Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography.

dokumen-dokumen yang mirip
Edu Geography 3 (6) (2015) Edu Geography.

Edu Geography

Edu Geography 5 (1) (2017) Edu Geography.

Edu Geography 3 (1) (2014) Edu Geography.

Edu Geography 4 (3) (2016) Edu Geography.

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

Jurnal Geografi. Media Informasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

Edu Geography 3 (8) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 4 (3) (2016) Edu Geography.

HUBUNGAN PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAINAN.,, dan

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 2 (1) (2013) Edu Geography.

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Edu Geography 4 (3) (2016) Edu Geography.

Edu Geography 5 (1) (2017) Edu Geography.

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

PENGARUH DUKUNGAN ORANG TUA, LINGKUNGAN SEKOLAH, DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA PGRI 1 PADANG

Edu Geography 4 (1) (2016) Edu Geography.

Journal of Sport Sciences and Fitness

III. METODOLOGI PENELITIAN

Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan...(welson Marthen Wangke)

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Edu Geography 3 (5) (2015) Edu Geography.

ABSTRAK. by Desty Yusniarti. S. A, Sumadi, Dedy Miswar ABSTRACK

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Edu Geography 3 (6) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

Economic Education Analysis Journal

I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan merupakan

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

HUBUNGAN PENGGUNAAN SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH DENGAN KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH ALAM SE-KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 5 (3) (2017) Edu Geography.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Edu Geography 4 (1) (2016) Edu Geography.

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN SEKOLAH TERHADAP PERILAKU SISWA Andi Ridha 1, St. Rajiah Rusydi 2

Antok Dian Pranadi, Dr. H. Roemintoyo. S.T., M.Pd., Drs. Bambang Sulistyo Budhi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP Universitas Sebelas Maret

Geo Image 6 (1) (2017) Geo Image.

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA KARTIKA 1-5 PADANG ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk. salah satunya dengan pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Di era saat ini, pendidikan sangatlah memiliki peranan yang penting.

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ATMOSFER KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI. Oleh : SRI ARFINA YULIA NENGSIH ERA1D010025

Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 2 (1) (2013) Edu Geography.

Edu Geography

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

Edu Geography 3 (1) (2014) Edu Geography.

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

Kontribusi Motivasi Berprestasi dan Pemanfaatan Sumber Belajar Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika Kelas X SMA N 1 Karangayar

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI I NATAR

Edu Geography 2 (1) (2013) Edu Geography.

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJARSISWA JURNAL. Oleh ERNILA INDAH FEBRIKA SUGIYANTO BAHARUDDIN RISYAK

Economic Education Analysis Journal

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI

Unnes Physics Education Journal

Indonesian Journal of History Education

Edu Geography

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

Economic Education Analysis Journal

HUBUNGAN ANTARA KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENGARUH INTERAKSI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 1 SAMBI TAHUN AJARAN 2012/2013

Edu Geography 4 (3) (2016) Edu Geography.

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH DAN PEMBENTUKAN SEKOLAH EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR JURNAL. Oleh CITRA PUSPITA SARI RISWANDI RISWANTI RINI

Marina Tri Handhani. Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

HUBUNGAN KETERAMPILAN OPERASIONAL KEPALA SEKOLAH DENGAN KEMAMPUAN KERJA PEGAWAI DI SMPN SEKECAMATAN PRINGGESELA

Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol 1. No 1. Januari - Juni 2017 Halaman ISSN

Edu Geography 2 (1) (2013) Edu Geography.

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI IPS DI SMA N 1 TEMBILAHAN HULU KABUPATEN INDRAGIRI HILIR JURNAL

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi.

Edu Geography 5 (3) (2017) Edu Geography.

INDAH TRI SUBEKTI A

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI DALAM MENERAPKAN USAHA TANI PADI ORGANIK

PENGARUH PENYELENGGARAAN MGMP TIK DAN PARTISIPASI ANGGOTA TERHADAP KINERJA GURU TIK SMP SE- KABUPATEN BANTUL ARTIKEL JURNAL

Edu Geography 3 (5) (2015) Edu Geography.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,

THE EFFCT OF TEACHERS PROFESSIONAL COMPETENCE CIVIC EDUCATION TO INTEREST STUDEN LEARNING SMPN IN KECAMATAN BONJOL

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

Journal of Non Formal Education and Community Empowerment

Educational Psychology Journal

Journal of Arabic Learning and Teaching

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh NIO WICAK KUNCORO BAHARUDDIN RISYAK RIYANTO M.

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

HUBUNGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENAMBANG PASIR DESA KENDALSARI KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN

Fashion And Fashion Education

Transkripsi:

Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PARTISIPASI PETANI DALAM SAPTA USAHA TANI DI DESA KEBONHARJO, KECECAMATAN PATEBON, KABUPATEN KENDAL TAHUN 2014 Andre Kukuh Pambudi Haryanto Sriyono Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima November 2014 Disetujui Desember 2014 Dipublikasikan Januari 2015 Keywords: relationships, level of education, participation, sapta usaha tani Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui tingkat pendidikan, partisipasi masyarakat dalam sapta usaha tani dan hubungan antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam sapta usaha tani di Desa Kebonharjo, Kec. Patebon, Kab. Kendal. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui angket. Hasil penelitian adalah (1) Tingkat pendidikan masyarakat petani dengan nilai prosentase sebesar 50% (2) Partisipasi masyarakat petani dalam sapta usaha tani dengan nilai prosentase sebesar 52,8% (3) Hasil perhitungan dengan menggunakan statistik korelasi product moment taraf signifikansi 5%, diperoleh hasil rxy sebesar 0,505 sedangkan r tabel dengan 0,312. Karena nilai r hitung > r tabel (0,519 > 0,312) maka Ha yang berbunyi ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam program sapta usaha tani di desa Kebonharjo. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam program sapta usaha tani. Abstract This study aims to determine determine the level of education, community participation in farming and the relationship between level of education and community participation in Kebonharjo farming village, districts Patebon, district Kendal. The method used is descriptive quantitative techniques of data collection through questionnaires. The results of the study are (1) the educational attainment farming community with a percentage value of 50% (2) participation by the farmers in farming Sapta with the percentage of 52,8% (3) Results of statistical calculations using product moment correlation, rxy results obtained by 0.519 while the table with 0,312 r. Because r hitung > r tabel (0.505> 0.312), the Ha which reads "there is a relationship between level of education and community participation in the program Sapta Kebonharjo farm in the village". There is a significant relationship between level of education and community participation in the farming. 2015 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Gedung C1 Lantai 2 FIS Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: geografiunnes@gmail.com ISSN 2252-6684 7

PENDAHULUAN Beberapa tahun terakhir kondisi lingkungan Indonesia menunjukkan kondisi yang terus memburuk, bahkan menimbulkan keprihatinan yang cukup serius. Intensitas dan sebaran bencana alam di Indonesia, seperti banjir dan longsor pada musim hujan serta kekeringan dan kebakaran lahan pada musim kemarau. Bencana alam berupa hama dan penyakit semakin meluas dan menyebabkan menurunnya tingkat produktivitas panen. Mutu kualitas produk yang dihasilkan tidak menunjukkan peningkatan yang berarti. Selain itu Indonesia disebut sebagai negara agraris yang wilayahnya pun luas seharusnya diimbangi oleh sumber daya manusia yang mumpuni untuk mengelola dan menjadikan pertanian sektor unggulan. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan tinggi serta sumber daya manusia yang ada selama ini belum mampu mendorong pembangunan sektor pertanian. Pembangunan yang berhasil memerlukan kearifan dalam menetapkan arah, tujuan dan sasaran melalui berbagai sektor secara adil dan bijaksana agar tercapai peningkatan kualitas hidup bagi seluruh bangsa. Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagaimana tertuang dalam Undangundang Republik Indonesia Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Menurut Tohir (1952) Pertanian adalah cabang produksi dimana terdapat perubahan bahan-bahan anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Proses ini bersifat reproduktif yang artinya usaha untuk memperbaharui. Sedangkan definisi pertanian Minderhoko (1948) Pertanian adalah penggunaan tenaga manusia atas alam dengan tujuan mengarahkan perkembangan tumbuhtumbuhan dan hewan yang berguna bagi manusia sedemikian rupa sehingga akan lebih baik dalam memenuhi kebutuhan manusia. Pertanian merupakan kegiatan usaha pengelolaan sumberdaya alam yang berkaitan dengan tanah, tanaman, dan hewan (termasuk iklim), baik produksi maupun pemasarannya untuk memperoleh hasil yang dapat dimanfaatkan sebagai pangan, sandang, dan pakan serta perdagangan, industry, dan estetika. Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian tidak hanya terbatas pada efisiensi dan produktivitas pertanian, melainkan cara memperluas inovasi keanekaragaman produkproduk pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan (food security), memperkokoh keterkaitan pertanian dengan industry, dan meningkatkan nilai tambah hasil pertanian, serta memperluas kesempatan kerja di sektor pertanian sehingga dapat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan petani (Husodo, 2003). Usaha tani merupakan usaha memperoleh bahan-bahan makanan dari alam disertai dengan usaha penanaman, pemeliharaan, pengembangbiakkan atau penjagaan kelestarian hidup dari tanaman dan hewan yang dikumpulkan/ditangkap (Tohir,1991). Pada tingkat usaha tani seperti itu menjadikan manusia tergantung pada bahan yang tersedia di alam. Banyaknya permasalahan pada usaha tani seperti menurunnya kualitas tanah, hama tanaman, dan lainnya. Hal itu menyebabkan manusia berpikir untuk melakukan pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan berbagai sarana. Permasalahan yang dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh masyarakat petani Desa Kebonharjo, pmengetahui partisipasi petani dalam program sapta usaha tani pada Masyarakat Desa Kebonharjo dan adakah hubungan antara tingkat pendidikan dengan 8

partisipasi petani dalam sapta usaha tani di Desa Kebonharjo. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui tingkat pendidikan masyarakat petani Desa Kebonharjo, 2) Mengetahui partisipasi petani pada program sapta usaha tani di Desa Kebonharjo, 3) Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dalam penerapan sapta usaha tani di Desa Kebonharjo. Manfaat dalam penelitian ini yaitu manfaat akademis adalah Pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat untuk menjadi salah satu sumber pendidikan. Manfaat praktisnya adalah memberikan masukan bagi masyarakat maupun pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam mengendalikan masalah pertanian yang sedang dihadapi. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan kepada masyarakat petani di Desa Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal pada bulan Febuari-April. Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat petani di desa Kebonharjo, Kec. Patebon, Kab. Kendal. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara proporsional pada populasi penduduk usia sekolah tiap jenjang pendidikan. Untuk mengambil sampel masyarakat petani yang sesuai dengan kriteria tersebut digunakan random sampling sebanyak 40 masyarakat petani desa Kebonharjo, Kec. Patebon, Kab. Kendal. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan masyarakat petani, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah partisipasi masyarakat petani dalam sapta usaha tani. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode angket dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif prosentase dan analisis korelasi. Gambar 1 Peta lokasi penelitian di Desa Kebonharjo HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tingkat Pendidikan Berikut adalah tabel tentang tingkat pendidikan yang ditempuh masayarakat petani. 9

Tabel 1. Tingkat pendidikan responden Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak tamat sekolah dasar 0 0 Sekolah Dasar 12 30 Sekolah Menengah Pertama 17 42,5 Sekolah Menengah Atas 10 25 Perguruan Tinggi 1 2,5 Sumber : Hasil Penelitian, 2014 Dilihat dari presentase hasil perhitungan tingkat pendidikan masyarakat petani desa Kebonharjo diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat 50% yang tergolong sedang. Partisipasi masyarakat Berikut adalah tabel kriteria partisipasi petani dalam sapta usaha tani Tabel 2. Tabel kriteria partisipasi petani Sangat Partisipatif / Tinggi 38 95 Cukup Partisipatif / Sedang 2 5 Kurang partisipatif / Rendah 0 0 Sumber : Hasil penelitian petani di desa Kebonharjo Hasil penelitian masyarakat petani di Desa Kebonharjo terhadap sosialisasi program sapta usaha tani dapat diketahui bahwa masyarakat petani desa Kebonharjo telah berpartisipasi dalam sosialisasi program sapta usaha tani. Sapta Usaha Tani Pengolahan tanah Berikut tabel partisipasi masyarakat petani dalam pengolahan tanah : Tabel 3. Tabel kriteria petani dalam pengolahan tanah Sangat Partisipatif / Tinggi 20 50 Cukup Partisipatif / Sedang 20 50 Cukup partisipatif / Rendah 0 0 10

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat petani di desa Kebonharjo 75,3% tergolong sudah baik dalam pengolahan tanah. Irigasi Berikut tabel kriteria partisipasi masyarakat petani dalam irigasi : Tabel 4. Tabel kriteria partisipasi maysarakat petani dalam irigasi Sangat Partisipatif / Tinggi 8 20 Cukup partisipatif / Sedang 32 80 Kurang partisipatif / Rendah 0 0 Penelitian terhadap masyarakat petani di desa Kebonharjo dapat diketahui bahwa irigasi yang ada tergolong baik untuk mengairi lahan. Pemilihan bibit unggul dan penanaman Berikut adalah tabel partisipasi masyarakat petani dalam pemilihan bibit unggul : Tabel 5. kriteria pemeilihan bibit unggul dan penanaman Sangat Partisipatif / Tinggi 37 92,5 Cukup partisipatif / Sedang 2 5 Kurang partisipatif / Rendah 1 2,5 Penelitian terhadap masyarakat petani di desa Kebonharjo dapat menunjukkan bahwa pemilihan bibit unggul dan penanaman telah dilakukan dengan sangat baik. Pemupukan Berikut adalah tabel partisipasi masyarakat petani dalam pemupukan : Tabel 6. Kriteria partisipasi masyarakat petani dalam pemupukan Sangat Partisipatif / Tinggi 38 95 11

Cukup Partisipatif / Sedang 2 5 Kurang partisipatif / Rendah 0 0 Berdasarkan tabel hasil penelitian terhadap masyarakat petani di desa Kebonharjo dapat menunjukkan bahwa pemupukan telah dilakukan dengan sangat baik. Pemberantasan hama dan penyakit tanaman Berikut tabel partisipasi petani dalam pemberantasan hama dan penyakit tanaman : Tabel 7. Kriteria pemberantasan hama dan penyakit tanaman Sangat Partisipatif / Tinggi 1 2,5 Cukup partisipatif / Tinggi 22 55 Kurang partisipatif / Rendah 17 42,5 Pasca panen Penelitian terhadap masyarakat petani di desa Kebonharjo dapat menunjukkan bahwa pemberantasan hama dan penyakit tanaman telah dilakukan dengan cukup baik. Berikut adalah tabel kriteria masyarakat petani dalam pasca panen : Tabel 8. Kriteria pasca panen Kriteria Frekuensi Persentase (% Sangat Partisipatif / Tinggi 38 95 Cukup partisipatif / Sedang 2 5 Kurang partisipatif / Rendah 0 0 Penelitian terhadap masyarakat petani di desa Kebonharjo dapat menunjukkan bahwa pasca panen yang telah dilakukan dengan sangat baik. Tabel 9. Kriteria Pemasaran Pemasaran Berikut adalah tabel partisipasi masyarakat petani dalam pemasaran : Sangat Partisipatif / Tinggi 0 0 12

Cukup Partisipatif / Sedang 21 52,5 Kurang partisipatif / Rendah 19 47,5 Penelitian terhadap masyarakat petani di desa Kebonharjo dapat menunjukkan bahwa pemasaran yang telah dilakukan dengan cukup baik. Perhitungan Koefisien Korelasi Koefisien korelasi (rxy) dinyatakan dengan rumus: Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh : Hasil perhitungan dengan menggunakan statistik korelasi product moment, diperoleh hasil rxy sebesar 0,505 sedangkan r tabel dengan 0,312. Karena nilai r hitung > r tabel (0,505> 0,312) maka Ha yang berbunyi ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam program sapta usaha tani di desa Kebonharjo diterima. Tingkat Pendidikan Masyarakat petani desa Kebonharjo Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan partisipasi dalam program Sapta Usaha Tani diperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan masyarakat petani tergolong sedang. Dari 40 responden yang dijadikan sampel penelitian diketahui bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden tamat SD yaitu sebanyak 12 orang (30%), sedang tamat SMP 17 orang (42,5%), tamat SMA 10 orang (25%), dan yang telah menamatkan sekolahnya hingga perguruan tinggi sebanyak 1 orang (2,5%). Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat akan berpengaruh terhadap pola pikir dan pengetahuan mereka. Umumnya orang dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih memiliki pengetahuan yang banyak dibanding dengan orang yang hanya berpendidikan rendah. Pola pikir, pengetahuan dan perilaku orang yang berpendidikan tinggi cenderung dinamis dan mengikuti perkembangan jaman, sedang orang yang hanya menempuh pendidikan rendah biasanya cenderung statis dan kurang berkembang. Partisipasi dalam program Sapta Usaha Tani Berdasarkan hasil observasi dan hasil penelitian partisipasi masyarakat petani di Desa Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal termasuk dalam kategori sedang dengan rata-rata skor 52,8%. Data tersebut menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat petani cukup tinggi. Petani menjalankan program Sapta Usaha Tani tersebut dengan sangat partisipatif. Tingkat partisipatif yang tinggi seperti ini memerlukan konsistensi agar program tersebut dapat terus diterapkan sebagai standar ukur cara bertani yang baik. Hubungan tingkat pendidikan petani dan partisipasi petani dalam program sapta usaha tani Besarnya hubungan tingkat pendidikan petani dan partisipasi dalam sapta usaha tani adalah 50% yang berarti tingkat pendidikan petani cukup mampu dalam berpartisipasi 13

dalam program sapta usaha tani. Jika dilihat dari presentasinya hal ini dapat sangat berpengaruh terhadap tingkat partisipasi dalam program sapta usaha tani. Akan tetapi, tingkat pendidikan yang cukup tinggi menyebabkan tingginya partisipasi masyarakat petani. Tingkat pendidikan petani sangat berpengaruh terhadap tingkat partisipasi petani dalam program sapta usaha tani. Petani telah mengikuti pelatihan dan seminar mengenai program sapta usaha tani serta menerapkan dalam pertaniannya. Hal inilah yang sangat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam program sapta usaha tani sangat tinggi, maka dari itu sangat diperlukan kesadaran akan kebutuhan pendidikan yang lebih tinggi guna kesejahteraan masyarakat petani lebih baik. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan statistik korelasi product moment, diperoleh hasil rxy sebesar 0,505 sedangkan r tabel dengan 0,312. Karena nilai r hitung > r tabel (0,505 > 0,312) maka Ha yang berbunyi ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam program sapta usaha tani di desa Kebonharjo diterima. SIMPULAN Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam program sapta usaha tani di Desa Kebonharjo dengan kategori sedang. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan statistik korelasi product moment, diperoleh hasil rxy sebesar 0,505 sedangkan r tabel dengan 0,312. Karena nilai r xy > r tabel (0,505 > 0,312) maka Ha yang berbunyi ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam program sapta usaha tani di desa Kebonharjo Berdasarkan simpulan tersebut maka penulis memberikan saran-saran yaitu, Kepada pemerintah dan dinas terkait, hendaknya memberikan wadah untuk menampung hasilhasil pertanian sehingga tidak langsung dijual ke tengkulak. Dikarenakan hasil jualnya lebih rendah dan tidak dapat dikelola sendiri oleh petani di desa Kebonharjo. Kemudian diharapkan pemerintah memberikan sosialisasi kepada perangkat desa atau masyarakat yang terkait dengan pertanian dapat lebih spesifik. Sosialisasi diharapkan dapat mengarah ke seluruh masyarakat petani. Sehingga pengetahuan mengenai program sapta usaha tani dapat terserap lebih baik lagi. Namun, hendaknya pemerintah mengurangi impor hasil pertanian dari luar negeri dan lebih mendukung produksi hasil pertanian dalam negeri untuk menunjang perekonomian masyarakat petani. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Bustanul. 2001. Spektrum kebijakan pertanian Indonesia. Jakarta : Erlangga Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta Dimas, Setiawan. 1999. Pertanian Masa depan, KANISIUS : Yogyakarta Nurmala, Suyono, dkk. 2012. Pengantar ilmu pertanian. Yogyakarta : Graha Ilmu Soekartawi. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta : UI Press. Tohir, Kaslan. 1991. Seuntai pengetahuan usaha tani Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 14