Si Pengerat Musuh Petani Tebu..

dokumen-dokumen yang mirip
PERMASALAHAN HAMA TIKUS DAN STRATEGI PENGENDALIANNYA (CONTOH KASUS PERIODE TANAM )

Mengenal Tikus Sawah

Pengendalian Hama Tikus Terpadu Tikus memiliki karakter biologi

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Subkingdom:

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIKAN HAMA PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan Ekologi Tikus Sawah Rattus rattus argentiventer Rob & Kloss

PENGENDALIAN HAMA TIKUS SAWAH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TBS DAN LTBS

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Inovasi Teknologi Pengendalian Tikus Pemasangan pagar plastik

TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Bioekologi

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian Tingkat Kejeraan Tikus Sawah (R. argentiventer) dan Tikus Rumah (R. rattus diardii) terhadap Rodentisida Seng Fosfida

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan sumber utama untuk

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. D.I.Yogyakarta tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2013

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

Sistem Bubu TBS dan LTBS. TBS (Trap Barrier System)

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

I. PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN), Perkebunan Swasta Nasional atau Asing. Namun petani (Perkebunan

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

kelas Mammalia, ordo Rodentia, famili Muridae, dan genus Rattus (Storer et al.,

I. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tenut Teknis A'as,onal Tenaga Fungsional Pertanian 2006 padi yang diusahakan tersebut, petani melakukan pemangkasan tanaman padi pada usia produktif (

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

TINGKAH LAKU TIKUS DAN PENGENDALIANNYA

RAKITAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA KEONGMAS PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN

Teknologi Produksi Ubi Jalar

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah Brasilia (Amerika Selatan). Sejak awal abad ke-17 kacang tanah telah

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

DI Wilayah IP3OPT PINRANG MT.2011/2012

Perkembangan Populasi Tikus Sawah pada Lahan Sawah Irigasi dalam Pola Indeks Pertanaman Padi 300

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

PENGENDALIAN OPT PADI RAMAH LINGKUNGAN. Rahmawasiah dan Eka Sudartik Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Panduan Budidaya Salak Pondoh yang Baik

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

BAB II TIKUS DAN CECURUT. A. Jenis-Jenis Tikus

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

PAKET TEKNOLOGI USAHATANI Padi Penyusun : Wigati Istuti dan Endah R

Oleh : Holil F /2011 Dyah Riza Utami F /2011 Novika Nandya Purnamasari F /2012

Berburu Kwangwung Di Sarangnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teknologi Budidaya Kedelai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

Ekonomi Pertanian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan produksi sayuran meningkat setiap tahunnya.

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

HASIL DAN PEMBAHASAN

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari

BAB V. Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam

PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

ABSTRACT. Alamat Korespondensi : Telp , PENDAHULUAN

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

Transkripsi:

Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Embriani BBPPTP Surabaya Gambar. Tanaman Tebu Yang Terserang Tikus Hama/pest diartikan sebagai jasad pengganggu bisa berupa jasad renik, tumbuhan, dan hewan. Hama Tanaman (Pests of Crops) sebagai perusak, mempunyai arti yang sangat penting. Karena kerusakan yang diakibatkan oleh hama dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Kerusakan kualitatif terjadi jika aktivitas makan maupun reproduksi hama mengakibatkan penurunan mutu hasil. Masalah terbesar yang diakibatkan oleh hama adalah jika populasinya meningkat sangat tajam dan menimbulkan kerusakan yang amat parah, sehingga menimbulkan kerugian ekonomi sampai melampaui nilai Ambang Ekonomi. Untuk itu keberadaan mereka pada tanaman sah-sah saja asalkan tidak menjadi ancaman, yaitu berarti jika populasinya di bawah Ambang Ekonomi. Tebu merupakan bahan utama gula pasir. Gula pasir menjadi salah satu bahan makanan pokok kita, saat ini menjadi sasaran pemerintah dalam upaya menuju swasembada pangan setelah beras. Namun untuk mencapainya banyak menghadapi masalah yang tidak dapat di sepelekan yakni serangan si pengerat Tikus yang sering merusak batang tebu. Tikus merupakan binatang pengerat yang mampu menyerang tanaman tebu selama 24 jam, tetapi serangan secara massal dilakukan pada malam hari. Serangan tikus terjadi setiap tahun dan ledakan populasinya setiap lima tahun sekali, yakni bersamaan dengan datangnya musim kemarau panjang. Jenis tikus yang dominan adalah tikus sawah Jenis tikus dominan adalah tikus sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss), tetapi juga ditemukan tikus wirok (Bandicota indica

Bechstein) dan tikus ladang/tikus kecil (Rattus exulans Peale). Serangan tikus sawah pada pertanaman tebu meningkat bila di lapangan tidak ditemukan lagi pertanaman padi ataupun palawija. Serangan tikus wirok terjadi hampir merata sepanjang musim tanam tebu, selain itu lahan pertanaman tebu juga merupakan tempat persembunyian yang memadai apabila habitat aslinya terganggu atau tidak tersedia. Tikus menyerang pertanaman tebu sejak di pembibitan hingga tanaman dewasa, ruas-ruasnya dikerat dengan atau tanpa merusak mata tunas, sedangkan tanaman yang berumur 2 sampai 3 bulan menunjukkan gejala daun-daunnya kelihatan seperti dipangkas dengan pisau tumpul. Serangan hama tikus pada tanaman tebu yang sudah dewasa dan batang mencapai ketinggian kurang lebih 2 meter dapat terjadi di batang baik di dalam tanah maupun di atas permukaan tanah hingga pucuk tanaman. Kerusakan pada batang didalam tanah disertai dengan kerusakan perakaran hingga menyebabkan daun layu dan kering, sedangkan kerusakan pada batang di atas permukaan tanah berupa gerekan atau keratan pada ruas-ruas yang menyebabkan tanaman mudah roboh yang secara langsung serangan hama tikus dapat menyebabkan penurunan rendemen gula, bahkan apabila terjadi serangan berat dapat menyebabkan kegagalan panen. Menurut Pramono (2005) serangan terbesar pada bulan September Nopember, pada tahun 1984 intensitas serangan tertinggi pada bulan oktober terjadi di PG. Gempol hingga 76,5 %, PG. Jatiwangi sebesar 64% dan PG. Tersana Baru sebesar 49,8 %. Melihat kondisi tersebut, maka perlu Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT). Strategi PHTT dilaksanakan berdasarkan pemahaman ekologi tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus atau berkelanjutan dengan memanfaatkan berbagai teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. PERKEMBANGBIAKAN TIKUS Tikus mempunyai kemampuan berkembangbiak sangat cepat sehingga populasinya juga akan cepat meningkat. Kemampuan yang sangat cepat ini karena masa hamil dan menyusui bagi tikus betina sangat singkat. Induk betina mampu kawin lagi dalam waktu hanya 48 jam setelah melahirkan, mampu menyusui dan hamil pada waktu yang sama. Disamping itu tikus beranak banyak dan cepat dewasa. Namun demikian masa hamil tikus betina paling banyak hanya dalam periode tertentu. Periode ini selalu bersamaan dengan masa hamil dan matang susu dari pertumbuhan tanaman padi. Jumlah

keturunan per-induk tikus sawah rata-rata sebesar 10 sampai 14 ekor cindil. Oleh karena itu dalam satu sarang sering dijumpai induk tikus hidup bersama dengan 2 3 generasi anak-anaknya. Umur anak tikus tersebut diperkirakan berbeda 1 bulan. Hal ini didasarkan pada masa bunting tikus sawah sekitar 3 minggu, dan dalam waktu kurang dari 1 minggu sekali tikus betina mengalami masa birahi. Masa menyusui bagi anak tikus baru berhenti setelah berumur 18 24 hari. Umur tikus bisa mencapai lebih dari satu tahun. (Pramono, 2005) TEMPAT YANG DISUKAI TIKUS Menurut Anonim (2013) Lokasi yang paling disukai sebagai tempat persembunyian / sarang, antara lain adalah : Tempat-tempat yang jarang dikunjungi manusia. Lahan kosong dan tidak terpelihara. Semak belukar. Rumpun bambu. Lahan pertanian termasuk tebu yang kotor oleh gulma atau serasah daun tebu. Tumpukan jerami atau sampah sisa bibit tebu. Pinggiran hutan sekunder. Gudang atau rumah kosong. Sekitar pemukiman penduduk atau kandang ternak. Pematang sawah. Sekitar aliran air irigasi, got/selokan, dam atau waduk irigasi, dan sungai. PERILAKU MAKAN DAN SOSIAL TIKUS Tikus hidup secara berkelompok dan tinggal di suatu kawasan tertentu yang cukup terlindung dan cukup sumber makanan. Dalam satu kelompok tersebut ada satu tikus jantan yang paling kuat dan dianggap paling berkuasa. Tikus jantan tersebut bersama anggota kelompoknya akan melindungi territorial kawasan serta seluruh anggota dalam kelompoknya dari kelompok lain. Luas areal territorial tersebut akan berkembang mengikuti perkembangan anggota kelompoknya dan orientasi harian yang makin luas. Makanan tikus sangat bervariasi, diantaranya : padi, umbi-umbian, kacangkacangan, rerumputan, serangga,

ketam, siput, dan ikan kecil. Namun demikian apabila makanan yang ada disekitarnya tersedia dalam jumlah melimpah, maka tikus akan memilih makanan yang paling disukai. LANGKAH PENGENDALIAN Upaya pengendalian tikus diperlukan strategi dan pendekatan secara terpadu yang dapat memadukan semua teknik pengendalian yang tepat menjadi satu kesatuan program, sehingga populasi hama tikus selalu berada pada tingkat yang tidak menimbulkan kerugian ekonomi, menghasilkan keuntungan yang optimal bagi produsen serta aman terhadap lingkungan. (Anonim, 2013) Pengendalian secara kultur teknis adalah upaya penanaman tebu atau non tebu secara serempak. Kebijakan tanam serempak diharapkan dapat terjadi pada masa bera atau pengolahan tanah yang serempak pula, sehingga sumber makanan habis atau dikurangi semaksimal mungkin. Perkembangan populasi tikus akan seragam mengikuti pola tanam dan hanya dimungkinkan terjadi satu kali masa reproduksi tikus yang berarti dapat menghambat perkembangan populasinya. Dengan pemutusan ketersediaan inang pada musim berikutnya populasi hama yang sudah meningkat pada musim sebelumnya dapat ditekan pada musim berikutnya. Rotasi tanaman paling efektif untuk mengendalikan hama yang memiliki kisaran makanan sempit dan kemampuan migrasi terbatas terutama pada fase yang aktif makan. Sanitasi lingkungan pada lahan pertanaman maupun lahan hamparan sekitarnya. Sanitasi hamparan dilakukan di luar dan sekeliling areal pertanaman yang dianggap sebagai sumber serangan tikus, sedangkan sanitasi pertanaman dilakukan dalam lahan pertanaman dan sekeliling pertanaman. Pengendalian tikus dengan cara ditangkap/diburu kemudian dimatikan, pengendalian ini merupakan pengendalian yang ramah lingkungan. Pengendalian ini dapat dilaksanakan dengan cara pemanfaatan tubuh tikus sebagai bahan yang memiliki nilai ekonomis, sehingga merangsang orang untuk menangkap tikus secara kontinyu misalnya dengan kegiatan gropyokan/perburuan tikus secara serentak di wilayah pertanaman yang luas, sehingga siklus hidup tikus dapat diputus. Kegiatan gropyokan sebaiknya dilaksanakan sebelum penanaman tebu. Kegiatan gropyokan dapat dipadukan dengan pengemposan (asap belerang) pada

lubang-lubang tikus. Tujuan pengemposan untuk membuat tikus sesak karena asap belerang yang diemposkan ke lubang-lubang tikus, sehingga tikus keluar dari lubang untuk mencari udara, hal tersebut memudahkan tikus untuk ditangkap. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dengan mengkombinasikan beberapa metode pengendalian tikus tersebut diharapkan dapat menekan populasi tikus di lapangan, terutama yang merupakan yang menyerang tebu, sehingga produksi tebu meningkat. Kesimpulan Tebu, merupakan bahan utama gula pasir, gula pasir masih menjadi salah satu bahan makanan pokok kita, saat ini menjadi sasaran pemerintah dalam upaya menuju swasembada pangan setelah beras. Namun dalam mencapainya banyak menghadapi masalah yang tidak dapat di sepelekan yakni serangan si pengerat Tikus yang sering merusak batang tebu. Serangan tikus terjadi setiap tahun dan ledakan populasinya setiap lima tahun sekali, yakni bersamaan dengan datangnya musim kemarau panjang. Diperlukan strategi dan pendekatan secara terpadu yang dapat memadukan semua teknik pengendalian yang tepat menjadi satu kesatuan program, sehingga populasi hama tikus selalu berada pada tingkat yang tidak menimbulkan kerugian ekonomi.

Daftar Pustaka Anonim, 2013. blog.ub.ac.id/free/files/2013/.../pengendalian-tikus.pdf. Pengendalian Tikus. Diakses 30 Desember 2013 Djoko Pramono, 2005. Seri Pengelolaan Hama Tebu Secara Terpadu. Penerbit Dioma. Malang Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT), 2010. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sistem Bubu Perangkap teknologi Ramah Lingkungan Pengendalian Tikus, (http://ardiant181.wordpress.com/2009/01/03/) Diakses 20 Januari 2014 Untung Kasumbogo, 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (edisi kedua). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.