi pengalaman masa lalu beserta sukses dan kegegalannya, dan pemikiran tentang citra diri ideal menurut seseorang. Orang yang mampu menerima keadaan fisik atau raganya akan memiliki citra diri positif dan orang yang tidak menerima keadaan fisik dan raganya akan memiliki citra diri negatif. b. Aspek-aspek Citra Diri Aspek citra diri dalam penelitian ini mengacu pada obyek sikap dari citra diri yaitu tubuh. Tubuh terdiri dari dua aspek, yaitu bagian tubuh dan keseluruhan tubuh. Rincian obyek sikap citra diri dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Bagian tubuh seperti wajah, rambut, gigi, hidung, lengan, perut, ukuran dan bentuk dada, pantat, pinggul, kaki, paha (Rosen dkk, 1995), leher (Wirakusumah, 2001), bentuk bibir dan mata (Winiaswati, 2003), pipi (Hurlock, 1999). 2). Keseluruhan tubuh mencakup berat badan, tinggi badan, proporsi tubuh, penampilan fisik dan bentuk tubuh (Rosen dkk, 1995). Senada dengan pendapat di atas Pudjijogyanti (1995), mengemukakan bahwa aspek citra diri adalah keseluruhan tubuh misalnya bentuk tubuh dan bagian tubuh seperti bentuk rambut. Berdasarkan uraian dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa aspek citra diri adalah bagian tubuh dan keseluruhan tubuh.

11 2. Ciri-ciri Perkembangan Seksual Sekunder a. Pengertian Pemahaman akan ciri-ciri perkembangan seksual sekunder tidak dapat dipisahkan dari konsep tentang perkembangan, khususnya perkembangan seksual sekunder yang terjadi pada masa pubertas. Secara sederhana, perkembangan adalah urut-urutan perubahan yang progresif dalam suatu pola yang teratur dan saling berhubungan. Perkembangan merupakan suatu proses di mana perubahan-perubahan didalam diri seseorang dan proses-proses psikologik yang distimulir oleh perubahan-perubahan psikologik, yang selanjutnya diintegrasikan sedemikian rupa sehingga seseorang selanjutnya dapat menghadapi rangsangan-rangsangan dari sekitar dengan baik (Sulaeman, 1995). Ciri-ciri perkembangan seksual sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang khas pada setiap orang. Tandatanda yang khas tersebut ditandai oleh suatu peristiwa yang disebut dengan menarche (menstruasi untuk pertama kalinya) yang dialami oleh anak perempuan dan mimpi basah yang dialami oleh anak lakilaki (Sarwono, 2000). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri perkembangan seksual sekunder adalah perubahan yang bersifat progresif yang teratur dan saling berhubungan yang terjadi pada tanda-

12 tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi seseorang. b. Ciri-ciri Seksual Sekunder Perubahan fisik yang terjadi pada setiap orang menandakan adanya ciri-ciri seksual sekunder yang sedang berkembang. Pada anak laki-laki terjadi perkembangan ciri-ciri seksual sekunder yaitu tumbuhnya rambut pada daerah tertentu (kemaluan, wajah, kaki, tangan, dada, ketiak), suara bertambah besar, badan lebih berbobot terutama bahu dan dada, pertambahan berat dan tinggi badan. Sedangkan anak perempuan mengalami perkembangan ciri-ciri seksual sekunder antara lain bertambahnya tinggi dan berat badan, tumbuh rambut di sekitar alat kemaluan dan ketiak, kulit menjadi halus, suara menjadi merdu, payudara membesar dan paha membulat (Wahyudi, 2000). B. Konsep Diri Remaja Putri 1. Konsep Diri a. Pengertian Menurut Stuart dan Sundeen (1991), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan

13 kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Menurut Centi (1993), konsep diri merupakan suatu gagasan tentang diri sendiri. Konsep diri terdiri dari bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri sebagai pribadi, perasaan tentang dirinya sendiri, dan keinginan untuk menjadi manusia yang diharapkan. William D. Brooks (dalam Rakhmat, 1991) mendefinisikan konsep diri sebagai pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis, yang muncul karena adanya pengalaman pribadi serta interaksi dengan orang lain. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Hurlock (1993), konsep diri adalah suatu gambaran yang dimiliki oleh seseorang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan suatu gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang diri sendiri yang meliputi karakteristik fisik, sosial maupun emosional serta aspirasi dan prestasinya. Berdasarkan beberapa definisi yang sudah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan pandangan dan penilaian individu mengenai dirinya sendiri, yang mencakup keseluruhan dari keyakinan yang dimiliki individu mengenai diri sendiri, yang meliputi karakteristik fisik, sosial maupun psikologis.

14 b. Aspek-aspek Konsep Diri Stuart dan Sundeen (1991), memberi penjelasan bahwa konsep diri terdiri atas 5 aspek yaitu : 1) Gambaran diri (body image) Gambaran diri adalah sikap remaja terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu. 2) Ideal diri Ideal diri adalah persepsi remaja tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkannya atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya) dan kepada siapa ia ingin lakukan. 3) Harga diri Harga diri adalah penilaian pribadi remaja terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika remaja selalu sukses maka cenderung harga diri tinggi dan jika remaja sering gagal maka cenderung harga diri rendah.

15 4) Peran Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari remaja berdasarkan posisinya di masyarakat. Setiap remaja disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu, sepanjang daur kehidupan misalnya sebagai anak, murid, mahasiswa, dan teman. Posisi dibutuhkan oleh remaja sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. 5) Identitas Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. Remaja yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respek pada diri sendiri), kemampuan dan penguasaan diri. Remaja yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. 2. Remaja Putri a. Pengertian Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescene yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah

16 ini mencakup kematangan emosional, sosial dan fisik (Hurlock,1999). Piaget (dalam Hurlock, 1999) mengatakan bahwa masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Individu tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat, mempunyai banyak aspek afektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk didalamnya juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi yang khas dari cara berfikir remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan social orang dewasa. WHO (dalam Sarwono, 2002) mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut: 1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. 2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. 3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

17 Kartono (1990), mengatakan bahwa masa remaja juga sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode remaja terjadi perubahanperubahan besar dan esensial mengenai fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, dimana yang sangat menonjol pada periode ini adalah kesadaran yang sangat mendalam mengenai diri sendiri dimana remaja mulai meyakini kemampuannya, potensi dan cita-cita sendiri. Berdasarkan kesadaran tersebut remaja berusaha menemukan jalan hidupnya dan mulai mencari nilai-nilai tertentu seperti kebaikan, keluhuran, kebijaksanaan dan keindahan. Menurut Santrock (1995), terjadi perubahan psikologis yang menyertai perubahan fisik serta terjadi perubahan kognitif. Terdapat hubungan yang sangat penting antara tubuh serta cirri-ciri fisik pada masa remaja dengan gambaran tentang dirinya. Persepsi tentang gambaran ini yang dinamakan dengan body image. Menurut Santrock (1995), perubahan-perubahan biologis yang dialami remaja memicu peningkatan minat terhadap citra tubuh (body image). Perubahan jasmaniah yang terjadi pada masa remaja biasanya menarik perhatian remaja untuk lebih memperhatikan ciri-ciri jasmaniah pada dirinya melebihi masa-masa sebelumnya. Ruft (dalam Sulaiman, 1995), mengemukakan bahwa untuk dapat diterima dalam kelompok remaja selama masa remaja, seseorang jangan terlalu berbeda dengan

18 yang lain dalam hal physical appearance. Bila seseorang berbeda maka ia akan ditolak oleh kelompoknya. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), putri disama artikan dengan wanita atau perempuan. Terdapat beberapa sifat khas kewanitaan yang banyak dituntut dan disoroti oleh masyarakat luas yaitu keindahan, kelembutan dan kerendahan hati (Kartono, 1995). 1) Keindahan Kriteria yang tergolong dalam keindahan adalah kecantikan, kejelitaan, gratie (gaya, solek, kemolekan), gaya yang menarik dan kehalusan tingkah laku. Setiap kelompok sosial mengembangkan norma-norma dan criteria tertentu mengenai keindahan wanita. Unsur-unsur pengukur bagi keindahan psikis wanita yang sangat dihargai antara lain: kehalusan, keramahan, keriangan, suasana hati yang positif, kelembutan dan tidak jahat. 2) Kelembutan Kelembutan mengandung unsur kehalusan, selalu menyebarkan iklim psikis yang menyenangkan. Disamping itu kelembutan juga diperlukan untuk membantali kekerasan, kesakitan dan kepedihan atau duka nestapa. 3) Kerendahan Hati Rasa rendah hati artinya tidak angkuh tetapi selalu bersedia mengalah dan berusaha memahami kondisi pihak lawan. Walaupun

19 perasaan ini juga oleh kaum pria tetapi pribadi wanita lebih sering dikonfrontasikan pada tuntutan ciri-ciri tersebut dari pada kaum laki-laki. Berkaitan dengan kriteria ideal yang sangat diharapkan dan dituntut pada diri wanita, kaum wanita tidak jarang mengalami tekanan-tekanan dan paksaan-paksaan tertentu agar mereka memenuhi harapan tadi (Kartono, 1995). Pada diri seorang remaja putri mulai semakin jelas pemahaman tentang diri sendiri. Remaja putri mulai bersikap kritis terhadap obyek-obyek di luar dirinya dan ia mampu mengambil sintese antara dunia luar dan dunia internal (Kartono, 1995). Usaha yang keras mulai dilakukan untuk mengadakan adaptasi terhadap lingkungan hidupnya. Penilaian yang tinggi terhadap orang tua kini semakin berkurang dan digantikan dengan respek terhadap pribadi-pribadi lain yang dianggap lebih memenuhi selera hati anak gadis (Kartono, 1995). Pribadi-pribadi ideal tersebut umpamanya berwujud seorang bintang film, guru, pemimpin wanita, ketua organisasi, pahlawan wanita dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa remaja putri adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, emosi, moral, kepribadian, kognitif dan psikologis yang terjadi pada seseorang yang memiliki sifat khas kewanitaan yaitu keindahan, kelembutan dan kerendahan hati.

20 b. Tahap Perkembangan Remaja Banyak batasan usia remaja yang diungkapkan oleh para ahli. Diantaranya adalah Monks, dkk (1999) yaitu masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Batasan remaja yang diungkapkan oleh Monks, dkk (1999) tidak jauh berbeda dengan pendapat Kartono (1990) yang membagi masa remaja menjadi masa pra pubertas, masa pubertas, dan masa adolesensi. Monks, dkk (1999) membagi fase-fase masa remaja menjadi tiga tahap, yaitu: 1) Remaja awal (12 sampai 15 tahun) Pada rentang usia ini, remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun belum bias meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja belum tahu apa yang diinginkannya, remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa (Kartono, 1990). 2) Remaja Pertengahan (15 sampai 18 tahun) Pada rentang usia ini, kepribadian remaja masih bersifat kekanak-kanakan, namun pada usia remaja sudah timbul unsure baru, yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menemukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis.

21 Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada usia remaja awal maka pada rentang usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri yang lebih berbobot. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang telah dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja mulai menemukan diri sendiri atau jati dirinya (Kartono, 1990). 3) Remaja Akhir (18 sampai 21 tahun) Pada rentang masa ini, remaja sudah merasa mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri., dengan itikad baik dan keberanian. Remaja mulai memahami arah kehidupannya, dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya (Kartono, 1990). c. Ciri-ciri Masa Remaja Menurut Hulock (1999) ciri-ciri masa remaja meliputi: 1) Masa remaja sebagai periode yang penting Dianggap periode yang penting karena fisik dan akibat psikologis. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan ini menimbulkan

22 perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru. 2) Masa remaja sebagai periode peralihan Dalam periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Status yang tidak jelas ini menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya. 3) Masa remaja sebagai periode perubahan Ada lima perubahan yang dialami oleh remaja, yaitu: a) Meningginya emosi b) Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial c) Remaja selalu merasa ditimbuni banyak masalah d) Berubahnya minat dan pola nilai-nilai e) Remaja bersikap ambivalen terhadap perubahan 4) Masa remaja sebagai usia bermasalah Ada dua hal yang menyebabkan kesulitan mengatasi masalah baik pria maupun wanita, yaitu:

23 a) Sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga banyak remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. b) Remaja merasa dirinya mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan dari orang tua dan guru. 5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Erik Erikson, yaitu masa mencari identitas diri seperti usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dal masyarakat. Erickson menjelaskan pencarian identitas ini mempengaruhi perilaku remaja. 6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Anggapan setiap budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja normal. 7) Masa ramaja sebagai masa yang tidak realistik Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya., terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini hanya

24 bagi dirinya juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. 8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Bertambah mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan streotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak sebagai orang dewasa ternyata tidaklah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa seperti merokok, minum-minuman keras, dan menggunakan obat-obatan. Mereka berharap perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan (Hurlock, 1999). d. Perubahan-Perubahan Masa Remaja Masa remaja, seperti pada semua masa yang dialami oleh setiap individu, terjadi berbagai perubahan yang menyertai pertumbuhan dan perkembangan pada fase tersebut. Menurut Hurlock (1990), perubahan-perubahan yang dialami selama masa remaja adalah: 1) Perubahan Fisik Berdasarkan perubahan fisik terdapat perbedaan pada setiap individu. Perbedaan seks sangat jelas. Meskipun anak laki-laki memulai pertumbuhannya lebih lambat dari pada anak permpuan,

25 pertumbuhan anak laki-laki berlangsung lebih lama, sehingga pada saat matang biasanya anak laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan. Perbedaan individual juga dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak yang matangnya terlambat cenderung memiliki bahu yang lebih lebar dari pada anak yang matang lebih awal. Anak perempuan yang matang lebih awal cenderung lebih berat, lebih tinggi dan lebih gemuk dibandingkan dengan anak perempuan yang matangnya terlambat. 2) Perubahan Emosi Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, sebagian remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu kewaktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. 3) Perubahan Sosial Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah penyesuaian sosial. Bagian yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai

26 baru dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin. Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebayanya, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar. 4) Perubahan Moral Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai oleh remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok kepadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anakanak. Menurut Mitchell terdapat lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja, yaitu: a) Pandangan moral individu makin lama menjadi lebih abstrak dan kurang konkret. b) Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. c) Penilaian moral menjadi semakin kognitif.

27 d) Penilaian moral menjadi kurang egosentris. e) Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis. 5) Perubahan Kepribadian Remaja memahami apa yang membentuk kepribadian yang menyenangkan. Remaja mengetahui sifat-sifat apa yang dikagumi oleh teman-teman sejenis maupun teman-teman lawan jenis. Meskipun sifat-sifat yang dikagumi berbeda dari kelompok sosial ke kelompok sosial yang lain, namun remaja mengerti apa yang dikagumi oleh kelompoknya. Banyak remaja menggunakan standar kelompok sebagai konsep mereka mengenai kepribadian ideal terhadap mana mereka menilai kepribadian mereka sendiri. Tidak banyak yang merasa dapat mencapai gambaran yang ideal ini dan mereka yang tidak berhasil ingin merubah kepribadian mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi dalam masa remaja adalah perubahan fisik, emosi, sosial, moral, kepribadian, kognitif dan psikologis.

28 C. Hubungan Antara Penerimaan Diri tentang Ciri-Ciri Perkembangan Seksual Sekunder dengan Konsep Diri pada Remaja Putri Citra diri merupakan gambaran tentang siapakah dirinya menurut pendapatnya sendiri. Citra diri tersebut mungkin kabur atau tidak sesuai dengan kenyataannya, namun citra diri tetap ada pada setiap remaja. Citra diri merupakan kerangka acuan dalam bertindak dan bereaksi, sehingga remaja tahu bagaimana harus bertindak dan bersikap dalam situasi tertentu (Hadisubrata, 1997). Citra diri merupakan bagian dari konsep diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik. Citra diri adalah aspek yang penting dari perkembangan konsep diri, yaitu merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri. Bila remaja memandang tubuhnya sesuai dengan harapannya maupun dengan ideal yang ada, maka akan memberikan keuntungan positif bagi diri remaja. Hal ini akan menimbulkan citra diri yang positif karena remaja akan merasa puas terhadap kondisi tubuhnya yang akan diekspresikan dalam sikap percaya diri, dan konsep diri yang sehat. Sebaliknya, remaja yang memandang raganya tidak sesuai dengan harapan dan kenyataan maka dapat menimbulkan citra diri yang negatif, sehingga remaja tidak puas dengan dirinya, menjadi sulit menerima diri apa adanya, peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian dan pesimis (Attie dan Brooks-Gun, 1989). Remaja dalam perkembangannya, seringkali prihatin selama tahuntahun awal masa remaja. Keprihatinan tersebut timbul karena adanya kesadaran akan reaksi sosial terhadap berbagai hal. Salah satu sumber

29 keprihatinan tersebut adalah perubahan bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan standar budaya yang berlaku sebagai akibat dari perkembangan seksual sekunder yang dialami remaja putri. Keprihatinan akan tubuh yang sedang berkembang semakin diperbesar dengan berkembangnya kesadaran akan pentingnya penampilan diri dalam kehidupan sosial yang akhirnya mempengaruhi konsep diri remaja putri. Helmi (1995), menunjukkan bahwa konsep diri sangat penting bagi keberhasilan individu dalam hubungan sosialnya, hal ini berarti bahwa dengan konsep diri yang positif individu akan berperilaku positif sehingga akan mendapat umpan balik yang positif dari lingkungan. Terbentuknya konsep diri akan mempengaruhi harga diri. Berdasarkan konsep dirinya maka remaja putri akan mengevaluasi pengalaman-pengalamannya yang berkaitan dengan penerimaan dan penghargaan orang lain terhadap dirinya (Walgito, 1993).

30 D. Kerangka Teori Citra diri: Perkembangan seksual sekunder Ideal diri Harga diri Identitas diri Konsep Diri Remaja Putri Peran Skema 2.1. Kerangka Teori Sumber: Stuart dan Sundeen (1991) E. Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Citra diri tentang ciriciri perkembangan seksual sekunder Konsep diri remaja putri Skema 2.2. Kerangka Konsep

31 F. Variabel Penelitian Variabel-variabel yang diteliti antara lain : 1. Variabel Independen (Bebas) Variabel independen dalam penelitian ini adalah citra diri tentang ciri-ciri perkembangan sekunder. 2. Variabel Dependen (Terikat) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah konsep diri. G. Hipotesis Ada hubungan antara citra diri tentang ciri-ciri perkembangan seksual sekunder dengan konsep diri pada remaja putri di SMP Negeri 33 Semarang.